Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NEZAR ABDILLAH AWI

NPP / KELAS : 28.0809 / F-13

Hubungan pemerintah pusat dengan daerah pada awalnya renggang diawali dengan
ketidak sinkronnya data pasien virus covid-19 di Penerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah,
selain itu tumpeng tindihnya Pemerintah terkait riwayat dan jumlah pasien mengenai tindakan
pemerintah pusat dalam menangani pandemi Covid-19 di Tanah Air. Pemerintah Pusat seolah
melakukan pembatasan langkah kepada Pemerintah Daerah untuk mengambil langkah cepat
guna memutus rantai penyebaran covid-19 yang menyerang sistem pernapasan itu. Namun
semakin hari hubungan yang renggang tersebut membaik atas upaya yang dilakukan yaitu
mensosialisasikan protokol komunikasi publik terkait penanganan Covid-19, lalu disebarkan
secepatnya kemudian penguatan implementasi dan kemudian mengadakan pemantauan, evaluasi,
serta pemantauan secara reguler terus-menerus dengan ujung gerak pada pemda maupun rumah
sakit diberi mandat untuk terlibat dalam komunikasi penanganan corona. Yang pada hasilnya
pemerintah pusat telah menguatkan koordinasi dengan Pemda mengenai penyebaran informasi
kasus virus corona dan serta sehubungan penerapan PSBB di daerah-daerah besar yang efektif
dengan dibuktikan pada jumlah pasien covid yang diperkirakan pada akhir April di angka 70 ribu
ternyata kabar baik masih di angka 12.438.

Tindakan para pejabat birokrat di pusat yang timpang tindih serta tidak sinkron tersebut
justru menimbulkan masalah baru yakni miskomunikasi dalam pengeluaran himbauan, serta
kebijakan yang hadir tidak totalitas alias setengah-setengah. Seperti usulan dari Gubernur DKI
Jakarta Anies baswedan untuk menerapkan karantina wilayah, dengan mengalokasikan anggaran
daerah ataupun nasional yang dibahas untuk dipergunakan setengah anggaran terhadap
penanganan pandemi ini, namun usulan belum terwujudkan. Dengan timpang tindihnya
himbauan dan kebijakan yang diterapkan seharusnya pemerintah sebagai wajah negara mampu
bergerak lebih terkait ini, seharusnya fokus utama ialah mampu menerapkan anggaran untuk
melawan virus ini. Seperti penerapan UU nomor 6 tahun 2008 mengenai Darurat Kesehatan
masyarakat harusnya di jalankan, aturan tersebut sebagai solusi juga untuk menangani pandemi
covid 19 dengan anggaran cukup dibilang besar bahkan mencapai triliunan seharusnya membuat
negara mampu menanganinya dan kemudian harus ada garansi ke masyarakat saat PSBB
diterapkan, maka garansi apa yang diterima masyarakat secara umum tidak jelas, dan bukan
hanya bijak pada kebijakan, namun harus sesuai dengan gerakan-gerakan yang sama.

Di lain sisi dampak pandemi ini menyebabkan krisis kesehatan yang berdampak pada
krisis ekonomi yang sangat besar pada masyarakat Indonesia memang harus dilawan Bersama.
Pada sektor ekonomi yang tidak semua masyarakat Indonesia sebagai pegawai kantoran, terlebih
masyarakat yang hanya mengandalakan upah harian tentu mengalami penurunan pendapatan.
Apalagi diterapkannya PSBB di daerah-daerah besar tertentu, PHK dan dirumahkannya para
pekerja akan menimbulkan kemakmuran rakyat menurun. Pemerintah harus meningkatkan
jaminan sosial untuk pekerja, sebagai antisipasi supaya gelombang PHK tidak terulang.
Penguatan jaminan sosial itu bisa dilakukan dengan konsep perusahaan tidak melakukan PHK.
Menurut saya negara mempunyai anggaran cadangan yang sekiranya dapat dimaksimalkan pada
penguatan jaminan sosial. Apalagi pada waktu saat ini banyak kegiatan dari kementerian yang
terpaksa berhenti karena pandemi, dana kegiatan yang terpaksa berhenti itu bisa dialokasikan
untuk jaminan sosial.

Sedangkan dampak yang dirasakan Pemerintah Daerah yaitu terhambatnya dan cancelnya
program kerja yang sudah disusun dan direncanakan pada RKPD. Presiden menghimbau kepada
pemda provinsi maupun kabupaten/kota diberi kewenangan untuk refocusing dan realokasi
penggunaan APBD, dengan melakukan 3 fokus kegiatan yakni memaksimalkan kesehatan
masyarakat untuk mencegah penyebaran virus covid-19, memaksimalkan jaring pengaman sosial
(social safety net) dalam bentuk bantuan sosial, serta memastikan ketersediaan dan kesiapan stok
pangan di daerah. Langkah yang diterapkan tersebut harus bisa membantu masyarakat yang
kehilangan penghasilan akibat Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai