Anda di halaman 1dari 81

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian

yang utama. metode sangat berperan penting dalam pendidikan, karena metode

merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan atas

keberhasilan, oleh karena itu sangat berperan penting dalam mendidik, karena

metode merupakan pondasi utama untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

metode sangat penting sebagai strategi dalam penyampaian ilmu pengetahuan.

Disamping itu, Pendidikan Islam merupakan salah satu displin ilmu

keislaman yang dikaji secara lebih mendalam dan komprehensif, hal ini karena

pendidikan Islam berperan untuk membina secara utuh (kaffah) dan seimbang

(tawazun) baik dari aspek jasmani maupun rohani.

Al-Ghazali mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan proses


memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya
melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi
tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada
Allah sehingga menjadi manusia sempurna. 1

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena

pendidikan mempuyai peranan yang sangat esensial dalam membina martabat

manusia, memelihara dan mengembangkan nilai kebudayaan. Oleh karena itu

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: PUSTAKA


1

PELAJAR, 2009), hal.56


2

selama manusia hidup didunia, pendidikan menjadi hal yang paling utama

diantara kebutuhan hidup manusia lainnya.

Hamka mengungkapkan ia menolak keras teori biarlah anak itu tidak usah
di didik agamanya, Karena kalau sudah dewasa juga ia akan memilih
agama yang sesuai dengan jiwanya. menurut Hamka teori ini sangat
membahayakan karena akan mengosongkan jiwa manusia dari nilai
agama yang damai, dan terlebih dari teori ini bertentangan dengan konsep
pendidikan Islam yang menerapkan pendidikannya sejak dini. ketika baru
lahir diperintahkan untuk diadzankan, dan ketika umur tujuh tahun
diperintahkan untuk sholat dan memukulnya jika sudah berumur sepuluh
tahun. betapa pentingnya pendidikan yang pertama dan yang paling utama
adalah keluarga.2

Pendidikan itu adalah proses pembentuk individu menjadi yang bernilai

tinggi. Seseorang tidak akan dapat melakukan pembentukan dengan tepat dan

efektif jika ia tidak dengan sengaja dibina melalui proses pendidikan. Pendidikan

merupakan tanggungjawab keluarga, Sementara itu pendidikan merupakan usaha

membimbing dan membina serta bertangggung jawab untuk mengembangkan

intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna

bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ektrinsik sejalan dengan ilmu

pengetahuan dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai

ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.

Metode pendidikan secara umum dapat dilihat dari dua sisi dari sisi

internal dan ekternal. yang dimaksud dengan internal disini adalah cara

penyampaian ilmu pengetahuan itu terhadap anak didik agar mudah dipahami.

sedangkan ekternal merupakan pelaksanaan proses tentu tidak hanya pemahaman

2
Nasihudin, M. (2016). Percikan Pemikiran Pendiidkan Hamka. AL-LUBAB: Jurnal
Penelitian Pendidikan Dan Keagamaan Islam, 2 (1), 166-180
3

ilmu pengetahuan yang disampaikan namun yang sangat penting adalah

transformasi pada kehidupan rill.

Pendidikan apabila tidak adanya metode maka akan sangat kurang efektif

dalam menyampaikan ilmu pengetahuan, jika tidak menggunakan metode dalam

penyampaian ilmu pengetahuan maka akan cenderung bersifat membosankan dan

tidak mudah dipahami peserta didik terhadap apa yang disampaikan.

Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses untuk membentuk manusia-

manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk

mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah

SWT. Oleh karena itu yang dimaksud dengan metodelogi pendidikan Islam

adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan

pendidikan Islam.3

Setiap yang ada di alam semesta ini ada yang mengadakannya. Setiap

yang diadakan mempuyai tujuan tertentu. Tujuan itu ditetapkan oleh yang

mengadakan itu. Manusia diadakan dibumi ini karena diadakan. Oleh Karena itu

adanya manusia di bumi ini mengandung tujuan tertentu dan tujuan itu ditetapkan

oleh yang mengadakan manusia yaitu Allah. Di dalam Al-Qur’an menegaskan

bahwa Allah mengadakan manusia adalah untuk menjadi Abdi Allah. Dengan

perkataan lain, tujuan hidup manusia ialah menjadi pengabdi Allah.

Al-Qur’an dengan sunnahnya merupakan pokok dalam ajaran islam dan

merupakan jantung umat Islam, seperti kita ketahui bahwa al-Qur’an merupakan

buku petunjuk (kitab hidayah) khusunya bagi umat Islam serta umat manusia

3
Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT CIPUTAT PRESS,
2005), hal.40
4

pada umumnya. satu hal yang juga disepakati oleh seluruh umat Islam ialah

kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam sesuai dengan isi

pokok al-Qur’an yaitu terdapat garis besar kandungan al-Qur’an diantaranya

Aqidah, Syariah, Akhlaq, Berita Ghoib yang terkait dengan alam yang tidak

terjangkau oleh manusia didunia, janji yang taat kepada Allah dan ancaman bagi

yang melanggarnya, tata hukum yang diperlukan manusia, kisah para Nabi dan

Rasul serta umat terdahulu. Al-Qur’an adalah kitabbullah yang didalamnya

memuat dasar-dasar ajaran islam. Al-Qur’an menerangkan segala perintah dan

larangannya, yang halal dan haram, baik dan buruk dan sebagainya. Ia

memberikan petunjuk dan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip

berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu antara lain prinsip materi

pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak ibadat, sosial dan ilmu

pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai dan sesuatu

kegiatan dan amal shaleh. Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus

mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus

menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai

teori tentag pendidikan islam dengan kata lain, pendidikan Islam harus

berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan

berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.

Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber hukum dalam

kehidupan semestinya dipahami dan direlisasikan dalam kehidupan, akan tetapi


5

tidaklah mudah dalam memahami kedua sumber itu, salah satu penyebab

kesulitan diantaranya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah menggunakan bahasa

arab yang sulit untuk dipahami khusunya bagi orang yang tidak memahami

tentang sastra arab. Dalam memahami kedua sumber itu dibutuhkan ilmu-ilmu

yang mendukung diantaranya ulumul Qur’an dan asbabun nuzulnya, ilmu nahwu,

ilmu sharaf, dan ilmu-bahasa yang lain. Al-Qur’an juga tidak hanya dipahami

secara tekstual akan tetapi perlu dikaji secara lebih mendalam agar maksud dari

Al-Qur’an itu dapat dipahami dengan baik.

Al-Qur’an memiliki berbagai pendekatan yaitu metode dalam pendidikan

yakni dalam menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan dengan metode

teladan, kisah-kisah, dan nasihat. Tauladan dalam diri Nabi Muhammad

merupakan contoh yang baik, dan ini merupakan suatu metodelogi dalam

pengajaran. Bahwa dalam pengajaran dibutuhkan contoh suri tauladan yang baik.

Metode kisah-kisah dalam Al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat yaitu surat

Al-Qhasas yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah juga kata kisah di ulang

sebnayak 44 kali. metode nasihat menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh

hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya hal demikian

dikenal dengan nasihat, akan tetapi nasihat yang disampaikannya selau disertai

dengan panutan atau tauladan si pemberi nasehat tersebut.

Pada al-Qur’an ada beberapa yang terkandung berbagai nasehat

kehidupan diantaranya, pendidikan tauhid, sosial dan dakwah surahal-qur’an

yang berkaitan dengan nasihat ini penting untuk dibahas secara konprehensif.
6

B. Fokus Msalah

Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini maka peneliti

membuat fokus terlebih dahulu untuk memudahkan proses penelitian. Fokus

penelitian ini tentang bagaimana “Metode Pendidikan Mau’izhah Kajian Al-

Qur’an”

C. Rumusan masalah

Untuk mempermudah penulis dalam pembahasan perasalahan penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana makna mauidzah dalam Al-Qur’an?

2. Bagaimana cara-cara memberi mauidzah?

3. Apakah tujuan memberi mauidzah?

4. Kepada siapa mau’izhah ditujukan?

D. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana makna mauidzah dalam Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara-cara memberi mauidzah.

3. Untuk mengetahuiapakah tujuan memberi mauidzah.

4. Untuk Mengetahui kepada siapa mau’izhah ditujukan.

E. Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah khazanah pengetahuan tentang

Metode Pendidikan Mau’idzah Kajian Al-Qur’an.

b. Sebagai bahan bacaan khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi IAIN Curup

masyarakat umumnya.
7

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa dalam

meningkatkan nilai-nilai religius dan dapat menciptakan perubahan-

perubahan dalam dirinya dari kebiasaan yang tidak baik menjadi baik.

b. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada guru dapat

menerapkan didalam dunia mengajar, seorang guru tidak hanya

mentransfer ilmu tetapi juga harus mendidik peserta didik dengan

memberi nasehat-nasehat.

3. Bagi penulis

Dengan adanya penelitian ini dapat memahami Metode Pendidikan

Ma’izhah Kajian Al-Qur’an.

F. Sistematika pembahasan

Untuk memudahkan dalam penyusunan tulisan ini nantinya penulis akan

membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang, fokus masalah

dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

pembahasan.

Bab II menjelaskan pengertian metode, pengertian pendidikan,

pengertian pendidikan islam, macam-macam metode.

Bab III menjelaskan jenis dan pendekatan penelitian, subyek penelitian,

jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian pendidikan

Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan,

pembentukan, pengarahan dan pencerdasan, pelatihan yang diajukan kepada

semua anak didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan

membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian memiliki keterampilan

atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupan. Sebagaimana

Muhaimin mengatakan pendidikan bahwa pendidikan adalah aktivitas atau

upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang untuk

mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik

yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial.

WJ.S. Poermardaminta, menjelaskan arti pendidikan sebagai berikut:


Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi
awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya
memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata
benda berarti proses perubahan sikap dan tingkahlaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Pendidikan yaitu pendewasaan diri melalui
pengajaran dan latihan.4
Pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan
batin), baik orang lain maupun dirinya sendiri, dalam arti tuntutan
agar anak didik memiliki kemerdekaan berfikir, merasa, berbicara dan
bertindak, serta percaya diri dengan rasa tanggung jawab dalam setiap
tindakan dan dalam kehidupan sehari-hari.5

4
Sahaluddin, Anas, Filsafat Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2011), hal. 18
5
sahaliddin., 19
9

Dari pengertian di atas secara umum, pendidikan adalah proses

pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohania. Artinya setiap upaya dan

usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan

peningkatan kecerdasan intelegensi, emosi, dan kecerdasan spiritualnya.

Anak didik dilatih jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau

keahlian frofesional untuk bekal kehidupannnya.

2. Pengertian pendidikan mau’izhah

Metode Ibrah dan Mau’izah adalah penyajian bahan pembelajaran

yang cenderung meneladani pendidiknya. Ibrah adalah suatu kondisi psikis

yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang

dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya.

Mau’izah adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara

menjelaskan pahala atau ancamannya.6

Mauizhah Hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah

memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjik-

petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, yang

berkenaan menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar dan

tidak mencari atau menyebut kesalahan.7

Mauizhah atau nasihat merupakan penting dan dalam pendidikan

islam seyogyanya pendidik menggunakan mauizhah/nasihat yang menyentuh,

menyejukkan hati dalam menyampaikan nasihat. Metode mauizhah juga

6
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 99
7
Ibid.,hal. 99
10

dapat diartikan sebagai suatu cara penyampaian pelajaran melalui tutur kata

yang berisi baik buruknya sesuatu.

3. Dasar-dasar pendidikan

Keluarga merupakan pendidikan pertama dan paling utama bagi anak.

karena dalam keluargalah anak mengwali perkembangannya baik jasmani

maupun rohani. menurut Al-Ghazali anak adalah amanat dari Allah dan harus

dijaga dan di didik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Semua bayi yang dilahirkan kedunia bagaikan

sebuah mutiara yang belum di ukur dan dibentuk tapi amat bernilai tinggi. 8

Salah satu dasar pentingnya pendidikan adalah orang tua dalam

mendidik anak adalah sabda rasulullah SAW. Yang menyatakan bahwa

setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuannya. kedua

orang tuanyalah yang menjadikan dia nasrani, yahudi atau majusi (Hr.

Bukhari).

Berdasarkan hadits ini, jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam

keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah

karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Memang usaha orang

tua adalah upaya mendidik anak tidaklah semudah membalik telapak tangan

perlu kesabaran dan dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua.

Pendidikan anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti

langkah-langkah konkret dalam hal penanaman nilai-nilai Islam pada diri

anak. Dalam mendidik anak tujuh kiat dalam mendidik anak, yaitu: mendidik

8
Taubah,M. (2015). Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam. Jurnal pendidikan
agama islam. (jurnal of islamic education studies), 3 (1). 109-136.
11

anak dengan hiwar, kisah, perumpamaan, keteladanan, latihan dan

pengamalan, dengan ibrah dan mau’izhah, dengan targhib dan tarhib.

4. Tujuan pendidikan Islam

Tujuan-tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah idealitas (cita-

cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses

pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Tujuan

pendidikan Islam dengan demikian merupakan pengembangan nilai-nilai

Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia pada ahkhir dari

proses tersebut.

