Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MATERNITAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen pembimbing: Dr. Noer Saudah, S.Kep.Ns.,M.Kes

Anggota Kelompok 2:
1. Nur Rohmatur Rijal (202073049)
2. Lutfy Ika Ayu M.M (202073015)
3. Siti Nur Khasanah (202073027)
4. Ikhatotun Nuroniyah (202073026)
5. Tubagus Dewangga M (202073008)

PROFESI NERS PROGAM B

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KASUS 1: Ny. A (Lutfy Ika Ayu M.M dan Siti Nur Khasanah)

Ny. A datang ke RB pada tanggal 27 september 2017 pukul 07.00 dengan keluhan kenceng-
kenceng pada perut sejak tadi malam dan keluar darah disertai lendir dari vagina. Hasil
anamnese HPHT 19 januari 2017

1. Peristiwa apa yang dialami oleh Ny. A tersebut ?


Jawaban : Peristiwa Kala I

2. Jelaskan terjadinya peristiwa tersebut dengan teori yang relevan!


Jawaban :
- Kala I persalinan dimulai saat terjadinya kontraksi uterus yang teratur , makin lama
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri disertai pengeluaran darah-lendir yang
tidak lebih banyak daripada darah haid(Varney, 2015).
- Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap ( pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Pada primipara kala I berlangsung kira-kira
13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Varney, 2015).
- Terdapat dua fase pada kala I
a) Fase laten
Pada fase laten pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan 3cm ampai 4 cm,
yang berlangsung sekitar 7-8 jam
b) Fase aktif
Fase aktif pembukaan pada umumnya dimulai dari 4cm hingga 10cm dan
berlangsung selama 6 jam.

3. Berdasarkan tanda dan gejala dari peristiwa tersebut, pengkajian data apalagi
yang harus dikumpulkan ?
Jawaban : adanya His, Djj , TTV,
4. Diagnosa keperawatan apa yang mungkin terjadi pada Ny.A ?
Jawaban :
a) Nyeri akut
b) Kurang pengetahuan
c) Kelelahan
5. A. Prakiraan Ny.A Melahirkan tanggal dan Pukul berapa?

Jawaban : RUMUS : Tanggal ( +7) Bulan (+9) Tahun (0)


HPHT : 19 – 1 – 2017
HPL : 19 – 1 – 2017 = 26 – 10 - 2017

(+ 7 ) (+9) (0)

B. Faktor yang memperlancar Proses tersebut

Jawaban :

a. Faktor power
b. Faktor Passage (jalan lahir)
c. Faktor Passenger (janin dan plasenta)
d. Faktor Psikis
e. Faktor Penolong

C. Jelaskan masing-masing faktor tersebut

Jawaban :

a. Faktor power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin lahir keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot- otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
1) His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna dengan sifat- sifat : kontraksi simetris, fundus dominan,
kemudian diikuti relaksasi. dalam melakukan observasi pada ibu bersalin,
hal-hal yang harus diperhatikan ibu bersalin adalah :
a) Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
per 10 menit
b) Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah)
c) Durasi lama his : lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan
dengan detik, misalnya 50 detik.
d) Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya .
e) Misal his datang tiap 2-3 menit
f) Datangnya his : apakah sering / teratur atau tidak.
2) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontrkasi otot-
otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.
b. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
c. Passenger (janin dan plasenta)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir yang merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin. Karena plasenta juga melewati jalan lahir, maka dianggap juga
sebagai bagian dari passanger yang menyertai jalan janin, namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
d. Psikis
Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan, ibu bersalin yang
didampingi suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung mengalami
proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang
tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya. Faktor psikis ibu
tidak kalah pentingnya untuk lancarnya sebuah proses persalinan. Ibu yang
dalam kondisi stress, otot-otot tubuhnya termasuk otot rahim mengalami spasme
yang dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan sehingga menghambat proses
persalinan (Yanti, 2010).
Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang terhadap sakit.
Rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui.
e. Penolong
Perubahan psikologis ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun ibu
memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar dapat
menerima keadaan yang terjadi selama persalinan sehingga dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
6. Jelaskan mekanisme proses terjadinya peristiwa yang dialami

Jawaban :

Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada

primigravida dan multigravida, pada yang pertama ostium uteri

internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan

mendatar dan menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum

membuka. Pada multigrvida osteum uteri internum sudah sedikit

terbuka. Osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan dan

pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir

atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika

pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah

pecah sebelum pembukaan mencapai 5 cm, disebut ketuban pecah

dini.

Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap.

Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan

pada multigravida kira-kira 7 jam.

7. Berada dikala berapa dan fase apa ?

Jawaban :

Kala 1 ( Kala pembukaan) Fase Aktif Akselerasi


KASUS 1: Ny. Y (Nur Rohmatur Rijal)

1. Adaptasi Fisiologi pada Ny. Yulirar Post parfum pada masa nifas akan terjadi proses perubahan
pada tubuh ibu dari kondisi hamil kembali ke kondisi sebelum hamil, yang terjadi secara
bertahap – tahap. Perubahan ini juga terjadi untuk dapat mendukung perubahan lain yang terjadi
dalam tubuh ibu karena kehamilan, salah satunya adalah proses laktasi, agar bayinya dapat
ternutrisi dengan nutrisi yang paling tepat yaitu ASI.
Perubahan yang terjadi pada organ re – produksi (yaitupada Vagina, Serviks Uteri, dan
Endometrium) perubahan pada sistem muskoloskeletal. Perubahan sistem Endokrin, perubahan
tanda – tanda Vital, perubahan sistem kardiovaskuler dan perubahan sistem Hamotologi.

Adaptasi Psikologis :
1. Peubahan Peran
2. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan
3. Tugas dan tanggung jawab orang tua

Adaptasi Psikologis secara normal dapat di alami oleh ibu jika memiliki pengalaman yang baik
terhadap persalinan, adanya tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru (bayi)
dan peran baru sebagai ibu bagi bayinya. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan mekanisme
penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik karena proses kehamilan, persalinan
dan nifas, bagaimana mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum hamil, serta perubahan
yang terjadi pada keluarga.

Reva Rubin (1963) membagi fase – fase adaptasi psikologis pasca persalinan menjadi 3 tahapan
antara lain :

1. Taking In Phase (perilaku dependen) fase ini merupakan periode ketegantungan, dan ibu
mengharapkan pemenuhan kebutuhan dirinya dapat di penuhi oleh orang lain dalam hal ini
suami, keluarga atau nakes dalam seperti bidan yang menolongnya. Kondisi ini berlangsung
selama 1 – 2 hari post partum, dan ibu lebih fokus pada dirinya sendiri.
2. Taking Hold Phase (perilaku dependen) pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian
untuk mendapatkan perhatian dalam bentuk perawatan serta penerimaan dari orang lain,
dan melakukan segala sesuatu secara mandii. Fase ini berlangsung 3 – 10 hari.
3. Letting Go Phase (perilaku in - terpenden) fase ini merupakan fase yang dapat menerima
tanggung jawab sebagai ibu, biasanya di mulai pada hari kesepuluh post partum. Ibu sudah
menyesuaikan diri terhadap ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk
merawat bayi dan dirinya dengan baik serta terjadi penyesuaian hubungan keluarga dalam
mengobservasi bayinya.

2. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami terhadap istri, suatu bentuk
dukungan dimana suami dapat memberikan bantuan secara psikologis baik berupa motivasi,
perhatian dan penerimaan. Dukungan suami merupakan hubungan bersifat menolong yang
mempunyai nilai khusus bagi istri sebagai tanda adanya ikatan – ikatan yang bersifat positif
(Goldberger & Breznis, 1982)
Dukungan suami dan pemberian perhatian akan membantu istri dalam medapat kepercayaan
diri dan harga diri sebagai seorang istri. Dengan perhatian suami membuat istri merasa lebih
yakin, bahwa ia tidak saja tepat menjadi istri, tapi istri juga akan bahagia menjadi (calon) ibu
bagi anak yang dikandungnya (Adhim, 2002). Dukungan yang diberikan orang lain sangat
mungkin untuk memberi sumbangan terhadap kestabilan psikologis seseorang (Horsen, 1983).

3. Keluhan yang mungkin terjadi pada ibu post partum


1. Nyeri setelah melahirkan
2. Keringat berlebih
3. Pembesaran Payu Dara
4. Nyeri Perineum
5. Konstipasi
6. Hemmoroid

4. HE supaya ibu post partum terhindar dari infeksi masa nifas :


Personal hygiene
Ibu nifas rentan terhadap infeksi untuk personal hygiene nya harus dijaga yaitu dengan
● Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan tubuh, pakaian, lingkungan,
tempat tidur harus selalu dijaga.
● Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih
● Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari
● Menghindari menyentuh luka perineum
● Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus
● Tidak menyentuh luka perineum
● Memberikan salep, betadine pada luka

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) pada Ibu Nifas


Hari/Tanggal : Jum’at/05 Februari 2021
Waktu : 30 menit
Pokok Bahasan : Kebersihan Diri (Personal Hygiene) pada Ibu Nifas
Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan Tentang Cara Perawatan Diri pada Ibu Nifas
Sasaran : Ibu – Ibu nifas
Penyuluh : Nur rohmatur rijal
Tempat : Puskesmas Sedati

II. Tujuan
a. Capaian pembelajaran : Setelah diberikan penyuluhan tentang perawatan diri (Personal
Hygiene) 30 menit diharapkan Ibu – Ibu Nifas mengetahuai dan mengerti teknik
perwatan diri yang baik bagi dirinya sendiri pada masa nifas atau masa pulih kembali
yang berlangsung selama 40 hari atau 6 minggu
b. Indikator
1. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan masa Nifas
2. Dapat menjelaskan tujuan melakukan Personal Hygiene
3. Dapat menjelaskan tentang kebutuhan Personal Hygiene pada Ibu
4. Dapat menjelaskan akibat kurangnya atau tidak menjaga Personal Hygiene

III. Materi

1. Pengertian Nifas
2. Tujuan melakukan Personal Hygiene
3. Kebutuhan Personal Hygiene Ibu
4. Akibat kurangnya atau tidak menjaga Personal Hygiene

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
1. Leaflet

VI. Proses Kegiatan Penyuluhan

No KEGIATAN Respon Ibu Nifas Waktu


.
1. Pendahuluan :

● Memberi salam, ● Membalas salam


pembuka, dan ● Mendengarkan
5 menit
perkenalan diri ● Memberi respon
● Menjelaskan tujuan
● Kontrak waktu
2. Penjelasan :

● Pengertian masa Nifas ● Mendengarkan dengan


● Tujuan melakukan penuh perhatian
Personal Hygiene ● Mengajukan pertanyaan
● Kebutuhan Personal ● Mendengarkan jawaban 20 menit
Hygiene
● Akibat kurangnya
tidak menjaga
Personal Hygiene
3. Penutup :

● Menanyakan kembali ● Ibu – Ibu Nifas dapat


nateri Penyuluhan menjawab pertanyaan
yang diberikan ● Mendengarkan
● Menyimpulkan hasil kesimpulan
Penyuluhan ● Ibu – Ibu Nifas menerima
● Membagikan Leaflet Leaflet yang di bagikan
● Penyuluhan selesai ● Peserta menjawab salam
dan mengucapkan 5 menit
salam

VII. Evaluasi

Cara test Lisan

1. Menanyakan pada Ibu – Ibu Nifas tentang pengertian masa Nifas


2. Menanyakan pada Ibu – Ibu Nifas tujuan melakukan Personal Hygiene
3. Menanyakan pada Ibu – Ibu Nifas tentang kebutuhan Personal Hygiene pada Ibu
4. Menanyakan pada Ibu – Ibu Nifas akibat kurangnya atau tidak menjaga Personal
Hygiene

Materi :

Personal Hygiene (perawtan diri pada Ibu Nifas)

Pengertian masa Nifas

Adalah masa Nifas atau puerperium adalah masa setelah Plasenta lahir dan ketika alat –
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira – kira 6
minggu .

