Anda di halaman 1dari 10

PAPER ILMU BUDAYA DASAR

" PELESTARIAN TRADISI MEGIBUNG SEBAGAI UPAYA


MEMPERTAHANKAN BUDAYA KARANGASEM "

OLEH :

NI KADEK INASIH SURYA SARI

202022121069

IAN 201

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugrah-Nya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih  kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik. Paper ini penulis susun
berdasarkan pengetahuan  yang penulis peroleh dari media elektronik dengan harapan
orang yang membaca dapat memahami tentang budaya megibung.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi  perbaikan penerbitan paper ini di masa mendatang.

Denpasar, 19 Maret 2021

Ni Kadek Inasih Surya Sari


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak budaya yang khas di setiap daerahnya. Salah


satunya di daerah Bali yang sangat kental dengan budaya. Begitu banyak budaya
yang ada, mulai dari upacara agama hingga tradisi. salah satu tradisi yaitu tradisi
megibung yang berada di Karangasem. Megibung merupakan tradisi makan bersama
yang dilakukan oleh banyak orang dalam satu wadah ( Sela) dengan duduk melingkar
saling berdiskusi dan berbagi pendapat. Megibung pertama kali di perkenalkan oleh
Raja Karangasem yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun
1614 Caka atau 1692 Masehi.

Dalam prosesi megibung satu kelompok / sela terdiri dari maksimal 8


(delapan) orang. Dimana setiap gibungan (wadah ) terdiri dari nasi, sate, lawar
(merah dan putih ),pepes daging, urutan, sayur belimbing dan lauk pauk lainnya.
Megibung biasanya dilaksakan pada berbagai jenis upacara adat dan agama Hindu
seperti upacara potong gigi, otonan, pernikahan, ngaben, maupun pemelaspasan .
Namun seiring berkembangnya jaman, tradisi megibung mengalami pergeseran,
masyarakat lebih banyak menghidangkan makanan secara praktis yaitu prasraman
atau menyediakan nasi bungkus. Melihat permasalahan tersebut, maka paper ini
penulis buat untuk mempertahankan budaya megibung. Judul paper ini adalah "
Pelestarian Tradisi Megibung sebagai Upaya Mempertahankan Budaya Karangasem "
.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Upaya dalam Mempertahankan Budaya di Karangasem ?

2. Bagaimana Pelestarian Tradisi Megibung sebagai Upaya Mempertahankan


Budaya ?
1.3 Tujuan

1. Untuk Megetahui Upaya Dalam Mempertahankan Budaya di


Karangasem

2. Untuk Mengetahui Pelestarian Tradisi Sebagai Upaya Mempertahankan


Budaya
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Upaya dalam Mempertahankan Budaya Karangasem

Ilmu budaya dasar adalah suatu ilmu yang mempelajari dasar dasar dan
pengertian tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
kebudayaan. Dimana Budaya sangat berkaitan dengan akal dan budi manusia, Budaya
merupakan suatu cara atau pola hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
sekelompok orang yang diwariskan secara turun temurun kepada generasinya.
Manusia dengan budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan ini, sebab budaya
merupakan sesuatu yang lekat pada manusia. Salah satunya tradisi megibung, tradisi
ini sudah menjadi salah satu budaya yang ada di Karangasem dimana tradisi ini sudah
dilakukan secara turun temurun oleh raja Karangasem. Namun semakin modernnya
jaman tradisi ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan, masyarakat mulai mengikuti
budaya daerah lain seperti tata cara makan menggunakan pasraman. Dimana hal
tersebut dapat menghilangkan budaya yang turun temurun sudah ada.

Tata Cara Makan Modern ( Pasraman )

Berbagai upaya dapat dilakukan dalam mempertahankan budaya, namun yang


paling penting adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki akan budaya
tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta mencintai budaya sendiri, orang akan
termotivasi untuk mempelajarinya, sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris
kebudayaannya akan tetap terus ada. Maka kita sebagai generasi muda harus ikut
mempertahankan budaya yang sudah ada agar budaya tersebut tidak ditinggalkan dan
terus di lestarikan dari generasi ke generasi.

2.2 Pelestarian Tradisi Megibung sebagai Upaya Mempertahankan Budaya

Tradisi megibung pertama kali ada ketika pada saat itu, Karangasem dalam
ekspedisinya menaklukkan Raja-raja yang ada di tanah Lombok. Ketika istirahat dari
peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi
melingkar yang belakangan dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, raja sendiri
konon ikut makan bersama dengan prajuritnya. Dalam tradisi megibung ada beberapa
istilah antara lain “sele” artinya orang yang bergabung dan duduk bersama untuk
menikmati tradisi megibung sebagai bagian dari satu kelompok. Kemudian ada istilah
“gibungan” adalah segepok nasi dengan alas gelaran (dari daun pisang) yang ditaruh
di atas dulang atau nampan. Selanjutnya ada istilah “karangan” ini yaitu lauk pauk
seperti lawar, kekomoh, urab (nyuh-nyuh) putih dan barak, padamare, urutan, marus,
balah dan sate.

Dimana lauk pauk dalam tradisi megibung memiliki urutannya sebelum di


taruh ke dalam sebuah gibungan. Salah seorang sele ada yang bertugas
menyiapkannya, dimulai dari kekomoh dan urab yang di taruh terlebih dahulu,
kemudian lawar, daging dan terakhir adalah balah. Masyarakat juga menyebut satu
porsi nasi gibungan dengan sebutan satu sela. Di mana satu sela ini hanya dinikmati
oleh satu kelompok. Dahulu, satu sela harus dinikmati oleh delapan orang. Namun,
seiring dengan berjalannya waktu, satu sela kini bisa dinikmati kurang dari delapan
orang, bisa antara 4-7 orang.
Tradisi Megibung salah satu budaya di Karangasem

Tradisi megibung ini sangat memiliki nilai kebersaman serta nilai gotong
royong, dimana setiap masyarakat saling membantu dalam menyiapkan makanan
serta adanya interaksi antara masyarakat .Tradisi megibung ini harus tetap di
lestarikan agar tidak mengalami pergeseran oleh jaman. Dengan dibuatkannya
peraturan adat ( awig-awig ) mengenai partisipasi aktif dalam penggunaan tradisi
megibung di upacara agama (Hindu) dapat tetap menjaga kelestarian tradisi ini. Serta
memberikan edukasi kepada generasi muda agar tetap menjaga tradisi yang telah ada
turun temurun. Agar tradisi dan budaya yang ada daerah kita tidak punah oleh adanya
budaya-budaya luar.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tradisi dan budaya akan tetap terjaga kelestariannya jika masyarakat ikut
serta dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi yang sudah ada. Kita tidak
boleh membiarkan tradisi dan budaya kita tergeser dengan perkembangan jaman,
karena dengan terus melestarikan serta mempertahankan tradisi dan budaya kita, akan
membuat tradisi dan budaya berkembang terus menerus serta generasi selanjutnya
dapat menikmati tradisi dan budaya unik yang kita miliki..

3.2 Saran

Saran yang bisa penulis berikan perlu adanya perhatian dari pemerintah lebih
lanjut akan upaya pelestarian budaya yang ada sejak dulu sebagai salah satu cara
mempertahankan budaya di tengah perkembangan yang semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. "Budaya". https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. ( Diakses pada 19


Maret 2021, Pukul 19.30 Wita )

Anonim. 2018 ."Warisan Budaya ". https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?


newdetail&detailTetap=741. ( Diakses pada 19 Maret 2021, pukul 20.00
Wita )

Anonim. 2021. " Tradisi Megibung ".

http://v2.karangasemkab.go.id/index.php/baca-pariwisata/135/Tradisi-
Megibung. ( Diakses pada 20 Maret, pukul 08.35 Wita )

Anonim. 2019. " Megibung Karangasem Culture Unik Kesetaraan Masyarakat Timur
Dewata ". https://www.indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/megibung-
karangasem-culture-unik-kesetaraan-masyarakat-timur-dewata. ( Diakses pada
20 Maret 2021, pukul 13.55 Wita )

Putri, Adelia Iriana.2020. " Upaya Melestarikan Budaya Lokal pada Era Globalisasi.

https://news.koranbernas.id/upaya-melestarikan-budaya-lokal-pada-era-
globalisasi. ( Diakses pada 20 Maret 2021, pukul 09.15 Wita )

Anda mungkin juga menyukai