Anda di halaman 1dari 31

JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014

ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN, JUMLAH UANG


BEREDAR (M1), KURS RUPIAH, DAN INDEKS S&P 500 TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN: STUDI EMPIRIS PADA BURSA EFEK INDONESIA

Heriyanto
raphael_heri@yahoo.com

Ming Chen
Mingchen133@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan keseimbangan jangka panjang
antara variabel makroekonomi (yang diproksi dengan variabel indeks harga konsumen,
jumlah uang beredar, kurs rupiah terhadap dollar, dan Indeks S&P 500) dengan indeks harga
saham gabungan (IHSG). Data bulanan variabel makroekonomi dan IHSG selama periode
Januari 2005 – Desember 2013 digunakan untuk pengujian hubungan keseimbangan jangka
panjang. Data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi yang terdiri dari variabel
indeks harga konsumen, jumlah uang beredar, kurs rupiah terhadap dollar, Indeks S&P 500,
dan IHSG. Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis pengujian residual (dari model regresi berganda) dengan
pendekatan Granger Residual Test digunakan untuk memastikan tidak terjadi spurious
regression (regresi palsu). Selanjutnya, analisis data dengan pengujian Johannsen
Cointegration Test digunakan untuk menguji keberadaan hubungan keseimbangan jangka
panjang antara variabel makroekonomi dan IHSG. Tahap akhir analisis data dilakukan dengan
pengujian vector error correction model (VECM) dan Granger Causality Test yang bertujuan
untuk menguji kemungkinan adanya hubungan biderectional (dua arah) antara variabel
makroekonomi dan IHSG.
Hasil pengujian menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel kurs
rupiah terhadap dollar dan Indeks S&P 500 berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
indeks harga saham gabungan, sedangkan variabel indeks harga konsumen dan jumlah uang
beredar tidak berpengaruh signifikan. Hasil pengujian dengan menggunakan Granger
Residual Test menunjukkan bahwa tidak terdapat spurious regression. Sementara itu, hasil
pengujian dengan menggunakan Johannsen Cointegration Test menunjukkan bahwa terdapat
hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel makroekonomi dan IHSG. Terkait
dengan kemungkinan adanya hubungan biderectional antara variabel makroekonomi dan
IHSG, hasil pengujian dengan menggunakan Vector Error Correction Model (VECM) dan
Granger Causality Test menunjukkan bahwa hubungan antara variabel makroekonomi dan
IHSG adalah hubungan satu arah.

Kata Kunci: spurious regression, granger residual test, granger causality test, vector error
correction model.

Abstract: This study aims to test the long term equilibrium association between
macroeconomic variables (which proxied by consumer price index variable, money supply,
rupiah kurs relative to dollar, and S&P 500 index) and composite index (IHSG). Monthly
data of macroeconomic variables and IHSG covers January to December 2013 were used to
test the existence of long term equlibrium association. Research data collected by using
documentation method which involve consumer price index variable, money supply, rupiah

25
kurs relative to dollar, S&P 500 index, and IHSG. After the data has been collected, the data
will be analyzed by using multiple regression analysis. Residual test analysis (from multiple
regression analysis) which aims to ensure that spurious regression does not existence, has
been analyzed by using Granger Residual Test. After that, data analysis by using Johannsen
Cointegration Test was used to test the existence of long term equilibrium association
between macroeconomic variable and IHSG.The last step of data analysis were analyzed by
using vector error correction model (VECM) and Granger Causality Test which aims to test
the possibility existence of biderectional association (two ways)between macroeconomic
variables and IHSG. Result testing by using multiple regression anaylsis show that rupiah
kurs relative to dollar and S&P 500 Index that significantly influence the IHSG movement
while consumer price index variable and money supply does not significantly influence IHSG
movement. Result testing by using Granger Residual Test show that spurious regression does
not existence. Meanwhile, result testing by using Johannsen Cointegration Test show that
long term equilibrium association between macroeconomic variables and IHSG is exist.
Related to the possibility existence of bidirectional association between macroeconomic
variables and IHSG, result testing by using vector error correction model (VECM) and
Granger Causality Test show that the association between macroeconomic variables and
IHSG is one way association.

Keywords: spurious regression, granger residual test, granger causality test, vector error
correction model.

PENDAHULUAN dengan keberadaan hubungan yang kuat


Latar Belakang Masalah antara indeks harga saham
Penelitian empiris terkait pengaruh keseluruhan/gabungan (aggregate equity
variabel makroekonomi terhadap return prices) dan variabel makroekonomi.
saham telah banyak dilakukan, baik di Argumen yang mungkin bisa
pasar modal yang bertumbuh/maju menjelaskan hasil penelitian di atas adalah
(developed markets) maupun di pasar terkait dengan adanya hubungan bahwa
modal yang berkembang (emerging nilai intrinsik dari saham bergantung pada
markets). Beberapa penelitian empiris yang nilai sekarang (present value) dari dividen
dilakukan di pasar modal bertumbuh yang akan diterima di masa yang akan
(developed markets) memberikan bukti datang, yang merupakan hasil distribusi
yang cukup kuat terkait dengan dari laba perusahaan. Lebih lanjut,
pembuktian bahwa return saham besarnya laba perusahaan dipengaruhi oleh
berfluktuasi seiring dengan perubahan aktivitas riil ekonomi. Oleh karena itu,
dalam variabel makroekonomi dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
(Gunasekarage et.al., 2004). Sehubungan ada hubungan antara kondisi fundamental
dengan hasil penelitian tersebut, muncul ekonomi (economic fundamentals) dan
dugaan dari beberapa penelitian terkait harga saham. Penelitian awal terkait
dengan topik ini dilakukan oleh Bodie ekonomi lokal (seperti gross domestic
(1976), Fama dan Schwert (1977), Jaffe product, inflasi, money supply, dan suku
dan Mandelker (1977), Lintner (1973), bunga) dan variabel ekonomi dunia (seperti
Nelson (1976), dan Oudet (1973) yang industrial production dan inflasi) hanya
menemukan bahwa ada hubungan yang dapat menjelaskan sampai pada tingkat
negatif antara return saham dan perubahan 14,6% atas variasi (fluktuasi) pada return
pada harga secara umum (inflasi). Namun bulanan dari sampel yang terdiri atas 13
hasil penelitian ini berbeda dengan pasar modal berkembang (emerging
penelitian Fisher (1979) yang merumuskan markets) untuk periode 1987-1996.
hipotesis terdapat hubungan yang positif Berdasarkan tinjauan pada teori dan
antara return yang diharapkan dan tingkat hasil yang beragam pada penelitian
inflasi yang diharapkan. sebelumnya, maka penelitian ini akan
Berbeda dengan hasil penelitian di difokuskan pada pasar modal yang
pasar modal bertumbuh (developed termasuk dalam emerging markets, yaitu
markets), beberapa penelitian yang BEI, dan menggunakan variabel-variabel
dilakukan di pasar modal berkembang makroekonomi yang umumnya digunakan
(emerging markets) kurang memberikan dalam penelitian sebelumnya, yaitu Indeks
dukungan secara empiris terkait Harga Konsumen (IHK), jumlah uang
pembuktian pengaruh variabel beredar (M1), kurs rupiah, dan Indeks S&P
makroekonomi terhadap return saham 500 untuk menjelaskan pergerakan IHSG
(Gunasekarage et.al., 2004). Penelitian di BEI periode Januari 2005-Desember
tersebut diantaranya dilakukan oleh 2013. Adapun tujuan digunakannya
Harvey (1995) dalam Gunasekarage et.al. beberapa variabel makroekonomi dari
(2004) yang menunjukkan bahwa pengaruh penelitian sebelumnya adalah untuk
return pasar modal dunia (world equity menguji konsistensi (reliabilitas) hasil
market returns), return atas indeks nilai penelitian sebelumnya dengan
tukar mata uang asing, harga minyak, menggunakan periode yang relatif cukup
world industrial production, dan tingkat panjang.
inflasi dunia (world inflation rate) tidak Selain itu, penelitian ini juga akan
cukup kuat dalam menjelaskan return di menguji kestabilan hubungan jangka
pasar modal berkembang (emerging panjang (stationarity) antara variabel
markets), serta penelitian Fifield et.al. makroekonomi dan IHSG untuk
(2002) yang menunjukkan bahwa variabel memastikan tidak adanya spurious

