Anda di halaman 1dari 4

Kasus Tugas Perilaku Organisasi

Kasus:

RSUD Pasuruan merupakan Rumah Sakit umum milik Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Memiliki 310 tenaga karyawan, yang saat ini masih memiliki jumlah sarana dan prasarana
terbatas, dan prasarana ini masih kurang sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga
mutu kinerja pelayanan masih belum baik, yang pada akhirnya kinerja organisasi secara
keseluruhan masih sangat perlu ditingkatkan. Pemberian informasi layanan yang belum pasti,
mengakibatkan kunjungan poliklinik pasien rawat jalan dan tingkat hunian rawat inap di
tahun 2007 lebih rendah sebesar 52,19% dibandingkan tahun 2006 sebesar 62,86% . Pihak
manajemen RSUD, perlu mengetahui berbagai kelemahan atau kelebihan karyawan sebagai
landasan untuk memperbaiki kelemahan dan menguatkan kelebihan dalam rangka
meningkatkan kinerja karyawan

Penejelasan:

Pengaruh Kepemimpinan terhadap Mutu Pelayanan

Kepemimpinan berpengaruh positif pada mutu pelayanan rumah sakit di RSUD


Pasuruan. Faktor kewibawaan, kecakapan, penyampaian informasi dan pengambilan
keputusan adalah faktor-faktor pembentuk kepemimpinan, faktor ini mempunyai kaitan
terhadap mutu pelayanan rumah sakit di RSUD Pasuruan. Karena pada hakekatnya faktor
keteladanan merupakan faktor yang penting pada seorang pemimpin, dimana faktor ini
menjadi salah satu aspek yang sangat strategis untuk membuat kepemimpinan menjadi
langgeng dan disukai para anak buah. Kewibawaan juga menjadi salah satu yang penting dari
seorang pemimpin, karena pemimpin yang berwibawa akan diperhatikan para pengikutnya.
Penyampaian informasi yang baik dan efektif menjadi salah satu modal penting untuk
berkomunikasi, di sisi lain faktor pengambilan keputusan juga sangat penting dimiliki
seorang.

Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja di RSUD Pasuruan

Cukup besar peranan faktor kepemimpinan di RSUD Pasuruan, bila dihubungkan


dengan kinerja paramedis. ini menginformasikan kalau kepemimpinan memiliki kaitan yang
positif terhadap kinerja paramedis di RSUD Pasuruan. Kepemimpinan yang baik tentu saja
akan membuat para karyawan merasa bahagia untuk melakukan pekerjaannya, dimana hal ini
menjadi salah satu faktor karyawan untuk berprestasi dan bahagia untuk mengikuti peraturan
maupun keputusan- keputusan yang dibuat oleh pemimpin, karena seorang pemimpin
seharusnya selalu membuat keputusan- keputusan yang berpihak pada karyawan, hal inilah
yang seharusnya dimiliki para pemimpin di RSUD Pasuruan.

Pengaruh Kinerja Terhadap Mutu Pelayanan di RSUD Pasuruan

Faktor kualitas, hasil kerja, kuantitas, dan kecepatan waktu adalah faktor-faktor
pembentuk kinerja karyawan yang berpengaruh positif terhadap mutu pelayanan di RSUD
Pasuruan. Karena pada dasarnya faktor kecepatan dan ketepatan kerja paramedis menjadi
sangat penting terhadap keberhasilan penanganan pasien di rumah sakit. Begitu juga yang
terjadi di RSUD Pasuruan ini, dimana faktor yang paling mempengaruhi mutu pelayanan
adalah kinerja.

Kasus 2:

Krisis dokter di tengah krisis dokter yang dihadapi RSU Cut Nyak Dhien (CND)
Meulaboh, ternyata tiga dokter spesialis yang selama ini bertugas di rumah sakit tersebut,
terhitung 18 Mei 2010 dipindahkan ke Puskesmas. Akibatnya, dua hari lalu, pelayanan di
rumah sakit milik Pemkab Aceh Barat itu nyaris lumpuh.

Berdasarkan SK Bupati Aceh Barat yang dikeluarkan awal Mei 2010, ketiga dokter
spesialis itu diperbantukan ke Puskesmas Peureumeu, Kecamatan Kaway XVI. Sedangkan
tugas pokok, termasuk gaji masih tetap di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. Inilah yang
juga memunculkan keheranan beberapa kalangan, termasuk para dokter yang dicopot itu.
Ketiga dokter spesialis yang tidak diizinkan lagi bertugas di RSUD Cut Nyak Dhien itu
adalah spesialis anak, spesialis penyakit dalam, dan spesialis kandungan.

