ENSEFALITIS
KELOKMPOK : 1 (Satu)
A. Ensefalitis
Ensefalitis adalah peradangan parenkim otak yang berhubungan
dengan disfungsi neurologis seperti penurunan kesadaran, kejang, perubahan
kepribadian, kelumpuhan saraf kranial, gangguan bicara, dan defisit motorik
dan sensorik. Ensefalitis dapat disebabkan oleh etiologi infeksi seperti virus
dan bakteri, serta etiologi noninfeksi seperti proses autoimun. Beberapa
organisme yang dapat menyebabkan ensefalitis adalah virus herpes simpleks,
virus varicella zoster, dan Mycoplasma sp. Di Indonesia, ensefalitis juga bisa
menjadi komplikasi berbagai penyakit infeksi tropik, seperti pada infeksi
dengue dan malaria.
B. Etiologi
Enterovirus penyebab ensefalitis viral diantaranya adalah
coxsackievirus, echovirus, poliovirus, dan human enterovirus 68 hingga 70.
Virus dari golongan herpes yang sering menyebabkan meningoensefalitis viral
adalah herpes simplex virus type 2 (HSV-2), Epstein-Barr virus, dan varicella-
zoster virus (VZV) (Harahap,2015)
C. Patofisiologi
Pada infeksi enterovirus sistem syaraf pusat yang menyertakan organ-
organ dan kadang-kadang terjadi penundaan munculnya gejala sistem saraf
pusat karena masuknya virus yang ada hubungannya dengan viremia yang
luas atau melalui jalan lain seperti melalui serabut syaraf otonom. Viremia
mereda dengan munculnya antibodi dan konsentrasi virus pada tempat-tempat
keradangan baru mulai menurun kurang lebih setelah 7 hari. Walaupun
demikian infeksi berjalan terus di saluran cerna bagian bawah dalam periode
yang lama. Enterovirus dideteksi di beberapa kasus dengan mioperikarditis,
patogenensis enterovirus yang berkaitan dengan nephritis, myocitis,
polyradiculitis pancreatitis, hepatitis, pneumoni, dan syndrom-syndrom lain
masih belum jelas. Kelainan ini mungkin karena reaksi keradangan yang
terjadi karena masuknya antigen virus atau infeksi virus dapat memacu
kerusakan jaringan (Solomon,2018)
D. Manifestasi Klinis
Secara umum, Gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam,
kejang, dan kesadaran menurun. Suhu badan meningkat, fotofobia, sakit
kepala, muntah letargi, kadang disertai kaku kuduk jika mengenai meningen
(Solomon,2018)
E. Diagnosis Banding
Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit neurologis maupun non
neurologis lainnya seperti abses otak, meningitis, perdarahan subaraknoid,
stroke, hipoglikemia, tumor otak, kejang, keracunan obat, dan delirium
tremens.
Abses otak dan meningitis jarang menimbulkan penurunan kesadaran
seperti pada ensefalitis. Sementara itu, keluhan pada tumor otak umumnya
sudah berlangsung sejak lama walaupun sifatnya bisa hilang-timbul. Pasien
dengan stroke sering kali memiliki komorbiditas seperti hipertensi atau
dislipidemia. Secara umum, diagnosis banding ini bisa dibedakan dari
ensefalitis melalui analisis cairan serebrospinal dan CT scan kepala
(Solomon,2018)
F. Pemeriksaan Laboratorium
Radiologi
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Antiviral
a. Acyclovir
Pasien yang memiliki respon klinis yang buruk atau mengalami virus
yang persisten selama terapi, terutama pada pasien HIV-positif, dapat
diberikan foscarnet. Dosis yang disarankan adalah 120 mg/kg/hari.
2. Kortikosteroid
3. Antibiotik
4. Obat Antikejang
Pada pasien dengan keluhan kejang dapat diberikan lorazepam 4 mg
diberikan bolus pelan. Pemberian dapat diulangi setiap 5-10 menit jika kejang
masih terjadi (Ventakesan,2013)
H. Komplikasi
BAB III
KESIMPULAN
Ellul M, Solomon T.2018. Acute encephalitis - diagnosis and management. Clin Med
(Lond);18(2):155–159. doi:10.7861/clinmedicine.18-2-155
Venkatesan A, Tunkel AR, Bloch KC, Lauring AS, Sejvar J, Bitnun A, et al. 2013
.Case definitions, diagnostic algorithms, and priorities in encephalitis:
Consensus statement of the international encephalitis consortium. Clin Infect
Dis. Oct;57(8):1114-28. doi: 10.1093/cid/cit458
Susanti.,N.2014. Deteksi Penyebab dan Sebaran Kasus Kejadian Luar Biasa Hand
Foot and Mouth Diseases (HFMD) Tahun 2008-2012. From :
google.scholar.ac.id