Dengan istilah lain, tujuan pendidikan islam menurut M. Arifin adalah


perwujudan nilai-nilai islami dalam pribadi manusia yang diikhtiarkan
oleh pendidik muslim melalui proses. Untuk memperoleh hasil
kepribadian islam yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan
yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang
ta’at.9
Menurut M. Djunaidi Dhany, tujuan pendidikan yaitu sebagaimana
yang dikutip oleh Zainuddin dkk., pembinaan kepribadian anak didik
yang sempurna, peningkatan moral, tingkahalaku yang baik dan
menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada
tuhan. 10
Tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung, ia menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup
manusia, atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk
menjawab persoalan untuk apa kita hidup.11

Dari beberapa pendapat diatas mengenai tujuan pendidikan Islam dan

tujuan pendidikan akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan

terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan,

yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” yang

9
M. Arifin, ilmu pendidikan islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,1993), 224
10
Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metedologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputata Press,
2002), hal. 23
11
Arief, Armai.,hal. 24
12

artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara

wajar dan normal karena ketakwaannya kepada Allah SWT. Ini mengandung

arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang

berguna bagi dirinya dan mengembangkan ajaran Islam dalam hubungan

dengan Allah dan dengan manusia sesamanya.

5. Macam-macam metode pendidikan Islam

Menurut abdurrrahman saleh Abdullah Abdurrahman mengemukakan

beberapa metode pendidikan yaitu:

Metode ceramah yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara

penyampaian pengertaian pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar

dengan jalan penerangan atau penuturan kata secara lisan.

Metode Diskusi yaitu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan


cara berdiskusi. Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan
mengandung suatu masalah dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan
satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berabgai kemungkinan,
memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta duskusi,
untuk sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban
yang paling benar atau terbaik.

Tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan

guru mengajukan pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau

berdialog dengan cara saling bertukar fikiran.

Metode hukuman yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan

hukuman kepada peserta didik. Hukuman merupakan metode paling buruk

dari metode yang lainnya, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan.

Menurut Abd Al-Rahman al-Nahlawi metode pendidikan yang

berdasarkan Metode Qur’an dan Hadits yang dapat menyentuh perasaan:


13

Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi adalah percakapan

silih berganti antara dua pihik atau lebih mengenai suatu topik dan sengaja

diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik. Adapun jenis

hiwar adalah 5 yaitu hiwar Khitabi merupakan dialog dialog antara Tuhan

dengan Hamba-Nya, Hiwar Washfi yaitu dialog antara Tuhan dengan

malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya, Hiwar Qishashi terdapat dalam

Al-Qur’an baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, Hiwar Jadali

adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah atau alasan baik

dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan, Hiwar

Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-

sahabatnya.

Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi adalah penyajian bahan

pembelajaran yang menapilkan cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an

dan Hadits Nabi SAW.

Pertama, Metode Amtsal (Perumpamaan) Qur’ani adalah penyajian

bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpaan yang ada dalam Al-

Qur’an. Kedua, Metode Keteladanan adalah memberikan teladan atau contoh

yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, Metode

Targhib dan Tarhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks

kebahagian hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan,

kenikmatan ahirat yang disetai bujukan, Tarhib adalah penyajian bahan

pembelajaran dalam konteks hukuman akibat pembuatan dosa yang dilakukan

atau ancaman Allah karena dosa yang dilakukan. Keempat, Metode


14

Pembiasaan adalah membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan

sesuatu seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak lahir, ini dari

pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakuakan peserta

didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.12 Kelima,

Metode Ibrah dan Mau’izah adalah penyajian bahan pembelajaran yang

cenderung meneladani pendidiknya. Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang

menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang

dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya.

Mau’izah adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara

menjelaskan pahala atau ancamannya.13

Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap yang

dinasehati siapapun dia. Nasehat adalah salah satu cara dari al-mauizhah al-

hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada

sangsi dan akibat.

Secara termenologi nasihat adalah memerintah atau melarang atau

menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Pengertian

nasihat dalam kamus bahasa Indonesia balai pustaka adalah memberikan

petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti menggatakan sesuatu yang

benar dengan cara melunankkan hati. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau

mengikat jiwa dengan keimanan dan petunjuk. 14

12
Armai Arief, pengantar ilmu dan metodelogi pendidikan islam, (Jakarta: Ciputat Pers ,
2002), hal. 108
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 99
14
Munzeir Suparta, Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006),
hal. 243
15

Memberikan nasihat merupakan salah satu cara seseorang dalam

menuntun orang lain menuju kepada jalan yang baik. Sebagaimana firman

Allah:





Artinya: “Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang
lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh
apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka Berlaku ikhlas kepada
Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-
orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. at-Taubah 91).

Dan termasuk nasehat kepada Allah adalah taat kepada Rasulnya

dalam hal yang beliau wajibkan kepada manusia berdasarkan perintah

Rabbaya, dengan membenci dan tidak ridha orang yang berbuat maksiat dan

cinta kepada ketaatan dan orang-orang yang taat kepada Allah, dan dengan

ijtihat melawan orang-orang yang kufur kepadanya dan berdakwah mengajak

manusia menuju kejalan Allah.

a. Nasihat dalam perspektif al-Qur’an

Perintah sling menasehati dapat dilihat pada ayat al-Qur’an surah

an- Nahl: 125





Artunya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (QS. an-Nahl:125).
16

b. Metode dalam memberikan nasihat

Syekh Muhammad Abduh, mengatakan bahwa umat yang

dihadapi seorang pendakwah secara garis besar membagi 3 golongan

yang masing-masing harus dihadapi dengan cara yang berbada-beda pula:

Ada golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan

dapat berpikir secara kritis dan mendalam, sebelum dapat menangkap arti

persolan. Mereka harus dipanggil atau diserudiberi nasihat dengan hikma,

yaitu dengan alasan-alasan, dengan dalil-dalil dan hujjah yang dapat

diterima oleh kekuatan doa mereka.

Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat

berpikir secara kritis dan mendalam, sebelum dapat menangkap pengertin

yang tinggi-tinggi, mereka ini diseru / diberi nasihat dengan cara:

“Mauidzatun Hasana” dengan anjuran dengan didikan yang baik-baik

dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.

Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua

golongan tersebut, belum dapat dicapai dengan hikma, akan tetapi tidak

sesuai juga bila dinasihati seperti golongan orang awam, mereka suka

membahas sesuatu, tetapi tidak hanya dalam batas yang tertentu, tidak

sanggup mendalam benar. Mereka ini diseuru / dinasihati dengan cara

“Mujadallah Billati Hiya Ahsan” yakni dengan cara bertukar pikiran,

guna mendorong supaya berpikir secara sehat satu dan lainya dengan cara

yang lebih baik. Kesemuanya disimpulkan oleh Syekh Muhammad

Abduh dalam kalimat.


17

Berbicaralah kepada manusia menurut kadar akalnya masing-

masing. Pokok persoalan bagi seorang da’I dalam menyampaikan nasihat

ialah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam

menghadapi suatu golongan tertentu dalam suatu keadaan dan suasana

yang tertentu. 15

6. Pengertian al-Qur’an

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian atau definisi

tentang Al-Qur’an. Hal ini sangat berkait sekali dengan masing-masing

fungsi dari Al-Qur’an itu sendiri.

Menurut asy-syafa’I lafal al-Qur’an itu bukan musytaq yaitu bukan


pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah, yaitu
tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya. Sehingga membaca lafal
al-Quran dengan tidak membuyikan “a” (1990:9). Oleh karena itu,
menurut asy-syafi’I lafat tersebut sudah lazim digunakan dalam
pengertian kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW.16

Sehingga menurut asy-syafi’I, lafat tersebut bukan berasal dari akar

kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau akar katanya berasal dari

kata qa’ra-a yang berarti membaca, maka setiap sesuatu yang dibaca

dapatdinamakan Al-Qur’an. Lafat tersebut menurut asy-syafi’I adalah nama

khusus bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama taurat dan injil. Dalam

manuskrip Al-Qur’an beraksara kufi yang awal, kata ini ditulis tanpa

menggunakan hamzah yakni Al-Qur’an dan hal ini telah menyebabkan

sejumlah kecil sarjana muslim memandang bahwa tema itu diturunkan dari

akar kata qarana, yang berarti “menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang

15
M. Munir, Metode Dakwah, CET. KE 2, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 252
16
Adnan Mahmud, Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakrta: Restu Ilahi),hal.1
18

lain” atau “mengumpulkan”. Dan Al-Qur’an berarti “kumpulan” atau”

gabungan”.

Sedangkan menurut manna’khalil al-Qattan bahwa, lafal Al-Qur’an


berasal dari kata qara’a yang artinya mengumpulkan dan
menghimpun. Qiro’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
yang satu dengan yang lainnya kedalam suatu ucapan yang tersusun
dengan rapi. Sehingga menurut al-Qattan adalah bentuk mashdar dari
kata qara’a yang artinya dibaca.17

Taufik Adnan Amal (1990:45) dalam bukunya menjelaskan bahwa

Al-Qur’an adalah kata benda bentuk (mashdar) dari kata kerja (fi’il) qara’a,

yang berarti “membaca”. dengan demikian Al-Qur’an bermakna “bacaan”

atau “yang dibaca”. Dalam manuskrip Al-Qur’an beraksara kufi yang awal,

kata ini ditulis tanpa menggunakan hamzah dan hal ini telah menyebabkan

sejumlah kecil sarjana muslim memandang bahwa tema itu diturunkan dari

akar kata qarana yng berarti “menggabungkan sesuatu denga yang lain” atau

“mengumpulkan”, sehingga Al-Qur’an berarti “kumpulan” atau “gabungan”.

Akan tetapi harus diberi catatan bahwa, penghilangan huruf hamzah

merupakkan karakteristik dialek Makkah atau Hijazi.

Sedangkan fungsi Al-Qur’an yang hadir di tengah-tengah manusia

yaitu:

a. Mauidzah

Kata mau’izhah merupakan mashdar mimi dari wa’azhah. Secara

harfiah, ia berarti an-nushhu (nasihat) dan at-tadzkirbi al-awaqib

(memberi peringatan yang disertai degan ancaman). Ibnu sayyidih, seperti

yang dikutib oleh ibnu manszur, mendefinisikan Al-Mau’izhah itu kepada

17
Adnan Mahmud, Hamid Laonso..., hal.2
19

peringatan yang diberikan kepada manusia untuk melunakkan hatinya,

yang disertai dengan ganjaran dan ancaman. Al-isfihani, dengan mengutip

pendapat Al-Khalil, mendefinisikan Al-Mau’izhah itu kepada “peringatan

agar berbuat baik yang dapat melunakkan hati”. Atau secara umum dapat

pula dikatakan, bahwa Al-Ma’izhah itu adalah hal-hal yang dapat

melunakkan hati yang keras, mengalirkan air mata yang beku, dan

memperbaiki kerusakan.Al-Qur’an menyebut dirinya sebagai al-

ma’izhah (QS. Yunus (10); 57)

      


      


Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran

dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)

dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Hal ini berarti, bahwa ia sebagai pemberi nasehat dan peringtan

kepada manusia. Nasihat Al-Qur’an itu disertai dengan janji-janji, baik

ancaman berupa neraka bagi orang yang melanggar nasihat tersebut

maupun ganjaran berupa surga bagi orang yang menurutinya. Nasihat dan

peringatan itu dapat melunakkan dan meluluhkan hati, sehingga jiwa

diharapkan tertarik kepada kebenaran yang disampaikan.

b. Syifa’ (obat)
20

Al-qur’an menyebut dirinya dengan syifa’ (obat) (QS. Yunus

(10): 57, Al-Isra’ (17): 82), Fushshilat (41): 44). Kata syifa’ terulang

sebanyak empat kali dalam al-Qur’an, tiga diantaranya menggambarkan

fungsi Al-Qur’an sebagai obat dan satu lainnya menggambarkan madu

lebah yang juga sebagai obat buat manusia. Secara harfiah, syifa’ berarti

obat. Maka al-Qur’an asy-syifa’ merupakan obat bagi umat manusia.

Artinya al-Qur’an dapat mengobati penyakit yang timbul di tengah-

tengah komunitas baik penyakit individual maupun penyakit masyarakat.

Tentu saja, hal itu jika manusia mau berobat sesuai petunjuk Al-Qur’an.

c. Hudan (petunjuk)

Kata hudan berasal dari kata hada. Dari kata ini juga berbentuk

kata hidayah dan al-hadi, dimana yang terakhir ini merupakan salah satu

asmaul husna. Secara harfiah, ia berarti menjelaskan, memberi tahu, dan

menujukkan dan al-hadi berarti yang memperlihatkan dan

memperkenalkan kepada hambanya jalan mengetahuinya, sehingga para

hamba mengakui rububiyahnya. Secara istilah, hidayah berarti “tanda

yang menunjukkan hal-hal yang dapat menyampaikan seseoranng kepada

yang dituju.

Maka Al-Qur’an sebagai hudan atau hidayah berarti, bahwa

fungsi Al-Qur’an adalah menjelaskan dan memberitahu manusia tentang

jalan yang dapat menyampaikannya kepada tujuan hidup, yaitu

kebahagiaan dunia dan akhirat. Atau dengan kata lain, Al-Qur’an

bagaikan ramu-rambu dan isyarat yang mengarahkan manusia dalam


21

menjalankan kehidupannya di dunia ini. Jika manusia menuruti rambu-

rambu dan arahan yang diberikannya, maka manusia akan selamat sampai

ke tujuan. Demikian pula sebaliknya.

d. Rahmat

Hujazi mendefinisikan rahmat itu kepada “kelembutan hati yang

melahirkan perbuatan baik (ihsan), ramah, dan kasih sayang terhadap

orang lain. Hal serupa juga dikemukakan oleh Al-Isfihani, dia

menjelaskan rahmat adalah perasaan lembut yang melahirkan perbuatan

baik terhadap yang dikasihi. Akan tetapi, dia membedakan antara rahmat

Allah dengan rahmat manusia. Rahmat Allah semata-mata berbuat baik,

tidak ada perasaan lembut. Sebab, perasaan lembut itu sifat manusiawi.

Sedangkan rahmat manusia diartikan kepada perasaan lembut tersebut.

