DAFTAR ISI
Administrasi
1. Laporan Anestesi
2. BAKHP
- monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta
ajarkan penata bagaimana membacanya.
- Alat pengatur respirasi… dari spontan ke kontrol
B. Monitor Anestesi
Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi
C. Suction
Cek apakah suction bekerja dengan baik
D. Tangan Meja
E. Bantal
FOLLOW UP ANESTESI
S) KU :……………….
Batuk/pilek (…/...)
anas ( …..)
P
Haid (wanita) (…..)
Gigi goyang/gigi palsu (…/...)
lergi obat/makanan ( …/...)
A
Riwayat operasi dengan bius umum sebelumnya (…..)
Riwayat HT/DM/Asma (…/.../…)
O) D
T :
N :
RR :
T :
BB :
Rh/Wh :
Hasil Lab
Hb :
Leu :
Ht :
PT/APTT:
SGOT/PT:
Ureum/Cr:
A)
P) sesuaikan lembar konsul
Dr……… Sp.An/ DM……….
Perhatikan ketika anda follow up…. Apakah telah terdapat resep buat anestesinya…
Apabila tidak ada…. Cek apakah sudah diserahkan ke depoIV, cara menceknya dengan
melihat dari kartu obat pasien… kalau yakin belum… maka jangan ragu untuk
meresepkan. Biasanya resepnya adalah seperti ini:
R/ IVFD RL No III
IVFD NS N o III
WidaHES N o I (dr. Oky .. harus FimaHES)
Blood set oI
N
Surflo n o18 N oI
Pronalges suppNo II
Anamnesis
- riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
- riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB,
asma)
- pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid,
antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama
operasi dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus dimodifikasi.
- riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa
sebelum operasi)
- kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-
obatan)
- Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
berpatokan pada B6:
1. Breath
keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah
jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong
atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan
mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan
leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran
nafas bagian atas?
Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau
torakal, apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai
pula keberadaan ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
2. Blood
Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau
perdarahan. Lakukan pemeriksaan jantung
3. Brain
GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
4. Bladder
produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau
massa abdominal?
6. Bone
kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang
belakang?
Penyakit Pernafasan
• Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi
karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens
infeksi pascaoperasi.
• Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada
pasien asma atau pecandu nikotin.
• Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas
atas karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons
imunologi yang terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko
infeksi dada pascaoperasi
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes
yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika
kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena
metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan
akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin
yang berakumulasi pada tubulus renalis
Tujuan
- pasien tenang, rasa takutnya berkurang
- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
- Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
- Menambah khasiat anestetika
Cara:
- intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
- intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari
dosis intramuscular)
- oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien
diberi obat penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien
dengan hipertensi.
- ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
dioperasi.
- ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit
yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan
- ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum
mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial,
hipertensi tak terkontrol
- ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
- ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien
koma berat
- ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat
untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat),
mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1.E
TEORI-TEORI ANESTESI
1. Teori Koloid
Obat anestesi ® penggumpalan sel koloid ® anestesi yang reversibel
Bukti : eter, halotan ® hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba
(terjadi penggumpalan protoplasma)
2. Teori Lipid
- Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya
anestesi.
- Kelarutan ® anestesi makin kuat
- Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat
- Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD
3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan
Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
® proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi.
4. Teori biokimia
Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi
oksidatif).
5. Teori Neurofisiologi
Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan
menghambat fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi
mempertahankan kesadaran.
6. Teori Fisika
Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan
menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga
menyebabkan gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh
karena terbentuk mikrokristal di SSP.
TRIAS ANESTESI :
• Analgesia
• Hipnosis
• Arefleksia / relaksasi
STADIUM ANESTESI
Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :
Ventilasi normal :
- Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma)
- Pria dewasa : dominan torakal
Pupil
Pada pupil yang diperhatikan : - gerak
- fixasi posisi pupil
• Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi
• Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator
• Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada
anestesi dengan eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan
IV
Berikut merupakan langkah pelaksanaan anestesi umum yang biasa dilakukan oleh DM
untuk kasus:
1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- Tekanan darah (invasif atau non invasif)
- EKG
- CVP
3. Ventilasi respirasi :
- Stetoskop
- Pulse oksimetri ® saturasi
- Capnometer
- Analisa gas darah
4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris
- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; >
20% perdarahan diberi transfusi “whole blood”.
7. Sirkuit anestesi
Indikasi:
▪ Untuk prosedur dimana pengendalian
jalan napas sulit, missal pada koreksi
jaringan sikatrik pada daerah leher,
disini untuk melakukan intubasi
kadang sukar.
▪ Untuk prosedur diagnostic pada bedah
saraf/radiologi (arteriograf).
▪ Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
▪ Pada pasien dengan resiko tinggi:
ketamin tidak mendepresi fungsi
vital. Dapat dipakai untuk induksi
pada pasien syok.
▪ Untuk tindakan operasi kecil.
▪ Di tempat dimana alat-alat anestesi
tidak ada.
▪ Pasien asma
Kontra Indikasi
▪ hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic
100 mmHg
▪ riwayat Cerebro Vascular Disease
(CVD)
▪ Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :
▪ Riwayat kelainan jiwa
▪ Operasi-operasi daerah faring karena
refleks masih baik
2. Propofol (diprifan, rekofol)
▪ Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn
pelarut tdd minyak kedelai & postasida telur yg
dimurnikan.
▪ Kdg terasa nyeri pd penyuntikan à dicampur lidokain 2%
+0,5cc dlm 10cc propolol à jarang pada anak karena sakit
& iritasi pd saat pemberian
▪ Analgetik tdk kuat
▪ Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance
▪ Obat setelah diberikan à didistribusi dgn cepat ke seluruh
tubuh.
▪ Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt
ginjal.
▪ Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena
vasodilatasi & apnea sejenak
Efek Samping
bradikardi.
nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas,
ginjal, liver, syok hipovolemik.
3. Thiopental
Ultra short acting barbiturat
Dipakai sejak lama (1934)
Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut
dlm air
4. Pentotal
▪ Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp
0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr. Dipakai dilarutkan
dgn aquades
▪ Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
▪ Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm
kulkas lebih lama, efek menurun)
▪ Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/
menghindari overdosis, komplikasi > kecil,
hitungan pemberian lebih mudah
▪ Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ↑) à
efek sedasi&hipnosis cepat tjd, tp sifat analgesik
sangat kurang
▪ TIK ↓
▪ Mendepresi pusat pernapasan
▪ Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
▪ depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi
pembuluh darah à hipotensi. Dpt menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah ginjal
▪ tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier
plasenta
▪ Dpt melewati ASI
▪ menyebabkan relaksasi otot ringan
▪ reaksi. anafilaktik syok
▪ gula darah sedikit meningkat.
▪ Metabolisme di hepar
▪ cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
▪ Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
syok berat
Anemia berat
Asma bronkiale à menyebabkan konstriksi bronkus
Obstruksi sal napas atas
Penyakit jantung & liver
kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
3. Eter
- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat
merangsang
- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- margin safety sangat luas
- murah
- analgesi sangat kuat
- sedatif dan relaksasi baik
- memenuhi trias anestesi
- teknik sederhana
4. Enfluran
▪ isomer isofluran
▪ tidak mudah terbakar, namun berbau.
▪ Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti
kejang (pada EEG).
▪ Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan
enfluran lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
▪ cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
▪ menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap
penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
▪ Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran
▪ tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak
dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang
dewasa.
▪ tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
▪ Durasi lumbal
Short▪ Acting
Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
Potensi Obat Sacral/
Medium
▪ Short
Acting
(10-15 menit) : mivakuriumkaudal
▪ Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
Long ▪acting
Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium,
pipekuronium, doksakurium, galamin
Antikolinesterase
à antagonis pelumpuh otot non depolarisasi
1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)
2. pitidostigmin
3. edrofonium
- fungsi: efek nilotinik + muskarinik à bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi,
bronkospasme, miosis, kontraksi vesicaurinaria
- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)
MAC (Minimal Alveolar Concentration)
à konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan
respon rangsang sakit
Halotan : 0,87%
Eter : 1,92%
Enfluran : 1,68%
Isofluran : 1,15%
Sevofluran : 1,8%
Obat Darurat
Nama Berikan bila Berapa yang diberikan?
Efedrin TD menurun >20% dari TD 2 cc spuit
awal (biasanya bila TD sistol
<90 diberikan)
Sulfas atropin Bradikardi (<60) 2 cc spuit
Aminofilin bronkokonstriksi 5 mg/kgBB
Spuit à 24mg/ml
Dexamethason Reaksi anafilaksis 1 mg/kgBB
Spuit à 5 mg/cc
Adrenalin Cardiac arrest 0,25 – 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc (teori)
Prakteknya à beri sampai aman
Succinil cholin Spasme laring 1 mg/kgBB (1cc spuit à
PASCA-ANESTESI
Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada
kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi à monitoring lebih ketat pada
pasien dengan :
1. Risiko tinggi
2. Kelainan organ
3. Syok yang lama
4. Dehidrasi berat
5. Sepsis
6. Trauma multipel
7. Trauma kapitis
8. Gangguan organ penting, mis: otak
transfusi hemolisis
4. Bowel (usus) à sistem gastrointestinalis
- Periksa :
• Dilatasi lambung
• Tanda-tanda cairan bebas
• Distensi abdomen
• Perdarahan lambung postoperasi
• Obstruksi à hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar,
lien, pankreas
• Dilatasi usus halus
- Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung à mengganggu
pernafasan karena ia bernafas diafragma
5. Bone (tulang) à sistem muskuloskeletal
- Periksa :
• Tanda-tanda sianosis
• Warna kuku
• Perdarahan postoperasi
• Gangguan neurologis à gerakan ekstremitas
PENGELOLAAN DI RR
ALDRETTE SCORE (dewasa)
Pergerakan : gerak bertujuan 2
gerak tak bertujuan 1
tidak bergerak 0
Pernafasan : teratur, batuk, menangis 2
depresi 1
perlu bantuan 0
Warna kulit : merah muda 2
pucat 1
sianosis 0
Tekanan darah : berubah sekitar 20% 2
berubah 20 – 30% 1
berubah > 30% 0
Kesadaran : sadar penuh 2
bereaksi terhadap rangsangan 1
tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.
STEWARD SCORE (anak)
Pergerakan : gerak bertujuan 2
gerak tak bertujuan 1
tidak bergerak 0
Pernafasan : batuk, menangis 2
Pertahankan jalan nafas 1
perlu bantuan 0
Kesadaran : menangis 2
bereaksi terhadap rangsangan 1
tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.
KOMPLIKASI ANESTESI
I. Kardiovaskular
1. hipotensi
2. hipertensi
3. aritmia
4. cardiac arrest
5. emboli udara
6. gagal jantung
II. Respirasi
1. obstruksi respirasi (spasme
otot laring, otot rahang, otot bronkus, karena
lidah jatuh)
2. hipoventilasi
3. apneu
4. batuk
5. takipneu
6. retensi CO2
7. pneumothoraks
III. Gastrointestinal
1. nausea
2. vomiting
3. hiccups
4. distensi gastric
IV. Liver
1. hepatitis post anestesi
V. Urologi
1. sulit kencing
2. Produksi urin menurun
VI. Neurologi
1. koma
2. konvulsi
3. trauma saraf perifer
VII. Oftalmologi
1. abrasi kornea
2. kebutaan
VIII. lain-lain
1. menggigil
2. sadar dalam anestesi
3. malignant hiperpireksia
4. komplikasi intubasi
5. komplikasi obat-obatan anestesi
6. komplikasi transfusi darah
7. komplikasi teknik regional/ spinal
Komplikasi :
a. Lokal
1. Abses
2. Hematom
3. Nekrosis
b. Sistemik
1. Intravasasi
2. Hipersensitif
3. Hiperabsorbsi
4. Over dosis
Pencegahan :
1. Dosis minimum
2. Hindari daerah hiperemis
3. Infiltrasi
4. Tes sensitivitas
Lidokain 5% artinya terdapat lidokain 5 g dalam 100 ml pelarut (atau 50 mg/ml)
ANESTESI SPINAL
à memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid à paralisis temporer
syaraf
Lokasi : L2 – S1
Keuntungan teknik anestesi spinal :
• biaya relative murah
• perdarahan lebih berkurang
• mengurangi respon terhadap stress
• kontrol nyeri yang lebih ® sempurna
• menurunkan mortalitas pasca operasi
Indikasi
a. bedah abdomen bagian bawah, misal: op hernia,
apendiksitis
b. bedah urologi
c. bedah anggota gerak bagian bawah
d. bedah obstetri ginekologi
e. bedah anorectal & perianal, misal: op hemoroid
Kontra indikasi
♦ Absolut
1. kelainan pembekuan darah (koagulopati)
2. infeksi daerah insersi
3. hipovolemia berat
4. penyakit neurologis aktif
5. pasien menolak
♦ relative
2. R. pembedahan utama tulang belakang
3. nyeri punggung
4. aspirin sebelum operasi
5. Heparin preoperasi
6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil
Komplikasi
Akut
1. hipotensi Þ dikarenakan dilatasi PD max
2. bradikardi Þ dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA
3. Hipoventilasi Þ berikan O2
4. Mual muntah Þ dikarenakan hipotensi terlalu tajam,
berikan epedril
5. total spinal Þ obat anestesi naik ke atas, berikan GA
Pasca tindakan
1. nyeri tempat
suntikan
2. nyeri punggung
3. nyeri kepala
4. retensi urin Þ
dikarenakan
sakral terblok,
so pasang
kateter
Prosedur
a. Persiapan
1. sama dengan persiapan general anestesi
2. Persiapan pasien
- I nformed consent
- Pasang monitor à ukur tanda vital
- Pre load RL/NS 15 ml/kgBB
3. Alat dan obat
- pinal nedle G 25-29
S
- puit 3 cc/5cc/10cc
S
- idokain 5% hiperbarik , Markain heavy
L
- fedrin, SA
E
- etidin, katapres, adrenalin
P
- bat emergency
O
b. Posisi pasien
• Pasien duduk pada meja operasi, kaki pada atas kursi & disanggah
oleh seorang pembantu, kedua tangan menyilang dada merangkul
bantal. Kepala menunduk, dagu menempel dada shg scapula
bergeser ke lateral
• Pasien yang telah tersedasi
• Punggung pd tepi meja, fleksi paha & leher, dagu mendekati leher
- Posisi duduk
Keuntungan : lebih nyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis tengah
lebih teridentifikasi (gemuk) & posisi yang nyaman pada pasien PPOK
c. Identifikasi tempat penyuntikan
Lumbal : garis Krista iliaka kanan & kiri (Tuffersline) L4 / interspinosus L4-5
d. Insersi jarum spinal
1. Pendekatan Midline
2. Pendekatan paramedian
1. Bed rest total 24 jam post op dengan bantal tinggi. Boleh miring kanan kiri,
tak boleh duduk
2. Ukur TD dan N tiap 15 menit selama 1 jam pertama. Bila TD < 90 beri
efedrin 10 mg, bila N<60 beri SA 0,5 mg
3. bila tidak ada mual muntah boleh minum sedikit-sedikit dengan sendok
4. bila nyeri kepala hebat, konsul anestesi
TERAPI CAIRAN
Kebutuhan Cairan
■ Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35
ml/kgBB/24jam
■ Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
■ Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
■ Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
C. Pasca operasi
Terapi cairan pasca bedah ditujukan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi
b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung,
febris)
c. Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan
Pada penderita pasca operasi nutrisi diberikan bertahap (start low go slow).
Penderita pasca operasi yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein
75-125 gr/hari à Hipoalbuminemia à edema jaringan, infeksi, dehisensi luka operasi,
penurunan enzym pencernaan
1-3 75-90
4-6 65-75
7-10 55-75
11-18 45-55
Rumus Darrow
BB (kg) Cairan (ml)
0-3 95
3-10 105
10-15 85
15-25 65
>25 50
Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96
Makro: BB x darrow/24
Melihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang:
TANDANYA
Tensi systole 120 mmhg 100 mmhg < 90 mmhg < 60-70 mmhg
Nadi 80 x/mnt 100 x/mnt > 120 x/mnt > 140 x/mnt
Perfusi Hangat Pucat Dingin Basah
Estimasi Minimal 600 ml 1200 ml 2100 ml
perdarahan
Estimasi infus Minimal 1-2 liter 2-4 liter 4-8 liter
II. KOLOID
Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/
dinding pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)
Berdasar tekanan Onkotik-nya ada 2 mcm :
- Iso-Onkotik : Co/ Albumin 25%
- Hiper-Onkotik : Co/ Albumin 5%
Catatan: kandungan antar merek dagang dapat berbeda-beda. Namun dalam rentang yang
hampir mirip.
TRANSFUSI
Catatan:
1. Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9
sampai 10 ml/dl agar tersedia cukup oksigen untuk
memenuhi kebutuhan organ vital (otak,jantung) dalam
mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa Hb 3
sampai 6 g/dl masih dapat mencukupi kebutuhan oksigen
jaringan. Dari percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl atau
6-8% masih mampu menunjang kehidupan
(Singler,1980;Johnson,1991). Batas “anemia aman” bagi
pasien yang memiliki jantung normal adalah hematokrit
20%. Pasien yang menderita penyakit jantung koroner
memerlukan batas 30%
2. Penggantian volume yang hilang harus didahului karena
penurunan 30% saja sudah dapat menyebabkan kematian.
Sebaliknya batas toleransi kehilangan Hb lebih besar.
Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat diatasi. Bagi
pasien tanpa penyakit jantung, Hb 8-10 gm/dl masih dapat
memberikan cukup oksigen untuk jaringan dengan baik
(asal volume sirkulasi normal). Karena itu, tidak semua
perdarahan harus diganti transfuse. Terapi diprioritaskan
untuk mengembalikan volume sirkulasi dengan cairan
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau Plasma
Substitute/koloid (Expafusin, Dextran, Hemaccel,
Gelafundin) selama Hb masih 8-10 gm/dl. Cara terapi
dengan cairan ini disebut hemodilusi. Perdarahan sampai
volume darah masih dapat diganti saja tanpa transfusi.
3. Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah
pemberian cairan, jika Hb < 8-10 gm/dl atau hematrokit <
20-25% maka transfusi diberikan.
4. Sasaran transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-
10 gm/dl saja. Tidak perlu sampai Hb “normal” 15 gm/dl
lagi.
5. Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya
menaikkan Hb 0,5 gm/dl. Peningkatan sebesar ini juga
dapat dicapai dengan pemberian gizi yang baik dan terapi
Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak sebanding
dengan resiko penularan penyakit.
6. Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien
trauma dan trauma thorax karena dapat menyebabkan
edema otak/paru.
TUJUAN TRANSFUSI
1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
2. Memperbaiki volume darah tubuh
3. Memperbaiki kekebalan
4. Memperbaiki masalah pembekuan
INDIKASI
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume
dengan cairan.
2. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
jam.
• Diberikan pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi
masif > 1,5 x volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai
trombositopenia (50.000-80.000/mm3).
• Penambahan trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab
trombosit yang terkandung hanya sedikit.
• Trombosit diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa
perdarahan (bleeding time) mendekati 2x nilai normal, bukan sampai
jumlah trombosit normal.
7. Larutan Albumin
• Terdiri dari 5% dan 25% human albumin
• Resiko hepatitis <
• Faktor pembekuan (-)
• Tujuan : meningkatkan albumin serum pada :
Penyakit hepar, Ekspansi volume darah
8. Cryoprecipitate
• Sentrifugasi plasma beku
• Konsentrasi tinggi F VIII
• Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain
• Resiko hepatitis
TRANSFUSI AUTOLOGOUS
darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan untuk digunakan pada waktu
pembedahan yang terencana (efektif). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tidak ada
resiko penularan penyakit sama sekali.
pulmoner
● Indikasi medis: untuk gangguan
non-pulmoner
● Indikasi:
- hipoksia
- stadium akut penyakit jantung-paru
- selama/sesudah operasi
- pasien tdk sadar
- anemia berat (alat angkut <)
- perdarahan & hipovolemi
- asidosis
● Pemberian O2:
- O2 tunggal
- O2 + gas lain (udara)à sbg suplemen gas inspirasi atau sumber oksigenasi
● Tekanan O2 60 mmHg u/ koreksi hipoksemia arteri à hanya sedikit yg dpt
diterima
● Tekanan O2 kurang à untuk pasien hipoksemia kronis & retensi CO2
● Tekanan O2 lebih à untuk:
- hipotensi
- keracunan sianida
- Hb
- Curah jantung
- Intoksikasi CO
● Alat2 yg digunakan:
- manometer
- tangki/tabung isi O2
- flowmeter
- humidifier
- selang
● Alat u/ pemberian O2:
- masker O2 (sungkup muka)
- kateter nasal = nares anterior
- double nasal prongs
- kateter nasofaring
- O2 tent
- inkubator
Metode pemberian
● Kontrol lebih pd konsentrasi O2 inspirasi pd pasien dgn peny. pernafasan
● Nasal cannul: flow rate: 4-6 l/menit
u/ periode lama à kurang baik à mengeringkan mukosa hidung à krusta
● Masker:
- Open mask: 6 l/menit (50-60% u/ cegah rebreathing)
- Nonrebreathing mask
- masker tertutup, reservoir
- O2: 100% pd os tanpa ET
- Partial rebreathing mask:
- O2: 80%
● Oksigen hiperbarik:
Kamar/chamber tekanan tinggi O2 (> 760 mmHg)
O2: 100%
→ u/: - emboli gas, gas gangrene, keracunan CO
● O2 dgn masker:
konsentrasi O2: 60-90%
flow rate: 6-8 l/menit
- flow rate harus tinggi
- bila <6 l/menit à CO2 tertumpuk à Keracunan CO2
b. perifer
- obat pelumpuh otot
- miastenia gravis
- poliomielitis
Langkah-Langkah
AIRWAY
1. Menilai jalan nafas
Look:
o Gerak dada & perut
o Tanda distres nafas
o Warna mukosa, kulit
o Kesadaran
Listen à Gerak udara nafas dengan telinga
Feel à Gerak udara nafas dengan pipi
Penyebab sumbatan jalan nafas
• Paling sering : dasar lidah, palatum mole, darah,
benda asing, spasme laring.
• Penyebab lain : spasme bronkus, sembab mukosa,
sekret, aspirasi.
Tanda sumbatan / obstruksi
– mendengkur : pangkal lidah (snoring)
– suara berkumur : cairan (gargling)
– stridor : kejang / edema pita suara (crowing)
Tanda lebih lanjut
– gelisah (karena hipoksia)
– gerak otot nafas tambahan
– (tracheal tug, retraksi sela iga)
– gerak dada & perut paradoksal
– sianosis (tanda lambat)
Macam Sumbatan
• Total.
Segera koreksi à 5 – 10 menit terjadi
asfiksi à henti nafas à henti
jantung.
• Parsial.
Harus tetap dikoreksi.
Kerusakan otak, sembab otak,
sembab paru, henti nafas, henti
jantung sekunder.
CIRCULATION
o Lakukan raba nadi carotis
Dua atau satu penolong (tidak dibedakan lagi)
o 30 pijat - 2 nafas
Jika trachea sudah intubasi
o tak usah sinkronisasi
o pijat 100x/ menit + nafas 12 / menit
DEFIBRILLATION
o DC shock sedini mungkin (sebelum 5-10 menit)
o 360 Joules
Jika defibrillation diberikan sebelum 5 menit,
> 50% kemungkinan jantung berdenyut kembali
RJP berhasilà
• Lanjutkan oksigenasi, kalau perlu nafas buatan
• Hipotensi diatasi dengan inotropik dan obat vaso-aktif (adrenalin, dopamin,
dobutamin, ephedrin)
• Tetap di infus untuk jalan obat cepat
• Terapi aritmia
• Koreksi elektrolit, cairan dsb
• Awasi di ICU
• awas: cardiac arrest sering terulang lagi
Indikasi intubasi:
1. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan
oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian
suplai oksigen melalui masker nasal.
2. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan
karbondioksida di arteri.
3. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau
sebagai bronchial toilet.
4. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat
atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.
5. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.
6. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan,
karena pada kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan
face mask tanpa mengganggu pekerjaan ahli bedah.
7. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang
dan tidak ada ketegangan.
8. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan
dengan mudah, memudahkan respiration control dan mempermudah
pengontrolan tekanan intra pulmonal.
9. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal.
10. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme
11. Tracheostomni.
12. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords.
13. operasi dengan posisi miring/ tengkurap
14. operasi dengan resiko tinggi
15. operasi dengan lambung penuh
16. terapi gangguan respirasi (obstruksi saluran nafas)
Rumus tersebut merupakan perkiraan dan harus disediakan pipa 0,5 mm lebih
besar dan lebih kecil. Untuk anak yang lebih kecil biasanya dapat diperkirakan
dengan melihat besarnya jari kelingkingnya.
• Pipa orofaring atau nasofaring. à mencegah obstruksi jalan nafas karena
jatuhnya lidah dan faring pada pasien yang tidak diintubasi.
• Plester à memfiksasi pipa endotrakhea setelah tindakan intubasi.
• Stilet atau forsep intubasi. (McGill) à mengatur kelengkungan pipa
endotrakheal sebagai alat bantu saat insersi pipa. Forsep intubasi
digunakan untuk memanipulasi pipa endotrakheal nasal atau pipa
nasogastrik melalui orofaring.
• Alat pengisap atau suction.
Syarat Ekstubasi
1. insufisiensi nafas (-)
2. hipoksia (-)
3. hiperkarbia (-)
4. kelainan asam basa (-)
5. gangguan sirkulasi (TD turun, perdarahan) (-)
6. pasien sadar penuh
7. mampu bernafas bila diperintah
8. kekuatan otot sudah pulih
9. tidak ada distensi lambung
ASPIRASI
asam lambung dan makanan (meskipun efeknya tak sehebat efek asam lambung) masuk
ke paru-paru à menyebar ke seluruh paru terutama alveoli à gangguan pertukaran O2
dan CO2 à jatuh ke keadaan hipoksia dan sianosis
Efek proteksi paru-paru à batuk disertai laringospasme, berguna untuk mencegah lebih
banyak lagi aspirat yang masuk, namun berakibat juga penyumbatan saluran nafas
Terapi :
1. Bronchial toilet
- Pasien dipasangi pipa ET
- Aspirat diisap sampai bersih
- Posisi kepala lebih rendah daripada kaki
- Dibantu dengan melakukan bronkoskopi
- Merupakan indikasi, tetapi risikonya besar
2. Bantuan pernafasan
- Aspirasi ringan à pemberian O2
- Aspirasi berat à pemberian nafas buatan dengan konsentrasi O2 yang cukup
tinggi (100%) melalui pipa trakea dengan alat bantu mekanis (ventilator /
respirator)
- Pemberian nafas buatan diharapkan dapat memperbaiki alveoli yang kolaps
dan menekan cairan edema di dalam alveoli untuk masuk ke dalam
sirkulasi paru-paru
3. Obat-obatan bronkodilator, mis: aminofilin
4. ATB dosis tinggi
5. Bantuan kardiosirkulasi à berikan obat-obatan
inotropik (+)
6. Pemberian cairan à bila pasien hipovolemia
7. Pemberian kortikosteroid, diharapkan dapat :
- Menurunkan reaksi radang di alveoli
- Mempermudah pelepasan O2 dari eritrosit ke dalam jaringan
- Mencegah aglutinasi leukosit dalam paru-paru
8. Obat-obatan untuk mengatasi edema paru
9. Obat-obatan untuk mengatasi cardiac failure
SHOCK
B. Syok Kardiogenik
àDitujukan u/ memperkuat kontraksi otot jantung yaitu dengan obat inotropik positif
1. Analisa gas darah O2 5-10 L/menit, bila terjadi hiperkapni/asidosis lakukan
intubasi ET
2. Telentang dengan kaki ditinggikan (bila Sistolik <70mmHg). Duduk bila
tensi normal dan edema paru berat.
3. Hipotensi berat (S<70mmHg), edema paru (-), infus kristaloid NaCl/RL.
Bila edema paru D5% jangan diberikan.
4. Sampel darah (Hb, Ht, elektrolit, enzim jantung)
5. EKG 12 lead
6. Kateter urin (cek tiap jam)
7. Pengobatan non-miokardial :
- Asidosis . pH<7,1 àBIC.NAT 0,5-1meq/kgBB iv dalam 5-10 menit
- Aritmia à kardioversi, SA
- Hipovolemia à infus bertahap 50-100mL dalam 5-10 menit, amati
ada/tidaknya p erbaikan/perburukan
- Tamponade à kardiosentesis
8. Bila respon terhadap cairan (-) à Dopamin 4-5ug/kgBB/menit
9. Pindah ICU à perbaikan edema paru, terapi lanjutan, pengawasan ketat
C. Syok Distributive
→ Permasalahannya : Tjd pengumpulan Ci intravaskuler pd pembuluh darah
tepi sehingga yg masuk ke jantung kurang akibatnya curah jantung ¯
→ Pengobatan ditujukan pd pembuluh darah tepi u/ dikonstriksikan dengan
obat2an vasoaktif
D. Syok Obstructive
→ Pengobatan ditujukan u/ menghilangkan pembuntuan.
Co/ Pericardiocentese pd Tamponade jantung, Menghilangkan tension Pneumothorak
dengan cara Open pneumothorak.
Tanda Keberhasilan pengelolaan à berfungsinya organ tubuh secara optimal :
- Kesadaran membaik
- Akral yg hangat
- Respirasi yg cukup (status gas darah baik)
- Fungsi sal.cerna membaik (tdk kembung, ada peristaltik, absorbsi makanan
baik, tdk ada cairan sisa dlm lambung)
- Prod.urin cukup (0,5-1 cc/kgBB/jam)
- Kadar as.laktat dlm darah menurun
ANESTESI PADA MANULA
> 65 tahun
Resiko operasi tinggi
perubahan psikologis, fisiologis dan anatomis
- respons terhadap stress menurun
farmakodinamik
- fungsi hepar turun
- intoksikasi obat meningkat
- plasma protein binding menurun
- MAC menurun
Anatomi
- fungsi otot menurun
- autoregulasi menurun
- refleks menurun
sirkulasi
- atherosclerosis
- hipertermi
- resistensi vaskuler
fungsi paru
- kalsifikasi à fungsi ventilasi menurun
- compliance menurun
fungsi ginjal
- RBF menurun
- GFR menurun
saluran cerna :
- asam lambung meningkat
- motilitas usus menurun
- aliran darah ke gaster menurun
- pengosongan lambung lama
FISIOLOGI
■ Heart rate lebih cepat
■ Tekanan darah lebih rendah
■ RR lebih cepat
■ Kompliance paru lebih rendah
■ Kompliance dinding dada lebih besar
■ Rasio permukaan tbh & BB lebih besar
■ Kandungan air lebih besar
ANATOMI
■ Ventrikel kiri belum sempurna
■ Sirkulasi residual fetal
■ Kanulasi arteri & vena sulit
■ Kepala dan lidah besar
■ Lubang hidung sempit
■ Laring terletak anterior & cephalad
■ Epiglotis panjang
■ Trakea & leher pendek
■ Adenoid & tonsil besar
■ Otot diafragma & intercostal lemah à relatif kurang tahan lelah
■ Resistan terhadap aliran udara lebih tinggi
PENGARUH PD FARMAKOLOGI
■ Biotransformasi hepar & ginjal blm sempurna
■ Penurunan ikatan protein
■ Induksi & recovery cepat
■ MAC lebih tinggi
■ Volume distribusi lebih besar pd obat dgn pelarut air
■ Neuro muskular junction blm sempurna
PERSIAPAN PREOPERATIF
■ Wawancara preoperatif
- anak : takut sakit & berpisah dgn ortu
-Penjelasan diberikan sesuai usia :
■ Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
- Infeksi sblm anestesi → resiko komplikasi pulmo ↑ (hipersekresi, wheezing
10x, laringospasme 5x, hipoksemia & atelektasis) à harus diobati dulu
- Bila terpaksa operasi : pemberian antikolinergik, ventilasi masker, kelembaban
udara pernafasan, pengawasan yg lebih lama di RR
■ Laboratorium
■ Puasa pre operasi
- bayi = 4 jam
- anak = 5 jam
■ Premedikasi
- midazolam (0,07-0,2 mg/kgBB)
- ketamin 2-3 mg/kgBB
- atropin menurunkan insiden hipotensi pd anak < 3 bln, mengurangi sekret
■ Monitoring : suhu (malignant hipertermia & hipotermia)
kadar glukosa (hipoglikemia < 30 mg/dL(neonatus)
■ Induksi anestesi :
➢ Inhalasi : agen inhalasi
➢ Intravena : ketamin, propofol, pentotal
➢ Intramuskuler : ketamin, midazolam,
➢ Perrektal : ketamin, pentotal
■ Induksi intravena
- Thiopental (3mg/kg neonate, 5-6 mg/kg u/ infant & children)à efek sedasi
pasca operasi
- Ketamin 1-2 mg/kgBB
- Propofol 2-3 mg/kg à hipnosis kuat, gejolak HD
- Midazolam 0,3-0,5 mg/kgBB
- Diazepam 1-2 mg/kgBB
■ Induksi inhalasi anestesi :
a. Alternatif, bila iv line blm terpasang
b. Sevoflurane & Halothan
Sevoflurane à induksi halus, iritasi minimal
INTUBASI TRAKEA
■ Blade lurus → memudahkan intubasi e/c lidah relatif besar
■ Uncuffed ET pada anak < 8-10 tahun
→ me↓ resiko batuk, me↓ resiko barotrauma/edema laring
■ Ukuran diameter ET
4 + Umur/4 = tube diameter (mm)
Rumus lain: (umur + 2)/2
■ Ukuran panjang ET
12 + Umur/2 = panjang ET (cm)
MAINTENANCE
■ Anak < 10 kg → Mapleson D circuit low resistance & ringan
■ Anak < 10 kg → peak insp. Pressure 15-18 cm H2O
■ Anak lebih besar → tidal volume 8 – 10 mL/kg
Pasca operasi
Posisi pasca operasi :
❖ 1. Head up : pada pasca operasi daerah abdomen
❖ 2. Head down : riwayat prdrhn banyak, hipovolemi
❖ 3. Lateral/semiprone : post TE, puasa kurang
Pengelolaan di RR gunakan Steward Score
MANAJEMEN CAIRAN PERIOPERATIF
■ Defisit cairan diganti harus tepat
o Aturan 4 : 2 : 1 (4 ml/kg/jam utk 10 kg pertama, 2
ml/kg/jam utk 10 kg kedua dan 1 ml/kg/jam utk sisanya)
o Larutan D5 ½ NS dgn 20 mEq/L NaCl → dextrose +
elektrolit seimbang
o Larutan D5 ¼ NS → cocok utk neonatus, krn kemampuan
mengatasi Na terbatas
■ Blood loss/Kehilangan darah
- EBV = Neonatus prematur (100 mL/kg), neonatus full term (85-90
mL/kg), infants (80 mL/kg)
- Perdarahan > 10% EBV ---à berikan darah (Pilihan :PRC !)
- Hematokrit neonatus (55%), bayi 3 bln (30%), bayi 6 bln (35%)
Maintenance durante operasi
Jaga hemodinamik & oksigenasi yang baik
Agen inhalasi maintenance durante op:
a. Sevoflurane : onset cepat, iritasi kurang
b. Halotan : bronkodilator, tdk iritasi jalan napas
Pilihan teknik respirasi
a. Neonatus : harus kontrol
b. Bayi : sebaiknya kontrol
c. Anak pra sekolah : boleh dikontrol maupun di assist
d. Anak sekolah : Boleh spontan/diassist /dikontrol
REGIONAL ANESTESI
■ Caudal anestesi à modifikasi epidural anestesia.
Dgn needle no 22, menggunakan 1% lidocain dan
0,125-0,25 % bupivacaine.
Volume 1/2 cc/kgBB untuk mid thorak
■ Juga u/ manajemen nyeri post operasi
LARINGOSPASME
■ Merupakan spasme kuat, involunter karena stimulasi nervus laringeus
superior
■ Pencegahan : ekstubasi pasien awake atau deep
■ Terapi : jaw thrust- ventilasi tekanan positif, paralisis dgn suksinil kolin (4-6
mg/kgBB) atau rocuronium (0,4 mg/kg)
■ Pasien anak diposisikan lateral, shg sekresi oral keluar
BATUK POST INTUBASI
■ Disebabkan edema trakea atau glotis
■ Terjadi pada anak umur 1-4 thn, intubasi berulang, operasi lama, operasi
daerah kepala & leher dan pergerakan ET berlebihan
■ Dexamethason 0,25-0,5 mg/kg intravena utk pencegahan
MANAJEMEN NYERI POST OPERASI
■ Fentanyl 1-2 µg/kg dan meperidine 0,5 mg/kg
■ Ketorolac 0,75 mg/kg à KI relatif pada anak?
■ Acetaminophen po, rektal
■ Analgesia regional
ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA
PERDARAHAN ANTEPARTUM
• Penyebab plasenta previa dan solutio plasenta.
• Anestesi umum dengan Ketamin.
• Hati-hati penggunaan oxytocin.
PENYAKIT JANTUNG
• Lebih baik gunakan Epidural anestesi
• Cegah peningkatan curah jantung
• Hati-hati penggunaan ergometrin
PENDERITA DIABETES
• Risiko terjadi abnormalitas fetus.
• Mengontrol metabolisme
• Sebaiknya dengan epidural / spinal
• Dapat dengan anestesi umum.
ANESTESI PADA BEDAH DARURAT
sendiri
Pilihan : halotan; meskipun bersifak intoksikasi liver, namun masih bisa digunakan asal
anestesi tidak terlalu dalam dan tensi tidak diturunkan
Available in www.doktermudaliar.wordpress.com
68