Kita memang tak tahu bagaimana duduk persoalan dalam kasus itu. Keluhan
masyarakat selama ini terhadap rumah sakit di daerah adalah soal ketiadaan tenaga dokter
spesialis. Kalaupun ada tapi tidak tetap. Dokter-dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit
daerah, apalagi daerah terpencil, umumnya tidak mau menetap meski dibayar mahal. Mantan
Menkes Siti Fadhilah Supari pernah mengatakan, “Memang sangat sulit untuk mengirim
dokter spesialis ke daerah. Menurut saya, sebaiknya semua yang dididik spesialis diberikan
ketentuan bahwa setelah lulus harus PTT satu tahun di daerah terpencil, kemudian selesai dan
berganti-ganti terus. Dengan cara ini, saya kira daerah terpencil akan dapat di-cover”.
Beberapa tahun yang lalu, ada suatu ketentuan untuk meningkatkan tenaga spesialis
ini, dilaksanakan pendidikan tenaga dokter spesialis berbasis kompetensi di rumah sakit
daerah yang belum tersedia fasilitas pendidikan fakultas kedokteran. Jadi seperti dokter yang
magang di rumah sakit, kemudian diuji oleh universitas yang terdekat. Pola pendidikan
seperti ini dimulai di Provinsi Aceh, NTT, dan Maluku.” Tapi persoalannya ternyata tak
sesederhana itu, satu hasil survei dua tahun lalu menemukan kenyataan buruk. Yakni, lebih
dari 50 persen dokter kurang kompeten. Meskipun sudah mempunyai sertifikat Continuing
Medical Education (CME), belum tentu dia dokter yang baik. Banyak fakultas kedokteran
yang didirikan hanya demi uang. Ini sangat berbahaya. Celakanya lagi, perguruan tinggi
negeri (PTN) ikut-ikutan. Yang tidak punya kompetensi tapi punya uang diterima jadi
mahasiswa. Sebaliknya yang punya kompetensi tapi tidak punya uang tidak diterima.

Pembahasan:

Ringkasan Sumber dari kasus perilaku organisasi yang sedang terjadi adalah diberlakukannya
SK Bupati Aceh Barat yang terkait dengan pemindahan tiga dokter spesialis RSU Cut Nyak
Dhien (CND) Meulaboh yang diperbantukan ke Puskesmas Peureumeu, Kecamatan Kaway
XVI. Yang dirugikan dengan adanya kasus perilaku organisasidi atas adalah pihak RSU Cut
Nyak Dhien (CND) Meulaboh yg merupakan tempat bertugasnya tiga orang dokter spesialis
yang di pindahkan ke puskesmas, karena dengan dipindahkannya spesialis ini pelayanan RS
ini terlihat menurun drastis, antusias masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tidak
terpenuhi yg berimbas juga kepada pendapatan dari RS tersebut, selain itu untuk tugas pokok
dan gaji dari 3 dokter spesialis tersebut masih dalam tanggungan dari RSU Cut Nyak Dhien
(CND) Meulaboh,

Perilaku Organisasi:

Perilaku organisasi yang saya gunakan adalah dengan strategi penanggulangan kompromi,
dimana saya setuju dengan pendapatnya Mantan Menkes Siti Fadhilah Supari pernah
mengatakan, “Memang sangat sulit untuk mengirim dokter spesialis ke daerah, sebaiknya
semua yang dididik spesialis diberikan ketentuan bahwa setelah lulus harus PTT satu tahun di
daerah terpencil, kemudian selesai dan berganti-ganti terus. Dengan cara ini, saya kira daerah
terpencil akan dapat di-cover", dengan pernyataan itu dokter spesialis yang sudah lama
mengabdi di RS tidak perlu dipindahkan ke puskesmas, karena selain akan mendapatkan
dampak yang buruk terhadap rumah sakit, masyarakat yang sudah merasa mendapatkan
pelayanan yang baik dari RS tersebut akan merasa kecewa sehingga akan mencari dan
penyesuaian lagi terhadap dokter dan rumah sakit yang baru. dengan diberlakukannya sistim
PTT atau pengabdian bagi dokter spesialis yang baru menyelesaikan pendidikannya di
tempatkan di puskesmas. sehingga dengan penempatan seperti ini permasalahan pemerataan
pelayanan untuk dokter spesialis bagi masyarakat akan terpenuhi yang sesuai seperti mereka
harapkan, sehingga masyakat sehat akan bisa terealisasi Hal positif apa yang dapat diambil
dari kasus perilaku organisasidiatas adalah sebagai seorang pelayanan kesehatan harus selalu
siap jika suatu saat jika dibutuhkan oleh suatu masyarakat walau itu jauh dan tidak sesuai
dengan keinginan kita, tetap optimis harus memberikan pelayanan yang terbaik dan
mematuhi peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai