Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA GEL TERHADAP

KERUPUK KEMASAN

LAPORAN PENELITIAN

Laras Asri Prambudi


18.64.08971
XII.1

Angkatan 64
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat melakukan eksperimen terhadap beberapa produk makanan
yang akan dianalisis daya tahannya terhadap uap air menggunakan bantuan suatu
adsorben yaitu silika gel. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengetahui
fungsi dan kemampuan silika gel dalam proses adsorpsi, yang mana sampel nya
adalah kerupuk.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerupuk pada umumnya adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu penyedap dan bahan perasa seperti
ikan, atau udang. Menurut Muliawan (1991), proses pembuatan kerupuk meliputi
pencampuran bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan,
pendinginan, pengeringan, dan pemasakan atau penggorengan. Sumber gizi yang
terbesar dari kerupuk berasal dari pati yang banyak mengandung karbohidrat
(Koswara, 2009). Jenis-jenis kerupuk diantaranya ialah kerupuk udang, kerupuk
mie, kerupuk gendar, dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri, kerupuk seolah menjadi tambahan pangan yang selalu
ada di dalam setiap acara makan bersama. Untuk menemukan keberadaan kerupuk
juga tidak sulit, kerena kerupuk dijual di warung-warung maupun di rumah makan
atau restoran. Kerupuk dipilih karena kehadirannya dianggap dapat menambah cita
rasa serta nafsu makan, karena rasa gurih yang dimilikinya (Rahmaniar dan
Nurhayati, 2007 dalam Yusmeiarti 2008). Kerupuk dapat dikonsumsi langsung
sebagai camilan, maupun dijadikan olahan makanan lain.
Tingginya minat masyarakat akan konsumsi kerupuk, membuat produsen
berlomba-lomba untuk membuat variasi aneka kerupuk baik rasa maupun bentuk.
Namun di sisi lain, kendala yang dimiliki oleh produsen kerupuk adalah tentang
cara penyimpanan dan pengemasan kerupuk. Kerupuk biasanya dikemas dalam
plastik transparan dengan berbagai ukuran. Kerupuk merupakan makanan berongga
yang dapat menyerap uap air, sehingga menyebabkan kerupuk menjadi alot atau
tidak renyah lagi ketika dikonsumsi. Selain itu, masa penyimpanan yang terlalu
lama akan menimbulkan bau tengik pada kerupuk . Tampilan nya pun tidak sebagus
saat baru diproduksi karena perubahan kelembaban akibat uap air.
Pada prinsipnya, kandungan kadar air dalam makanan dapat mempengaruhi
masa penyimpanan nya, oleh karena itu diperlukan suatu bahan yang dapat
menyerap kelebihan uap air yang berasal dari udara. Salah satunya adalah silika gel
yang pengunaannya sudah cukup luas di kalangan industri elektronik, obat-obatan,
makanan, dan lain-lain.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui kemampuan silika gel dalam menyerap kelebihan uap air,
sehingga kerenyahan kerupuk tetap terjaga.
2. Untuk mengetahui kemampuan silika gel dalam menyerap kelebihan uap air,
sehingga aroma kerupuk tidak cepat tengik.
3. Untuk mengetahui berapa lama masa penyimpanan kerupuk apabila
ditambahkan silika gel.

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,


dimana rumusan masalah penelitan telah dinyatakan dalam bentuk kalimat uraian
pada paragraf terakhir bagian latar belakang. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data pada saat pengamatan.
Berikut adalah beberapa hipotesis dari praktikum sifat adsorpsi silika gel yang
telah/dapat dirumuskan:

1. Sampel kerupuk tetap renyah bila disimpan dalam jangka waktu tertentu
menggunakan 1 bungkus silika gel
2. Silika gel dapat mempertahankan visual kerupuk agar tetap dalam keadaan
normal
3. Silika gel dapat mempertahankan aroma kerupuk sehingga tidak mudah bau
tengik
4. Silika gel dapat mempertahankan ukuran kerupuk, sehingga tidak mengecil
atau melempem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kerupuk mawar merupakan jenis kerupuk yang memiliki bentuk menyerupai


bunga mawar dan telah ada sejak zaman dahulu. Hingga saat ini, kerupuk mawar
masih dipasarkan secara luas. Setiap daerah memiliki sebutan khas untuk kerupuk
ini, diantaranya ialah kerupuk uyel, kerupuk kerinting, dan lain-lain. Kerupuk
mawar memiliki ciri khas tersendiri karena memiliki aroma yang sangat gurih.
Aroma gurih ini berasal dari bawang putih yang digunakan sebagai bumbu
penyedap. Pada dasarnya komponen utama yang mendominasi dalam pembuatan
kerupuk adalah pati. Pati mempunyai dua komponen utama yaitu amilosa (fraksi
larut) dan amilopektin (fraksi tidak larut). Menurut Zulfani (1992), amilopektin
berfungsi sebagai pemberi sifat renyah pada kerupuk. Kerupuk dengan kandungan
amilopektin tinggi memiliki daya kembang yang tinggi dan sifat kerenyahan yang
tinggi pula. Hal ini dikarenakan dalam proses pemanasan akan terjadi gelatinisasi
pati dan akan terbentuk struktur yang elastis yang dimungkinkan untuk dapat
mengembangkan volume pada saat digoreng.
Selain tingkat kerenyahan, salah satu penentu mutu kerupuk yang baik adalah
daya kembang karena menentukan penerimaan konsumen. Menurut Susanti (2007),
pengembangan dapat terjadi karena disebabkan oleh terbentuknya rongga-rongga
udara yang dipengaruhi oleh suhu, sehingga menyebabkan air yang terikat dalam
gel menjadi uap. Daya kembang kerupuk sangat berkaitan dengan pati yang ada di
dalam kerupuk. Kerupuk merupakan bahan yang memiliki kadar air yang rendah.
Tingkat penyerapan air oleh kerupuk tergantung pada kondisi sekitar. Lingkungan
yang memiliki RH tinggi mengakibatkan kerupuk cepat menyerap air (bersifat
higroskopis) dari lingkungan sebagai reaksi untuk menuju kondisi keseimbangan
yang akan menyebabkan kerupuk menjadi melempem. Faktor lain yang
mempengaruhi higroskopitas adalah volume pengembangan.Volume
pengembangan yang tinggi menyebabkan rongga udara semakin banyak sehingga
jumlah air yang diserap makin tinggi.
Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol Natrium silikat ( Na2SiO3 ). Sol mirip agar-agar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat
tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat penyerap,
pengering, dan penopang katalis. Silika gel mencegah terbentuknya kelembaban
berlebihan (Hartuti, 2011). Para pabrikan yang mengetahui hal ini, selalu memakai
silika gel dalam setiap pengiriman barang mereka yang disimpan dalam kotak.
Walaupun dipegang, butiran-butiran silika gel tetap kering. Silika gel penyerap
kandungan air bisa diaktifkan sesuai kebutuhan. Unit ini mempunyai indikator
khusus yang akan berubah warna dari biru ke merah muda jika poduk mulai
mengalami kejenuhan kelembaban. Setelah udara mengalami kejenuhan atau
kelembaban, dia bisa diaktifkan kembali lewat oven. Sejak perang dunia II, silika
gel sudah menjadi pilihan yang terpercaya oleh pemerintah dan pelaku industri.
Silika gel sering ditemukan di dalam paket fil, kamera, teropong, alat-alat
komputeer, sepatu, obat-obatan, makanan, dan lain-lain (Welveni, 2010).
Natrium silika merupakan bahan baku industri yang banyak diperlukan
sebagai bahan baku pembuatan filter untuk produk deterjen, sabun, pasta gigi, dan
lain-lain. Natrium silika berbentuk cairan jernih yang sangat kental sehingga dalam
merk dagang disebut waterglass. Natrium silika dalam skala industri dibuat dengan
mengeskstraksi pasir kuarsa dan soda abu pada temperatur 1300 C sedangkan
esktraksi silika dari abu batu bara menggunakan pelarut NaOH. Adapun reaksi
proses pembuatan natrium silika dapat ditulis sebagai berikut:

NaOH + SiO2 → Na2SiO3 + H2O

Adsorpsi didefinisikan sebagai proses terserapnya molekul absorbat pada


permukaan zat padat atau zat cair. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi dalam
solid disebut adsorbat sedangkan solid tersebut disebut adsorben. Proses adsorpsi
dapat berlangsung jika padatan atau molekul gas atau cair dikontakkan dengan
molekul-molekul adsorbat, sehingga didalamnya terjadi gaya kohesif atau gaya
hidrostatik dan gaya ikatan hidrogen yang bekerja diantara molekul seluruh
material. Gaya-gaya yang tidak seimbang menyebabkan perubahan-perubahan
konsentrasi molekul pada interface solid/fluida. Molekul fluida yang diserap
tetapi tidak terakumulasi/melekat ke permukaan adsorben disebut adsorptif
sedangkan yang terakumulasi/melekat disebut adsorbat. Proses adsorpsi
menunjukan dimana molekul akan meninggalkan larutan dan menempel pada
permukaan zat adsorben yang dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai tipe
adsorpsi, yang melibatkan peristiwa fisika dan kimia.
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya
Van der Waals. Gaya Van der Waals adalah gaya tarik-menarik yang relatif
lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Pada adsorpsi fisika, adsorbat
tidak terikat kuat pada adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu
bagian permukaan adsorben ke bagian permukaan adsorben lainnya dan pada
permukaan yang ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat
lainnya. Adsorpsi fisika merupakan peristiwa reversibel sehingga jika kondisi
operasinya diubah, maka akan membentuk kesetimbangan yang baru. Proses
adsorpsi fisika terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi. Ikatan yang terbentuk
dalam adsorpsi ini dapat diputuskan dengan mudah yaitu dengan pemana san
pada temperatur sekitar 150–2000 C selama 2-3 jam.
Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena terbentuknya ikatan
kimia antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan yang terbentuk
merupakan ikatan yang kuat sehingga lapisan yang terbentuk merupakan lapisan
monolayer. Pada adsorpsi kimia yang terpenting adalah spesifikasi dan kepastian
pembentukan monolayer sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan
menentukan kondisi reaksi. Adsorpsi kimia tidak bersifat reversibel dan umumnya
terjadi pada suhu tinggi diatas suhu kritis adsorbat. Oleh karena itu, untuk
melakukan proses desorpsi dibutuhkan energi yang lebih tinggi untuk
memutuskan ikatan yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat.
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu
dari suatu fase fluida. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau
karena perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada
permukaan tersebut lebih erat daripada molekul lainya (Saragih, 2008). Adsorben
tersebut dapat berbentuk serbuk (powder) atau butiran (granular) dan penggunaanya
tergantung operasi yang akan dilakukan. Pada umumnya, partikel adsorben tersebut
berdiameter antara 0.005 cm hingga 1.27 cm. Pemakaiannya antara lain adalah
untuk mengadsorpsi berbagai zat pengotor yang umumnya meliputi zat-zat organik,
bau dan warna, dan koloid yang berada di dalam fluida cair. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk mengadsorpsi suatu gas yang tidak dikehendaki yang berada di
dalam campuran gas.
Salah satu faktor penting dalam proses adsorpsi adalah luas permukaan
adsorben per satuan berat adsorben. Bila dibandingkan terhadap ukuran partikel,
luas permukaan internal pada pori-pori partikel lebih berpengaruh pada proses
adsorpsi. Biasanya, pori-pori berukuran sangat kecil yaitu berdiameter hanya
beberapa molekul saja, tetapi menyediakan sejumlah besar luas permukaan
adsorpsi. Adsorben padat yang baik adalah yang porositasnya tinggi seperti Pt
halus, arang dan silika gel.
Silika gel biasanya digunakan untuk pengeringan dan pemurnian gas dan
pemurnian petroleum distilat. Silika gel merupakan adsorben yang paling banyak
dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini banyak dipakai di pabrik
untuk menghilangkan kadar air dalam udara. Penyerapan dari larutan mirip dengan
penyerapan gas oleh zat padat. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat
terlarut dan pelarut. Bila dalam larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan
terserap lebih kuat dari yang lain.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. ALAT DAN JUMLAH BAHAN

 Alat :
1. 2 buah wadah plastik beserta tutup
2. Gunting
3. Sarung tangan karet

 Bahan:
1. 2 buah Kerupuk mawar/kerupuk kaleng
2. 1 bungkus Silika gel

B. CARA KERJA

Kerupuk

Menggunakan 1
Tanpa silika gel
bungkus silika gel
Cara Kerja:

1.) Kerupuk dikeluarkan dari kemasan plastiknya, lalu dimasukkan ke dalam


2 wadah beserta tutup.
2.) 1 bungkus silika gel food grade dimasukkan ke dalam salah satu wadah.
3.) Diamati perubahan visual, ukuran, tingkat kerenyahan, serta aroma dari
kerupuk setiap hari selama kurun waktu 14 hari.
4.) Pada tabel pengamatan dicatat tanggal dan hasil pengamatan serta
perubahan yang terjadi pada sampel.

