Daftar isi
1Toponimi
2Sejarah
o 2.1Kebangkitan dan kejatuhan Konstantinopel
o 2.2Era Utsmaniyah dan Turki
3Geografi
o 3.1Iklim
4Lanskap kota
o 4.1Arsitektur
5Pemerintahan
6Demografi
o 6.1Kelompok etnis dan keagamaan
7Politik
8Ekonomi
9Budaya
o 9.1Rekreasi dan hiburan
10Olahraga
11Media
12Pendidikan
13Pelayanan publik
14Transportasi
15Kota kembar
16Lihat pula
17Catatan kaki
18Referensi
o 18.1Pustaka
19Pranala luar
Toponimi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Nama-nama Istanbul
Konstantinus I
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Sejarah Istanbul
Artefak-artefak Neolitikum yang ditemukan oleh para arkeolog pada awal abad ke-21 menunjukkan
bahwa semenanjung bersejarah Istanbul telah dihuni setidaknya sejak milenium ke-7 SM.
[36]
Permukiman awal ini, yang dipandang penting dalam penyebaran saat Revolusi Neolitik dari
Timur Dekat ke Eropa, berlangsung selama hampir satu milenium sebelum dibanjiri oleh naiknya
permukaan air.[37][38][39][40] Permukiman manusia yang pertama di sisi Asia, yakni gundukan Fikirtepe,
berasal dari periode Zaman tembaga yang artefak-artefaknya bertarikh 5500–3500 SM. [41] Di sisi
Eropa, dekat ujung semenanjung tersebut (Sarayburnu), terdapat suatu permukiman Thrakia selama
awal milenium ke-1 SM. Para penulis modern menghubungkannya dengan toponim Thrakia Lygos,
[42]
yang disebutkan oleh Plinius yang Tua sebagai sebuah nama awal untuk situs Bizantium.[43]
Sejarah kota ini secara tepat dimulai sekitar tahun 660 SM, [44][a] yaitu ketika para pemukim Yunani
dari Megara mendirikan Bizantium di sisi Eropa dari Selat Bosporus. Para pemukim itu membangun
sebuah akropolis yang berdekatan dengan Tanduk Emas di situs permukiman Thrakia awal mula,
sehingga mendorong perekonomian kota yang baru lahir ini. [50] Kota itu mengalami masa singkat
pemerintahan Persia pada pergantian abad ke-5 SM, tetapi bangsa Yunani merebutnya kembali
selama Perang Yunani-Persia.[51] Bizantium kemudian berlanjut sebagai bagian dari Liga Athena dan
penerusnya, Kekaisaran Athena Kedua, sebelum memperoleh kemerdekaan pada tahun 355 SM.
[52]
Karena telah lama menjalin aliansi dengan bangsa Romawi, Bizantium secara resmi menjadi
bagian dari Kekaisaran Romawi pada tahun 73 M.[53] Keputusan Bizantium untuk
memihak Pescennius Niger, seorang perampas kuasa Romawi, untuk melawan Kaisar Septimius
Severus membuatnya harus membayar mahal harganya; saat Bizantium menyerah pada tahun 195
M, pengepungan selama dua tahun telah meninggalkan kota itu dalam keadaan hancur. [54] Lima
tahun kemudian Severus mulai membangun Bizantium lagi, dan kota itu memperoleh kembali—
serta, menurut beberapa catatan, melampaui—kemakmuran yang sebelumnya. [55]