Masa Nifas adalah masa sesudah perslinan dan kelahiran bayi, Plasenta serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu atau 40 hari.

Tujuan melakukan Personal Hygiene :

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki Personal Hygiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri

Kebutuhan Personal Hygiene pada Ibu

Kebersihan diri Ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatka perasaan
nyaman pada Ibu. Anjurkan Ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang
teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan
dimana Ibu tinggal.

Ibu harus tetap bersih, dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan
antiseptik (PK/Detol) dan selalu di ingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan
kebelakang.

Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jaitan
maupun kulit

a. Pakaian
b. Kebersihan Rambut
c. Kebersihan Kulit
d. Kebersian Vulva dan sekitarnya

Akibat kurang nya atau tidak menjaga Personal Hygiene :

● Ibu mudah sakit


● Ibu terlihat kotor/kurang bersih
● Bayi Ibu sakit
● Ibu kurang percaya diri
● Ibu mengalami Infeksi
KASUS 2: Ny. S (Ikhatotun Nuroniyah)

Ny. Sari 26 tahun,datang kepoli hamil dengan diantar suaminya untuk pertama
kalinya karena mereka mengira Ny. Sari hamil. Stelah dilakukan pemeriksaan. Anda
menjelaskan beberapa perubahan yang akan dialami oleh Ny. Sari bekaitan dengan
kehamilannya.
1. Bagaimana menentukan apakah seorang perempuan hamil atau tidak?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada fisik dan psikis Ny. Sari jika memang benar
hamil?
3. Susunlah proses keperawatan pada masa kehamiln meliputi pengkjian, penentuan
diagnosis dan keperawatan yang mungkin muncul pada Ny. Sari diawal kehamilannya
dn intervensi yang berkaitan!
Jawaban:
1. Dengan cara melakukan pemeriksaan DJJ dan USG
2. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi:

- Pembesaran Payudara

- Sering Buang Air Kecil

- Konstipasi

- Morning Sickness, Mual dan Muntah

- Merasa Lelah

- Sakit Kepala

- Kram Perut

- Peningkatan Berat Badan


Perubahan-perubahan-perubahan psokologis yang terjadi:

- Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan kehamilannya

- Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan kadang ibu


berharap agar dirinya tidak hamil saja

- Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya
- Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama
3. Berikut adalah uraian masalah yang timbul bagi klien diatas berdasarkan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017):
1) Hipovolemia berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (mis.
Stress, keenganan untuk makan)
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi,
iskemia, neoplasma)
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit, ketidakadekuatan
sumber daya (mis.dukungan finansial, social dan pengetahuan), gangguan adaptasi
kehamilan
5) Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas gastrointestinal,
ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan cairan, kelemahan otot
abdomen), psikologis (depresi), situasional (ketidakadekuatan toileting)
Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
1) Hipovolemia berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan membaik
Kriteria hasil :

- Turgor kulit meningkat

- Output urine meningkat

- Berat badan meningkat

- Distensi vena jugularis menurun

- Perasaan lemah menurun

- Tekanan dara membaik

- Tekanan nadi membaik

- Intake cairan membaik


Manajemen hipovolemia
Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah)
b. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified Trendelenburg
c. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (mis.
Stress, keenganan untuk makan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi membaik
Kriteria hasil :

- Kekuatan otot pengunyah meningkat

- Kekuatan otot menelan meningkat

- Serum albumin meningkat

- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

- Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat

- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat


- Perasaan cepat kenyang menurun

- Nyeri abdomen menurun

- Sariawan menurun

- Berat badan membaik

- Nafsu makan membaik

- Bising usus membaik

- Membran mukosa membaik


Manajemen nutrisi
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
b. Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

KASUS 2: Ny. H (Tubagus Dewangga M)

Ny. H melahirkan BB bayi 2200 gram, PB 40 cm. Saat pelepasan placenta dilakukan
pemasangan IUD atas persetujuan suami.