Dalam bahasa Indonesia, rahmat itu diartikan kepada belas kasih, yaitu

suatu perasaan yang dimiliki seseorang terhadap apa saja yang ada

disekitarnya di mana perasaan itu melahirkan perilaku mulia terhadapnya.

Al-Qur’an sebagai rahmat mempuyai tiga arti. Pertama ajaran

yang terkandung di dalamnya mengandung unsur kasih sayang. Ia

berfungsi menyabarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk.

Kedatangan Muhammad SAW. Dengan membawa Al-Qur’an

digambarkan sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin).

Artinya, seluruh ajaran, gagasan, ide, dan ketentuan-ketentuan yang

terkandung dalam Al-Qur’an yang dibawanya itu dibangun atas prinsip

kasih sayang. Tidak ada ketentuan ajaran Al-Qur’an yang tidak


22

mengandung kasih sayang. Maka menentang ajaran Al-Qur’an berarti

menentang kasih sayang itu sendiri, menghambat penyebarannya sama

dengan menghambat penyebaran kasih sayang. Arti kedua adalah ajaran-

ajaran tersebut bermaksud menanamkan perasaan lembut dan kasih

terhadap orang lain, bahkan alam sekitar. maksud ketiga dari Al-Qur’an

sebagai rahmat adalah bahwa kitab suci ini merupakan perwujudan

rahmat Allah bagi manusia. Atau dengan kata lain Allah memberikan

rahmat kepada manusia melalui Al-Qur’an.

e. Furqon (pembeda)

Secara harfiah kata furqon berasal dari kata faraqa, yang berarti

pembeda. Dalam surah Al-Baqarah (2), Al-Qur’an menyebut dirinya

sebagai pembeda (furqan) antara yang benar dan yang salah, antara

dengan yang hak dan yang batil, antara kesestan dengan petunjuk, dan

antara jalan jalan yang menuju keselamatan dengan jalan yang menuju

kesengsaraan.

7. Manfaat metode pendidikan

Pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat

menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara

sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Pendidikan Islam

merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana

yang dikehendaki oleh Allah. pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak

yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan


23

menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi

salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya.18

8. Pengertian Tafsir Tematik

Tafsir Tematik dapat dikataan “tafsir instan” karena menyajikan

pesan-pesan al-Qur’an secara cepat dan langsung.19 Tafsir tematik (maudhui)

adalah suatu metode yang ditempuh oleh seorang munfasir dengan jalan

menghimpunseluruh ayat-ayat Al-Qur’an, berbicara tentang suatu pokok

pembicaraan atau tematik (maudhui) yang mengarah kepada satu pengertian

atau tujuan.

B. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh para penulis sebelumnya,

ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan peneliti ini:

Penelitian oleh Miftahul Jannah pada tahun 2014 yang berjudul “Metode

Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125-

126”. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa metode pendidikan islam yang

terkandung dalam Al-Qur’an surah an-nahl 125-126 metode pendidikan islam

dengan teladan, yaitu dengan meniru atau mencontohkan perbuatan-perbuatan

atau perilaku yang baik. Metode pendidikan islam dengan mau’izhahatau

nasehat, yaitu dengan memberi pelajaran agar dapat memetik hikmah atau itibar

yang terjadi dalam kehidupan. metode pedndidikan dengan diskusi, yaitu

memeberi kesempatan untuk saling bertukar pikiran, atau bermusyawarah untuk

18
Ainissyifa, H. (2017). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan UNIGA, 8(1), 1-26
19
Su’aib H. Muhammad, Tafsir Tematik Konsep, Alat Bantu, Dan Contoh Penerapannya,
(Malang: UIN MALIKI PRESS, 2013), hal. 18
24

menemukan titik temu dalam suatu masalah. dan yang terakhir adalah metode

pendidikan islam dengan hukuman metode ini adalah cara terakhir apabila

penggunaan metode lain (yang telah disebutkan) tidak efektif diserap oleh peserta

diidk maka metode ini adalah al-ternatif yang dapat digunakan dengan maksud

agar memberi peklajaran dan memeberi efek jera terhadap peserta didik yang

sering meakukan kesalahan.20

Penelitian Ini Oleh Muhammad Hisabullah tahun 2014 yang berjudul “

Konsep Mauizhah Hasanah Dalam Qur’an (Analisis Tafsir Dengan Metode

Tematik)” penelitian ini menunjukkan bahwa mauizhah hasanah adalah konsep

berdakwah dengan penuh kelembutan, ketenangan, dan penuh kasih sayang.

begitu juga da’I yang yang menggunakan mauizhah hasanah harus berbekal ilmu,

penyayang dan santun. sedangkan mad’unya dari kalangan awam atau tidak

secanggih golongan yang diseur dengan hikmah. dengan itu sehingga pesan

dakwah dan kebaikan akan lebih cepat tersampaikan dan membangkitkan

perasaan ketuhanan dalam jiwa sehingga menimbulkan rasa takut dan tunduk.21

Penelitian ini oleh Erwin siswanto tahun 2018 yang berjudul “Konsep

Pendidikan Hikamh, Mauizhah Dan Jidal, Serta Relevansinya Dengan Metode

Pendidikan Islam” (Kajian Tematik Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish shihab)

penelitian ini menunjukkan bahwa (1), konsep hukmah adalah sebuah cara yang

dilakukan dengan pengupayaan yang mencakup seluruh kecerdasan emosional,

intelektual dan spiritual, (2), konsep mauizhah adalh sebagai bentuk dengan

20
Miftahul, Jannah. Metode Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah An-
Nahl 125-126
21
Hizbulah, M. (2014), Konsep Mauizhah Hasanah Dalam Al-Qur’an (bachelor thesis,
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M.
25

memberikan nasehat dan peringatan yang baik dan benar, perkataan yang lemah

lembut, penuh dengan keikhlasan sehingga peserta didik terdorong untuk

melakukan segala aktifitas dengan baik, (3) konsep jidal merupakan sebuah

metode berdebat dan berdiskusi, yakni sebuah upaya untuk menyainkan akan

pandangan kebenaran dengan bukti-bukti yang mematahkan alsan atau dalih

mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik hyang dipaparkan itu

diterima oleh semua orang ataupun hanya oleh mitr bicaranya dan mendengarkan

serta menerima pengaduan atau pendapat. Dengan demikian konsep pendidikan

hikmah, mauizhah, dan jidal memiliki relevansi dengan metode pendidikan

agama islam. ketiga metode tersebut merupaka metode yang sampai sekarang

masih dibutuhkan, karena dengan menerapkan metode tersebut menjadikan

pembelajaran yang lebih mengena dan mudah dipahami oleh peserta didik serta

ketiga met,ode tersebut merupakan cara yag mudah unt,uk dilakukan.22

Penelitian ini oleh An-Nisa Kanza Fauziah pada tahun 2017yang

berjudul “Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (kajian tafsir terhadap

surat an-nahl ayat 125-128)” penelitian ini menunjukkan penelitian ini

menunjukkan bahwa dalam surat an-nahl 125-128 terkandung metode hikmah,

mauizhah hasanah, jidal ketiga pendidikan di atas dapat diterapkan oleh pendidik

di atas dapat diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.23

BAB III

22
SIAWANTO, ERWIN, “KONSEP PENDIDIKAN HIKMAH, MAUIZHAH, DAN JIDAL
SERTA
Fauziah, Annisa Khanza. Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir
23

Terhadap Sura An-Nahl Ayat 125 -128). 2017. Bachelor’s Thesis. Fakultas: Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
26

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan penelitian

Seagaimana karya ilmiah secara umum, setiap pembahasan suatu karya

ilmiah satunya menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan

suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam

mengelaborasi suatu masalah, sehingga satu masalah dapat diuraikan dan

dijelaskan dengan gemblang dan mudah dipahami, sesuai dengan corak yang

penelitian library reaserch yang mengkaji tentang ayat-ayat al-Qur’an maka

metode tafsir yang digunakan adalah metode tafsir maudhu’i tematik karena

pembahasannya berdasrkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an

Al-Farmawi mengemukakan tujuh langkah yang mesti dilakukan apabila

seseorang ingin menggunakan metode maudhu’i langkah-langkah disini dapat di

sebutkan disini secara ringkas.

1. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang akan dikaji secara

maudhu’i.

2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang

telah di tetapkan, ayat makkiyah dan makdaniah.

3. Menyusun ayat-tersebut secra runtut menurut kronologi masa turunnya,

disertai pengetahuan megenai latar belakang turunnya atau sabab al-Nuzul.

4. Mengetahui hubungan (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam masing-

masingsurahnya.

5. Menyusun tema bahasan dalam keragka yang pas, utuh, sempurna dan

sistematis.
27

6. Melengkapi uraian dan pembahasan dengan hadis bila dipandang perlu,

sehingga pembahsannya semakin sempurna dan jelas. 24

Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini terbagi menjadi dua komponen, yaitu:

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakan (library

research). Artinya permasalahanan pengumpulan data berasal dari kajian

kepustakaan Sebagai penyajian ilmiah yang dilakukan dengan memilih

litelatur yang berkaitan dengan penelitian.25 Oleh karena itu, guna

mendapatkan data-data yang dibutuhkan peneliti menalaah buku-buku

kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini.

Melakukan kajian pustaka berarti mendalami, mencermati,

menelaah, dan mengidentifikasi bahan kepustakaan. Melakukan kajian

pustaka yang relevan dengan permasalahan penelitian merupakan

kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Kajian pustaka ini

penting karena akan memberikan jaminan bahwa penelusuran jawaban

terhadap masalah penelitian yang diajukan oleh seorang.

b. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelit ian yang peneliti lakukan menjadi dua

pembagian. Pertama, Pendekatan filosofis, pendekatan yang mengkaji

tafsir Metode Pendidikan Maizhah Kajian Al-Qur’an. Kedua, Pendekatan

24
Fatih Suryadilaga, Dkk, Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: TERAS, 2010), hal. 47-48
25
Sutrisno Hadi, Metodelogi Reaserchal, (Yongyakarta: Andi Offset, 2000), hal. 9
28

pedagogik, mengkaji secara teliti, kritis dan objektif terhadap surah

tentang mauizhah.

B. Sumber Penelitian

Dalam sebuah penelitian sumber penelitian memiliki peran yang sangat

strategis karena pada sumber penelitian, itulah data tentang variabel yang

penelitian amati. Maka dalam penelitian ini yang menjadi sumber penelitian

terbagi menjadi dua: yaitu sumber penelitian utama dan sumber penelitian

pendukung, sumber penelitian utama yaitu kitab tafsir Tematik, sedangkan

sumber penelitian pendukung yaitu kitab-kitab tafsir, jurnal, Koran, majalah dan

buku-buku lainnya.26

C. Jenis data dan sumber data

Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh, adapun

subjek dari penelitian ini adalah dokumen atau catatan yang menjadi sumber

data.27 skripsi ini termasuk penelitian library research, yaitu mengumpulkan data

teoritis sebagai penyajian ilmiah yang dilakukan dengan memilih literatur yang

berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk menentukan litelatur

yang mempuyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti, dimana penulis

membaca dan menelaahnya dari buku-buku bacaan yang ada kaitannya dengan

tema skripsi yaitu Metode Pendidikan Ma’izhah Kajian Al-Qur’an. Sedangkan

jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu:
26
Ibid., hal.10
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta,2006), hal. 139
29

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data.28 Dalam peneltian ini sumber data primer yang

dimaksud adalah kitab-kitab tafsir yang penulis gunakan dalam penelitian ini,

antara lain: tafsir Al-Misbah, Al-Maragi.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak diperoleh

dari sumber data primer.29 Sumber data sekunder merupkan bahan kajian

yang dikemukakan oleh tokoh atau ulama dan pendapat para ahli yang

diformulasikan dalam buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan dalam

islam seperti buku-buku yang berkaiatan dengan keislaman selain buku tafsir.

Sumber data sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber lain

yang tidak peroleh dari sumber data primer.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.30

28
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiaif, Kualitatif Dan RD,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 308
29
Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yongyakarta: Pelajar Offset, 1998), hal. 91
30
Sugiono Op. Cit, h. 308
30

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu editing,

organizing, dan penemuan hasil penelitian dengan penjelasan sebagai

berikut:

1. editing, yaitu dengan melakukan pemeriksaan kmbali dari data-data

yang telah diperoleh dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan

koherensi antara makna yang satu dengan yang lain.

2. organizing, yaitu menyusun data-data yang diperoleh dengan

kerangka yang telah ditentukan.

3. penemuan hasil penelitian, yaitu melaksanakan analisis lanjutan

terhadap hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah,

teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh

kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dar rumusan

masalah.31

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library reaserch), yaitu dengan mengumpulkan data atau bahan-

bahan yang berkaitan dengan tema pemahaman dan permasalahannya, yang

diamabil dari sumber-sumber kepustakaan.

E. Teknik analisis data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis untuk

mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik dalam bentuk analisis data sebagai

berikut:

31
Bisri, Cik Hasan Dan Eva Ravaidah, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial,
(Jakarta: PT. Raja grafindo persada, 20001), hal. 96
31

1. Anaslisis deskriptif

Analisis deskriptif yaitu usaha mengumpulkan dan menyusun suatu

data, kemudian dilakukan anlisis terhadap data tersebut. Analisis deskriptif

yakni data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap

apa yang sudah diteliti. 32 Dengan demikian laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data atau pengolahan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut.

2. Content analisys atau analisis isi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi.

Dimana data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, karena itu

analisis semacam ini juga disebut analisis isi content analisys atau analisis

isi. Burhan bungin mendefinisikan analisis isi adalah teknik penelitian untuk

membuat iferensi-iferensi yang dapat ditiru. Sahih data dengan

memperhatikan konteksnya, analisis isi berhubungan dengan ditekankan

pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi interaksi simbolik yang

terjadi didalam komunikasi.33

Berdasarkan penjabaran diatas, untuk menganalisis data digunakan

content analisys menganalisis isi dari berbagai surah yang berkaitan dengan

mauizhah tafsir Al-Misbah setelah itu peneliti mengambil point penting

Lexy j. Moelong, Metode Penelitian, (Bandung: PT Raja Rosdakarya, 2004), hal. 11


32

Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif Aktualisasi M Ragam Varian


33

Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.123


32

berupa kesimpulan dari rumusan masalah itu dengan menggunakan metode

analisis deskriptif.
33

BAB IV

PENAFSIRAN MAUIZHAH AYAT AL-QUR’AN

A. Makna Mauizhah Dalam Al-Qur’an

1. Ayat Mauizhah dalam Al-Qur’an

a. Asy-Syura
        

Artinya: “Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi Kami, Apakah


kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat”. (QS. Asy-syura
26:136)

b. Huud
         
           
   

Artinya: “Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah


Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan),
Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu
janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu
supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan". (QS. Hud 11: 46)

c. Saba
        
          
      

Artinya: “ Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan


kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan
ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan
(tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu
itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum
(menghadapi) azab yang keras”(QS. Saba’ 34 : 46)
34

d. Al-A’raf
        
      
   

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata:


"Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan
mereka atau mengazab mereka dengan azab yang Amat keras?" mereka
menjawab: "Agar Kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)
kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”. (QS. Al-A’raf 7 : 164)

e. Al-Baqarah
     
       
         
       
      
        
 

Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati


akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau
ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah kamu
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian
kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, Maka
sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu
jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah
padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab
dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu
dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah
serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
(QS. Al-Baqarah 2 : 231)

f. An-Nisa’
       
        
         

Artinya: “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat”. . (QS. An-Nisa’ 4:58)
35

g. An-Nahl
      
      
  

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-
Nahl 16 : 90)

h. An-Nur
        

Artinya: “Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali


memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang
yang beriman”. (QS. An-Nur 24 : 17)

i. Luqman
        
     

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di


waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman 31 : 13)

j. An-Nisa’
       
       

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa


yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka,
dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. An-Nisa’ 4 : 63)

k. An-Nisa
36

       


       
       
     
        
    
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar”. (QS.An-Nisa’ 4 : 34)

l. Al-Mujadillah
      
        
      
Artinya: “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka
hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib
atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadillah 58 : 3)

m. Al-Baqarah
       

Artinya: “Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-
orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah 2 : 66)

n. Ali-Imran
     

Artinya: “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali-
Imran 4 : 138)
37

o. Al-Maidah

      


       
        
  
Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil)
dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu:
Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan
membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-
Maidah 5 : 46)

p. An-Nur
      
     

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu


ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-
orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah 5 : 46)

q. Al-Baqarah
       
       
       
       
         
       
Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
38

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali


(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (QS.Al-Baqarah 2 : 275)

r. Al’raaf
        
      
    

Artinya: “Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat)
segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu;
Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan
suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan
sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-
orang yang fasik”. (QS.Al-A’raaf 7 : 145)

s. Huud
        
       

Artinya: “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,
ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Huud 11 : 120)

t. An-Nahl
     
         
        
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (QS.An-Nahl 16 : 125)

u. Yunus 10: 57
39

      


      

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran


dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” .
(QS. Yunus 10 : 57)

Dari beberapa surah dan ayat diatas yang termasuk fi’il madhi

ْ ‫ ) َعلَ ْينَا أَ َوع‬pada surah dan ayat asy-syura 26 : 136, ( َ‫)فَ ِعظُوه ُّن‬
dengan kata (َ‫َظت‬

pada surah dan ayat an-nisa 4 : 34, Fi’il muncul sebanyak 2 kali. Fiil

َ ُ‫ )أَ ِعظ‬pada surah dan ayat huud 11 : 46, saba’ 34 : 46, Fill
dengan kata (‫ك‬

muncul sebanyak 2 kali. Fi’il Mudharik pada surah dan ayat Al’araf 7 :

164 dengan kata ( َ‫)تَ ِعظُن‬, Al-Baqarah 2 : 231 dengan kata (‫)يَ ِعظُ ُك ْم‬, An-

Nisa 4 : 57 , An-Nahl 16 : 90, An-Nur 24 : 17, Luqman 31 : 13 dengan

kata (ْ‫) َوه َُو يَ ِعظُ ُكم‬, Al-Mujadilah 58 : 3 dengan kata (‫) َذلِ ُك ْمتُوْ َعظُوْ نَبِ ِه‬, Fi’il

ْ ‫) َو ِع‬
Mudharik muncul sebanyak 7 kali. Fi’il Amar 4 : 63 dengan kata (‫ظه ُْم‬

Fi’il Amar muncul sebanyak 1 kali. isim fa’il pada surah dan ayat Asy-

َ ‫ ) ِّمن َْال َو ِع ِظ‬, Al-Baqarah 2 : 275 dengan kata (


Syura 26 : 136 dengan kata (‫ين‬

‫) َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه‬, Al-A’raf 7 : 145 dengan kata ( ً‫) َش ْى ٍء َّموْ ِعظَة‬, Hud 11 : 120

dengan kata (ٌ‫ة‬wَ‫) َو َموْ ِعظ‬, An-Nahl 16 : 125 dengan kata ( ‫نَ ِة‬w‫) َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َس‬,

Yunus 10 : 57 dengan kata (‫) َّموْ ِعظَ ٌة‬, isim fa’il muncul sebanyak 6 kali.

Isim Maful pada surah dan ayat Al-Baqarah 2 : 66 dengan kata (‫َو َموْ ِعظَ ًة‬

َ‫)لِّ ْل ُمتَقِين‬, Al-Maidah 5 : 46, An-Nur 24 :34, Ali-Imran 4 : 138 dengan kata (

َ‫) َو َموْ ِعظَةٌ لِّ ْل ُمتَقِين‬, Isim Maful muncul sebanyak 4 kali.

B. Cara Memberi Mau’izhah Atau Metode


40

Ayat-ayat mau’izhah menurut para musafir

a. Al-Baqarah 2 : 66

Yang Artinya: “Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi
orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.

Menurut Al-Maragi ayat ini juga mengandug mau’izhah bagi

orang-orang yang taqwa, sebab mereka akan mengambil pelajaran dan

peristiwa ini, dan akan menjadikanya cambuk bagi dirinya untuk tidak

melanggar larangan-larangan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

taqwa, amat takut melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh

Allah. Dengan demikian maka orang-orang yang belum bertaqwa akan

terbukalah hatinya untuk mengikuti jejak mereka. Dan petuah ini, dalam

pengertian hukuman bagi orang-orang yang telah lalu, orang-orang yang

sekarang dan selanjutnya, tidak akan bisa dijadikan pelajaran dan

meluruskan jiwa-jiwa yang sakit dan dalam mendidik umat, kecuali

apabila pelaksanaanya berjalan selaras dengan sunatullah. Dengan

demikian maka pendapat mujahid jelas lebih bisa diterima akal, dan pada

ayat tersebut tidak ada nash yang memberi pengertian bahwa yang diganti

oleh Allah adalah rupa mereka (kaum yahudi).34

Sedangkan menurut Ibnu Katsir kata lain maksud َ‫َو َموْ ِعظَةً لِ ْل ُمتَّقِ ْين‬

itu ialah “Semua yang aku timpakan kepada mereka itu merupakan akibat

pelanggaran mereka atas apa yang telah diharamkan Allah yang dilakukan

34
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang,1992), hal. 247
41

dengan tipu daya, agar orang-orang yang bertaqwa menjaga diri dari tipu

daya yang rendah itu”.35

Dari dua penafsiran diatas penafsitran pertama, ayat tersebut

membahas mau’izhah atau nesehat bagi orang yang bertaqwa. Kedua,

Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa akibat pelanggaran yang telah

diharamkan dilakukan dengan tipuan.

Dari uraian di atas merupakan tafsir ijmali karena penjelasannya

secara singkat atau Global yang disampaikan pada penafsiran ayat di atas

adalah mauizhah bagi orang yang bertaqwa mengambil pelajaran dan

peristiwa yang terjadi dengan demikian maka orang yang belum belum

bertaqwa akan mengikuti jejak mereka yang bertaqwa.

b. Al-Baqarah 2 : 275

Menurut Al-Maragi yaitu yang dimaksud dengan keadaan orang-

orang yang memakan riba di dunia ini, seperti orang yang sengaja

melakukan perbuatan karena gila, disebabkan mereka dimabukkan oleh

kecintaan harta. Dan setelah harta mampu memeperbudak pikirnnya,

maka jiwanya menjadi ganas, ingin sekali mengumpulkan harta sebanyak

mungkin, dan harta menjadi tujuan pokok kehidupannya. Mereka

menganggap tidak perlu susah-susah dengan menjalankan riba, dan

meninggalkan usaha lainnya.

Sehingga, jiwa mereka keluar dari garis pertengahan yang banyak

dianut orang. Siapa saja yang kembali seperti sedia kala, yakni memakan
35
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 151
42

riba setelah setelah adanya pengharaman, maka orang yang melakukan itu

termasuk orang yang tidak mau mendengar nasihat Allah. Padahal Allah

tidah sekali-kali melarang mereka kecuali lantaran hal itu sangat

membahayakan diri mereka. Dan mereka, (yang berlaku memakan riba),

adalah penghuni neraka, yang tetap didalamnya. Yang dimaksud dengan

sebagai penghuni untuk selamanya adalah sangat lama di dalam neraka.

Dan kalimat seperti ini dimaksudkan dengan memberatkan sangsi

terhadap para pelanggar.36

Sedangkan menurut Quraish Shihab mereka tidak dapat berdiri

dari kubur mereka pada hari kiamat kelak kecuali seperti berdirinya orang

gila dalam keadaan mengamuk dan kerasukan syaitan. Yaitu, mereka

berdiri dalam posisi yang tidak wajar. mereka membolehkan riba dengan

tujuan menentang hukum-hukum Allah Ta’ala dalam syariat nya, bukan

karena mengkhiyaskan (menganalogikan) riba dengan jual beli, karena

orang-orang musyrik tidak pernah mengakui penetapan jual beli yang

telah ditetapkan oleh Allah di dalam al-Qur’an. Seandainya ini termasuk

masalah Qiyas niscaya mereka akan mengatakan, “sesungguhnya riba itu

sama seperti jual beli,” tetapi mereka mengatakan keduanya serupa.37

Maka, mengapa dia mengharamkan ini (riba) dan menghalalkan

itu (jual beli) merupakan bagian dari kesempurnaan kalam (pernyataan)

sebagai penolakan atas mereka atau terhadap apa yang mereka katakan,

padahal mereka mengetahui perbedaan hukum yang telah ditetapkan


36
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang,1993), hal. 108
37
Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2014), hal. 20
43

Allah Ta’ala antara satu dengan yang lainnya. Dia maha mengetahui lagi

maha bijaksana, tidak ada yang dapat menolak ketetapannya dan Allah

tidak dimintai pertangungjawaban atas apa yang telah dia kerjakan, akan

tetapi merekalah yang akan dimintai pertangungjawaban. Barang siapa

yang telah sampai kepadanya larangan memakan riba, lalu ia berhenti

darinya ketika syariat sampai kepadanya, maka beginilah hasil muamalah

(usaha) terdahulu. Yakni baginya riba yang dahulu pernah ia makan

sebelum (riba itu) diharamkan. Yakni kembali mengambil riba, artinya

dia kembali mengerjakannya setelah larangan tersebut sampai kepadanya,

maka dia wajib mendapatkan hukuman dan hujjah telah tegak atasnya.38

Dari kedua penafsiran diatas diatas sama-sama mengharamkan

riba dan menghalakan jual beli, bagi yang tidak mendengar nasihat Allah

maka akan menjadi penghuni neraka dan tidak bisa berdiri dari kubur

mereka pada hari kiamat kelak.

Tafsir diatas merupakan tafsir ijmali yaitu suatu cara menafsirkan

ayat diatas secara singkat dan Global dengan menjelaskan makna yang

dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah

dipahami seperti yang telah tercantum diatas mengharamkan ini (riba) dan

menghalalkan itu (jual beli) merupakan bagian dari kesempurnaan kalam

(pernyataan) sebagai penolakan atas mereka atau terhadap apa yang

mereka katakan, padahal mereka mengetahui perbedaan hukum yang

telah ditetapkan Allah Ta’ala antara satu dengan yang lainnya.

38
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Daarus
Salam Iin Nasyr Wat Tauzi, 2014), hal. 61
44

c. Ali-Imran 4 : 138

Yang Artinya: “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.

Menurut Ibnu Katsir Allah berfirman bahwa di dalam Al-Qur’an

terdapat keterangan bahwa sejelas-jelasnya bagi umat manusia, juga

mengenai cerita umat-umat yang terdahulu. disamping itu ia adalah

petunjuk dan pencegah dari segala perbuatan dosa dan maksiat. 39

Sedangkan menurut Al-Maraghi penuturan yang telah lalu tersebut

merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia, sekaligus sebagai

petuah dan nasehat bagi orang-orang yang bertaqwa dari kalangan

mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan

mereka hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau kafir, orang yang

bertaqwa ayau fasik40

Dari kedua penafsiran diatas sama-sama membahas keadaan

manusia sudah jelas dalam Al-Qur’an. Dan merupakan nasehat bagi

mereka umat manusia yang bertaqwa.

Penafsiran diatas merupakan metode tafsir ijmali yaitu suatu cara

menafsirkan ayat diatas secara singkat dan Global dengan menjelaskan

makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga

mudah dipahami. Sejelas-jelasnya bagi umat manusia, juga mengenai

39
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 2, (Surabaya: PT. Bina Ilmu: 2005).,
hal.216
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha
40

Putra Semarang,1993), hal. 132


45

cerita umat-umat yang terdahulu sekaligus sebagai petuah dan nasehat

bagi orang-orang yang bertaqwa.

d. Al-Maidah 5 : 46

Yang Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil)
dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu:
Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan
membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”.

Menurut Ibnu Katsir dalam ayat ini Allah menerangkan tugas

yang diberikan kepada para Nabi isa putra maryam, yang membenarkan

kitab yang turun sebelumnya yaitu taurat, sedang dia sendiri dituruni kitab

injil yang berisi petunjuk hidayah dan cahaya penerangan untuk

menghilangkan segala syubhat dan menyelesaikan segala yang rumit, dan

membenarkan serta mengikuti semua hukum ajaran tuntutan kitab yang

sebelumnya dalam kitab taurat, hanya sebagian kecil yang menerangkan

apa yang diperselisihkan oleh bani israil sebagaimana tersebut di lain

ayat: “wali uhilla lakum ba’dhal ladzi hurrima alaikum” dan untuk

menghalalkan bagi kalian sebagian apa yang diharamkan atas kamu.

Karena para ulama menyatakan bahwa injil memansukhkan sebagian dari

hukum taurat. dan injil juga membawa tuntutan hidayat dan nasihat bagi

orang yang taqwa. Mencegah mereka dari perbuatan yang haram dan

dosa.41

41
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 115
46

Sedangkan menurut M. Quraish Shihab pada ayat 44 yang lalu,

dengan mengutus isa putra mariyam, sebagai rasul yang membenarkan

kitab yang sebelumnya, yakni taurat, demikian juga zabur, shuhuf

Ibrahim dan lain-lain. Dan kami telah anugerahkan kepadanya yakni isa

as. injil. Didalamnya ada petunjuk dan cahaya sebagaimana halnya taurat,

dan kitab injil itu membenarkan kandungan kitab yang sebelumnya, yaitu

kitab taurat. Dan dia juga menjadi petunjuk, yakni tuntunan serta

pengajaran, yakni nasihat yang menyentuh hati untuk orang-orang

bertaqwa.

Kata ‫ قفيا‬qaffainal mengikutkan terambil dari kata ‫ قفا‬qafa yang

berarti punggung, dari sini kata tersebut antara lain berarti yang datang

menyusul sesudah datangya yang lain, sedang kata ‫ا رآ‬ww‫ ث‬adalah bentuk

jamak dari kata ‫ أثر‬yang berarti jejak. Penggalan ayat ini dapat berarti

bahwa Allah mengutus isa as. Setelah datangnya para nabi yang lalu,

seperti nabi zakariyya as. Dapat juga berarti Allah mengutus isa as. agar

megikuti jejak para nabi sebelum beliau dalam mengajarkan petunjuk-

petunjuk Allah SWT.

Menurut Quraish Shihab kata (‫ )مصدقا‬mushadiqon / membenarkan

pada ayat ini terulang dua kali. Pengulangan itu agaknya disebabkan

karena perbedaan pelaku dan perbedaan cara pembenaran. Pembenaran

pertama, pelakunya adalah isa as. Yang membenarkan taurat, dalam arti

beliau menerapkan sekaligus memerintahkan umatnya untuk menerapkan

tuntunan-tuntunannya. Sedangkan membenrkan kedua, pelakunya adalah


47

injil yang membenarkan secara majazi dalam arti mengukuhkan

kandungan kitab taurat serta sesuai dengannya. walaupun tentunya, ada

juga yang dibatalkan olehnya, berdasarkan ucapan isa as.42

Dari kedua penafsiran diatas menerangkan bahwasannya telah

diturunkannya kitab taurat yang pertama, kemudian yang kedua telah

diturunkan kitan injil untuk menyempurnakan kitab taurat. Serta

menjadikannya petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.

Kedua penafsiran diatas yaitu suatu cara menafsirkan ayat diatas

secara singkat dan Global dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap

kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami seperti

petunjuk hidayah dan cahaya penerangan untuk menghilangkan segala

syubhat dan menyelesaikan segala yang rumit Dan kami telah

anugerahkan kepadanya yakni isa as. injil. didalamnya ada petunjuk dan

cahaya sebagaimana halnya taurat, dan kitab injil itu membenarkan

kandungan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab taurat. Yang membenarkan

taurat, dalam arti beliau menerapkan sekaligus memerintahkan umatnya

untuk menerapkan tuntunan-tuntunannya.

e. Al-A’raf 7 : 145

Yang Artinya: “Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh
(Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala
sesuatu; Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan
teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya)
dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri
orang-orang yang fasik”.

42
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 109
48

Menurut Al-Maraghi bahwa lauh-lauh ini adalah pertama-tama

wahyu tasyri’ secara ijmal yang diberikan kepada Musa. Adapun hukum-

hukum secara terinci lainnya, baik yang menyangkut ibadah maupun

muamalah dibidang sosial dan perang, juga tentang hukum-hukumnya,

semua ini diturunkan kepada Musa pada saat-saat diperlukan, seperti

halnya al-Qur’an. Dan serulah kaummu berpegang teguh dengan

pelajaran dan hukum-hukum yang dijelaskan dalam lauh-lauh yang

merupakan puncak kesempurnaan dan keindahan, seprti ikhlas karena

Allah dalam beribadah. Karena itu semua akan menghiasi akal dan

mensucikan jiwa.

Lain dari itu, jangan membuat gambar-gambar dan patung-

patung, karena gambar dan patung adalah jalan menuju kemusyrikan dan

penyebab yang mengantarkan kesana. Kalau kamu tidak mau berpegang

teguh pada apa yang telah kami datangkan kepadamu, dan tidak

melakukan itu sebaik-baiknya, maka berarti kamu adalah orang-orang

fasik terhadap perintah tuhanmu. Sehingga mereka dan menolong kamu

atas mereka. Dan Allah akan memperlihatkan kepadamu tenggelamnya

mereka setelah kepergianmu.43

Sedangkan menurut Ibnu Katsir setelah ayat yang menerangkan

bahwa permohonan musa untuk melihat langsung kepada Allah tidak

dapat diperkenankan, maka dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa aku

telah memilih dan mengutamakan anda hai musa dari semua manusia

43
Ahmad Mustafa Al-Mataghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang:CV. Toha Semarang, 1987),
hal. 110
49

dengan risalah dan dapat mendengar firman Allah, karena itu terimalah

apa yang sudah duberikan Allah kepadamu dan jangan memohon sesuatu

yang bukan bagimu, dan tidak akan sanggup anda menerimanya, dan

jadilah orang yang selalu bersyukur, sebab semua diberikan oleh Allah itu

besar dan utama, tidak ada yang lebih baik atau lebih besar dari apa yang

telah diberi olah Allah menurut rahmat dan hikmatnya, sedang dalam

kitab yang diberikan oleh Allah kepada musa cukup lengkap berisi

nasihat, tuntunan dan hukum perincian terhadap halal dan haram, hak dan

batil baik dan buruk. Laksanakan apa yang sudah diberikan itu sekuat

tenagamu dengan sepenuh ketangkasan juga anjurkan kepada kaummu

supaya melaksanakan semua ajara tuntunannya, sebab semua ajaran

tuntunannya, sebab semua ajaran baik membawa kepada kebaikan.

sedang orang yang fasik menyeleweng, curang terhadap ajaran kitab

Allah maka ia pasti akan menerima balasan dari amal perbuatannya. 44

Dari kedua penafsiran diatas antara penafsir pertama dan kedua

yaitu pertama, menurut Al-Maraghi berpegang teguh dengan hukum-

hukum dan menjadikannya pelajaran, jangan membuat gambar-gambar

dan patung-patung, karena gambar dan patung adalah jalan menuju

kemusyrikan dan penyebab yang mengantarkan kesana. Kedua, kitab

yang diberikan oleh Allah kepada musa cukup lengkap berisi nasihat,

tuntunan dan hukum perincian terhadap halal dan haram, hak dan batil

baik dan buruk.

44
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 297
50

Penafsiran diatas merupakan suatu cara menafsirkan ayat diatas

secara singkat dan Global dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap

kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Dan

serulah kaummu berpegang teguh dengan pelajara dan hukum-hukum

yang dijelaskan dalam lauh-lauh yang merupakan puncak kesempurnaan

dan keindahan, seprti ikhlas karena Allah dalam beribadah. Karena itu

semua akan menghiasi akal dan mensucikan jiwa dalam ayat ini Allah

menyatakan bahwa aku telah memilih dan mengutamakan anda hai musa

dari semua manusia dengan risalah dan dapat mendengar firman Allah,

karena itu terimalah apa yang sudah duberikan Allah kepadamu dan

jangan memohon sesuatu yang bukan bagimu.

f. Yunus 10 : 57

Yang Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”.

Menurut M Quraish Shihab ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an

adalah pengajaran, petunjuk, rahmat serta obat bagi apa yang terdapat

dalam dada, kalau kita meneragkan secara berturut-turut keempat fungsi

al-Qur’an yang disebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengajaran

al-Qur’an pertamakali menyentuh hati yang masih diselubungi oleh kabut

keraguan dan kelegahan serta aneka sifat kekurangan. Dengan sentuhan

pengajaran itu, keraguan berangsur sirna dan berubah menjadi keimanan,

kelegahan beralih sedikit demi sedikit menjadi kewaspadaan. demikian


51

dari saat kesaat, sehingga al-Qr’an menjadi obat bagi penyakit ruhani .

Dari sini, jiwa seseorang akan menjadi lebih siap meningkat dan mersih

petunjuk tentang pengetahuan yang benar dan makrifat tentang tuhan. ini

membawa kepada lahirnya akhlak luhur, amal-amal kebajikan yang

mengatur sesorang meraih kedekatan kepada Allah SWT. Dan ini pada

gilirannya nanti, mengundang aneka rahmat yang puncaknya adalah surge

dan ridha Allah SWT. 45

Sedangkan menurut Ibnu Katsir Allah SWT. berfirman

mengingatkan manusia bahwa dia telah memberi karunia-nya dengan

menurunkan al-Qur’an karim kepada rasulnya, Muhammad SAW. Yang

mengandung pelajaran, pencegah perbuatan jahat. penyembuh dari

penyakit ragu-ragu dan was-was yang berada di dada, petunjuk kepada

jalan yang lurus dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.

maka hendaklah mereka bergembira dengan datangnya petunuk dan

agama yang benar itu, karena itu adalah lebih baik dari segala apa yang

mereka kumpulkan, yang berupa kenikmatan duniawi dan harta kekayaan

yang fana.46

Selain itu menururut Hamka dalam kebingungan manusia, tuhan

menunjukkan jalan. Tuhan menerangkan bahwa betapa sulitnya jalan

yang akan ditempuh, akan dapatlah dia diatasi, sebab tuhan telah

memberikan pedoman. itulah dia kitab al-Qur’an yang mengandung

45
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 103
46
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 4, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), hal.
238
52

empat unsur penting didalam menempuh kehidupan. Pertama dia berisi

pengajaran atau tuntunan, kedua dia adalah suatu obat bagi apa yang ada

dalam dada, ketiga hudan yang berarti petunjuk, keempat rahmad yaitu

karunia kasih dan sayang kepda orang-orang yang beriman.47

Dari kedua penafsiran diatatas Al-Qur’an sebagai pengajaran,

petunjuk, rahmat serta obat bagi apa yang terdapat dalam dada,

menyentuh hati bagi orang yang beriman.

Dari penafsiran diatas tafsir ijmali yaitu suatu cara menafsirkan

ayat diatas secara singkat dan Global dengan menjelaskan makna yang

dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah

dipahami. al-Qur’an adalah pengajaran, petunjuk, rahmat serta obat bagi

apa yang terdapat dalam dada, mengingatkan manusia bahwa dia telah

memberi karunia-nya dengan menurunkan al-Qur’an karim kepada

rasulnya, Muhammad SAW. Yang mengandung pelajaran, pencegah

perbuatan jahat.

g. Hud 11: 120

Yang Artinya: “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan


kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu;
dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran
dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”.

Menurut Quraish Shihab untuk kisah-kisah yang telah

disampaikan dalam surah ini bahkan wahyu-wahyu yang lalu, ayat ini

menegaskan bahwa semua ayat dan kisah yang kami kisahkan kepadamu

47
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hal. 235
53

wahai Muhammad, sekarang dan akan datang demikian juga yang telah

lalu dari berita-berita penting para rasul bersama umat mereka, baik yang

taat maupun yang durhaka apa yang dengannya kami teguhkan hatimu

guna menghadapi tugas-tugas berat yang dibebankan kepadamu dan

bertambah yakinlah bahwa telah datang kepadamu disini yakni dalam

surah atau kitab suci ini kebenaran mutlak yang sempurna, seperti tentang

keesaan Allah dan keniscayaan hari keufian serta terdapat juga

didalamnya pengajaran yang sangat berharga dan peringatan bagi orang-

orang mukmin.48

Sedangkan menurut Ibnu Katsir Allah SWT. dalam ayat ini

berfirman, bahwa dia telah mengisahkan kepada Muhammad kisah para

rasul dan Nabi yang terdahulu sebelumnya dan menceritakan kepadanya

bagaimana mereka berjuang menghadapi umat dan golongan masing-

masing, menyampaikan dan risalah Allah dan amanatanya dan betapa

besarnya penderitaan para rasul itu yang didustakan diganggu dan

dianiaya oleh orang-orang yang kafir dari kaum masing-masing kemudian

betapa Alah memperlihatkan pertolongannya kepada para rasulnya

dengan memenangkan mereka diatas musuhnya yang menjadi musuh-

musuh Allah. Allah berfirman bahwa kisah-kisah itu menceritakan kepada

Muhammad untuk memperteguh hatinya dengan mengambil contoh dan

teladan serta mematik pelajaran dari kisah-kisah nabi yang sebelumnya

48
ibid., 367
54

itu, kisah-kisah yang mengandung kebenaran serta peringatan bagi orang-

orang yang mukmin.49

Menurut Hamka pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang

beriman. Supaya mereka tidak tempuh jalan yang salah yang ditempuh

oleh orang dahulu itu. Sebab kita datang kedunia ini hanya sekali, sesudah

itupun kita meninggal. Maka pesan-pesan tentang keadaan umat yang

dahulu itu, dapatlah menjadi peringatan pula bagi orang yang beriman.

Bahwasannya pembalasan Allah mesti menimpa kepada orang yang

durhaka kepada peringatan tuhan.50

Dari ketiga penafsiran diatas mengatakan bahwa surah atau kitab

suci ini kebenaran mutlak yang sempurna sebagai pengajaran dan

peringatan bagi orang-orang mukmin serta kisah-kisah yang mengandung

kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Penafsiran diatas merupakan penafsiran ijmali yaitu suatu cara

menafsirkan ayat diatas secara singkat dan Global dengan menjelaskan

makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga

mudah dipahami terdapat juga didalamnya pengajaran yang sangat

berharga dan peringatan, Maka pesan-pesan tentang keadaan umat yang

dahulu itu, dapatlah menjadi peringatan pula bagi orang yang beriman.

h. An- Nahl 16 : 125

49
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 4, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), hal.
372
50
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hal. 156
55

Yang Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Menurut Ibnu Katsir Allah berfirman menyuruh rasulnya berseru

kepada manusia mengajak mereka kejalan Allah dengan hikmah

kebijaksanaan dan nasihat serta anjuran yang baik. Dan jika orang-orang

itu mengajak berdebat, maka bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Allah lebih mengetahui siapa yang durhaka tersesat dari jalannya dan

siapa yang bahagia berada di dalam jalan yang lurus yang ditunjukkan

oleh Allah. Maka janganlah menjadi kecil hatimu. Hai Muhammad, bila

ada orang-orang yang tidak mau mengikutimu dan tetap berada dalam

jalan yang sesat. Tugasmu hanyalah menyampaikan apa yang diwahyukan

oleh Allah kepadamu dan memberi peringatan epada mereka, sedang

Allah-lah yang akan menentukan dn memberi petunjuk, serta dia-lah yang

akan meminta pertanggungjawaban hamba-hambanya kelak dihari

kiamat.51

Dari uraian tafsir diatas bahwa suruan mengajak seorang

individu atau kelompok menuju arah kebaikan dengan meninggalkan hal-

hal yang menuju pada keburukan dengan cara memberi nasihat kepada

orang yang dinasehati.

Dari penafsiran diatas yaitu suatu cara menafsirkan ayat diatas

secara singkat dan Global dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap

51
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 4, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), hal.
657
56

kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami yaitu Dan

jika orang-orang itu mengajak berdebat, maka bantahlah mereka dengan

cara yang baik. Allah lebih mengetahui siapa yang durhaka tersesat dari

jalannya dan siapa yang bahagia berada di dalam jalan yang lurus yang

ditunjukkan oleh Allah.

i. An-Nur 24 : 34

Menurut Hamka bahwasannya seluruh ayat sejak dari awal surat,

perkara hukuman bagi pezina, sampai hukuman menuduh-nuduh, sampai

pula kepada peraturan masuk rumahtangga orang, dilanjutkan lagi dengan

perintah supaya masyarakat lekas-lekas mengawinkan orang-orang yang

janda, sampai kepada memberi kesempatan bagi budak-budak perempuan,

semuanya itu adalah penjelasan-penjelasan, contoh-contoh bandingan

untuk mengambil sari teladan perbandingan sejarah dari keadaan yang

ditempuh oleh umat-umat yang dahulu sebelum kedangan Nabi

Muhammad SAW. Bagaimana suatu masyarakat menjadi hancur karena

tidak memegang peraturan tuhan. Bagaimana pula keamanan fikiran

dapat dibangunkan karena ada aturan-aturan tempat tunduk manusia.

Dengan ayat 34 ini terbayanglah Filsafat, Sejarah dan ilmu

kemasyarakatan yang mendalam (Sosiologi) dan hukuman besi sejarah

atas jalan-jalan hidup yang dipilih oleh manusia.

Maka orang-orang yang muttaqin, yang taqwa dan disebut juga

manusia-manusia yang berbakti dapatlah mengambil I’ibar daripada


57

segala kejadian yang telah terdahulu untuk mengatur masyarakat yang

lebih sempurna. Meskipun pepatah kuno yang terkenal, yaitu “sejarah

berulang”. pada hakikatnya tidaklah tepat, tetapi undang-undang alam

yang dilalui oleh manusia menurut hukum “sebab akibat” tidaklah dapat

diletakka. Karena perjalanan hidup manusia tidak juga lepas dari pada

ketentuan ilmunukur, yaitu barangsiapa yang memancangkan titik tolak

pangkalan dan titik tolak tujuan, akan cepatlah dia sampai apabila dia

mengelok ke tempat lain ditengah jalan. Dan apibila berbelok saja sedikit

menarik garis, akibat tempat sampai diujung akan terlalu jauh dari tujuan

yang semula.52

Ayat diatas membahas tentang contoh-contoh tauladan yaitu

mecontoh hal-hal yang bersifat baik serta perbandingan sejarah dari

keadaan yang ditempuh oleh umat-umat yang dahulu sebelum kedangan

Nabi Muhammad SAW.

Dari penafsiran diatas yaitu tafsir ijmali suatu cara menafsirkan

ayat diatas secara singkat dan Global dengan menjelaskan makna yang

dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah

dipahami bahwasannya seluruh ayat sejak dari awal surat, perkara

hukuman bagi pezina, sampai hukuman menuduh-nuduh, sampai pula

kepada peraturan masuk rumahtangga orang, dilanjutkan lagi dengan

perintah supaya masyarakat lekas-lekas mengawinkan orang-orang yang

janda, sampai kepada ‫ا‬memberi kesempatan bagi budak-budak

perempuan, semuanya itu adalah penjelasan-penjelasan, contoh-contoh


52
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT Citra Serumpun Padi, 2007), hal. 193
58

bandingan untuk mengambil sari teladan perbandingan sejarah dari

keadaan yang ditempuh oleh umat-umat yang dahulu sebelum kedangan

Nabi Muhammad SAW.

j. Asy-Syura 26 : 136

Yang artinya: “Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi Kami,

Apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat”.

Menurut M. Quraish Shihab tuntunan dan peringatan Nabi Hud

as. kepada kaummnya, tidak mereka gubris, bahkan kekeras kepala

mereka semakin menjadi-jadi. Mereka berkata mencemoohkan Nabi Hud

as. “adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat yakni

memberi peringatan atau berita gembira yang sangat hebat atau tidak

memberi nasehat sama sekali. kata (‫ )الواعظين‬Al-Wa’izhin adalah bentuk

jamak dari kata (‫ )اواعظ‬al-waizh yakni yang memberi (‫ )وعظ‬wa’az yaitu

ucapan-ucapan yang menyentuh hati yang mengandung janji baik atau

ancaman.53 Sedangkan menurut Hamka terbayanglah di ayat ini betapa

sudah menjadi kasarnya jiwa mereka. Bagi kami sama saja, apakah

engkau bernasihat panjang-panjang membujuk kami, atau engkau akan

berhenti, atau tidak bernasihat sama sekali, semuanya itu tidak akan kami

dengarkan. Nasihat itu bagi kami adalah laksana: “lenggang air di daun

talas.” tidak ada faedahnya. Kami dengan harta benda kami dengan

kemewahan kami, apa perdulimu.54


53
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 105
54
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu XIX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hal. 124
59

Menurut Ibnu Katsir ayat ini melukiskan sikap dan reaksi yang

diberikan oleh kaum A’ad terhadap peringatan. Dakwah dan ajakan Nabi

Hud kepada mereka tatkala menyampaiakan risalahnya. Berkata mereka:

adalah sama bagi kami, apakah engkau menasehati dan memberi

peringatan, kami tidak akan meninggalkan cara-cara hidup dan

persembahan kami dan tidaklah kami akan melepaskan persembahan

kami kepada tuhan-tuhan kami hanya karena kata-katamu atau

nasehatmu, sesungguhnya apa yang engkau bawa itu adalah suatu cerita

lama belaka.55

Penafsiran diatas bahwasannya sama-sama memberi nasehat

terhadap mereka yang berjiwa kasar dengan cara lemah lembut dan

menyentuh hati bagi pendengarnya, bagi mereka memberi nasehat atau

tidak memberi nasehat sama saja.

tafsiran pada ayat ini adalah merupakan metode ijmali yang

penafsirannya adalah Bagi kami sama saja, apakah engkau bernasihat

panjang-panjang membujuk kami, atau engkau akan berhenti, atau tidak

bernasihat sama sekali, semuanya itu tidak akan kami dengarkan.

k. Huud 11 : 46

Yang Artinya: “Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah


Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan),
Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu
janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu

55
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 5, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), hal.
70
60

supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak


berpengetahuan".

Menurut Quraish Shihab bahwa nuh as. anda jangan berkata,

“jika demikian ketiadaan, kata ya/wahai bukan mengisyaratkan

kedekatan.” penyampaian dan do’a beliau itu, dilukiskan sebagai menyeru

untuk menunjukkan besar dan dalamnya kesedihan beliau. memang sering

kali saat seorang dalam keadaan sangat terdesak atau sedang diliputi oleh

kesedihan atau ketakutan, ia “mengeraskan suara”, baik dalam berdoa

atau meminta pertolongan walau yang diseru atau diharapkan bantuannya

tidak jauh darinya.56 Sedangkan Menurut Ibnu Katsir hai Nuh, ia tidak

termasuk keluargamu yang aku janjikan keselamatannya, karena aku

berjanji akan hanya menyelamatkan anggota keluargamu yang beriman,

sedang anakmu yang tenggelam itu termasuk orang-orang yang sudah

terdahulu ada ketetapan, bahwa mereka akan tengelam karena

kekafirannya dan penentangannya terhadap ayahnya yang ia adalah

seorang Nabi dan Utusanku.57

Penafsiran diatas membahas tentang kedua tafsiran tersebut tidak

ada menjelaskan bahwasannya tentang suatu peringatan tetapi

menjelaskan tengtang keselamatan bagi orang-orang yang beriman.

Dari tafsiran menurut dua tokoh atau para musafir itu ialah Allah

tidak menjanjikan keselamatannya, karena aku berjanji akan hanya

menyelamatkan anggota keluargamu yang beriman.

56
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an , (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal.256
57
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 4, (Surabaya: PT Bina Ilmu,2005), hal.
321
61

l. Saba’ 34 : 46

yang Artinya: “ Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak


memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu
menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri;
kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila
sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi
peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras”.

Menuurt Hamka “Katakanlah! hanya satu saja nasehat yang aku

berikan kepadamu.” (pangkal ayat 46). sebagai inti atau puncak dari

segala seruan dan dakwah, “(yaitu) bahwa kamu menghadap Allah

berdua-dua dan sendiri-sendiri.” ayat ini terkandung anjuran kepada

pribadi mereka masing-masing seketika mereka tersisih daripada

kelompok orang banyak. Disini Nabi disuruh Allah menganjurkan orang-

orang itu supaya berfikir sendiri-sendiri, direnungkan dan tinjau kedalam

hati sendiri. Sebab seluruh kaum itu tetap percaya kepada Allah Yang

Esa. Mereka menyembah berhala hanyalah sebagai perantara saja. Dalam

anjuran Nabi ini mereka disuruh berdua-dua atau sendiri-sendiri

menghadap langsung kepada Allah! tinggalkan pengaruh yang lain.58

Sedangkan menurut Ibnu Katsir Allah SWT. Berfirman kepada

rasulnya: “Katakanlah. Hai Muhammad kepada orang-orang yang kafir

yang menuduhmu engkau menderita penyakit gila: “Aku sesungguhnya

hendak memperingatkan kepadamu hanya suatu hal saja, yaitu hendaklah

kamu berdiri menghadap kepada Allah dengan ikhlas terlepas dari hawa

nafsu dan kefanatikan kemudian berpikirlah dan bertanya-tanya satu

58
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu XXII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), hal. 190
62

kepada yang lain tentang diri Muhammad. Tidak ada penyakit gila

sedikitpun pada kawanmu, yakni Muhammad. Dia tidak lain hanyalah

pemberi peringatan bagi kamu sebelum kamu menghadapi azab dan siksa

Allah yang keras.59

Dari penafsiran diatas penafsiran pertama menurut Hamka yaitu

tentang nasehat kepada orang kafir yang menuduh Nabi gila dalam

menyampaikan nasihat. Sedangkan menurut Ibnu Katsir Muhammad

adalah memberi peringatan.

Dari kedua penafsiran diatas merupakan metode tafsir ijmali yang

menjelaskan secarang singkat dan global tentang ayat tersebut bahwa

kamu menghadap Allah berdua-dua dan sendiri-sendiri.” ayat ini

terkandung anjuran kepada pribadi mereka masing-masing seketika

mereka tersisih daripada kelompok orang banyak yaitu memberi nasehet

dan peringatan.

m. Al-A’raf 7 : 164

Yang Artinya: “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka


berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan
membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang Amat
keras?" mereka menjawab: "Agar Kami mempunyai alasan (pelepas
tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”.
Menurut M. Quraish Shihab ayat diatas menggambarkan tiga

kelompok pendurhaka yang diberi nasehat. Kedua, kelompok yang pernah

memberi nasihat dan telah berputus asa melanjutkan nasehatnya karena

merasa bahwa nasihat tidak berguna lagi. yang ketiga, adalah yang masih
59
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 6, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2006), hal.
67
63

melanjutkan nasihat untuk dua tujuan, pertama melaksanakan kewajiban

nasihat-menasihati terlepas apakah mereka terima atau tidak, dan kedua,

siapa tahu nasihat itu menyentuh hati mereka sehingga mereka sadar.60

Sedangkan menurut dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa

penduduk dusun itu telah terpecah dalam tiga golongan. 1: yang berbuat

dosa dengan hilah mereka untuk dapat menggali di hari sabtu. 2:

golongan yang melarang perbuatan dosa itu bahkan menjauh dari mereka.

