Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yuni Hartika

NIM : 1810101027
MK : Hukum Acara Peradilan Agama

1. Apa yang dimaksud dengan asas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam
hukum acara peradilan agama? Penjelasan didasarkan pada pendapat para ahli
hukum!
2. Mengapa dalam melakukan pemanggilan para pihak harus mematuhi asas
resmi dan patut? Jelaskan argumentasi hukumnya!
3. Bagaimana pandangan saudara tentang integrasi mediasi di Pengadilan?

Jawab
1. Menurut Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso dalam bukunya yang berjudul
hukum acara perdata dan perkembangannya di Indonesia mengatakan bahwa
Asas sederhana, cepat dan biaya ringan adalah hakim yang mengadili suatu
perkara harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan perkara dalam
tempo yang tidak terlalu lama.
Maksud dari kalimat “sederhana” dapat diartikan bahwa hakim
dalam pelaksanaanya mengadili para pihak yang sedang berperkara
didalam memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan
keterangan yang akurat dari para pihak dan para saksi diupayakan
memakai bahasa (kalimat) yang sederhana yang mudah dipahami dan
dimengerti oleh para pihak yang sedang berperkara dan berusaha
semaksimal mungkin agar perkaranya dapat diupayakan perdamaian
dengan cara memberikan keterangan tentang akibat-akibat negatif adanya
keputusan pengadilan yang dapat dilaksanakan dengan cara paksa, jika
para pihak tetap mempertahankan kehendaknya dan tidak mau damai
maka perkaranya baru di selesaikan melalui persidangan.
Adapun yang dimaksud pada kalimat “cepat” dalam suatu persidangan
adalah bahwa hakim dalam memeriksa para pihak yang sedang berperkara harus
mengupayakan agar proses penyelesaiannya setelah ada bukti-bukti yanga akurat
dari para pihak dan para saksi segera memberikan putusan dan waktunya tidak
diulur-ulur atau mengadakan penundaan persidangan yang jarak waktu antara
persidangan yang pertama dan kedua dan seterusnya tidak terlalu lama. Makin
sedikit dan sederhana formalitas dalam beracara maka semakin baik. Sebaliknya
terlalu banyak formalitas atau peraturan akan sulit dipahami dan akan
menimbulkan beranekaragam penafsiran sehingga kurang menjamin adanya
kepastian hukum.
Apabila pada kalimat “Sederhana dan Cepat” telah dilaksanakan oleh
hakim pengadilan khususnya dalam hal hakim dapat mengupayakan perdamaian
maupun memberikan putusan serta merta dalam suatu perkara, sudah barang
tentu selain masalah akan cepat selesai maka “biaya yang akan dikeluarkan oleh
para pihak juga semakin ringan”.

2. Dalam melakukan pemanggilan para pihak harus mematuhi asas resmi dan
patut dalam suatu perkara di pengadilan yakni agar memenuhi dan melaksanakan
hal-hal yang mengawasi dan diperintahkan majelis hakim atau pengadilan.
Menurut pasal 388 dan pasal 390 ayat 1 HIR, yang berfungsi melakukan
panggilan adalah jurusita. Hanya yang dilakukan jurusita pengadilan resmi dan
sah. kewenangan jurusita ini berdasarkan pasal 121 ayat 1 hir diperolehnya lewat
perintah ketua majelis hakim yang dituangkan pada penetapan hari sidang atau
penetapan pemberitahuan.
Rangkaian proses pemeriksaan persidangan harus berjalan menurut tata
cara yang ditentukan oleh peraturan-undangan. Pemeriksaan persidangan tingkat
pertama di pengadilan (PN/PA), tingkat banding di pengadilan tinggi atau
pengadilan tinggi agama dan tingkat kasasi di mahkamah Agung, diawali dengan
proses pemanggilan atau bisa juga disebut panggilan kepada tergugat harus
dilakukan secara patut, harus memenuhi masa tenggang waktu persidangan,
sekurang-kurang 3 (tiga) hari kerja, diatur dalam pasal 122 HIR. Oleh karena itu,
sah tidaknya pemanggilan dan pemberitahuan yang dilakukan oleh pihak
pengadilan sangat menentukan baik atau buruknya proses pemeriksaan
persidangan.
3. Menurut saya, Mediasi sangat penting karena Penyelesaian sengketa melalui
jalur mediasi sangat dirasakan manfaatnya, para pihak telah mencapai
kesepakatan yang mengakhiri persengketaan mereka secara adil dan saling
menguntungkan. Bahkan dalam mediasi yang gagal pun, di mana para pihak
belum mencapai kesepakatan, sebenarnya juga telah merasakan manfaatnya.
Kesediaan para pihak bertemu di dalam proses mediasi, paling tidak telah mampu
mengklarifikasikan akar persengketaan dan mempersempit perselisihan di antara
mereka. Hal ini menunjukkan adanya keinginan para pihak untuk menyelesaikan
sengketa, namun mereka belum menemukan format tepat yang dapat disepakati
oleh kedua belah pihak.
Model utama penyelesaian sengketa adalah keinginan dan iktikad baik
para pihak dalam mengakhiri persengketaan mereka. Keinginan dan iktikad baik
ini, kadang-kadang memerlukan bantuan pihak ketiga dalam perwujudannya.
Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang melibatkan
pihak ketiga. Mediasi dapat memberikan sejumlah keuntungan antara lain:
1. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan relatif
murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke pengadilan
atau ke lembaga arbitrase.
2. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan merekan
secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, sehingga
mediasi bukan hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.
3. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara
langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.
4. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol
terhadap proses dan hasilnya.
5. Mediasi dapat mengubah hasil, yang dalam litigasi dan arbitrase sulit
diprediksi, dengan suatu kepastian melalui konsensus.
6. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan
saling pengertian yang lebih baik di antara para pihak yang bersengketa
karena mereka sendiri yang memutuskannya.
7. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir
selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan oleh
hakim di pengadilan atau arbiter pada lembaga arbitrase.
Dalam kaitan dengan keuntungan mediasi, para pihak dapat
mempertanyakan pada diri mereka masing-masing, apakah mereka dapat hidup
dengan hasil yang dicapai melalui mediasi (meskipun mengecewakan atau lebih
buruk daripada yang diharapkan). Bila direnungkan lebih dalam bahwa hasil
kesepakatan yang diperoleh melalui jalur mediasi jauh lebih baik, bila
dibandingkan dengan para pihak terus-menerus berada dalam persengketaan yang
tidak pernah selesai, meskipun kesepakatan tersebut tidak seluruhnya
mengakomodasikan keinginan para pihak. Pernyataan win-win solution pada
mediasi, umumnya datang bukan dari istilah penyelesaian itu sendiri, tetapi dari
kenyataan bahwa hasil penyelesaian tersebut memungkinkan kedua belah pihak
meletakkan perselisihan di belakang mereka.
Pertemuan secara terpisah dengan para pihak dapat lebih meyakinkan
pihak yang lemah akan posisi mereka, sehingga mediator dapat berupaya
mengatasinya melalui saran dan pendekatan yang dapat melancarkan proses
penyelesaian sengketa. Proses mediasi dan keahlian mediator menjadi sangat
penting dalam kaitannya dengan pencegahan dan penyalahgunaan kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai