Anda di halaman 1dari 2

AGENG INAS SAPUTRA

1503617077

PENDIDIKAN VOKASIONAL KONSTRUKSI BANGUNAN

Kerukunan di Tengah Kebhinekaan

Bangsa Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak, tidak hanya masalah adat istiadat
atau budaya seni, bahasa dan ras, tetapi juga termasuk masalah agama.Walaupun mayoritas
penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama dan keyakinan lain yang juga
dianut penduduk ini. Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu adalah contoh agama yang
juga tidak sedikit dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-
masing dalam beribadah.Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai
satu saudara dalam tanah air yang sama, setiap warga Indonesia berkewajiaban menjaga
kerukunan umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh
dan mencapau tujuannya sebagai negara yang makmur dan berkeadilan sosial.

Berbicara mengenai kerukunan umat beragama memang merupakan suatu persoalan yang
bersifat kompleks. Hal ini dikarenakan persoalan-persoalan yang ada tidak hanya melibatkan
satu dimensi saja melainkan lebih. Tentu saja timbulnya berbagai dimensi atau faktor yang
mempengaruhi hubungan antar-agama disebabkan karena agama tidak saja berurusan dengan
dirinya sendiri tetapi juga berkaitan atau berurusan dengan “kawan bermainnya”. Kerukunan
hidup beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan di bidang agama. Gagasan atau
ide ini muncul karena dilatarbelakangi oleh gejala hubungan antar-agama yang semakin rumit.

Kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional dan dinamis harus terus
dipelihara dari waktu kewaktu. Kerukunan umat beragama dapat diartikan sebuah keadaan
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kerukunan dapat menyentuh
persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi oleh setiap umat beragama, seperti membangun
struktur dan tata nilai kehidupan yang lebih beradab dan humanis.

Selain itu, kerukunan tidak terlepas dari persoalan agama yang selain terkait dengan faham
atau keyakinan para pemeluknya tentang kebenaran mutlak “doktrin agama” masing-masing
sebagai bagian terdalam dari manusia, tetapi juga terkait dengan faktor-faktor sosial yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Orang yang tidak mau hidup rukun ibaratkan orang
yang tidak memiliki tetangga dan hidup dalam kesendirian. Suatu tatanan hidup yang rukun dan
harmonis merupakan harapan seluruh umat manusia, dan setiap umat manusia terpanggil
untuk menciptakannya. Kehidupan masyarakat beragama yang berbhineka dijiwai oleh mereka
dengan rasa solidaritas, saling menghormati, saling menghargai, serta sikap yang terbuka tanpa
adanya rasa curiga antar sesama umat.

Anda mungkin juga menyukai