27
regression sebagai akibat penggunaan variabel makroekonomi, yang diproksi
analisis data secara time series. dengan indeks harga konsumen,
jumlah uang yang beredar (M1), kurs
Rumusan Masalah Penelitian rupiah, Indeks S&P500 dan
Terkait dengan beberapa hal di atas pergerakan IHSG.
maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Manfaat Penelitian
1. Bagaimana pengaruh variabel Hasil penelitian ini diharapkan
makroekonomi, yang diproksi dengan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
indeks harga konsumen, jumlah uang pihak, antara lain:
yang beredar (M1), kurs rupiah, 1. Bagi Pemerintah, dapat menjadi
Indeks S&P500 terhadap pergerakan panduan dalam menyusun kebijakan
IHSG? (terkait dengan penentuan suku bunga,
2. Bagaimana hubungan keseimbangan tingkat inflasi, dan jumlah uang
jangka panjang antara variabel beredar) untuk mengatur kondisi
makroekonomi, yang diproksi dengan perekonomian agar dapat meningkatan
indeks harga konsumen, jumlah uang kinerja (pertumbuhan) pasar modal.
yang beredar (M1), kurs rupiah, dan Sebaliknya, pemerintah juga dapat
Indeks S&P500, dengan pergerakan menjadikan kondisi pasar modal
IHSG? sebagai dasar untuk menyusun
kebijakan ekonomi guna menjaga
Tujuan Penelitian kestabilan kondisi perekonomian.
Berdasarkan rumusan masalah yang 2. Bagi investor, dapat memberikan
telah dinyatakan di atas, maka tujuan dari informasi tentang variabel-variabel
penelitian ini adalah sebagai berikut: makroekonomi yang dapat
1. Menguji secara empiris pengaruh dipertimbangkan untuk memprediksi
variabel makroekonomi, yang diproksi kondisi pasar modal sehingga dapat
dengan indeks harga konsumen, diperoleh keputusan investasi yang
jumlah uang yang beredar (M1), kurs tepat.
rupiah, Indeks S&P500 terhadap 3. Bagi akademisi, dapat memberikan
pergerakan IHSG. informasi yang dapat dijadikan
2. Menguji secara empiris hubungan sebagai bahan referensi untuk
keseimbangan jangka panjang antara mengembangkan peneletian di masa

28
mendatang terkait dengan topik suka menyimpan dana di bank dan
hubungan variabel makroekonomi dan memperoleh pendapatan dari bunga
IHSG. tabungan dan pasar saham menjadi kurang
menarik. Kondisi ini menyebabkan harga
Pengaruh Indeks Harga Konsumen saham bereaksi secara negatif, yaitu harga
Terhadap Pergerakan IHSG saham menurun.
Indeks harga konsumen dalam
penelitian ini merupakan proksi dari Pengaruh Jumlah Uang yang Beredar
tingkat inflasi. Gunasekarage et.al. (2004) (M1) Terhadap Pergerakan IHSG
dalam penelitiannya menyatakan bahwa Gunasekarage et.al. (2004) juga
peningkatan (penurunan) inflasi akan menggunakan variabel jumlah uang yang
menurunkan (meningkatkan) daya beli beredar sebagai salah satu proksi dari
investor sehingga pada akhirnya akan variabel makroekonomi yang menjelaskan
mempengaruhi keputusan investasi dari pergerakan indeks harga saham pasar. Ia
investor lokal di pasar modal. Nugroho mengungkapkan bahwa variabel jumlah
(2008) dalam penelitiannya juga menduga uang yang beredar (M1) menyediakan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat sebuah ukuran atas tingkat likuiditas
inflasi dan pergerakan IHSG. Namun, kegiatan perekonomian dan memberikan
Nugroho (2008) memberikan argumen indikator bahwa setiap perubahan dalam
dengan perspektif yang sedikit berbeda. Ia jumlah uang yang beredar akan
menyatakan bahwa peningkatan tingkat mempengaruhi keputusan investasi dari
inflasi akan menyebabkan suku bunga akan investor. Argumen Gunasekarage et.al.
meningkat dan pada akhirnya akan (2004) ini diperkuat oleh hasil
mengurangi tingkat investasi. Lebih lanjut, penelitiannya yang menunjukkan bahwa
ia berargumen bahwa dalam kondisi inflasi dengan menggunakan vector error
biasanya pemerintah akan menaikkan suku correction models (VECM) didapatkan
bunga untuk mengurangi jumlah uang yang dukungan atas argumen bahwa nilai lag
beredar di masyarakat. Namun kenaikan dari variabel makroekonomi seperti indeks
suku bunga tersebut akan menyebabkan harga konsumen, jumlah uang yang
investor enggan melakukan investasi beredar, dan tingkat bunga treasury bill
karena bunga pinjaman yang harus memiliki pengaruh yang signifikan pada
dibayarkan menjadi lebih tinggi. indeks pasar saham.
Akibatnya, pada kondisi ini investor lebih
Sementara itu, Nugroho (2008) terhadap dollar menandakan bahwa
menyatakan bahwa jumlah uang yang prospek perekonomian Indonesia dalam
beredar dengan pertumbuhan yang wajar keadaan kurang baik. Argumen ini
dapat memberikan pengaruh positif didasarkan pada pendapat Sunariyah
terhadap kegiatan ekonomi dan pasar (2006) yang menyatakan bahwa depresiasi
ekuitas dalam jangka pendek. Namun, rupiah dapat terjadi apabila faktor
lebih lanjut ia menyatakan bahwa fundamental perekonomian Indonesia
pertumbuhan jumlah uang beredar yang dalam keadaan tidak baik. Kondisi ini
drastis akan memicu inflasi yang pada tentunya menambah risiko bagi investor
akhirnya memberikan pengaruh negatif apabila melakukan investasi di bursa
terhadap pasar ekuitas. saham Indonesia. Lebih lanjut, Jose Rizal
(2007) dalam Nugroho (2008) menyatakan
Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap bahwa investor akan cenderung untuk
Pergerakan IHSG menghindari risiko sehingga investor akan
Gunasekarage et.al. (2004) juga cenderung melakukan aksi jual dan
menggunakan variabel kurs valuta asing menunggu hingga situasi perekonomian
sebagai proksi variabel makroekonomi dirasakan membaik. Selanjutnya, aksi jual
untuk menjelaskan pergerakan IHSG. yang dilakukan investor pada akhirnya
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa akan mendorong penurunan indeks harga
peningkatan (penurunan) dalam tingkat saham di BEI.
kurs valuta membuat pasar modal di .
Srilanka menjadi lebih murah (lebih Pengaruh Indeks S&P 500 Terhadap
mahal) bagi investor asing sehingga Pergerakan IHSG
fluktuasi pada tingkat kurs valuta asing Acikalin et. al. (2008)
akan memiliki dampak pada keputusan mengungkapkan bahwa pengaruh
investasi saham dari investor asing. perubahan variabel makroekonomi
Sementara itu, Nugroho (2008) terhadap return saham di pasar modal tidak
juga menyatakan adanya hubungan dapat dipastikan (ditentukan) mengingat
variabel kurs valuta asing dan pergerakan kondisi (karakteristik) ekonomi di tiap
IHSG. Namun, ia memberikan argumen negara berbeda-beda. Acikalin et. al.
yang berbeda terkait hubungan antara (2008) mengungkapkan bahwa sebagian
variabel kurs dan IHSG. Ia menyatakan besar penelitian bahkan mengungkapkan
bahwa bagi investor depresiasi rupiah bahwa variabel global lebih konsisten

30
pengaruhnya terhadap return saham di Jones memberikan indikator atas kinerja
pasar modal dibandingkan variabel perekonomian Amerika Serikat yang
makroekonomi domestik (lokal). Argumen mengalami peningkatan. Lebih lanjut ia
ini sejalan dengan hasil penelitian Abugri menyatakan bahwa sebagai salah satu
(2008) yang memberikan bukti empiris negara tujuan ekspor Indonesia,
bahwa variabel suku bunga treassury bill pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
dan MSCI World Index (sebagai proksi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
atas variabel global) merupakan variabel Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun
yang paling konsisten (arah dan aliran modal masuk, baik investasi
signifikansi koefisien) mempengaruhi langsung maupun melalui pasar modal.
return pasar modal.
Sementara itu, variabel Indeks S&P Indeks
Harga
500 digunakan oleh Gunasekarage et.al.
(2004) sebagai proksi variabel
Jumlah IHSG
makroekonomi global untuk menjelaskan Uang yang
pergerakan Indeks Harga Saham di Bursa
Srilanka. Gunasekarage et.al. (2004) Kurs Rupiah

mengungkapkan bahwa banyak literatur


menduga bahwa pasar modal di Amerika Indeks S&P
Serikat memberikan pengaruh yang 500
signifikan pada sebagian besar pasar modal
di dunia. Indeks S&P 500 merupakan salah Gambar 2.1. Kerangka Teoritis Hubungan
satu dari 3 indeks utama di Amerika Antara Indeks Harga Konsumen, Jumlah
Serikat, (dua indeks harga saham lainnya) Uang yang Beredar (M1), Kurs Rupiah,
yaitu Nasdaq Composite dan Indeks Dow Indeks S&P 500 dan IHSG
Jones. Namun, Witjaksono (2010) dalam Sumber: Gunasekarage et. al. (2004),
penelitiannya menggunakan Indeks Dow Nugroho (2008), dan Witjaksono (2010)
Jones. Berdasarkan pendapat dari
Sunariyah (2006) dalam Witjaksono METODE PENELITIAN
(2010), pergerakan Indeks Dow Jones Data
dapat mempengaruhi pergerakan IHSG di Analisis dalam penelitian ini terkait
BEI. Sunariyah (2006) memberikan dengan hubungan atau interaksi antara
argumen bahwa meningkatnya Indeks Dow variabel makroekonomi, yang diproksi

31
dengan indeks harga konsumen, jumlah
uang yang beredar (M1), kurs rupiah, Definisi Operasional dan Sumber Data
Indeks S&P 500, dan IHSG. Adapun data Pengertian mengenai masing-
dalam penelitian ini adalah data bulanan masing variabel penelitian dan sumber data
yang dimulai dari Januari 2005-Desember penelitian akan ditampilkan pada tabel di
2013. Data penelitian ini dimulai dari bawah ini:
Januari 2005 karena tersedianya data (baik
variabel independen dan dependen) sampai
dengan periode Desember 2013.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Sumber Data Penelitian
No Nama Definisi Operasional Pengukuran Skala Sumber
. Variabel Data
1 IHSG suatu nilai yang Data bulanan dari periode Rasio www.fina
digunakan untuk Januari 2005- Desember nce.yahoo.
mengukur kinerja 2013 com
saham yang tercatat
dalam suatu bursa efek
2 Indeks Angka indeks yang Data bulanan dari periode Rasio www.bps.
harga menggambarkan Januari 2005- Desember go.id
konsume perubahan harga barang 2013
n dan jasa yang
dikonsumsi oleh
masyarakat secara
umum pada suatu
periode waktu tertentu
dengan periode waktu
yang telah ditetapkan
3 Jumlah Jumlah uang yang Data bulanan dari periode Rasio www.bi.g
uang beredar yang Januari 2005- Desember o.id
yang dirumuskan secara 2013
beredar sempit (M1), meliputi
(M1) uang kartal dan
deposito yang dapat
digunakan sebagai alat
tukar
4 Kurs Kurs mata uang Data bulanan dari periode Rasio www.bi.g
rupiah domestik terhadap mata Januari 2005- Desember o.id
uang asing. Pada 2013 www.orta
penelitian ini x.org
menggunakan US
Dollar karena merujuk
pada literatur
Gunasekarage et.al.
(2004), diduga bahwa
pasar modal Amerika
Serikat mempengaruhi
sebagian besar pasar
modal di dunia.
5 Indeks sebuah indeks yang Data bulanan dari periode Rasio www.fina
S&P 500 terdiri dari saham 500 Januari 2005- Desember nce.yahoo.
perusahaan dengan 2013 com
modal-besar,
kebanyakan berasal dari
Amerika Serikat.
Indeks S&P 500
merupakan indeks di
bursa Amerika Serikat
yang paling banyak
diperhatikan setelah
Indeks Dow Jones
Sumber: Nugroho (2008, hal. 23), Gunasekarage et.al. (2004)
Teknik Analisis Data Uji Kointegrasi-Johanssen dan
Analisis Regresi Berganda Residual-Granger
Pemilihan teknik analisis statistik Guna memastikan tidak adanya
dalam suatu penelitian pada umumnya spurious regression dan untuk melihat
didasarkan pada beberapa hal seperti: tipe hubungan keseimbangan jangka panjang
penelitian (deskriptif atau inferensial), antara variabel makroekonomi, yang
jenis variabel (dependen dan independen), diproksi dengan indeks harga konsumen,
tingkat pengukuran variabel (nominal, jumlah uang yang beredar (M1), kurs
ordinal, interval, atau rasio), banyaknya rupiah, Indeks S&P 500, dan IHSG. Secara
variabel (satu atau lebih dari satu), dan spesifik, tujuan dari digunakan pengujian
maksud statistik (kecenderungan memusat, kointegrasi-Johanssen adalah untuk
variabilitas, hubungan korelasi atau melihat apakah ada hubungan
asosiasi, pembandingan, interaksi, keseimbangan jangka panjang antara
kecocokan, dan sebagainya). variabel makroekonomi dan IHSG,
Berdasarkan kriteria pemilihan sedangan pengujian residual-Granger
teknik analisis statistik di atas, maka digunakan untuk melihat apakah nilai
penelitian ini menggunakan teknik analisis historis (lag) dari variabel makroekonomi
regresi berganda. Alasan pemilihan mempengaruhi pergerakan IHSG dan
tersebut karena beberapa hal seperti: memastikan tidak adanya spurious
1. Memiliki 1 variabel dependen (IHSG) regression.
dan lebih dari satu variabel
independen (ada 4 yaitu indeks harga Tahapan Analisis Data
konsumen, jumlah uang yang beredar, Melakukan Analisis Regresi Berganda
kurs rupiah, Indeks S&P 500) Mengacu pada penelitian
2. Baik variabel dependen maupun Witjaksono (2010) dan Nugroho (2008)
variabel independen di atas memiliki yang melakukan pengujian terkait
skala rasio pengaruh variabel makroekonomi terhadap
3. Maksud penelitian ini adalah untuk indeks harga saham, penelitian ini juga
menguji bentuk hubungan (pengaruh) menggunakan teknik analisis regresi
kausal dari variabel independen dan berganda. Namun, beberapa peneliti
dependen. menyatakan bahwa hubungan antar
variabel makroekonomi dan indeks harga
saham merupakan hubungan jangka
panjang dan melibatkan hubungan dalam dan trend. Mengacu pada penelitian
nilai lag dari masing-masing variabel. Gunasekarage et.al. (2004) maka
Persamaan umum regresi berganda terkait digunakan model dengan intercept saja
dengan pengaruh variabel makroekonomi serta model intercept dan trend.
terhadap IHSG dirumuskan sebagai
berikut: Melakukan Pengujian Kointegrasi
Pengujian kointegrasi digunakan
untuk memastikan bahwa model regresi
Keterangan: yang dilakukan bukan merupakan regresi
IHSGt : Indeks Harga Saham yang spurious (palsu atau lancung).
Gabungan bulan ke t Nachrowi dan Usman mengungkapkan
IHKt : Indeks Harga Konsumen bahwa kadangkala dalam penelitian
bulan ke t dijumpai dua variabel random yang
M1t : Jumlah Uang Beredar masing-masing merupakan random walk
Sempit bulan ke t (tidak stasioner), tetapi kombinasi linier
KRt : Kurs Rupiah bulan ke t antara dua variabel tersebut merupakan
ISP&500t : Indeks S&P500 bulan ke t time series yang stasioner. Sebagai indikasi

α0 : Konstanta adanya spurious regrresion, Granger dan

β1=β2=β3=β4 : Koefisien masing-masing Newold dalam Nachrowi dan Usman

variabel makroekonomi menyatakan bahwa model regresi akan

et : error term bulan ke t menghasilkan nilai R2 > statistik Durbin-


Watson. Sementara itu, Hansen dan

Melakukan Pengujian Stasioneritas Juselius (2002) dalam Gunasekarage et.al.

Pengujian dilakukan dengan (2004) menyatakan bahwa untuk

menggunakan uji unit root. Menurut menemukan kointegrasi antar variabel

Nachrowi dan Usman (2006) , uji unit root yang tidak stasioner, setidaknya ada 2

merupakan pengujian yang sangat populer. variabel dari semua variabel yang termasuk

Penelitian ini dikenalkan oleh David dalam sistem kointegrasi, memiliki tingkat

Dickey dan Wayne Fuller. Berdasarkan integrasi 1 atau dinyatakan dengan simbol

model Augmented Dickey-Fuller (ADF) I(1). Secara umum, dalam ekonometrika,

test, tersedia tiga model yang dapat variabel yang saling berkointegrasi

digunakan, yaitu dengan intecept dan dikatakan memiliki (dalam kondisi)

trend, hanya intercept, serta tanpa intercept


hubungan keseimbangan jangka panjang antar variabel (minimal ada satu variabel
(long-run equilibrium). yang berkointegrasi) dan pengujian
hubungan kausalitas antar variabel, di
Melakukan Pengujian Granger- mana dalam penelitian ini digunakan
Causality pengujian Kausalitas-Granger.
Penelitian terkait dengan
penggunaan variabel makroekonomi pada HASIL PENELITIAN DAN
umumnya menunjukkan adanya hubungan PEMBAHASAN
timbal balik. Nachrowi dan Usman Statistik Deskriptif
mengungkapkan beberapa contoh seperti Berdasarkan hasil yang diperoleh
hubungan antara nilai kurs rupiah terhadap dengan melakukan pengujian statistik
dollar dan IHSG, serta hubungan antara deskriptif dapat diketahui karakteristik data
inflasi dan jumlah uang yang beredar. penelitian yang digunakan. Statistik
Terkait dengan hal ini, beberapa penelitian deskriptif untuk masing-masing variabel,
banyak menggunakan Uji Kausalitas yaitu indeks harga saham gabungan
Granger. Uji ini pada intinya (IHSG), indeks harga konsumen (IHK),
mengindikasikan apakah suatu variabel jumlah yang yang beredar (M1), kurs
mempunyai hubungan dua arah, atau hanya rupiah (KR), dan Indeks S&P 500
satu arah saja. Namun, Nachrowi dan (ISP500) disajikan pada Tabel 4.1.
Usman memberikan penekanan bahwa
pada pengujian kausalitas-Granger yang Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel
diuji adalah pengaruh masa lalu terhadap Penelitian
kondisi sekarang, sehingga data yang Statistics
digunakan adalah data time series. IHSG IHK M1 KR ISP
500
Mea 2.7124 1.320 5.131 9.555 1.29
Melakukan Pengujian VECM
n E3 5E2 6E5 7E3 09E
Pada dasarnya pengujian VECM
3
hampir sama dengan pengujian VAR. Medi 2.5010 1.310 4.811 9.295 1.28
Perbedaannya adalah pengujian VECM an E3 0E2 8E5 5E3 92E

melakukan pengujian dalam bentuk first 3


a
Mod 1.03E3 110.0 2.40E 9480. 735.
difference (perubahan). Adapun langkah
e 8a 5a 00 09a
awal dalam melakukan pengujian VECM
Std. 1.2104 1.366 1.919 8.006 2.12
adalah melakukan pengujian kointegrasi Devi 6E3 79E1 43E5 80E2 572
Statistics
menunjukkan bahwa model regresi
IHSG IHK M1 KR ISP
500 memiliki residual yang terdistribusi
ation E2 normal, tidak mengalami gejala
Skew .213 .325 .413 1.708 - multikolinearitas, dan tidak mengalami
ness .071
gejala heteroskedastisitas.
Std. .233 .233 .233 .233 .233
Error
of Uji Normalitas
Skew Pengujian normalitas bertujuan
ness untuk melihat apakah distribusi residual
Kurt -1.268 -.848 -.970 2.672 .342 dalam model regresi berdistribusi normal
osis
atau tidak.
Std. .461 .461 .461 .461 .461
Error
Tabel
of 4.2. Hasil Uji Normalitas
Kurt Nilai Z
osis
Kolmo Signi-
Mini 1029.6 110.0 2.40E 8508. 735. Ketera-
gorov- fikan- Hasil
mum 1 8 5 00 09 ngan
Smir- si
Maxi 5068.6 164.0 8.87E 1.22E 184
mum 3 1 5 4 8.36 nov
Sumber: data diolah Ter-
Pengujian Asumsi Klasik distri-
Hasil pengujian asumsi klasik yang Residual 0,792 0,557 busi
disajikan pada bab ini merupakan hasil Nor-
pengujian asumsi klasik pada data (nilai) mal
Sumber: data diolah
variabel penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan proses transformasi data dalam
Uji Multikoliniearitas
bentuk first different (pembedaan pertama).
Uji multikolinieritas bertujuan untuk
Hal ini dilakukan karena pada pengujian
menguji apakah dalam model regresi
asumsi klasik dengan menggunakan data
ditemukan adanya korelasi antar variabel
awal (mentah), hasil pengujian
bebas (independen).
menunjukkan bahwa model regresi
mengalami gejala autokorelasi. Adapun
hasil pengujian asumsi klasik lainnya,
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinieritas Tabel 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
t-
Menggunakan Nilai Tolerance dan VIF Vari- Signifik
statis Hasil
Nilai abel ansi
Varia- bel Nilai tic
Tole- rance Hasil
VIF Tidak
terdapat
Tidak terdapat
DIHK 0,798 0,427 gejala
DIHK 0,920 1,087 gejala multikolinearitas
heteroskedast
isitas
Tidak terdapat
Tidak
DM1 0,986 1,015 gejala multikolinearitas
terdapat
DM1 0,083 0,934 gejala
Tidak terdapat
heteroskedast
DKR 0,767 1,303 gejala multikolinearitas
isitas
Terdapat
Tidak terdapat
gejala
DISP500 0,733 1,364 DKR 2,107gejala0,038
multikolinearitas
heteroskedast
isitas
Sumber: data diolah
Tidak
Uji Heteroskedastisitas terdapat
DISP5 -
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji 0,412 gejala
00 0,823
apakah dalam model regresi terjadi heteroskedast
ketidaksamaan varian dari residual satu isitas
pengamatan ke pengamatan lain. Model Sumber: data diolah
regresi yang baik adalah jika tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil pengujian Uji Autokorelasi
heteroskedastisitas terlihat pada Tabel 4.4. Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Masalah
autokorelasi sering terjadi pada data runtut
waktu (time series). Model regresi yang
baik adalah model regresi yang bebas dari 0,14
masalah autokorelasi. Pengujian 6
autokorelasi pada penelitian ini -0,186 -
menggunakan uji Durbin Watson. DKR 4,41 0,000
6
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi DISP 1,360 5,03
0,000
Du DW 4-du Hasil 500 9
1,76 1,861 2,24 Tidak terdapat Sumber: data diolah
gejala
Hasil dari pengujian hipotesis pada
autokorelasi
Sumber : data diolah tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya
variabel kurs rupiah terhadap dollar (DKR)
Uji Hipotesis dan Indeks S&P 500 (ISP500) yang
Uji hipotesis dilakukan dengan berpengaruh secara signifikan terhadap
menggunakan model regresi berganda. pergerakan indeks harga saham gabungan
Model regresi linier berganda digunakan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
untuk menguji pengaruh variabel (< 0,05). Adapun secara spesifik,
independen (lebih dari satu) terhadap berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa
variabel dependen. Hasil pengujian variabel kurs rupiah terhadap dollar
hipotesis dengan menggunakan model berpengaruh negatif terhadap pergerakan
regresi linier berganda ditunjukkan oleh indeks harga saham gabungan, sedangkan
Tabel 4.6. variabel Indeks S&P 500 berpengaruh
positif terhadap pergerakan indeks harga
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis saham gabungan. Hasil ini menunjukkan
Koefis Nilai bahwa hipotesis variabel kurs rupiah
Varia ien t- Signifik terhadap dollar dan variabel Indeks S&P
bel statis ansi 500 berpengaruh terhadap pergerakan
tic indeks harga saham gabungan diterima
-1,416 - (terdukung).
DIHK 0,61 0,540 Sementara itu, variabel indeks
5 harga konsumen (sebagai proksi atas
DM1 0,000 - 0,885 inflasi) dan jumlah uang beredar
ditemukan tidak berpengaruh signifikan

