Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran Geometri

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.
Dr. Abi Suwito, M.Pd.

Disusun oleh :

Fina Mifta Vebianti (180210101019)


Ais Nuraini (180210101024)
Nyimas Maghfirotun N. (180210101060)
Pandhu Dinar Ratu B. (180210101108)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah “Pendekatan Matematika Realistik” dapat
berjalan dengan baik tanpa suatu kendala yang berarti. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah Desain Pembelajaran Geometri Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Jember. Dengan adanya bantuan, dorongan dan motivasi dari berbagai pihak, makalah
ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Sebagai penyusun, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan
maupun materi, mengingatakan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

i | Desain Pembelajaran Geometri


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Asal Usul dari Realistic Mathematics Education ............................................................. 3
2.2 Prinsip dari Realistic Mathematics Education ................................................................. 4
2.3 Karakteristik dari Realistic Mathematics Education ........................................................ 6
2.4 Langkah-langkah Realistic Mathematics Education ........................................................ 9
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Realistic Mathematics Education ...................................... 10
2.6 Skenario Realistic Mathematics Education .................................................................... 11
BAB III. PENUTUP ..................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 199

ii | Desain Pembelajaran Geometri


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik
yang dilakukan secara sadar dan dilakukan dengan tujuan siswa memahami konteks matematika
yang diajarkan. Pembelajaran matematika ditujukan untuk tercapainya standar
kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelajaran dimana pembelajaran harus
dilakukan secara berkesinambungan. Guru juga harus memperhatikan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Melakukan evaluasi yang relevan
dan disesuaikan dengan proses dalam pembelajaran. Hal tersebut tidak terlepas dari beberapa
komponen pembelajaran seperti model, pendekatan, strategi dan lain sebagainya.

Guru sebagai pemegang peranan utama dalam pembelajaran matematika tidak hanya
memiliki pengetahuan akan materi matematika yang diajarkan. Akan tetapi guru juga harus
memiliki pengetahuan konseptual dan prosedural yang akan mengantarkan siswa ke topik
pembelajaran, memiliki kecakapan untuk menangani miskonsepsi yang mungkin terjadi dalam
pengajaran matematika dan memahami tahapan bahwa mereka masih memiliki sedikit
pemahaman tentang suatu materi menuju penguasaan materi tertentu. Salah satu pengetahuan
procedural tersebut yakni pengetahuan terhadap konsep dan implementasi pendekatan
pembelajaran. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mengetahui dan mengimplementasikan
beberapa pendekatan pembelajaran yang biasa diterapkan dalam pembelajaran matematika
diantaranya yaitu pendekatan realistik atau biasa dikenal dengan (Realistic Mathematic
Education) yang dapat membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asal usul dari realistic mathematics education?
2. Apakah prinsip dari realistic mathematics education?
3. Apakah karakteristik dari realistic mathematics education?
4. Bagaimana langkah-langkah realistic mathematics education?
5. Apakah kelebihan dan kekurangan realistic mathematics education?
6. Bagaimana skenario realistic mathematics education?

1 | Desain Pembelajaran Geometri


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asal usul dari realistic mathematics education.
2. Untuk mengetahui prinsip dari realistic mathematics education.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari realistic mathematics education.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah realistic mathematics education.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan realistic mathematics education.
6. Untuk mengetahui skenario realistic mathematics education.

2 | Desain Pembelajaran Geometri


BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul dari Realistic Mathematics Education


Pendekatan pendidikan matematika realistik (Realistic Mathematics Education)
merupakan pendekatan pembelajaran yang dipelopori di Belanda oleh seorang yang bernama Hans
Freudenthal dengan lembaganya Freudenthal Institut. PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan
realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran
matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa
lalu. Kata realistik diambil dari klasifikasi yang dikemukakan Teffers (Streefland, 1991) yang
membedakan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yaitu mechanistic,
empiristic, strukturalistik, dan realistik.
Pendekatan Matematika Realistik mengacu pada pendapat Freudenthal (Gravenmeijer,
1994) yang mengatakan bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan banyak berhubungan
dengan realitas.
Soedjadi (2001) mengemukakan bahwa pendekatan Matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami oleh peserta didik untuk memperlancar
proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika yang
lebih baik. Lebih lanjut Soedjadi (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan realitas adalah
hal-hal nyata atau konkret yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa. Lingkungan ini
disebut kehidupan sehari-hari siswa.
Ide utama dari pendekatan matematika realistik adalah bahwa siswa harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan
orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan dunia nyata atau real
world (Gravemeijer, 1994).
RME (Realistic Mathematics Education) adalah teori yang mendasarkan ide bahwa
matematika adalah aktivitas manusia dan harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks
kehidupan sehari hari.
Pendekatan Matematika Realistik memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam
mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika bermula dari dunia nyata.

3 | Desain Pembelajaran Geometri


Dunia nyata tidak berarti konkret secara fisik dan kasad mata, namun juga termasuk yang dapat
dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian Pendekatan Matematika Realistik
menggunakan situasi dunia nyata atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.

2.2 Prinsip dari Realistic Mathematics Education


Dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, ada beberapa
prinsip yang mesti dipegang teguh oleh guru. Gravemeijer (1994: 90) mengemukakan bahwa ada
tiga prinsip utama dalam PMR, yaitu:
1. Guided Reinvention (menemukan kembali) / Progressive Mathematizing (matematisasi
progresif)
Guided reinvention artinya penemuan kembali dengan bimbingan sedangkan progressive
mathematizing berarti proses matematisasi secara progresif. Prinsip ini menghendaki bahwa
dalam PMR, melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal
pembelajaran, dengan bimbingan dan petunjuk guru yang diberikan secara terbatas, siswa
diarahkan secara konstruktif oleh guru sehingga seakan-akan siswa mengalami proses
menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika, sebagaimana
ketika konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu ditemukan.
Sebagai sumber inspirasi untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR yang
menekankan prinsip penemuan kembali (re-invention) ini antara lain dapat digunakan sejarah
penemuan konsep/prinsip/rumus matematika dan oleh prosedur atau cara penyelesaian siswa
secara informal. Strategi penyelesaian informal sering dapat ditafsirkan oleh siswa, ketika ia
menghadapi prosedur yang lebih formal. Dalam kasus tertentu kedua hal itu dapat
dipertimbangkan untuk menunjukkan bahwa pembelajaran telah berjalan melalui suatu proses
matematisasi secara progresif.
Dalam prinsip penemuan kembali secara terbimbing, para siswa harus diberi kesempatan
untuk mengalami proses yang sama dengan proses dimana suatu konsep matematika yang
ditemukan (Gravemeijer, 1994: 90). Untuk mewujudkan hal tersebut, Gravemeijer (1994) seperti
dikutip Fauzan (2002: 36) menyatakan ada dua hal yang dapat digunakan untuk mewujudkan
prinsip reinvention. Pertama, dari pengetahuan tentang sejarah matematika kita bisa belajar
bagaimana pengetahuan tertentu dikembangkan. Ini dapat membantu pengembang/desainer
instruksional menguraikan berbagai langkah-langkah perantara, dimana konsep matematika bisa

4 | Desain Pembelajaran Geometri


diciptakan kembali. Ini berarti bahwa siswa dapat belajar dari apa yang telah dikerjakan para
matematikawan. Kedua, dengan memberikan masalah kontekstual yang memiliki berbagai
prosedur solusi informal dilanjutkan dengan proses matematisasi akan menciptakan kesempatan
untuk proses reinvention. Untuk melakukannya pengembang/desainer instruksional perlu
menemukan masalah kontekstual yang memungkinkan dilakukannya berbagai prosedur untuk
menemukan solusi yang sama.
Gravemeijer (1994: 94), menggambarkan proses penemuan kembali (re-invention) yang
dilalui siswa. Siswa dapat belajar matematika melalui penyelesaian masalah-masalah kontekstual.
Pada mulanya siswa melaksanakan proses matematisasi horisontal dengan memecahkan masalah
kontekstual itu secara informal menggunakan bahasa atau kata-kata mereka sendiri. Kemudian
setelah beberapa waktu dengan proses pemecahan masalah kontekstual yang serupa, melalui
proses penyederhanaan dan formalisasi, siswa akan menggunakan bahasa yang lebih formal dan
akhirnya siswa akan menemukan suatu algoritma. Proses yang dilalui siswa sampai menemukan
algoritma itu disebut proses matematisasi vertikal. Dengan digunakannya bahasa matematika dan
ditemukannya algoritma itu, berarti siswa telah menemukan pengetahuan matematika formal.

2. Didactical Phenomenology (fenomena didaktik)


Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena didaktik, yang menghendaki bahwa di
dalam menentukan suatu topik matematika untuk diajarkan dengan pendekatan PMR, didasarkan
atas dua alasan, yaitu: (1) untuk mengungkapkan berbagai macam aplikasi suatu topik yang harus
diantisipasi dalam pembelajaran dan (2) untuk dipertimbangkan pantas tidaknya suatu topik
digunakan sebagai poin-poin untuk suatu proses matematisasi secara progresif (Gravemeijer,
1994: 90).
Fenomena yang baik adalah yang konkrit dan dikenal baik oleh anak yang dapat memotivasi,
menantang, menyenangkan dan dapat dieksplorasi untuk memfasilitasi anak menuju konsep yang
abstrak. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa prinsip yang kedua dari PMR ini menekankan
pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada
siswa. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual yang
disajikan dengan: (1) topik-topik matematika yang diajarkan dan (2) konsep, prinsip, rumus dan
prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan misalnya, dapat dipilih konteks
membagi makanan ringan atau aktivitas menaikan dan menurunkan penumpang. Pemilihan

5 | Desain Pembelajaran Geometri


konteks ini dengan pertimbangan bahwa fenomena ini telah dikenal dan sering dialami siswa
dalam kehidupan keseharian mereka dan sangat relevan dengan konsep penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang akan diajarkan.

3. Self-developed Models (pengembangan model sendiri)


Prinsip yang ketiga adalah pengembangan model sendiri oleh siswa. Prinsip ini berfungsi
untuk menjembatani jarak antara pengetahuan informal dengan pengetahuan formal
(Gravemeijer, 1994: 91). Berdasarkan prinsip ini siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
mengembangkan caranya sendiri saat memecahkan masalah yang diberikan. Gravemeijer (1994:
101) menyebutkan, pada awalnya siswa mengembangkan model atau cara yang sesuai dengan
pemahamannya. Model ini masih bersifat kontekstual dan khusus dari (model of) situasi masalah
yang diberikan. Model inilah yang menjadi dasar untuk mengembangkan pengetahuan
matematika formal. Setelah proses generalisasi dan formalisasi model tersebut secara bertahap
diarahkan untuk menuju model untuk (model for) pemikiran matematika pada tingkat yang
formal.
Gravemeijer (1994: 101) menguraikan perbedaan model of dan model for dalam empat
tingkatan aktivitas yaitu: situasional, referensial, general dan formal. Level situasional merupakan
yang paling dasar dari pemodelan dimana pengetahuan dan model masih berkembang dalam
konteks situasi masalah yang digunakan. Pada level referensional, strategi dan model yang
dikembangkan tidak berada dalam konteks situasi, melainkan sudah merujuk pada konteks dimana
siswa membuat model untuk menggambarkan situasi konteks sehingga hasil pemodelan pada
model ini disebut model dari (model of) situasi. Model yang dikembangkan siswa pada level
general sudah mengarah pada pencarian solusi secara matematis yang disebut model untuk (model
for) penyelesaian masalah. Pada level formal yang merupakan tahapan perumusan dan penegasan
konsep matematika yang dibangun siswa, siswa sudah bekerja dengan menggunakan simbol dan
representasi matematis.

2.3 Karakteristik dari Realistic Mathematics Education


Setiap pendekatan pembelajaran tentu memiliki beberapa karakteristik yang menjadi ciri
khas dari pendekatan tersebut. Pendekatan pembelajaran realistic juga memiliki karakteritik yang
berbeda dari lainnya. Dengan adanya karakteristik yang membuat pembelajaran realistic memiliki

6 | Desain Pembelajaran Geometri


ciri khas dalam proses pembelajarannya. Terdapat lima karakteristik dalam pendekatan
pembelajaran realistic yang dikemukakan oleh Gravemejer, di antaranya sebagai berikut :
1. Penggunaan Konteks
Pendekatan realistic mempunyai ciri dalam pembelajarannya dengan menggunakan
suatu konteks. Konteks merupakan suatu lingkungan keseharian peserta didik yang nyata.
Dalam matematika konteks ini tidak selalu diartikan konkret, melainkan dapat juga sesuatu
yang telah dipahami peserta didik atau dapat dibayangkan oleh peserta didik. Konteks juga
tidak selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
matematika realistik, guru harus memanfaatkan pengetahuan awal peserta didik untuk
memahami konsep-konsep matematika dengan memberikan suatu permasalahan yang
kontekstual. Peserta didik tidak belajar konsep baru matematika dengan cara menerima
langsung dari guru atau orang lain melalui penjelasan, akan tetapi peserta didik ditekankan
untuk membangun sendiri pemahaman konsep dengan memanfaatkan sesuatu yang telah
diketahuinya. Dengan kata lain, masalah kontekstual ini diharapkan dapat memotivasi dan
mendorong dalam melaksanakan peserta didik suatu proses penelitian sehingga peserta didik
dapat memahami konsep matematika secara abstrak.
2. Penggunaan Model
Model atau gambar diarahkan untuk memberikan pemahaman terhadap peserta didik
dari model konkret atau nyata menuju ke model abstrak. Dalam proses
menggunakan model ini, peserta didik diharapkan dapat menemukan hubungan antara bagian-
bagian masalah kontekstual dan menyampaikannya ke dalam model matematika melalui
bentuk skema, rumusan, serta bentuk visual. Bentuk model ini bertujuan untuk menjembatani
antara masalah matematika yang kontekstual dengan matematika formal yang bersifat
vertikal. Dari karakteristik ini diharapkan peserta didik mampu mengembangkan kemampuan
berpikir logis, kritis, dapat merepresentasikan dan berkomunikasi dalam matematika.
Pada model konkret, model dapat dibuat menyerupai keadaan sebenarnya, dan semua
komponen yang terkait dalam soal kontekstual digambarkan, misalnya gambar buku, siswa
dan uang. Dengan kata lain gambar tersebut akan memberikan kesan visual bahwa banyaknya
buku yang akan dibagi kepada ketiga peserta didik, demikian juga dengan banyak uang.

7 | Desain Pembelajaran Geometri


Sedangkan penggunaan model diagram, model dibuat tidak persis dengan keadaan yang
sebenarnya, misalnya buku digambarkan sebagai bulatan, segiempat atau bentuk lainnya.
3. Pemanfaatan Hasil Kerja dan Konstruksi Siswa
Konstribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari konstribusi
peserta didik itu sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal kearah yang lebih
formal atau baku melalui bimbingan seorang guru. Strategi-strategi informal peserta didik
berupa skema, grafik, diagram, atau simbol-simbol dalam matematika serta prosedur
pemecahan masalah kontekstual sebagai sumber inspirasi dalam membangun pengetahuan
matematika formal diharapakan dapat berkembang ke arah yang positif. Tanpa sikap yang
positif terhadap matematika maka karakteristik kontribusi dan produksi peserta didik sangat
sulit untuk dapat dikembangkan, sebaliknya dengan peserta didik memiliki kontribusi dan
produksi yang baik dalam proses pembelajaran sangat dimungkinkan akan menumbuhkan
sikap yang lebih baik terhadap matematika.
4. Proses Pembelajaran Berbasis Interaktivitas
Interaksi antara peserta didik dengan peserta didik dan guru dengan peserta didik
maupun sebaliknya merupakan bagian penting dalam pendekatan matematika realistik.
Bentuk interaksi yang terjadi dalam pembelajaran diantaranya dapat berupa negoisasi secara
eksplisit, intervensi kooperatif, penjelasan, melalaui suatu kebenaran, setuju atau tidak setuju,
pertanyaan atau refleksi dan evaluasi sesama peserta didik dan guru. Bentuk interaksi ini juga
digunakan peserta didik untuk memperbaiki atau memperbaharui model-model yang
dibangun sehingga diperoleh model yang tepat. Sedangkan guru menggunakannya untuk
menuntun dan membimbing peserta didik hingga sampai memahami konsep matemtika
formal. Interaksi sebagai salahsatu karakteristik pendekatan matematika realistik sangat
memungkinkan peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
matematik.

2.4 Langkah-Langkah Realistic Mathematics Education


Langkah-Langkah Pendekatan Matematika Realistik menurut Fitrah (2016: 97),
berdasarkan karakteristik dan prinsip RME, langkah pendekatan matematika realistik dalam
pembelajaran matematika dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Memahami masalah kontekstual

8 | Desain Pembelajaran Geometri


Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami
masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian yang kurang atau belum dipahami siswa, maka
siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskan kepada temannya yang belum
paham.
2. Menjelaskan masalah kontekstual
Guru menyampaikan dan menjelaskan masalah kontekstual, agar siswa dapat memahami
masalah kontekstual yang benar. Masalah kontekstual yang disampaikan oleh guru bisa
menjadi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan juga hal-hal yang
berkaitan oleh siswa. Tema dari masalah kontekstual disesuaikan dengan konsep dan juga
algoritma yang dimengerti oleh siswa. Selain disampaikan oleh guru, masalah kontekstual
dapat berasal dari sekitar siswa itu sendiri.
3. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika
yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Baik
secara individual atau kelompok, siswa memecahkan masalah kontekstual dengan cara
mereka sendiri dibawah bimbingan guru atau tidak. Kegiatan pemecahan masalah berpusat
pada penemuan konsep serta algoritma dalam matematika, dilakukan dengan penemuan
siswa melalui atau kegiatan penciptaan kembali dengan memodelkan masalah informal
yang dilanjutkan pada pemecahan formal. Untuk mendapatkan pemecahan masalah dan
penemuan konsep atau algoritma dalam matematika, siswa selalu melakukan kegiatan
refleksi yaitu review hal yang telah dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Guru membentuk kelompok dan meminta kelompok tersebut untuk berkerja sama
mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu
(negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi).
5. Menyimpulkan
Dari diskusi kelompok atau hasil diskusi kelas, guru langsung menyuruh siswa untuk
membuat kesimpulan terhadap pemecahan masalah kontekstual dan membuat generalisasi
konsep atau algoritma yang ditemukan. Guru berperan sebagai mediator, siapa yang diskusi
langsung agar diproses secara dinamis dan demokratis, sehingga mencapai hasil
kesimpulan kolektif.

9 | Desain Pembelajaran Geometri


2.5 Kelebihan dan Kekurangan Realistic Mathematics Education
Walaupun pada Realistic Mathematics Education terdapat kendala-kendala dalam upaya
penerapannya, menurut peneliti kendala-kendala yang dimaksud hanya bersifat sementara
(temporer). Kendala-kendala itu akan dapat teratasi jika pendekatan Realistic Mathematics
Education sering diterapkan. Hal ini sangat tergantung pada upaya dan kemauan guru, siswa dan
personal pendidikan lainnya untuk mengatasinya. Menerapkan suatu pendekatan pembelajaran
yang baru, tentu akan terdapat kendala- kendala yang dihadapi di awal penerapannya. Kemudian
sedikit demi sedikit, kendala itu akan teratasii jika sudah terbiasa menggunakannya. Berikut
beberapa kelebihan dan kekurangan pendekatan matematika relistik.
Menurut Suwarsono (2001:5) terdapat beberapa kelebihan dari model pembelajaran
matematika realistik, yaitu:
1. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada
umumnya bagi manusia.
2. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa
matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
3. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara
yang satu dengan orang yang lain.
4. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan
orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep
matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru).
Kekurangan model pembelajaran matematika realistik, yaitu:
1. Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal, misalnya
mengenai siswa, guru dan peranan soal atau masalah kontekstual, sedang perubahan itu
merupakan syarat untuk dapat diterapkannya PMR.
2. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam
pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan

10 | Desain Pembelajaran Geometri


matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa
diselesaikan dengan bermacam-macam cara.
3. Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam
menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
4. Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan
penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.

2.6 Skenario Realistic Mathematics Education


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP


Mata Pelajaran : Matematika
Materi : Volume kerucut
Kelas / Semester : IX / (satu)
Alokasi Waktu : 1x30 menit
Tahun Ajaran : 2020/2021
Standar kompetensi: 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta menentukan
ukurannya.

Kompetensi Dasar : 2.2 Menghitung luas permukaan dan volume tabung, kerucut, dan bola.

Indikator : Siswa dapat menemukan rumus volume dan menghitung volume kerucut

B. Tujuan Pembelajaran

Melalui diskusi dan pendekatan matematika realistik siswa mampu menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan menghitung volume kerucut.

C. Materi Ajar: Menghitung Volume Kerucut

Menghitung volume bola dengan pendekatan volume kerucut, bahwa volume bola itu adalah
4 kali volume kerucut dengan tinggi dan jari-jari kerucut sama dengan panjang jari-jari bola.

11 | Desain Pembelajaran Geometri


D. Strategi/Metode Pembelajaran

Model : PBI (Problem Based Instruction).

Pendekatan : Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education)

Metode : Ekspositori, diskusi, tanya jawab

E. Langkah-langkah Pembelajaran

Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

Kegiatan
Pendahuluan

(5 menit)

Guru membuka Siswa menjawab salam dari Guru mengucapkan


pembelajaran dengan guru “Assalamualaikum
mengucapkan salam Wr. Wb. anak-anak,
selamat pagi”

Guru meminta salah satu Salah satu siswa memimpin Salah satu siswa
siswa untuk memimpin doa diikuti oleh siswa yang mengucapkan
doa lain “Sebelum kita
memulai
pembelajaran hari ini,
marilah kita berdoa
menurut agama dan
kepercayaan masing-
masing, berdoa
dipersilahkan,dapat
diakhiri”

Guru memeriksa Siswa memperhatikan guru Guru bertanya


kehadiran siswa “Apakah ada siswa
yang tidak hadir hari
ini?”

Guru memberikan Siswa mengingat kembali Guru bertanya “Masih


kesempatan kepada siswa materi sebelumnya ingatkah kalian materi

12 | Desain Pembelajaran Geometri


Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

untuk mengingat kembali sebelumnya terkait


materi sebelumnya kubus dan balok?”

Guru memberikan Siswa memberikan contoh Guru Mengucapkan


kesempatan kepada siswa benda berbentuk kerucut “Silahkan siapa yang
untuk menyebutkan dalam kehidupan sehari-hari sudah tahu contohnya
contoh benda berbentuk bisa dijelaskan”
kerucut dalam kehidupan
sehari-hari

Guru menjelaskan kepada Siswa memperhatikan Guru menjelaskan


siswa tentang tujuan penjelasan guru “Hari ini kita akan
pembelajaran mempelajari
bagaimana cara
menentukan rumus
volume kerucut dan
menghitung volume
kerucut”

Kegiatan Inti
(20 menit)

Memahami Guru meminta siswa Siswa menyebutkan ciri-ciri Guru bertanya


masalah untuk menyebutkan ciri- yang dimiliki oleh kerucut “Sebutkan apa saja
kontekstual ciri yang dimiliki oleh ciri-ciri kerucut yang
kerucut kalian ketahui?”

Menjelaskan Guru menjelaskan serta Siswa merenung dan Guru menjelaskan


masalah memberikan contoh mengamati terkait masalah “Petani biasanya
kontekstual masalah kontekstual yang yang diberikan menggunakan
berhubungan dengan caping,caping adalah
volume kerucut salah satu benda yang
berbentuk kerucut,
cara menghitung
volume caping kita
bisa menggunkan
rumus dari volume
kerucut, berikut
caranya”

13 | Desain Pembelajaran Geometri


Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

Menyelesaikan Guru membagikan lembar Siswa menerima lembar kerja Guru menjelaskan
masalah kerja kepada siswa yang diberikan “Lembar kerja ini
kontekstual saya bagikan kepada
semua siswa agar saya
bisa mengetahui
tingkat kepahaman
kalian pada
pembelajaran yang
saya jelaskan hari ini’

Guru meminta siswa Siswa membaca dan Guru meminta


memahami perintah menyelesaikan permasalahan “Silahkan dipahami
lembar kerja dan pada lembar kerja yang dan dikerjakan soal
menyelesaikan secara diberikan pada lembar kerja
individu yang sudah saya
bagikan”

Membandingkan Guru meminta siswa Siswa membentuk kelompok Guru meminta


dan membentuk kelompok dan dan mendiskusikan hasil kerja “Silahkan kalian
mendiskusikan mendiskusikan hasil kerja individu dalam diskusi bentuk menjadi 5
jawaban individu dalam diskusi kelompok kelompok, kemudian
kelompok kalian mendiskusikan
hasil kerja individu
dalam diskusi
kelompok”

Guru meminta perwakilan Siswa mulai Guru meminta


kelompok untuk mempresentasikan hasil “Silahkan masing-
mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara masing kelompok
diskusi kelompok dengan bergantian, kemudian siswa mempresentasikan
ditanggapi oleh kelompok juga memberikan tanggapan hasil diskusinya yang
lain terhadap hasil diskusi kemudian akan
kelompok lain ditanggapi oleh
kelompok lain”

Guru menjelaskan Siswa menyimak dan Guru menjelaskan


kembali hasil diskusi tiap mendengarkan penjelasan guru “Menurut hasil
kelompok diskusi dari setiap
kelompok kali ini
kebanyakan

14 | Desain Pembelajaran Geometri


Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

menjelaskan bahwa
…”

Menyimpulkan Guru dan siswa bersama- Siswa bersama-sama dengan Guru bertanya
sama membuat guru membuat kesimpulan “Apakah kesimpulan
kesimpulan yang bisa kita ambil
dari hasil diskusi hari
ini? Yang pertama…”

Kegiatan
Penutup

(5 menit)

Guru meminta siswa Beberapa siswa memberikan Guru meminta


untuk merefleksikan refleksi terkait dengan “Silahkan saya minta
pembelajaran hari ini pembelajaran yang telah tolong untuk 2 siswa
dengan lisan dilaksanakan meriview kembali
pembelajaran hari ini”

Guru memberikan tugas Siswa mencatat tugas yang Guru menjelaskan


terkait volume kerucut diberikan oleh guru “Tugas kalian adalah
untuk dikerjakan oleh kerjakan soal latihan
siswa halaman 54 no 2,4,dan
7”

Guru memberikan Siswa mengacungkan tangan Siswa bertanya


kesempatan kepada siswa dan mengajukan pertanyaan “bagaimana cara
untuk bertanya terkait menyelesaikan soal
tugas yang diberikan nomor 4”

Guru memberikan arahan Siswa menyimak dan Guru menjelaskan


pembelajaran selanjutnya mendengarkan arahan dari “Minggu depan kita
guru akan mempelajari
materi terkait volume
prisma dan
limas,silahkan anda
pelajari terlebih
dahulu”

15 | Desain Pembelajaran Geometri


Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan

Guru meminta salah satu Salah satu siswa memimpin Salah satu siswa
siswa memimpin doa doa yang diikuti oleh siswa mengucapkan
untuk mengakhiri yang lain “Sebelum kita
pembelajaran mengakhiri
pembelajaran hari ini,
marilah kita berdoa
menurut agama dan
kepercayaan masing-
masing, berdoa
dipersilahkan,dapat
diakhiri”

Guru menutup Siswa menjawab salam dari Guru mengucapkan “


pembelajaran dengan guru Baik pembelajaran
mengucapkan salam hari ini saya akhiri,
Wassalamualaikum
Wr. Wb.”

F. Alat dan Sumber Belajar

Sumber :

 Salamah, umi. (2015). Berlogika dengan Matematika. PT. Tiga Serangkai


 Alat peraga (bangun kerucut)
 LKS / Lembar Kegiatan Siswa
Alat : Slide, Papan tulis, spidol, pensil, buku

Media: Power point

G. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk instrumen : Uraian

Contoh instrumen :

Indikator Contoh Instrumen Kunci Jawaban Skor


1. Menghitung Jika diketahui Diketahui : r = 6 cm 1
volume panjang jari – jari t = 10 cm
kerucut kerucut adalah 6 cm Ditanya : V=…?
dan tinggi 10 cm. Jawab :
1

16 | Desain Pembelajaran Geometri


berapakah Volume kerucut
volumenya/ 1
 r2 t
3
1
  3,14  (6) 2  10
3
1
  3,14  36  10
3
 376,8cm 3

Kepala Sekolah Guru

……………………….. ………………………..

17 | Desain Pembelajaran Geometri


BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
RME (Realistic Mathematics Education) adalah teori yang mendasarkan ide bahwa
matematika adalah aktivitas manusia dan harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks
kehidupan sehari hari. Dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik ini peserta didik
dituntun untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. prinsip
pembelajaran realistik merupakan dasar berpikir dan bertindak yang benar dalam pembelajaran
realistik.

Terdapat tiga prinsip dalam pendekatan pembelajaran matematika realsitik diantaranya


guided reinvention/progressive mathematizing, didactical phenomenology dan self-developed
models. Pendekatan pembelajaran matematika realsitik juga memiliki karakteristik penggunaan
konteks, penggunaan model, pemanfaatan hasil kerja dan konstruksi siswa, dan proses
pembelajaran berbasis interaktivitas. Selain karakteristik dalam pendekatan pembelajaran ini juga
memiliki tahapan, kelebihan dan kekurangan, serta konsep konteks pendekatan pembelajaran
matematika realistik.

3.2 Saran
Pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
berbasis konstruktivisme yang sedang marak diimplementasikan pada pembelajaran matematika.
Oleh karena itu diharapkan guru maupun calon guru dapat memahami dan mengetahui baik secara
konseptual maupun prosedural mengenai pendekatan pembelajaran matematika realistik yang
didasarkan kepada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan memahami pendekatan
pembelajaran maka guru dapat mengimplementasikannya dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat berlangsung optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai seefisien
mungkin.

18 | Desain Pembelajaran Geometri


DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, A. (2002). Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching Geometry in


Indonesian Primary Schools. Thesis: University of Twente, Enschede.
Sugiman. (2011). Peningkatan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik. Tersedia di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/2011_PPM_Iceberg_0.pdf diakses 17/12/2012

19 | Desain Pembelajaran Geometri

Anda mungkin juga menyukai