BAB IV
DATA PENGAMATAN

A. OBSERVASI AWAL

 Nama sampel : Kerupuk mawar/kerupuk putih


 Bentuk sampel : Padatan
 Warna sampel : Putih
 Bau sampel : Normal
B. TABEL PENGAMATAN
Perlakuan Variabel yang diamati
terhadap Tanggal Tingkat
Ukuran Visual Aroma
sampel Kerenyahan
18 September 2020 Normal Normal Normal Normal
19 September 2020 Normal Normal Normal Normal
20 September 2020 Normal Normal Normal Normal
21 September 2020 Normal Normal Normal Normal
22 September 2020 Normal Normal Normal Normal
23 September 2020 Normal Normal Normal Normal
Menggunakan
24 September 2020 Normal Normal Normal Normal
1 bungkus
25 September 2020 Normal Normal Normal Normal
silika gel
26 September 2020 Normal Normal Normal Normal
27 September 2020 Normal Normal Normal Agak alot
28 September 2020 Normal Normal Normal Agak alot
29 September 2020 Noraml Normal Normal Agak alot
30 September 2020 Normal Normal Agak tengik Alot
1 Oktober 2020 Normal Normal Tengik Alot
18 September 2020 Normal Normal Normal Normal
19 September 2020 Normal Normal Normal Normal
20 September 2020 Normal Normal Normal Normal
21 September 2020 Normal Normal Normal Normal
22 September 2020 Normal Normal Normal Normal
23 September 2020 Normal Normal Normal Normal
Tidak
24 September 2020 Normal Normal Normal Normal
menggunakan
25 September 2020 Normal Normal Normal Agak alot
silika gel
26 September 2020 Normal Normal Agak tengik Agak alot
27 September 2020 Normal Normal Agak tengik Agak alot
28 September 2020 Normal Normal Agak tengik Agak alot
29 September 2020 Normal Normal Tengik Alot
30 September 2020 Normal Normal Tengik Alot
1 Oktober 2020 Normal Normal Tengik Alot
BAB V
PEMBAHASAN

Kandungan air dalam kerupuk dapat menyebabkan tekstur kerupuk menjadi


alot. Selain itu, air juga memicu pertumbuhan mikroba yang membuat kerupuk
menjadi bau tengik dan cita rasanya berkurang. Kandungan air dalam makanan
berperan penting dalam masa penyimpanannya. Untuk makanan kering seperti
kerupuk, kandungan air haruslah sedikit mungkin agar kerupuk lebih tahan lama
dan tetap renyah.
Wadah yang digunakan untuk mengemas kerupuk juga dapat mempengaruhi
masa penyimpanan kerupuk. Jika wadah tidak rapat, maka potensi kerupuk untuk
menyerap uap air dari udara akan semakin besar. Oleh karena itu pada percobaan
kali ini, dilakukan suatu cara yang kiranya dapat mempertahankan tekstur, rasa,
maupun visual kerupuk sehingga masa penyimpanan nya dapat bertahan lebih lama.
Metode yang digunakan ialah adsorbsi menggunakan adsorben silika gel.
Silika gel memiliki kegunaan untuk menyerap kelebihan uap air agar barang atau
makanan tidak rusak dan kualitasnya tetap terjaga. Sampel terlebih dahulu
dikeluarkan dari kemasan plastiknya, lalu dimasukkan ke dalam 2 wadah yang
dilengkapi dengan tutup. Selanjutmya, pada salah satu wadah dimasukkan 1
bungkus silika gel sedangkan yang lainnya tidak. Pengamatan dilakukan selama 14
hari atau 2 minggu, kemudian hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Hari ke-1 sampai ke-7 : sampel kerupuk di kedua wadah masih memiliki
tekstur, aroma, rasa, dan tampilan yang normal
2. Hari ke-8 : sampel kerupuk yang tidak ditambahkan silika gel ke dalam
kemasannya, mulai mengalami perubahan tingkat kerenyahan, dimana
tekstur nya menjadi sedikit alot.
3. Hari ke-9 : sampel kerupuk yang tidak ditambahkan silika gel ke dalam
kemasannya, mulai mengalami perubahan aroma menjadi sedikit tengik
4. Hari ke-10 : sampel kerupuk yang ditambahkan 1 bungkus silika gel ke
dalam wadahnya, mulai mengalami perubahan tingkat kerenyahan, dimana
tekstur nya menjadi sedikit alot.
5. Hari ke-12 : sampel kerupuk yang tidak ditambahkan silika gel ke dalam
kemasannya, mengalami perubahan tingkat kerenyahan, dimana tekstur nya
menjadi alot dan aroma nya tengik.
6. Hari ke-13 : sampel kerupuk yang ditambahkan 1 bungkus silika gel ke
dalam wadahnya, mengalami perubahan aroma menjadi sedikit tengik dan
teksturnya alot.
7. Hari ke-14: sampel kerupuk yang ditambahkan 1 bungkus silika gel ke
dalam wadahnya, mengalami perubahan aroma menjadi tengik.

Dari hasil pengamatan yang telah dijabarkan di atas, diketahui bahwa


kerupuk mawar memiliki masa penyimpanan selama 6 hari jika disimpan di
dalam wadah tertutup. Namun jika kerupuk mawar ditempatkan di dalam kaleng
besi seperti pada umumnya, kemungkinan masa penyimpananya akan lebih
singkat. Hal ini dikarenakan wadah sering dibuka tutup ketika ada pembeli.
Udara yang masuk sambil membawa uap air menjadi lebih banyak dan
berkumpul di dalam kaleng. Sedangkan jika di dalam wadah tersebut
dimasukkan silika gel, masa penyimpanan nya menjadi lebih lama yaitu 9 hari.
Bedasarkan hipotesis pada poin 1-4 seperti yang sudah dirumuskan
sebelumnya, silika gel terbukti dapat mempertahankan tekstur atau tingkat
kerenyahan dari kerupuk, aroma, visual dan ukuran kerupuk.
BAB VI
PENUTUP

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan selama 14 hari, sampel yang


di dalam wadahnya ditambahkan 1 bungkus silika gel memiliki masa penyimpanan
selama 9 hari, yakni kerupuk tetap renyah, aroma nya tidak berbau tengik, visual
dan ukuran nya pun tidak berubah. Sedangkan kerupuk yang di dalam wadahnya
tidak ditambahkan silika gel, hanya memiliki masa penyimpaan maksimal selama
6 hari. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peran
silika gel sebagai adsorben dalam proses adsobsi, uap air dari udara akan berkurang
jumlahnya di dalam kerupuk. Silika gel dapat menjadi salah satu alternatif bagi
produsen maupun konsumen kerupuk, untuk membuat penyimpanan kerupuk
menjadi lebih awet dan tahan lama.

DAFTAR PUSTAKA

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Koswara, S. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. Ebookpangan.com, diakses pada


5 Oktober 2020 pukul 17:34
Muliawan, D. 1991. “Pengaruh Berbagai Tingkat Kadar Air Terhadap
Pengembangan Kerupuk Sagu Goreng”, Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan Volume 20 (hlm 1). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Yusmeiarti. 2008. “Pemanfaatan dan Pengolahan Daging Sinawang (Pangium


edule Rienw ) untuk Pembuatan Kerupuk”. Buletin BIPD XVI Volume 2
(hlm 1-8).

Las, Thamzil. Florentius F., dan Afit H. 2011. “Adsorpsi Unsur Pengotor
Larutan Natrium Silikat Menggunakan Zeolit Alam Karangnunggal”,
Jurnal Kimia Valensi 2 (2). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Asip, Faisol dan Ridha M. “Uji Efektivitas Cangkang Telur dalam


Mengadsorbsi Ion Fe Dengan Proses Batch”. Palembang: Jurusan
Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.

Susanti, M.R. 2007. "Difersifikasi Produk Opak dengan Penambahan Daging


Ikan Layur (Trichiuruasp)”. Skripsi Program Studi Hasil Perikanan
Fakultas Tenologi Industri. Yogyakarta: Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND.

Zulfani, R. 1992. “Pengaruh Berbagai Tingkat Suhu Penggorengan Terhadap


Pola Pengembangan Kerupuk Sagu Goreng”, Jurnal Toreknologi Pangan
dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Welveni. 2010. “Pemanfaatan Limbah Padat Fly Ash Batubara menjadi Bahan
Baku Pembuatan Silika Gel”. Riau: Universitas Negeri Riau

Anonim. 2015. “Peluang Usaha Kerupuk Mawar dan Analisa Usahanya”,


http://www.agrowindo.com/peluang-usaha-kerupuk-mawar-dan-analisa-
usahanya.html, diakses pada 6 Oktober 2020 pukul 16:23
Admin. 2016. “Silica Gel, Jenis, Fungsi, dan Kegunaannya”,
https://www.google.com/amp/s/www.bioindustries.co.id/product/silica-
gel-bio-industries/amp, diakses pada 6 Oktober 2020 pukul 20:53
LAMPIRAN

Alat dan Bahan

Pengamatan hari ke-1

Pengamatan hari ke-2 Pengamatan hari ke-3

Pengamatan hari ke-4 Pengamatan hari ke-5


Pengamatan hari ke-4 Pengamatan hari ke-5

Pengamatan hari ke-6 Pengamatan hari ke-7

Pengamatan hari ke-8

Pengamatan hari ke-8 Pengamatan hari ke-9


Pengamatan hari ke-10 Pengamatan hari ke-11

Pengamatan hari ke-12 Pengamatan hari ke-13

Pengamatan hari ke-14


Pengamatan hari ke-14

Anda mungkin juga menyukai