39
terhadap pergerakan indeks harga saham atau tidak sesuai dengan kenyataan
gabungan (signifikansi masing-masing sesungguhnya. Adapun analisis yang keliru
koefisien variabel > 0,05). Oleh sebab itu, dapat berakibat pada kesalahan terkait
hipotesis yang menyatakan bahwa variabel dengan keputusan yang diambil yang pada
indeks harga konsumen (proksi atas inflasi) akhirnya dapat membuat kekeliruan dalam
dan jumlah uang beredar berpengaruh proses pembuatan kebijakan dan
terhadap pergerakan indeks harga saham berdampak buruk bagi berbagai pihak.
gabungan tidak terdukung dalam penelitian
ini. Tabel 4.7. Hasil Uji Stasioneritas
Terkait dengan isu mengenai Menggunakan Pengujian Augmented
adanya indikasi regresi lancung atau semu Dickey-Fuller
(spurious regression), maka dalam Variab Nilai t Critical Value
penelitian ini dilakukan pengujian el hitung 1% 5% 10%
kointegrasi dengan menggunakan Level
pengujian Johannsen dan pengujian IHSG - - - -
Engler-Granger. Adapun alasan 0,7851 3,4925 2,8886 2,5813
dilakukannya pengujian kointegrasi adalah 70 23 69 13
dikarenakan hasil pengujian model regresi IHK - - - -
linier berganda dengan menggunakan data 2,0531 3,4925 2,8886 2,5813
2
awal (mentah) menghasilkan nilai R > 42 23 69 13
Nilai statistik DW, yaitu 0,971 > 0,670 M1 0,5451 - - -
yang menandakan adanya indikasi hasil 57 3,5006 2,8922 2,5831
regresi merupakan regresi palsu (spurious 69 00 92
regression) (Granger dan Newold dalam KD - - - -
Nachrowi dan Usman (2006). Nachrowi 0,8503 3,4925 2,8886 2,5813
dan Usman (2006) menekankan bahwa 28 23 69 13
dalam membuat regresi, peneliti harus ISP50 - - - -
berhati-hati terhadap regresi data time 0 0,4331 3,4931 2,8889 2,5814
series yang variabel terikat dan variabel 61 29 32 53
bebasnya tidak stasioner. Lebih lanjut, First
Nachrowi dan Usman (2006) menjelaskan Differ
bahwa bila regresi palsu diinterpretasikan ent
maka dikuatirkan hasil analisis akan salah
DIHS - - - - Tabel 4.8 menunjukkan bahwa
G 8,8518 3,4931 2,8889 2,5814 dengan menggunakan pengujian Engle-
41 29 32 53 Granger, di mana terlihat bahwa residual
DIHK - - - - (dari hasil regresi liner berganda dengan
10,600 3,4931 2,8889 2,5814 menggunakan data awal) stasioner pada
75 29 32 53 tingkat level. Hasil ini menunjukkan
DM1 - - - - bahwa terdapat hubungan kointegrasi antar
2,1258 3,5006 2,8922 2,5831 variabel-variabel dalam penelitian.
50 69 00 92
DKD - - - - Tabel 4.9. Hasil Uji Kointegrasi
Menggunakan Pengujian
4,7688 Johannsen
3,4943 2,8894 2,5817
64 78 74 41 Hyph Cri
DISP5 - - - - othes Critic tic
Trac Max-
00 8,2806 3,4931 2,8889 2,5814 ized al al Pr
e Pro Eigen
78 29 32 53 No. Value Val ob
Stati b. Statist
Sumber: data diolah Of (0,05 ue .
stic ic
CE ) (0,
Tabel 4.7 menunjukkan hasil (s) 05)
pengujian stasioneritas variabel-variabel 33,
0,
(independen dan dependen) dalam 78,9 69,81 0,00 41,57 87
None 00
penelitian, baik pada tingkat level maupun 2025 889 79 579 68
50
diferensiasi pertama (first different). 7
27,
At 0,
Tabel 4.8. Hasil Uji Kointegrasi 37,3 47,85 0,33 18,96 58
most 41
Menggunakan Pengujian Engle-Granger 4446 613 15 463 43
1 73
Varia Nilai t Critical Value 4
bel hitung 1% 5% 10% 21,
At 0,
Level 18,3 29,79 0,53 11,24 13
most 62
Resid - - - - 7983 707 82 897 16
2 25
01 4,6053 3,4925 2,8886 2,5813 2
28 23 69 13 At 14, 0,
7,13 15,49 0,56 4,337
Sumber: data diolah most 26 82
0865 471 25 171
3 46 22
0 variabel dalam penelitian dan pengujian
3,8 stasioneritas menunjukkan bahwa pada
At 0,
2,79 3,841 0,09 2,793 41 umumnya variabel-variabel dalam
mos 09
3694 466 46 694 46 penelitian stasioner pada bentuk
t 46
6 diferensiasi pertama, maka pengujian
4
Sumber: data diolah hipotesis dengan menggunakan model
persamaan regresi linier berganda
Berdasarkan hasil pengujian pada dilakukan pada bentuk diferensiasi
tabel 4.9, dapat dilihat bahwa terdapat pertama. Adapun hasil terkait dengan nilai
setidaknya satu hubungan kointegrasi antar R2 dan DW dari model regresi liner
variabel dalam penelitian. Hal ini terlihat berganda (dalam bentuk diferensiasi
dari signifikannya nilai trace statistic pertama) dalam penelitian ini disajikan
maupun max-eigen statistic (lebih kecil pada tabel 4.10.
dari 0,05) pada hipotesis alternatif terdapat
setidaknya satu hubungan kointegrasi antar Tabel 4.10. Model Summary Model
variabel dalam penelitian. Hasil pengujian Regresi Linier Berganda (Menggunakan
kointegrasi, baik dengan menggunakan Bentuk Diferensiasi Pertama)
pengujian Engle-Granger maupun Std. Durbi
Johannsen, menunjukkan bahwa terdapat Adjuste Error of n-
R R2
hubungan kointegrasi antar variabel dalam d R2 the Watso
penelitian. Adapun hasil ini menunjukkan Estimate n
bahwa terdapat hubungan keseimbangan 0,67 0,45 123,5110
0,438 1,861
jangka panjang antara variabel indeks 8 9 0
harga saham gabungan dengan variabel Sumber: data diolah
indeks harga konsumen, jumlah uang
beredar, kurs rupiah terhadap dollar, dan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa
Indeks S&P 500 sehingga hipotesis terkait variabel indeks harga konsumen, jumlah
dengan adanya hubungan keseimbangan uang yang beredar, kurs rupiah terhadap
jangka panjang antar variabel dalam dollar, dan Indeks S&P 500 mampu
penelitian ini diterima. menjelaskan variabilitas pergerakan indeks
Dikarenakan pengujian kointegrasi harga saham gabungan sebesar 45,9%.
menunjukkan adanya hubungan Adapun 54,1% dari variabilitas pergerakan
keseimbangan jangka panjang antar indeks harga saham gabungan dijelaskan
oleh variabel lainnya yang tidak 1(-1) 0,13514 70 2,1427 45
dimasukkan dalam penelitian ini. Adapun 3 39
nilai R2 < nilai statistik DW, yaitu 0,459 < Sumber: data diolah
1,861, mengindikasikan bahwa hasil
regresi linier berganda dalam penelitian ini Berdasarkan pengujian ECM pada
bukan merupakan regresi palsu (spurious tabel 4.11, disimpulkan bahwa model
regression) (Granger dan Newold dalam koreksi kesalahan (ECM) yang digunakan
Nachrowi dan Usman, 2006). sudah valid (Winarno, 2011) karena nilai
Pengujian selanjutnya adalah statistik t untuk koefisien residual cukup
pengujian Error Correction Model (ECM), tinggi (di atas 2) dan nilai Prob < 0,05.
yaitu teknik untuk mengoreksi Pengujian selanjutnya adalah
ketidakseimbangan (disekuilibrium) jangka menggunakan pengujian VECM untuk
pendek menuju pada keseimbangan jangka melihat adanya kemungkinan hubungan
panjang. Tabel 4.11 menunjukkan hasil kausalitas antara variabel dependen (indeks
pengujian ECM. harga saham gabungan) dan variabel
independen (indeks harga konsumen,
Tabel 4.11. Hasil Uji Error Correction jumlah uang yang beredar, kurs rupiah
Model terhadap dollar, dan Indeks S&P 500).
Variab Coeffici Standa t- Prob Adapun pengujian VAR maupun VECM
le ent rd statisti . mensyaratkan adanya pengujian kausalitas
Error c (menggunakan uji kausalitas granger) dan
DIHK - 2,2727 - 0,66 pengujian kointegrasi. Tabel 4.12
0,98494 24 0,4333 57 menyajikan data terkait pengujian
3 76 kausalitas dengan menggunakan uji
DM1 0,00042 0,0007 0,5719 0,56 kausalitas Granger.
1 36 74 86
DKR - 0,0435 - 0,00
0,21519 91 4,9365 00
2 80
DISP5 1,30781 0,2663 4,9109 0,00
00 7 04 91 00
Resid0 - 0,0630 - 0,03
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Kausalitas 1.8
Granger M1 does not Granger 926 0.103
F- Cause IHK 102 4 3
Stati Prob. 1.0
IHK does not Granger Cause 206 0.410
Null Hypothesis: Obs stic
M1 4 3
3.5
0.3
IHK does not Granger
981 0.005
KR does not Granger 827 0.859
Cause IHSG 102 1 1
Cause IHK 102 8 4
1.3
10.
IHSG does not Granger 866 0.236
IHK does not Granger Cause 461 6.E-
Cause IHK 7 7
KR 3 08
1.2
1.4
M1 does not Granger 172 0.307
ISP500 does not 072 0.229
Cause IHSG 9 4
102 Granger Cause IHK 102 6 1
3.4
3.6
850 0.006
IHSG does not Granger IHK does not Granger Cause 086 0.005
9 3
Cause M1 ISP500 9 0
0.2
1.1
476 0.940
KR does not Granger KR does not Granger 229 0.353
5 0
Cause IHSG 102 Cause M1 102 2 9
1.5
3.1
188 0.191
IHSG does not Granger M1 does not Granger Cause 628 0.011
6 7
Cause KR KR 9 2
0.5
1.4
531 0.735
ISP500 does not ISP500 does not 901 0.200
4 5
Granger Cause IHSG 102 Granger Cause M1 102 6 8
1.4
0.8
353 0.219
IHSG does not Granger M1 does not Granger Cause 907 0.490
7 1
Cause ISP500 ISP500 7 8
d 999 979 62 75 7531
0.8
R2 3 7
ISP500 does not 117 0.544
Aka
Granger Cause KR 102 2 3
ike 13. 6.3 22. 14.
0.7
AI 203 673 274 428 10.8
KR does not Granger Cause 874 0.561
C 49 88 56 73 6854
ISP500 8 4
Sch
Sumber: data diolah war 13. 6.6 22. 14.
z 481 454 552 706 11.1
Hasil pengujian Tabel 4.12 SC 52 22 59 76 4657
menunjukkan bahwa hubungan antara Adj -
variabel independen (variabel uste 0.0 0.02 0.1 0.1
makroekonomi) dan variabel dependen d 750 295 784 598 0.07
(variabel IHSG) relatif menunjukkan R2 58 0 60 09 6763
hubungan satu arah. Adapun pengujian Aka
selanjutnya, yaitu pengujian untuk ike 13. 6.4 22. 14.
3
menentukan panjang lag optimal yang AI 135 121 299 395 10.8
akan digunakan dalam pengujian C 39 51 98 79 1951
kointegrasi dan pengujian dengan VECM. Sch
Tabel 4.13 menunjukkan hasil pengujian war 13. 6.8 22. 14.
panjang lag optimal. Berdasarkan hasil z 542 189 706 802 11.2
pengujian pada tabel 4.13, terlihat bahwa SC 22 80 80 62 2634
pemilihan lag paling optimal adalah lag 5 Adj -
dengan menggunakan basis nilai adjusted uste 0.1 0.01 0.1 0.3
2
R , akaike AIC, schwarz SC. d 883 110 595 083 0.19
2 5
R 19 30 04 9895
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Pemilihan Lag
Aka
Optimal Menggunakan VAR 4
ike 13. 6.4 22. 14.
L Krit D(I D(IS
AI 053 493 371 249 10.7
a eria HS D(I D( D(K P50
C 38 79 63 27 2245
g G) HK) M1) R) 0)
Sch 13. 6.9 22. 14. 11.2
Adj - - 0.1 0.0 -
2 war 590 865 908 786 5963
uste 0.03 0.02 593 861 0.01
2.3 6141 00 1973 .43 006
z 55 57 81 45
96 00 96
SC
9 1
Adj
58 24
uste d 0.1 0.1 At 0.2 0.4
.57 0. .15
R2 904 325 581
most 348 0.16
71 40.1 00 34.6 92 0.0
Aka 90 28 1 05 73 0460
5 7493 03 7169 1 013
23 17
ike 13. 6.3 At 22. 14.
5 .90 0. .79
AI C 096 417 289
most 089 10.8
54 24.2 05 13.0 73 0.2
36 81 2 93 49 1607
5 7596 56 9660 0 217
Sch
10 11
war z 13. 7.0 At 22. 14.
.80 0. .22
SC 765 108 959
most 758 11.4
88 12.3 08 8.40 48 0.1
47 91 3 04 60 8518
5 2090 84 1168 0 504
Sumber: data diolah
2. 4.
At
Langkah selanjutnya adalah 40 0. 12
most
melakukan pengujian kointegrasi dengan 76 4.12 14 2.40 99 0.1
4
menggunakan pengujian Johannsen. Tabel 85 9906 26 7685 06 426
4.14 menunjukkan hasil pengujian Sumber: data diolah
kointegrasi.
Berdasarkan hasil pengujian pada
Tabel 4.14. Hasil Uji Kointegrasi tabel 4.14 diperoleh kesimpulan bahwa
Menggunakan Pengujian Johannsen terdapat dua hubungan kointegrasi antar
Hyph Cri variabel dalam penelitian. Nilai trace
Criti Max
othes Tr tic statistic dan max-eigen statistic memiliki
cal -
ized ace al probabilitas kurang dari 0,05 yang berarti
Valu Pr Eige Pro
No. Sta Va hipotesis nol yang menyatakan tidak ada
e ob. n b.
Of tist lue kointegrasi ditolak atau hipotesis alternatif
(0,0 Stati
CE ic (0, yang menyatakan terdapat kointegrasi
5) stic
(s) 05) tidak dapat ditolak. Dengan demikian, hasil
None 10 60.0 0. 43.8 30 0.0 pengujian kointegrasi menunjukkan bahwa
di antara pergerakan indeks harga saham
gabungan, indeks harga konsumen, jumlah 38 21.7 0.00 35 3
uang yang beredar, kurs rupiah terhadap 86 3000 6964 56 (0.6281
dollar, dan Indeks S&P 500, memiliki 02 (7.9 (0.0 26 1)
hubungan stabilitas atau keseimbangan dan (0. 2277 0204 (0. [
kesamaan pergerakan dalam jangka 33 ) ) 12 1.76393
panjang. 87 [- [- 45 ]
0) 2.74 3.40 2)
Tabel 4.15. Hubungan Kausal Antara [ 273] 595] [
IHSG, Indeks Harga Konsumen, Jumlah 1.1 2.8
Uang yang Beredar (M1), Kurs Rupiah, 47 56
dan Indeks S&P 500 Dengan 35] 08]
Menggunakan Model VECM (Data 3 0. - - 0. 0.05142
Diferensiasi Pertama) 81 9.61 0.00 23 5
Panel A: Pengaruh Variabel 90 2405 3976 93 (0.6165
Makroekonomi pada DIHSG 80 (7.3 (0.0 68 2)
Lag Variabel Independen (0. 2497 0179 (0. [
(n) DI DIH DM 29DK ) ) 11DISP50
0.08341
HS Kt-n 1t-n 79 Dt- [- [- 12 0t-n ]
Gt- 4) 1.31
n 2.21 1)
n [ 228] 917] [
1 0. - - 2.7 0. 2.1
0.44107
59 28.4 0.00 49 44 52 9
20 4007 8102 10]79 36]
(0.6277
70 (8.3 (0.0 4 0. 38 4.01 - 0. 1) -
(0. 4430 0217 48 (0.3352 0.00 05 [0.18740
37 ) ) 06 13 (6.4 0.70268
0921 91 7
88 [- [- 34 176924 (0.0 31 ](0.5856
9) 3.40 3.73 (0. 1)
) 0138 (0. 2)
[ 832] 813] 24 [ ) 09 [-
1.5 70 3.40.62 [- 14 0.32002
62 9) 01 037] 0.66 7) ]
65] [ 02] 716] [
2 0. - - 1.9 0. 0.6
1.10794
45 DIH 0. 46 - - 0. -
14] SGt- 3842]0.00 45.0 12 0.00639
5 0. 1.47 - 2 86 0.9600 9150 49
0.07987 3
25 6289 0.00 02 03 (0.0 (35. 02 7(0.1057
81 (4.1 0978 (0.121180 3114 (0.
(0.4887 2)
33 8643 (0.0 33 64 ) ) 51 4) [-
(0. ) 0099 87 (0. [- [- 93 [0.06047
18 [ ) 0) 06 0.81 1.27 4)
0.16344 ]
56 0.35 [- [ 55 347] 697] [ ]
9) 264] 0.99 1.1 3) 0.2
[ 097] 47 [ 40
1.3 35]0.4 50]
90 DIH 0. 77 0.00 - - 0.05901
15] SGt- 8111]2350 37.1 0.2 6
Panel B: Pengaruh DIHSG pada Variabel 3 90 (0.0 2795 30 (0.0930
Makroekonomi 80 1038 (31. 24 0)
Variabel Dependen (0. ) 0628 0 [
DI DIH DM 29DK [ ) (0.DISP50
0.63458
HS Gt Kt 1t 79 Dt 0.22 [- 45 0t ]
4) 637] 1.19 68
DIH 0. - - [ 0. 526] 5)
0.01373
SGt- 59 0.01 77.8 2.7 08 [- 5
1 20 9149 6543 49 82 0.5
(0.1182
70 (0.0 (39. 10]53 03 7)
(0. 1320 5019 (0. 97] [

37 ) )
DIH 0. 58 0.00 - 0.11614
- 0.02257
88 [- [-SGt- 48 090117 38.2 0.1 ] 2
9) 1.45 1.97 4 06 7)
(0.0 1061 02 (0.0771
[ 040] 118] 34 [
0861 (25. 57 3)
1.5 (0.0.1 ) 7613 8 [
62 24 51 [ ) (0. 0.29266
65] 7091]0.01 [- 37 ]
9) 363] 1.48 88
[ 326] 8) apresiasi) maka akan menyebabkan
1.9 [- peningkatan pada indeks harga saham
45 0.2 gabungan. Namun, secara teoritis
14] 70 (konseptual), dapat dikatakan bahwa
74] apresiasi mata uang suatu negara akan
DIH 0. 0.00 20.8 - 0.00659 berpengaruh positif pada pergerakan
SGt- 25 1382 9738 0.0 1 indeks harga saham gabungan di pasar
5 81 (0.0 (19. 69 (0.0579 modal negara tersebut, dan begitupun
33 0647 3592 67 6) untuk kondisi sebaliknya. Hal ini sejalan
(0. ) ) 7 [ dengan sebagian besar hasil penelitian
18 [ [ (0. 0.11371 (misal: Abugri, 2008; Muradoglu et. al.,
56 0.21 1.07 28 ] 2001; Acikalin et. al., 2008; serta Maysami
9) 358] 946] 47 et.al. 2004) yang pada umumnya
[ 2) menemukan bukti empiris bahwa apresiasi
1.3 [- (depresiasi) nilai tukar mata uang
90 0.2 (exchange rate) meningkatkan
15] 44 (menurunkan) indeks harga saham.
72] Adapun penjelasan lebih lanjut atas hasil
Sumber: data diolah pengujian ini adalah terkait dengan
argumen yang dikemukakan oleh Maysami
Analisis dan Pembahasan et. al. (2004) yang menyatakan bahwa
Hasil pengujian hipotesis dampak nilai tukar mata uang (exchange
menunjukkan bahwa variabel kurs rupiah rate) pada kondisi ekonomi tergantung
terhadap dollar berpengaruh negatif (secara pada tingkat perdagangan internasional dan
signifikan) terhadap pergerakan indeks keseimbangan transaksi perdagangan suatu
harga saham gabungan. Adapun tanda negara atau dengan kata lain hubungan
negatif pada koefisien menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang (exchange rate)
apabila nilai kurs rupiah terhadap dollar dengan indeks harga saham akan
mengalami peningkatan (melemah atau tergantung pada dominasi relatif dari
depresiasi) maka akan menyebabkan tingkat ekspor dan tingkat impor suatu
penurunan pada indeks harga saham negara.
gabungan. Sebaliknya, penurunan nilai Faktor dari luar negara seperti
kurs rupiah terhadap dollar (menguat atau Indeks S&P 500 terbukti berpengaruh
positif terhadap pergerakan indeks harga terhadap indeks harga saham gabungan,
saham gabungan. Hasil ini sejalan dengan sedangkan variabel Indeks S&P 500
pendapat Acikalin et. al. (2008) yang berpengaruh positif terhadap indeks harga
menyatakan bahwa sebagian besar saham gabungan. Sementara itu, hasil
penelitian mengungkapkan bahwa variabel penelitian dengan menggunakan VECM
global lebih konsisten pengaruhnya menunjukkan bahwa variabel perubahan
terhadap return saham di pasar modal indeks harga konsumen dan variabel
dibandingkan variabel makroekonomi perubahan jumlah uang yang beredar
domestik (lokal). Hasil penelitian Abugri berpengaruh negatif terhadap perubahan
(2008) yang memberikan bukti empiris indeks harga saham gabungan, sedangkan
bahwa variabel suku bunga treassury bill variabel perubahan kurs rupiah terhadap
dan MSCI World Index (sebagai proksi dollar berpengaruh positif terhadap
atas variabel global) merupakan variabel perubahan indeks harga saham gabungan.
yang paling konsisten (arah dan Pengujian VECM menunjukkan hasil yang
signifikansi koefisien) mempengaruhi berbeda karena pengujian ini melibatkan
return pasar modal. pengaruh lag dan kemungkinan adanya
Variabel indeks harga konsumen hubungan dua arah antara variabel
(IHK) dan variabel jumlah uang yang independen dan variabel dependen.
beredar (M1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan indeks harga saham SIMPULAN DAN SARAN
gabungan. Hasil ini menunjukkan bahwa Simpulan
variabel makro (internal atau lokal) di Berdasarkan hasil analisis dan
Indonesia relatif tidak berpengaruh pembahasan yang telah dikemukakan
terhadap pergerakan indeks harga saham sebelumnya, dengan menggunakan data
gabungan variabel-variabel makroekonomi selama
Secara umum, hasil penelitian periode Januari 2005 – Desember 2013,
dengan menggunakan regresi linier maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
berganda dengan pendekatan OLS berbeda sebagai berikut:
dengan hasil penelitian menggunakan 1. Pengujian dengan menggunakan
model pendekatan VECM. Hasil penelitian model regresi linier berganda degan
dengan regresi linier berganda (OLS) pendekatan OLS, memperoleh hasil
menunjukkan bahwa variabel kurs rupiah sebagai berikut:
terhadap dollar berpengaruh negatif Hanya variabel kurs dupiah

50
terhadap dollar (negatif) dan menggerakan perekonomian
Indeks S&P500 (positif) yang Indonesia.
berpengaruh signifikan terhadap 3. Terdapat hubungan keseimbangan
pergerakan indeks harga saham jangka panjang antara variabel
gabungan. Hal ini menunjukkan makroekonomi (indeks harga
bahwa variabel eksternal (kondisi konsumen, jumlah uang beredar, kurs
perekonomian di luar negeri) rupiah terhadap dollar, dan Indeks
memiliki pengaruh yang lebih S&P 500) dan variabel indeks harga
dominan terhadap pergerakan saham gabungan.
indeks harga saham gabungan.
Hasil ini memperkuat argumen Saran
Gunasekarage et.al. (2004) yang Berdasarkan keterbatasan yang
menyatakan bahwa variabel dialami dalam penelitian ini, maka berikut
makro eksternal cenderung lebih ini beberapa hal yang dipertimbangkan
berpengaruh terhadap pergerakan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya:
indeks harga saham gabungan 1. Penelitian selanjutnya dapat
dibandingkan dengan variabel menggunakan variabel suku bunga
makro internal (di dalam suatu Bank Indonesia yang diperkirakan
negara). memiliki pengaruh yang lebih
2. Hubungan antara variabel signifikan pada pergerakan indeks
makroekonomi (indeks harga harga saham gabungan di Bursa Efek
konsumen, jumlah uang beredar, kurs Indonesia. Secara teoritis, suku bunga
rupiah terhadap dollar, dan Indeks berpengaruh negatif terhadap indeks
S&P 500) dan variabel indeks harga harga saham gabungan di pasar modal.
saham gabungan adalah hubungan satu Peningkatan suku bunga akan
arah di mana variabel makroekonomi meningkatkan rate of return yang
(indeks harga konsumen, jumlah uang diisyaratkan oleh investor sehingga
beredar, kurs rupiah terhadap dollar, harga saham akan cenderung
dan Indeks S&P 500) berpengaruh mengalami penurunan (teori penilaian
terhadap variabel indeks harga saham nilai perusahaan).
gabungan, namun tidak sebaliknya. 2. Penelitian selanjutnya dapat
Hasil ini menunjukkan bahwa pasar mempertimbangkan kemungkinan
modal di Indonesia belum mampu adanya efek periode waktu pada hasil

51
penelitian. Sebagai contoh, di antara International Review of Financial
periode 2008 dan 2009 terdapat pola Analysis, No. 17 pp. 396-410. Acikalin,
yang cukup signifikan pada S., Aktas, R., Unal, S., 2008,
pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Relationships Between Stock
yang mengalami deperesiasi cukup Markets and Macroeconomic
signifikan serta Indeks S$P 500 yang Variables: An Empirical Analysis
mengalami penurunan yang cukup of The Istanbul Stock Exchange,
signifikan. Hal ini disebabkan karena Investment Management and
adanya krisis global yang di alami Financial Innovations, Vol. 5 No.1.
oleh negara-negara di Amerika Bekhet, H.A. dan Matar, A., 2013, Co-
Serikat, Eropa, dan Asia. Terkait integration and causality analysis
dengan hal ini, penelitian selanjutnya between stock market prices and
dapat mempertimbangkan efek waktu their determinates in Jordan,
dalam pengujian dengan menggunakan Economic Modelling, No. 35 pp.
pengujian Chow ( Chow Test) 508 – 514.
(Ghozali, 2011). Du, Ding, 2006, Monetary Policy, Stock
3. Penelitian selanjutnya dapat Returns, and Inflation, Journal of
menggunakan lingkup penelitian yang Economics and Business, Vol. 58,
lebih luas, yaitu melibatkan beberapa pp. 36–54.
negara untuk melihat apakah terdapat Flannery, M.J. dan Protopapadakis, A.A.,
perbedaan yang signifikan antara 2002, Macroeconomic Factors Do
hubungan variabel makroekonomi Influence Aggregate Stock Returns,
dengan indeks harga saham gabungan The Review of Financial Studies,
pada masing-masing negara, sehingga Vol. 15, No.3: 751-782.
diperoleh kesimpulan yang lebih baik Gan, C. et.al., 2006, Macroeconomic
lagi. Variables and Stock Market
Interactions: New Zealand
DAFTAR PUSTAKA Evidence, Investment Management
Abugri, B.A., 2008, Empirical relationship and Financial Innovations, Vol. 3:
between macroeconomic volatility 89-101.
and stock returns: Evidence from Gunasekarage, A. et.al., 2004,
Latin American Markets, Macroeconomic Influence on the
Stock Market: Evidence From an

52
Emerging Market in South Asia, Muradoglu, G., Metin, K., Argac, R., 2001,
Journal of Emerging Market Is There a Long Run Relationship
Finance, 3: 285-304. Between Stock Returns and
Hosseini, S.M., Ahmad, Z., Lai, Y.W., Monetary Variables: Evidence
2011, The Role of Macroenomic From An Emerging Market,
Variables on Stock Market Index in Applied Financial Economics, No.
China and India, International 11 pp. 641-649.
Journal of Economics and Finance, Nachrowi, N.D. dan Usman, H., 2006,
Vol. 3 No. 6 pp. 233-243. Pendekatan Populer dan Praktis
Ibrahim, M.H., 2002, Volatility Ekonometrika untuk Analisis
Intereactions Between Stock Ekonomi dan Keuangan, Jakarta:
Returns and Macroeconomic Fakultas Ekonomi Universitas
Variables: Malaysian Evidence, Indonesia.
Savings and Development, Vol. 26 Nugroho, H., 2008, Analisis Pengaruh
No. 2, pp. 183-195. Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Kuok, P. and Chu, K., 2011, Relationship Jumlah Uang Beredar Terhadap
Between Macroeconomic Variables Indeks LQ45 (Studi Kasus pada
and Net Asset Values (NAV) of BEI Periode 2002-2007), Tesis
Equity Funds: Cointegration Program Studi Magister
Evidence and Vector Error Manajemen Universitas
Correction Model of The Hong Diponegoro.
Kong Mandatory Provident Funds Tim Studi Badan Pengawas Pasar Modal
(MPFs), Journal of International dan Lembaga Keuangan, 2008,
Financial Markets, Institutions, & Analisis Hubungan Kointegrasi dan
Money, Vol. 21, pp. 792-810. Kausalitas Serta Hubungan
Maysami, R.C., Howe, L.C., Hamzah, Dinamis Antara Aliran Modal
M.A., 2004, Relationship between Asing, Perubahan Nilai Tukar, dan
Macroeconomic Variables and Pergerakan IHSG di Pasar Modal
Stock Market Indices: Indonesia,
Cointegration Evidence From Stock http://www.bapepam.go.id/pasar_m
Exchange of Singapore’s All-s odal/publikasi_pm/kajian_pm/studi
Sector Indices, Jurnal Pengurusan, -2008/Aliran_Dana_Asing.pdf
Vol. 24, pp. 47-77.
Witjaksono, A.A., 2010, Analisis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
Harga Minyak Dunia, Harga Emas
Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei
225, dan Indeks Dow Jones
terhadap IHSG (Studi Kasus pada
IHSG di BEI Selama Periode 2000-
2009), Tesis Program Studi
Magister Manajemen Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai