11
Ind
p
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT
KELAS D PRATAMA
R
umah Sakit Pratama adalah fasilitas
kesehatan yang siap guna dan bersifat
sementara dalam jangka waktu tertentu,
dapat dipindahkan
dari satu lokasi ke lokasi lain di DTPK. Dalam
rangka penyelenggaraan rumah sakit Pratama
kegiatan upaya kesehatan perorangan yang
dilaksanakan selama 24 jam melalui pelayanan
rawat inap, rawat jalan, gawat darurat/pelayanan
darurat.
Jakarta, 2012
dr. Khrisnajaya, MS
(Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan)
KONTRIBUTOR
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
Romadona, ST
(Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan)
Siti Ulfa, ST
(Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan)
M. Rofiuddin, ST
(Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan)
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan
kesehatan yang telah diselenggarakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, namun
belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di
Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi
terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah
pemekaran.
B. Tujuan
Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama
bertujuan untuk melaksanakan upaya kesehatan perorangan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya dengan cara:
C. Sasaran
Pemerintah, pemerintah daerah, TNI, POLRI, BUMN/BUMD, dan
masyarakat yang menyelenggarakan Rumah Sakit Kelas D Pratama
sebagai upaya untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
rumah sakit.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D
Pratama meliputi:
E. Pengertian
Rumah Sakit Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan
perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat
darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan
penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi masyarakat dalam
rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.
BAB II
PERSYARATAN
R
umah Sakit Kelas D Pratama harus memenuhi persyaratan
lokasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, organisasi,
dan peralatan.
A. Lokasi
Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan Rumah Sakit
Kelas D Pratama perlu dilakukan kajian masalah kesehatan,
kebutuhan pelayanan kesehatan, dan skala prioritas daerah yang
membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah,
rencana tata bangunan dan lingkungan.
Kriteria daerah
Kriteria umum penetapan lokasi Rumah Sakit Kelas D Pratama
adalah sebagai berikut:
1 Lahan
Akses
Fasilitas Penunjang
Sarana
Zonasi
2. Poliklinik Gigi
Persyaratan ruang disesuaikan dengan aktivilas layanan, kapaitas
pengguna dan khusus ketentuan dimensi dan ketentuan penunjang
peralatan pada “Dental Chair”
3. Ruang Gawat Darurat
Ruang Administrasi dan ■ Area IGD harus terletak pada
Pendaftaran area depan atau muka dari
tapak RS.
Ruang Tunggu ■ Area IGD harus mudah dilihat
Ruang Triase serta mudah dicapai dari luar tapak
rumah sakit (jalan raya) dengan
Ruang Tindakan Resusitasi tanda- tanda yang sangat jelas
Ruang Observasi dan mudah dimengerti
masyarakat umum.
Ruang Jaga/Pos Perawat ■ Area IGD harus memiliki akses
Ruang Obat masuk yang berbeda dengan akses
masuk lain dan akses ke Area
Spoelhoek Servis dari rumah sakit.
Ruang Gas Medis ■ Memiliki area
dekontaminasi Ambulance
Toilet dan pasien
■ Persyaratan lantai harus kuat,
rata, tidak licin dan tidak porous,
mudah dibersihkan..
■ Persyaratan dinding harus
mudah dibersihkan, tahan
cuaca, tidak berjamur dan non
porosif (tidak mengandung pori-
pori).
■ Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan,
tahan terhadap segala cuaca,
tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat
membahayakan pasien, tidak
berjamur.
■ Persyaratan pintu : Lebar pintu
utama min. 120 cm atau dapat
dilalui brankar, lebar pintu akses
pasien min. 90 cm.
■ Persyaratan listrik : IGD harus
mendapatkan suplai backup
genset. Pada ruang resusitasi,
harus tersedia UPS, kotak kontak
per tt minimal
5 buah dipasang pada ketinggian
+ 1.25 m dari permukaan lantai.
■ Persyaratan gas medik : memiliki
outlet gas medis (O2) an vakum
medic dengan urutan dan
pewarnaan yang sesuai (Urutan =
O2
: putih, Vakum : Kuning)
■ Tersedia fasilitas pencucian
tangan yang penempatannya
tidak memungkinkan terjadinya
infeksi nosokomial.
■ Tata udara/pertukaran udara
harus baik (semua ruangan harus
terjamin adanya fresh air.
■ Tersedia APAR
4. Ruang Rawat Inap
Ruang Perawatan Pasien ■ Kebutuhan luas area perawatan
dilengkapi toilet pasien per tt termasuk sirkulasi
min. 10 m2.
Ruang Jaga/Pos/Stasi Perawat ■ Di dalam ruang rawat pasien
Ruang Tindakan jarak antar titik tengah tt min.
2,4 m2.
Ruang Perawat dan Ruang ■ Satu kamar rawat dapat diisi 4 – 6
Dokter
TT
Depo linen bersih ■ Pengelompokkan blok ruang rawat
Spoelhoek inap berdasarkan:
– Jenis Penyakit
Toilet Petugas – Usia
– Jenis Kelamin
■ Stasi perawat harus terletak di
pusat blok yang dilayani agar
perawat dapat mengawasi
pesiennya secara efektif,
maksimum melayani 24 tempat
tidur.
■ Koridor dilengkapi wall guard/
pegangan rambat yang mudah
dipe- gang dengan ketinggian 65 –
80 cm diatas permukaan lantai.
■ Persyaratan lantai harus kuat,
rata, tidak licin dan tidak porous,
mudah dibersihkan.
■ Persyaratan dinding harus
mudah dibersihkan, tahan
cuaca, tidak berjamur dan non
porosif.
■ Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan,
tidak mengandung unsur yang
dapat membahayakan pasien,
tidak berjamur.
■ Persyaratan pintu : Lebar pintu
ruang perawatan min. 120 cm
atau dapat dilalui brankar.
■ Persyaratan listrik : pada ruang
tindakan harus mendapatkan
suplai backup genset. Kotak
kontak pada ruang perawatan
jumlah min. 2 (dua) buah, pada
ruang tindakan min. 5 buah yang
dipasang pada ketinggian
+ 1.25 m dari permukaan lantai.
■ Persyaratan gas medik :
mempunyai fasilitas gas medis
(O2)
■ Toilet pasien aksesibel, pintu
toilet membuka keluar.
■ Tata udara/pertukaran udara
harus baik (semua ruangan harus
terjamin adanya fresh air.
■ Tersedia APAR
5. Ruang Tindakan
Denah (layout) Ruang Tindakan diatur sedemikian sehingga tidak
memungkinkan terjadinya aliran silang antara barang “bersih” dan
“kotor” dan lalu lintas orang yang menyebabkan terjadi infeksi
silang.
Ruang Pendaftaran/Admisi
Ruang Ganti Petugas Bedah
Ruang Persiapan
Scrub Station
■ Area yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan pembedahan
minor ± 36 m2, dengan ukuran
ruangan panjang lebar
tinggi adalah 6m 6m 3 m.
■ Persyaratan lantai harus kuat,
rata, tidak licin dan tidak porous.
Lantai mudah dibersihkan, tidak
menyerap, minimal tahan terhadap
bahan kimia dan anti bakteri.
■ Persyaratan dinding harus
mudah dibersihkan, tahan cuaca,
tahan bahan kimia, tidak berjamur
dan anti bakteri. Lapisan penutup
dinding harus bersifat non porosif
(tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak
menyimpan debu.
■ Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan,
tahan terhadap segala cuaca,
tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat
membahayakan pasien, tidak
Ruang Tindakan
berjamur serta anti bakteri.
■ Persyaratan pintu : lebar pintu
1200 - 1500 mm, dari bahan
panil dan dicat jenis cat anti
bakteri
& jamur dengan warna terang.
Apabila menggunakan pintu
swing, maka pintu harus
membuka ke arah dalam dan
alat penutup pintu otomatis
(;automatic door closer) harus
dibersihkan setiap selesai
pembedahan
■ Pertemuan antara dinding dengan
lantai melengkung (;hospital
plint) untuk memudahkan
pembersihan.
■ Pertemuan antara dinding dengan
dinding melengkung untuk
memudahkan pembersihan.
■ Persyaratan listrik : jaringan
listrik di ruangan mendapat
backup suplay dari genset, tersedia
UPS. Persyaratan umum untuk
sumber suplai daya keselamatan
termasuk dalam kelompok 2
■ Persyaratan gas medik mengikuti
”Pedoman Teknis Instalasi Gas
Medik dan Vakum Medik di
RS”
■ Persyaratan Tata Udara :
di dalam ruang operasi
minor
harus mempunyai tekanan udara
positif. Ruangan ini minimal
harus dilengkapi dengan :
1. alat pengkondisian udara
dengan pre-filter yaitu jenis
single unit/ split system.
2. alat untuk menarik udara
masuk ke dalam
ruangan/memasukkan udara
(;supply fan/ inhauster).
3. alat untuk menarik udara ke
luar ruangan/ mengeluarkan
udara buangan (;exhause
fan).
Ketentuan : Laju aliran udara
(CFM) yang ditarik ke luar
ruangan (oleh exhause fan)
harus lebih kecil
dari laju aliran udara (CFM) yang
dimasukkan ke dalam ruangan
(oleh supplay fan) untuk
menciptakan tekanan udara
positif.
■ Alat pengkondisian udara
tersebut harus dipasang dengan
dibenamkan dalam dinding (;wall
mounted).
■ Penyediaan Air untuk ruangan
tindakan sesuai persyaratan
yang berlaku.
Persyaratan sama dengan ruang
Ruang Pemulihan
resusitasi.
Gudang Steril (linen,
instrumen dan bahan
perbekalan steril)
Depo Farmasi
Spoelhoek, tempat membuang kotoran
pasien setelah operasi kecil, dilengkapi
kloset leher angsa untuk membuang
Spoelhoek kotoran dan washtafel untuk membilas
alat/ instrumen tersebut. Saluran
pembuangan diteruskan instalasi
pengolahan air limbah.
Area parkir brankar
6. Ruang Bersalin
7. Ruang Laboratorium
Ruang Administrasi Terdiri dari area pendaftaran,
area penyerahan specimen, area
pembayaran, area penyerahan hasil.
Ruang Pengambilan specimen
Ruang Pemeriksaan Laboratorium ■ Persyaratan lantai harus kuat,
rata, tidak licin dan tidak porous.
Lantai mudah dibersihkan, tidak
menyerap dan tahan terhadap
bahan kimia.
■ Persyaratan dinding harus
mudah dibersihkan, non porosif,
tahan cuaca, tahan bahan kimia.
■ Persyaratan langit-langit harus
non porosif, mudah dibersihkan.
■ Tata udara/pertukaran udara
harus baik.
■ Tersedia APAR
Ruang Tunggu
Toilet pasien
8. Ruang Radiologi
Ruang Administrasi ■ Pada ruang penyinaran, semua
sisi yang berhubungan dengan
Ruang X-Ray ruang aktifitas manusia harus
Ruang Operator Mesin X-Ray mengikuti persyaratan khusus
sistem proteksi radiasi (Lapis
Ruang Ganti Pasien timbal 2 mm/ketebalan dinding
Ruang USG bata min. 25 cm atau beton 20
cm).
Kamar Gelap/AFP ■ Pintu dan jendela pada
Ruang Tunggu ruangan penyinaran dilapisi
dengan timbal 2 mm.
Ruang Petugas ■ Di atas pintu masuk ruang
penyinaran diberi lampu merah
yang dapat dinyalakan pada saat
mesin beroperasi.
■ Lebar pintu ruang yang dilewati
brankar pasien pasien min.120
cm.
■ Tata udara/pertukaran udara
harus baik.
■ Tersedia APAR
9. Ruang Farmasi
Apotek ■ Apabila ada limbah khusus
sitotoksis maka harus disediakan
Ruang Peracikan Obat penanganan limbahnya.
Gudang Obat ■ Harus disediakan tempat penyim-
panan untuk obat-obatan khusus
Gudang Bahan Perbekalan se- perti Ruang untuk obat yang
Ruang Administrasi termo- labil, narkotika dan obat
psikotropika serta obat/ bahan
berbahaya.
10. Ruang Sterilisasi
Denah (layout) Ruang Sterilisasi diatur sedemikian sehingga tidak memung-
kinkan terjadinya aliran silang antara barang “steril”, “bersih” dan
“kotor”.
■ Harus mempunyai akses terpisah
dengan keluarnya barang steril
dan tidak memungkinkan
Ruang Dekontaminasi Instrumen terjadinya cross sirkulasi.
■ Tersedia outlet air bersih
dengan debit air yang
mencukupi
Area Pengeringan Instrumen
Ruang Penerimaan Linen Bersih
dan Bahan Perbekalan
Area Pengemasan dan Sterilisasi ■ Persyaratan lantai harus kuat,
rata, tidak licin dan tidak porous.
Lantai mudah dibersihkan, tidak
menyerap, tahan terhadap bahan
kimia.
■ Persyaratan dinding harus non
porosif, mudah dibersihkan,
tahan cuaca, tahan bahan
kimia.
■ Persyaratan langit-langit harus non
porosif, mudah dibersihkan,
tahan terhadap segala cuaca, tidak
Gudang Barang Steril berjamur.
■ Persyaratan Tata Udara : di
dalam ruang harus mempunyai
tekanan udara positif. Ruangan
ini minimal harus dilengkapi
dengan :
1. alat pengkondisian udara
dengan pre-filter yaitu
jenis single unit/split
system.
2. alat untuk menarik udara
masuk ke dalam
ruangan/memasukkan udara
(;supply fan/ inhauster).
3. alat untuk menarik udara ke
luar ruangan/ mengeluarkan
udara buangan (;exhause
fan).
Ketentuan : Laju aliran udara
(CFM) yang ditarik ke luar
ruangan (oleh exhause fan)
harus lebih kecil dari laju
aliran udara (CFM) yang
dimasukkan ke dalam ruangan
(oleh supplay fan) untuk
menciptakan tekanan udara positif.
■ Alat pengkondisian udara
tersebut harus dipasang dengan
dibenamkan dalam dinding (;wall
mounted).
Ruang Distribusi Barang Steril
11. Ruang Cuci/Laundry
Ruang Dekontaminasi ■ Harus mempunyai akses terpisah
dengan keluarnya barang bersih
dan tidak memungkinkan
terjadinya cross sirkulasi.
■ Tersedia outlet air bersih
dengan debit air yang
mencukupi
Ruang Pencucian Linen ■ Tata udara/pertukaran udara
harus baik.
Ruang Setrika
Ruang Penyimpanan Linen
Bersih
12. Ruang Dapur dan Gizi
Ruang Cuci Bahan Makanan ■ Tata udara/pertukaran udara
harus baik.
Ruang Cuci Peralatan Masak ■ Tersedia APAR
Ruang Simpan Bahan Makanan
Area Persiapan
Area Memasak dan
Memanaskan Makanan
Area Penyajian
13. Ruang Sekretariat dan Manajemen
Ruang Direktur
Ruang Administrasi/Tata Usaha
14. Ruang Pelayanan Serbaguna Sesuai kebutuhan
15. Ruang Jenazah Minimal tersedia ruang transit dan
administratif
Gambar 1 – Alur sirkulasi pasien di dalam rumah sakit umum
RUANG LABORATORIUM
RUANG LABORATORIUM
RUANG PEMULIHAN
DAERAH PELAYANAN JANGKA PANJANG DAN KHUSUS
RUANG JENAZAH
*) Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman
Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C, 2004
Prasarana
3. Instalasi Listrik
a. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya
listrik, jaringan distribusi, papan hubung bagi, dan
beban listrik.
b. Perhitungan kebutuhan kapasitas daya listrik adalah
2,75 KVA per tempat tidur (TT).
c. Semua perlengkapan listrik, (pengantar papan
hubung bagi transformator, dll) tidak boleh
dibebani melebihi batas kemampuannya.
d. Masalah harmonisasi dalam sistem kelistrikan harus
ikut diperhatikan.
e. Untuk titik-titik stop kontak yang mensuplai
peralatan-peralatan medis penting (life support
medical equipment), termasuk dalam sistem
kelistrikan kelompok 2E minimal berkapasitas 5
KVA. Ketentuan lebih lanjut mengikuti Permenkes
2306/Menkes/ per/XI/2011 tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS.
f. Sistem Pembumian (grounding system) harus
terpisah antara grounding panel gedung dan panel alat.
Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2
Ohm.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan kelistrikan mengikuti Permenkes
2306/ Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS.
Sistem pencahayaan
Tabel 2
Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan.
Sistem Komunikasi
Sistem Sanitasi
Jalur Sirkulasi
Fasilitas
Rumah Sakit Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10
tempat tidur sesuai dengan kebutuhan pelayanan atau dapat
mengacu pada standar WHO 1 TT/ 1000 Penduduk.
Tabel 3
Persyaratan minimal ketenagaan
JUMLAH
NO JENIS TENAGA
TENAGA
1 Tenaga Dokter / Dokter Kewenangan Tambahan* 4
2 Tenaga Dokter Gigi* 1
3 Tenaga Keperawatan
- Perawat anastesi * 1
- Perawat 8
- Bidan 2
4 Tenaga Kesehatan Non-Keperawatan
- Asisten apoteker* 1
- Radiografer* 1
- Pranata Labkes* 1
5 Tenaga penunjang 10
6 Manajerial/Administrasi
- Direktur 1
- Seksi 2
- Subbag TU 1
- Tenaga administrasi 2
Keterangan :
* Apabila rumah sakit mempekerjakan tenaga kesehatan dengan kualifikasi
lebih tinggi sesuai dengan kewenangan sebagaimana ditentukan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tenaga kesehatan tersebut
pada saat itu atau secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan
ketentuan) wajib menyerahkan kewenangannya kepada tenaga
kesehatan yang tertinggi kewenangannya tanpa syarat.
D. Peralatan
Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama
dengan rumah sakit minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai
atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberadaannya di ruang/tempat
masing-masing di dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit
sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 4
Peralatan Medik dan Non Medik
A. RUANG UGD
1 Meja Periksa, SS 2 buah
2 Lemari Instrumen 1 buah
3 Tiang Infus, SS 1 buah
4 Suction Pump 1 buah
5 Lampu periksa 1 buah
6 Set Diagnostik 1 buah
7 Tabung Oksigen O2 + Regulator (1500 l / besar) 2 buah
8 Tabung Oksigen Kecil + Regulator + Troley 2 buah
9 Oksigen Troley Besar 1 buah
10 Nebulizer 1 buah
11 Table Top Sterilizer 1 buah
12 ECG 3 Chanel 1 buah
13 Spirometri 1 buah
14 Oxygen Concentrate 1 unit
15 Emergency Set 1 buah
16 Bedside Monitor 1 buah
17 Stetoskop dewasa 2 buah
18 Stetoskop anak 1 buah
19 Stignomanometer Standing 2 buah
20 Stignomanometer table 1 buah
21 Termometer Digital 10 buah
22 Dressing Drum 3 buah
23 Tray 3 buah
24 Ambulance Strecther/Brankar ambulas 1 buah
25 Brankar, SS 1 buah
26 Emergency Lamp With Battrey 1 buah
27 Room Divider 3 Panel, SS 1 buah
28 Film Viewer (single film) 1 buah
29 Pen light 5 buah
30 Tongue Spatel, SS 5 buah
31 Nierbeken, SS 4 buah
32 Waskom antiseptik + tutup, SS 3 buah
33 Waskom Kasa + tutup, SS 3 buah
34 Pispot urine 2 buah
35 Wheel Chair 1 unit
36 Emergency Trolley 1 buah
37 Head Lamp 1 buah
38 Kursi Tunggu, 3 seats 3 buah
39 Cabinet Table 1 buah
40 Kursi 3 buah
41 Tempat Sampah (tutup) SS 2 buah
42 Kulkas 1 pintu 1 buah
43 Minor Set 2 buah
B. RUANG BERSALIN
1 Obgyn Delivery Table 1 unit
2 Lemari Instrumen 1 unit
3 Instrument Trolley, SS 1 unit
4 Amniotic Fluid Suction Pump 1 unit
5 Vacuum Extractor 1 unit
6 Baby Desk 1 unit
7 Incubator 1 unit
8 Infant Warmer 1 unit
9 Mobile Examination Lamp 1 unit
10 Stetoskop dewasa 1 unit
11 Stetoskop bayi 1 unit
12 Stignomanometer standing 1 unit
13 Stignomanometer table 1 unit
14 Dressing Drum 2 unit
15 Tray 2 unit
16 Head Lamp 1 unit
17 Kursi tunggu, 3 Seats 1 unit
18 Cabinet Table 1 unit
19 Kursi 3 unit
20 Foto Terapi 1 unit
NO JENIS RUANG DAN PERALATAN JUMLAH
21 Set Resusitasi Neonatus 1 unit
22 Forcep Naegele 1 unit
23 Fetal Doppler 1 unit
24 Partus Set 2 unit
25 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
26 Emergency Set 1 unit
27 Alat Pelindung Diri 1 unit
28 Kulkas 1 pintu 1 unit
29 Kuret Set 1 unit
30 Spekulum Set 1 unit
31 Cocor Bebek Set (SML) 1 unit
32 Timbangan Bayi 1 unit
C. RUANG POLIKLINIK
1 Meja Periksa 2 unit
2 Lemari Instrumen 1 unit
3 Set Diagnostik 1 unit
4 USG + 2 Probe (Convage dan Vaginal) + Printer 1 unit
5 Film Viewer (single) 1 unit
6 Timbangan Berat & Tinggi Badan 1 unit
7 Meja dan Kursi Dokter 2 unit
8 ECG 1 Channel 1 unit
9 Stetoskop Dewasa 2 unit
10 Stetoskop Anak 1 unit
11 Stignomanometer Standing 2 unit
12 Stignomanometer Table 1 unit
13 Dressing Drum 1 unit
14 Head Lamp 3 unit
15 Kursi Tunggu, 3 seats 2 unit
16 Palu Refleks 2 unit
17 Tongue Spatel, SS 5 unit
18 Lampu Periksa 1 unit
19 Room Devider 3 panel, SS (plastic layer) 1 unit
20 Cabinet Table 1 unit
21 Kursi 3 unit
22 Tempat Sampah (tutup), SS 2 unit
23 Minor Set 1 unit
24 Nierbeken 3 unit
25 Fetal Doppler 1 unit
F. RUANG LABORATORIUM
1 Centrifuge 8 Tabung 1 unit
2 Centrifuge Hematokrit 1 unit
N. RUANG ADM/KANTOR
1 Filling Cabinet 2 unit
2 Meja 4 unit
3 Kursi 4 unit
4 Komputer Desktop Set 1 unit
5 Lemari Arsip 2 unit
O. RUANG APOTIK
1 Medicine Cabinet 2 unit
2 Filling Cabinet 1 unit
3 Kulkas 1 unit
4 Work Table for Medicine 1 unit
5 Writing Desk 2 unit
6 Kursi 2 unit
7 Kursi Tunggu 1 unit
8 Cawan + Mortir Obat 2 unit
9 Tempat Sampah (Tutup) 2 unit
R. PRASARANA LISTRIK
1 Listrik PLN
2 Genset 50 k VA 2 unit
U. PRASARANA LIMBAH
1 Pengolahan Limbah Padat 1 unit
– Incenerator
2 Pengolahan Limbah Cair 1 unit
Keberadaan dan fungsi semua peralatan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada tabel 4 merupakan tanggung jawab pemilik dan
penyelenggara rumah sakit.
E. Manajemen
Perizinan
a. Izin mendirikan Rumah Sakit Kelas D Pratama diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan
pada pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Izin operasional Rumah Sakit Kelas D Pratama diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Administrasi
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas
di bidang kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah
dengan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan
umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Organisasi
Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Kelas D Pratama disusun
berdasarkan prinsip hemat struktur dan kaya fungsi,
menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata hubungan
kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi
manajemen sesuai kebutuhan.
Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit
atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan medis serta administrasi umum dan keuangan .
Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit menjadi wewenang
pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.
BAB III
PENYELENGGARAAN
D
alam penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama, lingkup
pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan medik umum,
pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialistik dasar,
dan pelayanan penunjang medik. Disamping itu, Rumah Sakit Kelas D
Pratama diupayakan menjalin kerjasama operasional untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
A. Lingkup Pelayanan
Pelayanan Keperawatan
Pelayanan Laboratorium
Dalam memberikan pelayanan laboratorium, rumah sakit harus
mempunyai prosedur untuk menjamin keselamatan bagi pasien dan
petugas, terutama dalam specimen handling dan dalam
memberikan pelayanan transfusi darah.
Pelayanan Radiologi
Pelayanan radiologi telah memenuhi persyaratan dan perizinan dari
institusi yang berwenang untuk penyimpanan, penggunaan, dan
pembuangan bahan radioaktif.
Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Kelas D Pratama bertanggung
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi
semua perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, pelayanan
informasi, dan penjaminan pelayanan yang berhubungan dengan
penggunaan obat.
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut harus tercantum. Peraturan dan
prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi
mutakhir yang sesuai dengan perturan dan tujuan dalam pelayanan
farmasi itu sendiri. Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas
pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara
pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
Pelayanan Gizi
Pelayanan Sterilisasi
B. Kerjasama Operasional
Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan Rumah Sakit
Kelas D Pratama, diperlukan kerjasama operasional dengan rumah
sakit yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi. Kerjasama
operasional yang dilaksanakan Rumah Sakit Kelas D Pratama
diantaranya kerjasama dengan rumah sakit pemerintah atau swasta
yang lokasinya terdekat sebagai rumah sakit pengampu.
D. Pembiayaan Operasional
E. Tarif
Pola tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif Rumah
Sakit Kelas D Pratama ditetapkan oleh pemilik rumah sakit.
Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif kelas III dan harus
memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.
G. Komite Medik
Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah
satunya menjadi ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh
dijabat oleh direktur rumah sakit.
K
ementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengendalian
penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama dalam bentuk
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan
supervisi, konsultasi, evaluasi, dan bimbingan teknis. Pembinaan dan
pengendalian kegiatan pelayanan Rumah Sakit Kelas D Pratama dapat
juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi serta
asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing.
U
paya peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terus
diusahakan terutama pada sarana pelayanan kesehatan seperti
Rumah Sakit Kelas D Pratama. Dalam meningkatkan
pelayanan
tersebut Rumah Sakit Kelas D Pratama berupaya mengacu kepada
standar pelayanan kesehatan yang berlaku.