1. Jenis kontrasepsi apa yang dilakukan pada Ny. H?


Jenis kontrasepsi non hormonal yang dilakukan pada Ny.H yaitu Intra Uterine
Device (IUD)

2. Apa indikasi pemasangan IUD tersebut? Apa kontraindikasinya?


a. Indikasi pemasangan IUD
Indikasi pemasangan IUD pasca plasenta menurut Rusmini, dkk (2017) adalah
sebagai berikut :
1) Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan sectio
secarea dengan usia reproduksi dan paritas berapapun
2) Pasca keguguran (non infeksi)
3) Masa menyusui (laktasi)
4) Riwayat hamil ektopik
5) Tidak memiliki riwayat keputihan purulen yang mengarah kepada IMS
(gonore, klamidia dan servisitis purulen)
b. Kontraindikasi pemasangan IUD
Kontraindikasi pemasangan IUD pasca plasenta menurut Rusmini, dkk (2017)
dan Kementerian Kesehatan RI (2014) adalah sebagai berikut :
1) Menderita anemia, penderita kanker atau infeksi traktus genetalis
2) Memiliki kavum uterus yang tidak normal
3) Menderita TBC pelvic, kanker serviks dan menderita HIV/AIDS
4) Ketuban pecah sebelum waktunya
5) Infeksi intrapartum
6) Perdarahan post partum

3. Resiko masalah apa yang akan dialami Ny. H? (1 masalah prioritas)


a. Risiko perdarahan b.d faktor risiko:
- Pemasangan IUD
- Pemasangan saat pelepasan plasenta
- Efek samping alat kontrasepsi IUD
b. Risko Infeksi
c. Nyeri akut
d. Kecemasan

4. Susun intervensi keperawatan pada Ny. H sesuai prioritas masalah


Tujuan & Kriteria
No Dx Diagnosa Intervensi
Hasil
1 Risiko perdarahan b.d Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
faktor risiko : tindakan keperawatan Observasi :
- Pemasangan selama 3 jam 1. Monitor tanda dan gejala
IUD diharapkan risiko perdarahan
- Pemasangan perdarahan tidak 2. Monitor nilai
saat terjadi, dengan kriteria hematocrit/ hemoglobin
pelepasan hasil : sebelum dan setelah
plasenta 1. Perdarahan kehilangan darah
- Efek samping pervagina tidak 3. Monitor tanda-tanda
KB IUD lebih dari 500 cc viatl ortostatik
2. Tekanan darah 4. Monitor koagulasi
normal
3. Denyut nadi Terapeutik :
apical normal 5. Pertahankan bedress
4. Suhu tubuh normal selama perdarahan
6. Batasi tindakan
invasive, jika perlu
7. Gunakan Kasur
pencegah decubitus
8. Hindari pengukuran
suhu rektal

Edukasi :
9. Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
10. Anjurkan menggunakan
kaos kaki saat ambulasi
11. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
12. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
13. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
14. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahn

Kolaborasi :
15. Pemberian obat
pengontrol perdarahan,
jika perlu
16. Pemberian produk darah,
jika perlu
17. Pemberian pelunak tinja,
jika perlu
5. Susun SAP penyuluhan dan leaflet!

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENCEGAHAN PERDARAHAN PEMAKAIAN IUD

Pokok Bahasan : Kontrasepsi IUD


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Perdarahan Pemakaian IUD

Hari / Tgl : Kamis, 3 Februari 2021

Waktu : 15 menit
Sasaran : Ny. H

Tempat : Di Ruang Nifas

Penyuluh : Tubagus Dewangga Mabrur

==========================================================

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan pada Ny. H di Ruang Nifas selama 1 x 15 menit
diharapkan Ny. H dapat mengetahui tentang IUD dan upaya pencegahan perdarahan
dari pemakaian IUD.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang pencegahan perdarahan pemakaian IUD pada Ny.
H di Ruang Nifas selama 1 x 15 menit diharapkan Ny. H dapat:
1. Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan IUD menggunakan bahasanya
sendiri
2. Menyebutkan keuntungan dan kerugian IUD
3. Menyebutkan efek samping dan komplikasi IUD
4. Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan perdarahan menggunakan
bahasanya sendiri
5. Menyebutkan penyebab perdarahan pemakaian IUD
6. Menjelaskan cara pencegahan perdarahan pemakaian IUD
7. Menyebutkan waktu-waktu kunjungan ulang setelah pemasangan IUD

B. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab

C. MATERI
1. Terlampir
2. Leaflet

D. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Leaflet

E. SETTING TEMPAT
M
E

Ket : Penyuluh = Observer =


Peserta =

F. SUSUNAN ACARA
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien Media Metode

1 Pendahulua 1. Mengucapkan 1. Menjawab - Ceramah


n salam. salam.
(5 menit) 2. Menjelaskan 2. Mendengarkan. - Ceramah
cakupan materi.
3. Menjelaskan TIU 3. Mendengarkan. - Ceramah
dan TIK
4. Menanyakan 4. Menjawab - Ceramah
pengetahuan pertanyaan.
tentang IUD

2 Penyajian 1. Mendengarkan Leaflet Ceramah


1. Menjelaskan
(7 menit)
tentang :
(20
a. Pengertian
IUD
b. Keuntungan
dan kerugian
IUD
c. Efek
samping dan
komplikasi
IUD
d. Pengertian
perdarahan
e. Penyebab
perdarahan
pemakaian
IUD
f. Cara
pencegahan
perdarahan
pemakaian
IUD
g. Waktu-waktu
kunjungan
ulang setelah
pemasangan
IUD
- Tanya jawab
2. Memberik
an kesempatan
Ny. H untuk
bertanya
2. Bertanya

3 Penutup 1. Evaluasi dengan a. Menjawab - Tanya jawab


(3 menit) mengajukan
pertanyaan Ny. H
2. Menyimpulkan - Ceramah
seluruh materi b. Memperhatikan
yang telah
disampaikan
3. Pemberian leaflet Leaflet -
4. Menyampaikan c. Memperhatikam - Ceramah
ucapan d. Mendengarkan
terimakasih
kepada Ny. H
5. Menutup - -
pertemuan e. Menjawab
dengan salam
mengucapkan
salam.
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Perlengkapan dan tempat siap.
b. Materi telah siap.
c. Ada leaflet
d. Ny. H siap mengikuti penyuluhan
2. Evaluasi Proses
1. Membaca buku referensi tentang kontrasepsi IUD
2. Memberi penyuluhan tentang pencegahan perdarahan pemakaian IUD
3. Ny. H mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
4. Ny. H aktif dalam kegiatan pendidikan kesehatan

3. Evaluasi Hasil
a) Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan IUD menggunakan

bahasanya sendiri

b) Menyebutkan keuntungan dan kerugian IUD

c) Menyebutkan efek samping dan komplikasi IUD

d) Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan perdarahan menggunakan

bahasanya sendiri

e) Menyebutkan penyebab perdarahan pemakaian IUD

f) Menjelaskan cara pencegahan perdarahan pemakaian IUD

g) Menyebutkan waktu-waktu kunjungan ulang setelah pemasangan IUD

H. DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hartanto, Hanafi. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan

Bari Syaifuddin, Abdul. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

LAMPIRAN

MATERI

A. Pengertian IUD
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim,
terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya
bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat
adalah bentuk spiral. Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan
(dokter / bidan terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu
untuk memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau segera
40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2000:33).
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak kaum wanita
merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat
setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi
isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR
perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini
(Maryani, 2002).

B. Keuntungan dan Kerugian IUD


Keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:

1. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi


2. IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:


1. Menoragie
2. Dismenorea
3. Sedikit peningkatan resiko kehamilan ektopik apabila ada kegagalan IUD
4. Peningkatan resiko infeksi radang panggul
5. IUD terlepas keluar
6. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
7. Malposisi IUD
8. Kehamilan yang di sebabkan oleh pengeluaran perforasi atau malposisi

C. Efek Samping dan Komplikasi IUD


1. Efek samping yang umum terjadi:
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
4. Saat haid lebih sakit
2. Komplikasi lain: Merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
Penyakit radang panggul memicu infertilitas
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
8. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal
11. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.

D. Pengertian Perdarahan
Perdarahan adalah suatu kondisi terjadinya kehilangan darah baik internal (terjadi di
dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).

E. Penyebab Perdarahan Pemakaian IUD


Perdarahan haid diluar haid memang dapat terjadi akibat pemasangan IUD. Tetapi
apabila perdarahan terjadi terus menerus dalam waktu yang lama, hal ini dapat
dikarenakan adanya penyakit lain seperti mioma uteri (tumor pada otot rahim), kista
ovarium (masa kapsul berisi cairan), serta peradangan di rongga panggul.

F. Pencegahan Perdarahan Pemakaian IUD


Pencegahan perdarahan dari pemakaian IUD adalah sebagai berikut :
5. Pertahankan bedrest selama perdarahan
6. Hindari aktivitas berat
7. Meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
8. Menghindari aspirin atau antikoagulan
9. Rutin melakukan kunjungan ulang setelah pemasangan IUD
10. Menambah pengetahuan tentang kontrasepsi IUD

G. Waktu-Waktu Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD


Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat dan resiko AKDR. Bila
terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali dipasang. Pemeriksaan AKDR dilakukan setiap
bulan atau bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan, demam, dan sebagainya).
1. Kembali memeriksa diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR
2. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR periksalah benang AKDR secara
rutin setelah haid
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang
setelah haid apabila mengalami kram/kejang di perut bagian bawah,perdarahan
(spotting) diantara haid atau setelah senggama, nyeri setelah senggama atau apabila
pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual
4. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan
lebih awal apabila diinginkan
5. Kembali ke klinik apabila tidak dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian
benang keras di AKDR, AKDR terlepas, siklus terganggu/meleset, terjadi
pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan, adanya infeksi.
PENCEGAHAN PENGERTIAN IUD KERUGIAN IUD
IUD (Intra Uterine Device) adalah
PERDARAHAN PEMAKAIAN Menoragie
alat kontrasepsi yang disisipkan ke
IUD dalam rahim, terbuat dari bahan Dismenorea
semacam plastik, ada pula yang dililit
Peningkatan resiko infeksi radang
tembaga, dan bentuknya bermacam-
macam. panggul

KEUNTUNGAN IUD IUD terlepas keluar


Disusun Oleh :
Tubagus Dewangga Mabrur Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya Perforasi uterus, usus dan kandung
NIM : 202073008
tinggi kemih

Tidak mempengaruhi hubungan EFEK SAMPING DAN


KOMPLIKASI PEMAKAIAN IUD
PROGRAM (B) STUDI PROFESI NERS seksual
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021 Tidak mempengaruhi kualitas dan
Perubahan siklus haid (umumnya
volume ASI
pada 3 bulan pertama dan akan
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
berkurang setelah 3 bulan)
Membantu mencegah kehamilan
PROGRAM PROFESI NERS Haid lebih lama dan banyak
STIKES FALATEHAN SERANG ektopik.
Perdarahan (spotting) antar
2014
menstruasi
Saat haid lebih sakit
PENGERTIAN PERDARAHAN
Perdarahan adalah suatu kondisi Rutin melakukan kunjungan ulang
PENCEGAHAN PERDARAHAN
terjadinya kehilangan darah baik PEMAKAIAN IUD setelah pemasangan IUD
internal (terjadi di dalam tubuh) Menambah pengetahuan tentang
maupun eksternal (terjadi hingga Pertahankan bedrest selama kontrasepsi IUD
keluar tubuh). perdarahan
Hindari aktivitas berat KUNJUNGAN ULANG

PENYEBAB PERDARAHAN 1 bulan pasca pemasangan


PEMAKAIAN IUD Meningkatkan asupan makanan dan 3 bulankemudian setiap 6 bulan
berikutnya
Perdarahan dapat terjadi akibat vitamin K 1 tahun sekali
pemasangan IUD. Tetapi apabila Menghindari aspirin atau Bila terlambat haid 1 minggu
Perdarahan banyak dan tidak teratur
perdarahan terjadi terus menerus antikoagulan
dalam waktu yang lama, hal ini dapat
dikarenakan adanya penyakit lain
seperti mioma uteri, kista ovarium
peradangan di rongga panggul.

Anda mungkin juga menyukai