3: golongan yang tinggal diam tidak berbuat dan tidak melarang pada

orang yang berbuat, bahkan mereka ini menegur golongan yang melarang

dengan kalimat: mengapa kalian menasehati kaum yang akan dibinasakan

oleh Allah, tidak akan berguna nasihat peringatanmu itu. Yang wajib,

“kami menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar, kalau-kalau teguran

itu berguna sedikit kepada mereka dan menyadarkan mereka kepada arti

taqwa dan tujuanya.61

Kedua penafsiran diatas sama-sama membahas atau

menyampaikan tentang nasihat kepada orang-orang yang berbuat dosa

nasihat itu menyentuh hati mereka sehingga mereka sadar akan kejalan

yang benar. Nasehat itu diterima atau tidak akan tetapi sudah disampaikan

dan diperingatkan kepada mereka.

Dari kedua penafsiran diatas merupakan metode tafsir ijmali

yang menjelaskan secarang singkat dan global tentang melaksanakan

kewajiban nasihat-menasihati terlepas apakah mereka terima atau tidak


60
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 344
61
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 518
64

Yang wajib, “kami menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar, kalau-

kalau teguran itu berguna sedikit kepada mereka.

n. Al-Baqarah 2 : 231

Yang Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka


mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang
ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula).
janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena
dengan demikian kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat
demikian, Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah
nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu
Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran
kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada
Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu”.
Menurut Ibnu Katsir dalam ayat ini Allah menyuruh para suami,

jika menceraikan isterinya, supaya tetap berlaku baik. Jika masa iddahnya

hampir habis, ia bisa memilih untuk ruju’ kembali dengan niat yang baik,

yaitu mempersaksikan bahwa ia telah ruju’ kembali, lalu bergaul dengan

baik, atau dilepas terus dengan cara yang baik pula, tanpa pertengkaran

atau saling menjelekkan.62

Sedangkan menurut Al-Maraghi dalam ayat ini terkndung

ancaman dan peringatan yang keras dari Allah bagi siapa saja yang

melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan olehnya. Dan dalam

ayat ini terkandung pula himbauan kepada kaum muslimin agar mereka

menghormati ikatan perkawinan, serta harus menjauhkan diri dari

perbuatan yang pernah mereka lakukan pada masa jahiliyah. Yaitu

62
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Ibnu Katsir Jilid 1, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2002), hal.
444
65

menjadikan ikatan perkawinan sebagai suatu permainan. Mereka

mempermainkan masalah talak dengan mengekang kaum wanita dan

mempermainkannya. Allah telah mengingatkan kepada kita nikmat-

nikmatnya yang telah dianugerahkan kepada kita sehingga kita dapat

mendirikan ikatan perkawinan dengan suatu tuntunan yang baik dan

sempurna. Allah juga telah memberi hidayah kepada kita dengan agama

islam yang lurus, menetapkan batasan-batasannya, memastikan hukum-

hukumnya disertai dengan penjelasan tentang hikmah-hikmah dan

rahasia-rahasianya dan diperkuat pula dengan nasehat-nasehat yang

membukakkan mata hati kita untuk melaksanakannya.63

Kedua penafsiran diatas sama-sama membahas tentang peringatan

agar tidak melanggar batasan-batasan hukum yang telah ditetapkan agar

menghormati ikatan perkawinan dan bagi suami yang mencerai/mentalak

isteri supaya bersikap baik tanpa menjelkkan satu sama lain.

Dari kedua penafsiran diatas merupakan metode tafsir ijmali yang

menjelaskan secarang singkat dan global tentang ancaman dan peringatan

yang keras dari Allah bagi siapa saja yang melanggar batasan-batasan

yang telah ditetapkan olehnya. Dan dalam ayat ini terkandung pula

himbauan kepada kaum muslimin agar mereka menghormati ikatan

perkawinan, serta harus menjauhkan diri dari perbuatan yang pernah

mereka lakukan pada masa jahiliyah. Yaitu menjadikan ikatan

perkawinan sebagai suatu permainan.

63
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992),, hal.
306
66

o. An-Nisa 4 : 58

Yang Artinya: “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat”. .

Menurut Ibnu Katsir hal ini mencakup semua amanah yang

wajib bagi manusia, berupa hak-hak Allah terhadap para hambanya,

seperti shalat, zakat, puasa, kafarat, nazar, dan semisalnya. Allah

memerintahkan amanah, menetapkan hukum diantara manusia dengan

adil dan hal lainnya, yang mencakup perintah-perintah dan syariat-

syariatnya yang sempurna agung dan lengkap. Allah mendengar seluruh

perkataan kalian dan melihat seluruh perbuatan kalian.64

Sedangka menurut Al-Maraghi ada macam-macam amanat yaitu,

amanat hamba dan rabnya, amanat hamba dengan sesama manusia,

amanat manusia terhadap dirinya sendiri. Untuk memutuskan perkara

yang adil memerlukan beberapa hal: pertama, dakwaan dari si pendakwa

dan jawaban dari si terdakwa, untuk mengetahui pokok persengketaan

dengan bukti-bukti dari kedua orang yang bersangketa. Kedua, hakim

tidak berat sebelah kepada salah satu pihak diantara kedua orang yang

bersengketa. Ketiga, hakim mengerti tentang hukumyang telah digariskan

oleh Allah untuk memutuskan perkara diantara manusia berdasarkan

contoh dari al-kitab, sunnah maupun ijma umat. Sebaik-baiknya sesuatu


64
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir ibnu katsir jilid 2, (Jakarta:
Pustaka Ibnu Katsir, 2014), hal. 559
67

yang dinasihatkan kepada kalian adalah menyampaikan amanat dan

memutuskan perkara dengan adil diantara manusia, karena nasihat

mengandung kebaikan, keberuntungan dunia akhirat.Wajib menjalankan

segala apa yang diperintahkan dan dinasihatkan Allah, karena dia lebih

mengetahui dari pada kalian tentang segala apa yang terdengar dan

terlihat. Jika kalian memutuskan perkara dengan adil maka sesungguhnya

dia maha mendengar tentang keputusan itu. Dan jika kalian

menyampaikan amanat, maka sesungguhnya dia maha melihat itu.65

Kedua penafsiran diatas sama-sama membahas tentang amanah

kepada manusia terhadap manusia, sikap adil menyampaikan amanat dan

memutuskan perkara dengan adil diantara manusia, karena nasihat

mengandung kebaikan, keberuntungan dunia akhirat.

p. An-Nahl 16 : 90

Yang Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Menurut Hamka pada ayat ini sesungguhnya Allah menyuruh kita

berbuat pada kebaikan dan berlaku adil terhadap apapun dan siapapun.

Ada tiga larangan Allah yang seyogianya dijauhi oleh orang yang

mengaku beriman kepada Allah. Allah melarang semua perbuatan yang

keji-keji yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan, segala

perbuatan yang berkaitan dengan zina baik itu pakaian, cara lain yang
65
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang, 1992), hal. 116
68

menimbulkan syahwat, jangan benci atau munkar yaitu perbuatan yang

tidsak dapat diterima oleh masyarakat dan segala perangai yang yang

membawa pelanggaran atau aturan agama. Dan aniaya: yaitu segala

perbuatan yang sikapnya permusuhan sesama manusia.66

Sedangkan menurut Ibnu Katsir Allah swt. Berfirman menyuruh

berlaku adil dan berbuat amal kebajikan, bersilatuhrahmi dan memberi

kepada kaum kerabat. Sebaliknya Allah melarang orang melakukan

perbuatan yang keji dan munkar secara terang-terangan atau secara

bersembuyi. Allah memberi pengajaran kepada kamu dengan menyuruh

berbuat baik dan melarang berbuat keji adalah agar kamu selalu ingat dan

mengambil serta menggunakan pengajaran ini.67

Dari kedua penfsir diatas membahas menegenai supaya berlaku

adil, terutama adil sesama manusia dalam berbagai hal. Menurut Hamka

Allah melarang semua perbuatan yang keji-keji yaitu dosa yang amat

merusak pergaulan dan keturunan, segala perbuatan yang berkaitan

dengan zina baik itu pakaian, cara lain yang menimbulkan syahwat.

Menurut Allah memberi pengajaran kepada kamu dengan menyuruh

berbuat baik dan melarang berbuat keji adalah agar kamu selalu ingat dan

mengambil serta menggunakan pengajaran ini.

Dari kedua penafsir diaats merupakan tafsir ijmali membahas

secara singkat atau global berbuat pada kebaikan dan berlaku adil

terhadap apapun dan siapapun. Ada tiga larangan Allah yang seyogianya

66
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), hal. 282
67
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005), hal. 635
69

dijauhi oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah. Sebaliknya

Allah melarang orang melakukan perbuatan yang keji dan munkar secara

terang-terangan atau secara bersembuyi. Allah memberi pengajaran

kepada kamu dengan menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat keji

adalah agar kamu selalu ingat dan mengambil serta menggunakan

pengajaran ini.

q. An-Nur 24 : 17

Yang Artinya: “Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali


memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang
yang beriman”.

Menurut Hamka cukuplah hal yang sekali ini buat menjadi

pengalaman bagi kamu. Janganlah terulang lagi yang kedua kali dan yang

seterusnya. Karena perbuatan begini tidak mungkin timbul dari orang-

orang yang beriman, orang yang beriman tidaklah akan telap oleh

propokasi. Penyiar kabar nista tidak mugkin orang yang beriman. Penyiar

khabar dusta sudah pasti orang yang munafik atau busuk hati, karena

maksud yang tertentu, dan yang sanggup menerimanya hanyalah orang

yang goyang imannya. Kamu senantiasa wajib waspada, karena kesatuan

imanmu tidak mungkin dirusakkan dari luar, tetapi hendak diruntuhkan

dari dalam. Perjuangannya semua persekongkolan hendak menentang

nabi telah mereka coba. Semuanya gagal, jalan satu-satunya buat

melepaskan sakit hati ialah menganggu perasaannya, menuduh isterinya

berbuat serong. Sekarang ayat-ayat ini adalah kumia ilahi dan rahmatnya,
70

cara kasarnya ialah bahwa “tuhan turun tangan” membersihkan nama

Aisyah.68

Sedangkan menurut Ibnu Katsir maka Allah memperingatkan

kepada kamu, janganlah sekali-kali kamu berbuat seperti itu lagi jika

kamu benar-benar orang-orang mukmin yang mematuhi perintah-perintah

Allah dan mengagungkan rasul-nya.69

kedua tafsiran diatas tafsiran pertama menurut Hamka cukup sekali

berbuat tidak baik jangan sampai terulang kembali. Sedangkan menurut

ibnu kasir merupakan peringatan jangan berbuat kesalahan lagi dan terus

berbuat baiklah jika kamu orang yang beriman.

Dari kedua penafsiran ayat diatas merupakan tafsir ijmali yang

penjelasannya singkat dan Global yaitu Allah memperingatkan kepada

kamu, Janganlah terulang lagi yang kedua kali dan yang seterusnya.

Karena perbuatan begini tidak mungkin timbul dari orang-orang yang

beriman, orang yang beriman.

r. Luqman 31 : 13

Yang Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,


di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".

Menurut Ibnu Katsir Allah berfirman mengisahkan Luqman

tatkala memberi pelajaran dan nasihat kepada putranya yang bernama

Tsaran. Berkata Luqman kepada putranya yang paling disayang dan


68
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XVIII, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1982), hal. 161
69
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Ibnu Katsir 5, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 475
71

dicintai itu: “Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan sesuatu

dengan Allah, karena syirik itu sesungguhnya adalah perbuatan yang

kezaliman yang besar.70

Dari tafsiran diatas Luqman memberi pelajaran dan nasehat yaitu

nassehat jangan menyekutukan Allah jika hal itu terjadi maka yang

dilakukan itu adalah perbuatan yang sangat zalim.

Dari tafsiran Ibnu Katsir diatas merupakan tafsir ijmali karena

penjelasannya singkat dan global janganlah engkau mempersekutukan

sesuatu dengan Allah, karena syirik itu sesungguhnya adalah perbuatan

yang kezaliman yang besar.

s. An-Nisa 4 : 63

Yang Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui


apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka
Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

Menurut Syaihk Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri mereka adalah

kaum munafik, Allah maha mengetahui isi hati mereka,dan mereka akan

mendapat balasan dari perbuatannya itu. Tidak ada sesuatupun yang

tersembuyi darinya. Maka wahai Muhammad! cukuplah dengannnya

tentang mereka, karena Allah maha mengetahui lahir dan batin mereka.

Janganlah engkau bersikap kasar disebabkan apa yang ada didalam hati

mereka, yakni laranglah mereka dari kemunafikan dan menyimpan

rahasia-rahasia jahat yang tertanam dihati mereka, yakni nasehatilah


70
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir 6, (Surabaya: PT Bina Ilmu,2006), hal.
262
72

mereka dengan kata-kata yang berbekas dalam semua perkara yang terjadi

diantaramu dengan mereka, sehingga engkau dapat mencegah mereka.71

Dari tafsiran diatas membahas tentang kaum munafik, supaya

menentang kaum munafik dengan cara yang baik tidak dengan kekerasan

serta menasehati dengan kata-kata yang menyentuh hati mereka.

Tafsiran diatas merupakan tafsir ijmali yang merupakan tafsiran

secara singkat dan global yakni laranglah mereka dari kemunafikan dan

menyimpan rahasia-rahasia jahat yang tertanam dihati mereka, yakni

nasehatilah mereka dengan kata-kata yang berbekas dalam semua perkara

yang terjadi diantaramu dengan mereka, sehingga engkau dapat mencegah

mereka.

t. An-Nisa 4 : 34

Yang Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar”.

Menurut Al-Maraghi diantara kaum laki-laki ialah memimpin

kaum wanita dengan melindungi dan memelihara mereka. Sebagai

konsekuensi dari tugas ini, kaum laki-laki diwajibkan perang dan kaum

71
Syaihk Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka
Ibnu Katsir, 2014), hal. 570
73

wanita khusus dan kaum laki-laki memperoleh bagian lebih besar dalam

hal harta pusaka daripada kaum wanita, karena kaum laki-laki

berkewajiban memberikan nafkah, sedangkan kaum wanita tidak.

Sebagian kaum muslimin yang mengikuti prancis enggan menerima

syariat tentang memukul isteri yang berlaku nusyudzs. Akan tetapi

mereka tidak segan apabila istri mereka berlaku nusyusdzs dan sombong

ketahuilah orang perancis sendiri memukul isteri mereka yang terpelajar

dan berpendidikan bahkan hal ini dilakukan oleh orang bijaksana kaum

cendikia, para raja da pemerintah mereka. Jadi memukul isteri sesuatu

yang penting terutama dalam agama.72

Sedangkan menurut syeikh shaffiyyurrrahman al-mubarakfuri

waita-wanita yang taat kepada suaminya, wanita yang menjaga (hak)

suaminya diwaktu suaminya tidak ada (disampingnya), yakni dengan

menjaga dirinya sendiri dan harta suaminya. Wanita-wanita yang kalian

khawatirkan nusyuznya kepada suami mereka. Nusyuz adalah rasa lebih

tinggi. Nusyuz adalah rasa lebih tinggi diatas suaminya, sehingga

meninggalkan perintahnya, berpaling dan membencinya. Ketika tanda-

tanda nusyuz itu timbul, maka nasehatilah dan ingatkanlah bahwa jika ia

maksiat pada suaminya maka akan mendapat siksa Allah. Hal ini karena

Allah menetapkan hak suami atas isteri, dengan ketaatan istri kepada

suami. Allah pun telah mengaharamkan durhaka kepada suami. Juga

karena keutamaan dan kelebihan yang dimiliki suami atas istri. Apabila

72
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992), hal.
46
74

istri menaati suami dalam keadaan kehendak suami yang dibolehkan

Allah maka tidak boleh mencari jalan untuk menyusahkannya. Peringatan

dan ancaman bagi kaum laki-laki jika berbuat zalim kepada istri tanpa

sebab maka Allah maha tinggi lagi mahha besar.73

Dari tafsiran di atas tafsiran pertama Al-Maraghi membahas

tentang segan apabila seorang istri mereka berlaku nusyusdzs dan

sombong ketahuilah orang perancis sendiri memukul isteri mereka yang

terpelajar dan berpendidikan bahkan hal ini dilakukan oleh orang

bijaksana kaum cendikia, para raja da pemerintah mereka. Sedangkan

syeikh shaffiyyurrrahman Al-Mubarakfuri mengungkapkan Nusyuz

adalah rasa lebih tinggi diatas suaminya, sehingga meninggalkan

perintahnya, berpaling dan membencinya. Peringatan dan ancaman bagi

kaum laki-laki jika berbuat zalim kepada istri tanpa sebab maka Allah

maha tinggi lagi mahha besar.

Kedua tafsiran diatas merupakan tafsir ijmali yaitu penjelasan

secara singkat dan global Nusyuz adalah rasa lebih tinggi diatas

suaminya, sehingga meninggalkan perintahnya, berpaling dan

membencinya. Peringatan dan ancaman bagi kaum laki-laki jika berbuat

zalim kepada istri tanpa sebab maka Allah maha tinggi lagi mahha besar.

u. Al-Mujadillah 58 : 3

Yang Artinya: “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian


mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib
73
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir ibnu katsir jilid 2, (Jakarta:
Pustaka Ibnu Katsir, 2014), hal. 501
75

atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu


bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Menurut M. Quraish Shihab adapun orang-orang yang

menzihar istri-istri mereka, kemudian mereka kembali dengan apa yang

mereka ucapkan, yakni membatalkan zihar itu karena ingin kembali

melanjutkan hubungan suami istri sebagaimana sebelum terjadinya zihar

maka wajib atasnya memerdekakan seorang budak sebelum keduanya

yaksi suami istri itu bersetubuh yakni bercampur kembali dari saat kesaat

sebagaimana suami istri, bercumbu antara pusar dan lutut. Demikianlah

yang diajarkan Allah kepada kamu. Memerdekakan hamba sahaya yang

telah diwajibkan Allah itu merupakan tuntunan dan pengajaran bagi kamu

agar kamu tidak mengulangi ucapan buruk itu. sesungguhnya Allah maha

bijaksana dalam menetapkan sanksi hukum, dan Allah maha mengetahui

apa yang senantiasa apa yang kamu kerjakan.74

Dari penafsiran diatas membahas membatalkan zihar itu karena

ingin kembali zhihar antara suami dan isteri yang bercampur kembali

kapan saja dari waktu ke waktu yaitu tuntunan dari Allah SWT berupa

pengajaran bagi kamu supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dari tafsiran M.Shihab diatas adalah merupakan tafsir ijmalai yang

penjelasannya singkat dan secra global membatalkan zihar itu karena

ingin kembali melanjutkan hubungan suami istri sebagaimana sebelum

terjadinya zihar Memerdekakan hamba sahaya yang telah diwajibkan

74
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2003), hal. 65
76

Allah itu merupakan tuntunan dan pengajaran bagi kamu agar kamu tidak

mengulangi ucapan buruk itu. sesungguhnya Allah maha bijaksana dalam

menetapkan sanksi hukum.

Dari pemaparan surah dan ayat serta penafsiran menurut para musafir

maka penulis akan kelompokkan dari surah-surah dan ayat berdasarkan

tema kecil atau persub tema. Dari pengelompokkan atau penentuan sub

tema pada ayat di atas maka penulis hanya membahas tentanng mau’izhah

(nasihat) yang terdiri dari beberapa surah dan ayat. Adapun

pengelomokkanya sebagai berikut:

Pengelompokkan Surah Pertema

NO
NO NAMA SURAH AYAT ISI POKOK
SURAH
1. AN-NUR 24 34 Mauizah sebagai Nasehat
2. ASY-SYURA 26 136 Mauizah sebagai
pengajaran
3. AL-A’RAAF 7 164 Mauizah sebagai Nasehat
4. LUQMAN 31 13 Mauizah sebagai
pelajaran
5. AN-NISA 4 63 Mauizah sebagai
pelajaran
6. AN-NISA 4 34 Mauizah sebagai
pengajaran
7. ASY-SYURA 26 136 Mauizah sebagai
Pengajaran
8. HUD 11 120 Mauizah sebagai Nasehat
9. AN-NAHL 16 125 Mauizah sebagai Nasehat
10.. YUNUS 10 57 Mauizah sebagai Nasehat
11. AL-BAQARAH 2 231 Mauizah sebagai
Pengajaran
12. AN-NISA 4 57 Mauizah sebagai
77

Pengajaran
13. AN-NAHL 16 90 Mauizah sebagai
Pengajaran
14. AL-MUJADILAH 58 3 Mauizah sebagai
Pengajaran
15. ALI-IMRAN 3 138 Mauizah sebagai Nasehat
16. AL-MAIDAH 5 46 Mauizah sebagai Nasehat
17. AL-A’RAF 7 145 Mauizah sebagai
pelajaran
18. HUD 11 46 Mauizah sebagai
Peringatan
19. SABA’ 34 46 Mauizah sebagai
Peringatan
20. AN-NUR 24 17 Mauizah sebagai
Peringatan
21. AL-BAQARAH 2 66 Mauizah Sebagai
Nasehat
22. AL-BAQARAH 2 275 Mauizah Sebagai
Nasehat
.

C. Prinsip Metode Mauizhah Dalam Al-Qur’an

Prinsip-prindip metode ini diarahkan kepada md’u yang kapasitas

intelektual dan pemikiran serta pengalaman spiritualnya tergolong kelompok

awam. Dalam hal ini, peranan, juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman

dekat yang setia, yang menyayangi dan memberikannya segala hal yang

bermanfaat serta membahagiaka mad’unya. 75

Jadi prinsip mauuizhah yaitu arti kata yang lemah lembut yang masuk

kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan denagan penuh

kelembutan yang membagiakan yang membaca Al-Qur’an sehingga tersentuh

75
Ali Yudin, “Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an”, Jurnal/Ilmu Dakwah,
no. 15, (2010), vol.4, h.119
78

hatinya untuk menuju kebajikan dalam hidup di dunia dan akan mendapat

acanaman apabila melanggarnya.

1. Cara/metode Memberi Mauizhah

Metode Ibrah dan Mau’izah adalah penyajian bahan pembelajaran yang

cenderung meneladani pendidiknya. Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang

menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi,

dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Mau’izah

adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan

pahala atau ancamannya.76

Metode ini dengan metode nasehat yakni suatu metode pembelajran

dengan cara mendidik atau metode pembelajaran dengan cara pendidik

memberokan motivasi. Metode ibrah atau mau’izhah (nasihat) sangat efektif

dalam pembentukan keimanan yang bertujuan untuk mempersiapkan moral

spiritual dan sosial peserta didik. Nasihat juga dapat membukakan mata peserta

didik terhadap hakekat sesuatu, serta memotivasinya untuk bersikap luhur,

berakhlak mulia dan membelikannya dengan prinsip-prinsip islam. Al-Quran

sebagai kitab suci memiliki cara atau metode tersendiri untuk memperkenalkan

ajaran yang terkandung didalamnya. dalam Al-Qur’an terdapat metode yang

tepat, guna menghantarkan tercapainya pendidikan yang islami sebagaimana

yang dicita-citakan. Berkaitan dengan ini, maka ada beberapa metode Al-Qur’an

dalam belajar dan pembelajaran yaitu metode dialog, kisah, perumpamaan,

keteladanan, praktek dan pengulangan, ibrah dan mauizhah, targib dan tarhib.

76
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 99
79

Dari beberapa metode Al-Qur’an tersebut maka penulis hanya membahas metode

mauizhah.

Cara memberi metode mauizhah yaitu dengan cara:

1. Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari hal perbuatan jelek melalui

tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi) penjelasan ketrangan, gaya bahasa

,peringatan, petutur, teladan, pengarahan, dan pencegahan dengan cara yang

halus.

2. Al-mauizhah adalah melalui pelajaran, keterangan, petutur, peringatan,

pengarahan dengan gaya bahasa yang mengesankan atau menyentuh dan

terpatri dalam nurani. kelembutan hati, menyentuh jiwa dan memperbaiki

peningkatan amal.

3. Dengan bahasa dan makna yang simbol, janji, penuntun, petunjuk.

4. Melalui suatu nasihat, bimbingan dan arahan untuk kemaslahatan. dilakukan

dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna

dan terkesan dihati sanubari.

5. Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang dapat di terpatri dalam

jiwa, penuh kelembutan sehingga tekesan dalam jiwa, tidak melalui cara

pelaggaran, mengejek, melecehkan, menyudutkan, atau, menyalahkan, dapat

meluluhkan hati yang keras, menjiknakkan kalbu yang liar.

D. Tujuan Memberi Mau’izhah


80

Menurut Quraish Shihab Mauizhah berasal dari kata ‫يعظه‬ya’izhuhu

terambil dari kata ‫وعظ‬wa’az yaitu Nasihat menyangkut berbagai kebijakan

dengan cara yang menyentuh hati.77

1. Syifa’ (obat)

Artinya al-Qur’an dapat mengobati penyakit yang timbul di tengah-

tengah komunitas baik penyakit individual maupun penyakit masyarakat.

Tentu saja, hal itu jika manusia mau berobat sesuai petunjuk Al-Qur’an.

2. Hudan (petunjuk)

Al-Qur’an adalah menjelaskan dan memberitahu manusia tentang

jalan yang dapat menyampaikannya kepada tujuan hidup, yaitu kebahagiaan

dunia dan akhirat. Atau dengan kata lain, Al-Qur’an bagaikan ramu-rambu

dan isyarat yang mengarahkan manusia dalam menjalankan kehidupannya di

dunia ini.

3. Rahmat

Rahmat adalah bahwa kitab suci ini merupakan perwujudan rahmat

Allah bagi manusia. Atau dengan kata lain Allah memberikan rahmat kepada

manusia melalui Al-Qur’an. Ajaran yang terkandung di dalamnya

mengandung unsur kasih sayang.

E. Kontek Dalam Memberikan Nasihat

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat

peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertaqwa , yang berjalan

ritongga, A. H (2016). PENGERTIAN, ARAH DAN TUJUAN DAKWAH DAN


77

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Islam, 2(2),
83-98
81

dijalan Allah. Nasihat yang ter,dapat di dalam al-Qyr’an berkaitan dengan sebuah

peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang dimasa

sekarang atau masa setelahnya. Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan yang lurus bagi

umat manusia yang dimaksud adalah manusia harus hidup dengan baik dan

benar. Di dalam al-qur’an sudah dijelaskan mana yang baik dan mana yang

benar, serta peringatan-peringatan agar terus bertaqwa kepada Allah. Manusia

adalah mahkluk yang diberikan akal, bisa membedakan mana baik dan mana

yang buruk dan membuat manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya yang

merupakan ciptaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai