Anda di halaman 1dari 6

Kriteria Rumah sakit Tipe D

Rumah Sakit Kelas D adalah rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan
ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D
hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya
dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari
puskesmas

Syarat Rumah Sakit Tipe D


( PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
340/MENKES/PER/III/2010 )
Pasal 18
(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik
 paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik.

(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut
dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh
empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis
pelayanan
spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan
Ginekologi.

(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.

(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.

(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik

(9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur,
Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pasal 19
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan 1
(satu)
orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang
dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap.

(4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.

(5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 20
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.

(3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-
 undangan.
(4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

Pasal 21
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
keuangan.
(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar
pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMS), hospital by laws  dan Medical Staff by laws.

Pasal 22
Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan
ini
Klasifikasi Rumah Sakit: Syarat dan Pemenuhannya

Latar Belakang:
Pelaksanaan ketentuan pasal 28 :
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RUMAH SAKIT yang berbunyi : “Ketentuan
lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan Peraturan Menteri.”
• PMK: 147/MENKES/PER/I/2010  tentang PERIZINAN RUMAH SAKIT
• PMK: 340/MENKES/PER/III/2010  tentang KLASIFIKASI RUMAH SAKI
Penggolongan Rumah Sakit:
• Berdasarkan pelayanannya:
 Rumah Sakit Umum: RS yang memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan
jenis penyakit.
 Rumah Sakit Khusus: RS yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya 

• Berdasarkan kepemilikan dan pengelolaannya:


  Rumah Sakit Publik: RS yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Badan Hukum yang bersifat Nirlaba 
  Rumah Sakit Privat: RS yang dikelola oleh Badan Hukum dengan tujuan Profit yang
berbentuk PT atau persero 
Bab II Perizinan Rumah Sakit:
#Pasal 2:
1.  Setiap rumah sakit harus memiliki izin 
2. Izin terdiri atas : izin mendirikan rumah sakit dan izin operasional rumah sakit 
3. Izin operasional terdiri atas izin operasional sementara dan izin operasional tetap
 
#Pasal 3:
1. Permohonan izin diajukan menurut jenis dan klasifikasi rumah sakit 
2. Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau penanaman modal
dalam negeri diberikan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada pemda provinsi 
3. Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh pemda Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi
dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda kab/kota 
4. Izin rumah sakit kelas C dan D diberikan oleh pemda kab/kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda kab/kota 
Izin Mendirikan Rumah Sakit:
# Pasal 4 : 
Persyaratan izin mendirikan rumah sakit terdiri atas :
1. Studi kelayakan 
2. Master plan
3. Status kepemilikan 
4. Rekomendasi izin mendirikan 
5. Izin undang-undang gangguan (HO)
6. Persyaratan pengolahan limbah 
7. Luas tanah dan sertifikatnya 
8. Penamaan 
9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
10. Izin Penggunaan Bangunan (IPB)
11. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Studi Kelayakan Rumah Sakit:
 Studi Kelayakan RS: awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik
yang berisi tentang:
 Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit 
 Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana serta tenaga
yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan 
 Kajian kemampuan pembiayaan 
Master plan:
strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek
perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.
Status kepemilikan:
 Pemerintah, berbentuk UPT dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan
instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum ,
 Pemerintah Daerah, berbentuk LTDaerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum
Daerah, atau 
 Swasta, berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan 
1) Badan hukum dapat : Yayasan, Perseroan, PT, Perkumpulan dan Perusahaan Umum.
2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri
harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal
asing atau PMDN.
Pengolahan limbah:
1. Persyaratan pengolahan limbah:
2. Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), 
3. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau 
4. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) 
5. dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 
Luas tanah, penamaan, dan izin terkait:
#Luas tanah:
1. RS dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan
dan 
2. RS bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. 
3. Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 
# Penamaan Rumah Sakit :
a. harus menggunakan bahasa Indonesia, dan 
b. tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”, ”global”
dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan bagi masyarakat.
#Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin
Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh
instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
#Pasal 5
1. Rumah sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan 
2. Izin mendirikan berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun 
3. Apabila dalam jangka waktu tersebut belum/tidak melakukan pembangunan maka harus
mengajukan izin pendirian yang baru 
Bagian ketiga: izin operasional
#Pasal 6 : persyaratan izin operasional rumah sakit :
1. Sarana dan prasarana 
2. Peralatan 
3. Sumber daya manusia 
4. Administrasi dan manajemen

#Pasal 7 : Izin operasional sementara diberikan kepada RS yang belum dapat memenuhi
seluruh persyaratan pasal 6 dan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

Sarana dan prasarana:


Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang
farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang
tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang
mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran
parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

Peralatan dan SDM:


 Peralatan: Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik
untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan
mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
 Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku
untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus
mendapatkan izin dari Bapeten.
 Sumber daya manusia,
 Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain
dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan
klasifikasinya.
 Standar SDM di RS Umum: (yang memerlukan rangkuman jumlah sdm (dokter dan
paramedis) untuk masing-masing kelas Rumah Sakit harap mengisi pada kolom
konsultasi, karena tabel tersebut tidak dapat masuk dalam program ini, data akan kami
kirim melalui email anda, terima kasih

Standar SDM pada rumah sakit khusus:


 Jumlah dan jenisnya sesuai dengan jenis rumah sakit khususnya, misal untuk RSK
Jiwa dengan RSK Paru berbeda- beda standarnya 
 Jumlah dan jenisnya berbeda sesuai dengan kelas rumah sakit khususnya.
 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Permenkes 340/Menkes/Per/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit 
 
Administrasi dan manajemen:
Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis,
satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan.
2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan
Indonesia.
3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan
tenaga kesehatan lainnya.
Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws
dan medical staf by laws).
Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit

#Pasal 8 (Penetapan kelas):


 RS yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan
penetapan kelas RS kpd Menteri 
Persyaratan administrasi :
1. Rekomendasi dari Dinkes Kabupaten Kab/Kota dan Dinkes Provinsi;
2. Profil dan data rumah sakit; dan 
3. Isian Instrumen Self Assesment penetapan kelas 
 
3. Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai dan hasilnya ditetapkan oleh Menteri

IZIN RUMAH SAKIT DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL:


1. Izin rumah sakit PMDN atau PMA diberikan oleh Menteri 
2. Persyaratan izin :
a. Harus berbentuk badan hukum PT
b. Bekerjasama dengan badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang perumahsakitan 
c. Hanya untuk menyelenggarakan rumah sakit 
d. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik 
e. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA dari negara2 ASEAN dan minimal
300 buah untuk PMA dari non negara ASEAN
f. Lokasi di seluruh wilayah Indonesia (ditetapkan oleh Menteri 
g. Besaran modal asing maksimal 67%
h. Direktur RS harus WNI

3. Rumah sakit PMDN/PMA juga harus memenuhi ketentuan tentang Penanaman Modal
(Permenkes RI No. 1244/Menkes/Per/XII/2009)

4. Permohonan diajukan kepada Departemen Kesehatan c.q. Dirjen Bina Yanmed dengan
melampirkan :
a. Studi kelayakan (feasibility study)
b. Formulir isian mendirikan RS yang telah dilengkapi 
5. Dirjen Yanmed mengeluarkan surat rekomendasi apabila permohonan memenuhi
persyaratan 
6. Pemohon mengajukan persetujuan penanaman modal ke BKPM/BKPMD berdasarkan
rekomendasi dari Depkes 
7. Setelah disetujui oleh BKPM/BKPMD, maka pemohon wajib mengajukan izin mendirikan
dan izin operasional rumah sakit sesuai ketentuan 

Anda mungkin juga menyukai