Anda di halaman 1dari 28

LEGALITAS RUMAH SAKIT

Oleh : Meity Prawestri,SH,MKn


(WA : 0811 3643 264, Email : notarismeityprawestri@gmail.com)
PENGERTIAN RUMAH SAKIT
1. Menurut UU No.44 Thn 2009 Ttg Rumah Sakit Psl 1 angka 1 , Rumah
Sakit adlh institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Menurut UU No.36 Thn 2014 Ttg Tenaga Kesehatan Psl 1 angka 2,
Sarana kesehatan adlh tempat yg digunakan utk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
3. Menurut PerMenKes RI No. 3 Thn 2020 Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
4. Menurut PP No. 47 Tahun 2021 Ttg Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan,
Rumah Sakit adlh institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
LEGALITAS RUMAH SAKIT
 Dasar Hukum :
1. PP NO. 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan.
 PP ini merupakan tindak lanjut dari UU No. 11 Tahun 2020 ttg Cipta Kerja,
Khususnya Pasal 61 dan Pasal 185 hrf b.
 Untuk mendirikan rumah sakit tdk perlu lagi mengantongi izin
mendirikan dan izin operasional, namun hanya perlu mengantongi izin
berusaha rumah sakit.
2. PP NOMOR 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.
 Usaha rumah sakit termasuk usaha dgn risiko tinggi sehingga yang
diperlukan adalah NIB dan Izin Berusaha RS.
 lzin ini merupakan persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
utk pelaksanaan kegiatan usaha yg wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha
sebelum melaksanakan kegiatan usahanya
 SEBELUM PERASIONAL :
 Memenuhi Persyaratan Administrasi Umum dan Teknis (lokasi,
bangunan, prasarana dan alat kesehatan, struktur organisasi SDM dan SDM,
pelayanan).
 SESUDAH OPERASIONAL :

 Harus melaksanakan KEWAJIBAN:


1. Standar pelayanan rumah sakit
2. Bukti akreditasi RS
3. Nomor register RS
4. Indikator mutu RS
5. Update/pembaruan jika terjadi perubahan data RS
 PENGAWASAN PELAKSANAAN USAHA:

 Memenuhi Persyaratan Administrasi Umum dan Teknis (lokasi, bangunan,


prasarana dan alat kesehatan, struktur organisasi SDM dan SDM, pelayanan).
 Oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Untuk memastikan
kepatuhan terhadap pemenuhan persyaratan dan kewajiban.
 Dilakukan secara rutin dan insidental
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
1. Memberikan informasi yg benar tentang pelayanan RS kpd masyarakat;
2. Memberi pelayanan kesehatan yg aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dgn mengutamakan kepentingan pasien sesuai dgn standar
pelayanan RS;
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
4. Berperan aktif dlm memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
6. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar
biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
8. Menyelenggarakan rekam medis;
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak, dan lanjut usia;
10. Melaksanakan sistem rujukan;
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta ketentuan peraturan perundang-undangan;
12. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak
dan kewajiban pasien;
13. Menghormati dan melindungi hak pasien;
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
14. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana;
16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan, baik
secara regional maupun nasional;
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws);
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas;
20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
 BENTUK PEMBINAAN :
a. bimbingan tehnis;
b. advokasi;
c. konsultasi; dan/atau
d. pendidikan dan pelatihan

 BENTUK PENGAWASAN :
a. monitoring;
b. evaluasi;
c. pemeriksaan

 PELAKSANAAN BINWAS :
Dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan organisasi
profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyarakatan lainnya sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing (dilakukan sesuai NSPK yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat)
TATA CARA PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF ( PP No. 47/2021)
JENIS SANKSI
Jenis sanksi administratif:
a. teguran;
b. teguran tertulis;
c. denda;
d. pencabutan perizinan berusaha
KRITERIA SANKSI
1. Melakukan pelanggaran terhadap pelaksanaan
kewajiban Rumah Sakit
2. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan
TATA CARA PENGENAAN SANKSI

1. Pengenaan sanksi berdasarkan laporan dari:


a.Pengaduan
b.Pemberitaan media elektronik/cetak
c.Hasil monitoring evaluasi
2. Pemeriksaan laporan dugaan pelanggaran dengan membentuk
tim panel yang bersifat adhoc
3. Tim Panel memberikan rekomendasi kepada pejabat yang
berwenang memberikan sanksi (Pemerintah Pusat dan Pemda)
4. Pengenaan sanksi dilakukan secara bertahap mulai dari sanksi
teguran, teguran tertulis, denda, sampai dengan pencabutan
perizinan berusaha

SANKSI DENDA PALING BANYAK SEBESAR RP.100.000.000, DENGAN


PERHITUNGAN UNTUK SETIAP 1 (SATU) JENIS PELANGGARAN SEBESAR
RP.10.000.000,-
PERIZINAN BERUSAHA RUMAH SAKIT

PEMBERIAN IZIN BERUSAHA


1. RS Kelas A : Menteri Kesehatan
2. RS Kelas B : Gubernur
3. RS Kelas C dan D : Bupati/Walikota
Izin mendirikan bangunan rumah sakit :
 IMB dengan tambahan standar bangunan rumah sakit

Izin Pelayanan Kesehatan Tertentu:


 Bukti pemenuhan standar berupa sertifikat atau

checklist di sistem OSS.


IZIN-IZIN LAIN DALAM
OPERASIONAL RS
 IMB terakhir setelah ada pembangunan
 STR-SIP dokter, perawat, bidan dan juga surat-surat

izin apoteker, analis dll


 Izin Bapeten dan Batan
 Izin IPAL, pengelolaan limbah dan propernya
 Izin operasional penyediaan tenaga listrik (IO genset)

dan sertifikasi instalasi tenaga listrik (SLO).


 Izin Pengambilan Air Bawah Tanah
PROSEDUR PERMOHONAN
IZIN MENDIRIKAN RS
 Pemilik Rumah Sakit harus mengajukan pendaftaran melalui sistem OSS untuk
mendapatkan NIB (nomor induk berusaha). (https://oss.go.id/)
 NIB merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh pemilik Rumah Sakit untuk
mendapatkan Izin Mendirikan dan Izin Operasional.
 Pemilik Rumah Sakit yang telah mendapatkan NIB dapat diterbitkan Izin
Mendirikan oleh Lembaga OSS.
 Pemilik Rumah Sakit hrs melakukan pemenuhan komitmen utk mendapatkan Izin
Mendirikan yang berlaku efektif.
 Pemenuhan komitmen tsb dipenuhi paling lama 2 tahun.
 Pemenuhan komitmen dilakukan dgn menyampaikan persyaratan Izin Mendirikan
kpd : 1. RS Kelas A dan penanaman modal asing  Menteri Kesehatan
2. RS Kelas B  Gubernur
3. RS Kelas C dan D  Bupati/Walikota
DAFTAR KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN
USAHA INDONESIA (KBLI) SINGLE PURPOSE

 Berisi daftar bidang usaha (KBLI) yg sesuai dapat dilakukan pelaku usaha dgn
syarat pelaku usaha tdk melakukan bidang usaha yg lain, yaitu :

1. ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI LINER UNTUK PENUMPANG


2. ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI TRAMPER UNTUK PENUMPANG

3. ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI UNTUK WISATA

4. ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI PERINTIS UNTUK PENUMPANG

5. ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI PELAYARAN RAKYAT

6. ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI PELAYARAN RAKYAT

7. ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU LINER (TRAYEK TETAP DAN


TERATUR) UNTUK PENUMPANG
8. AKTIVITAS PELAYANAN KEPELABUHANAN LAUT

9. AKTIVITAS PELAYANAN KEPELABUHANAN SUNGAI DAN DANAU

10. AKTIVITAS PELAYANAN KEPELABUHANAN PENYEBERANGAN


11. PENANGANAN KARGO (BONGKAR MUAT
BARANG)
12. JASA PENGURUSAN TRANSPORTASI (JPT)
13. PENYIARAN RADIO OLEH SWASTA
14. AKTIVITAS PENYIARAN DAN
PEMROGRAMAN TELEVISI OLEH SWASTA
15. AKTIVITAS RUMAH SAKIT SWASTA
◦ Kelompok ini mencakup kegiatan perawatan kesehatan dan
pengobatan fisik, baik untuk perawatan jalan maupun rawat
inap (opname), yang dilakukan rumah sakit umum swasta,
rumah bersalin swasta, rumah sakit khusus swasta
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
 Pemerintah menetapkan klasifikasi RS berdasarkan:
A. Kemampuan Pelayanan
1. RS umum meliputi pelayanan medik dan penunjang medik, keperawatan dan
kebidanan, kefarmasian, dan pelayanan penunjang.
2. RS khusus meliputi pelayanan medik dan penjang medik sesuai kekhususan, ,
keperawatan dan/atau kebidanan, kefarmasian, dan pelayanan penunjang,
B. Fasilitas Kesehatan dan Sarana Penunjang
• Rumah Sakit terdiri atas:
a. Bangunan dan prasarana;
b. Ketersediaan tempat tidur rawat inap;
c. Peralatan, disesuaikan dengan kelas RS dan kebutuhan pelayanan
C. Sumber Daya Manusia
• untuk setiap kelas Rumah Sakit disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit..
KEMAMPUAN PELAYANAN

RUMAH SAKIT UMUM


 RS yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit.


 Pelayanan kesehatan berupa :

a. Pelayanan medik dan penunjang medik


b. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
c. Pelayanan kefarmasian
d. Pelayanan penunjang lainnya (yang diberikan
oleh nakes dan non nakes).
RUMAH SAKIT KHUSUS
 Memberikan pelayanan utama pd satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,


organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
 Dapat menyelenggarakan pelayanan lain di luar kekhususannya

(paling banyak 40% dari seluruh jumlah tempat tidur rawat


inap).
 Menteri dpt menetapkan (koordinasi dg K/L terkait) RS khusus

lainnya berdasarkan hasil kajian kebutuhan pelayanan


 Pelayanan kesehatan berupa :

a. Pelayanan medik dan penunjang medik sesuai dengan kekhususan


b. Pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan
c. Pelayanan kefarmasian
d. Pelayanan penunjang lainnya (yang diberikan oleh nakes dan non
nakes)
FASILITAS KESEHATAN DAN SARANA PENUNJANG

BANGUNAN DAN PRASARANA


 Harus memenuhi aspek keandalan teknis bangunan gedung dan konstruksi.
 Harus memenuhi persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit.
PERALATAN
 Peralatan medis dan nonmedis yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu,
keamanan, keselamatan, dan laik pakai.

KETERSEDIAAN TEMPAT TIDUR


RS Umum :
 Kelas A paling sedikit 250
 Kelas B paling sedikit 200
 Kelas C paling sedikit 100
 Kelas D paling sedikit 50
RS Khusus :
 Kelas A paling sedikit 100
 Kelad B paling sedikit 75
 Kelas C paling sedikit 25
TEMPAT TIDUR RAWAT INAP KELAS STANDAR
a. 60% dari seluruh tempat tidur untuk RS milik Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
b. 40% dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.
 DITERAPKAN SECARA BERTAHAP PALING LAMBAT SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2022.

TEMPAT TIDUR PERAWATAN INTENSIF


 Paling sedikit 10% dari seluruh tempat tidur

a. 6% untuk pelayanan unit perawatan intensif/ICU;


b. 4% untuk pelayanan intensif lain yang terdiri atas perawatan
intensif neonatus dan perawatan intensif pediatrik (NICU dan
PICU).
RS Khusus Gigi dan Mulut
 Kelas A paling sedikit 14 TT dan 75 dental unit
 Kelas B paling sedikit 12 TT dan 50 dental unit
 Kelas C paling sedikit 10 TT dan 25 dental unit
RS Khusus THT KL dan Mata
 Kelas A paling sedikit 40 TT
 Kelas B paling sedikit 25 TT
 Kelas C paling sedikit 15 TT
RUANG SEBAGAI TEMPAT IS0LASI
 Paling sedikit 10% dari seluruh tempat tidur

 Dlm kondisi wabah atau KKM, kapasitas ruang yang dapat digunakan sebagai

tempat isolasi paling sedikit:


a. 30% dari seluruh tempat tidur untuk RS milik Pemerintah
Pusat dan Pemda;
b. 20% dari seluruh tempat tidur untuk RS milik swasta.
• Aturan tentang Ruang sebagai tempat tidur perawatan dan
Ruang sbg tempat isolasi tdk berlaku bagi RS Khusus GILUT,
MATA dan THT-KL.

RUMAH SAKIT P MA
 Jumlah tempat tidur RS Umum PMA paling sedikit sesuai dengan jumlah

tempat tidur RS Umum kelas B


 Jumlah tempat tidur untuk RS Khusus PMA paling sedikit sesuai dengan

jumlah tempat tidur RS kelas A pada setiap jenis Rumah Sakit khusus.
 ATAU SESUAI KESEPAKATAN/KERJA SAMA INTERNASIONAL.
SUMBER DAYA MANUSIA

SDM pd RS UMUM dan RS KHUSUS :


1. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau
tenaga lainnya berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Rumah
Sakit;
2. SDM RS diangkat dan ditetapkan oleh kepala atau direktur Rumah
Sakit;
3. Pemilik Rumah sakit dan kepala atau direktur RS bertanggung
jawab dalam pemenuhan SDM dengan jumlah dan kualifikasi sesuai
hasil ABK, kebutuhan, dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit;
4. Meliputi tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan lain, tenaga manajeman
rumah sakit, dan tenaga non kesehatan;
5. Merupakan tenaga tetap yang bekerja secara purna waktu .
PERSYARATAN ADMINISTRASI IJIN PENDIRIAN
RUMAH SAKIT SWASTA
IJIN PENDIRIAN RS BARU
1. Foto Copy Rekomendasi Bupati/Ijin Prinsip;
2. Foto Copy Akte Pendirian Notaris;
3. Foto Copy Sertifikat Tanah/Bukti kepemilikan tanah;
4. Foto Copy IMB;
5. Foto Copy Ijin Gangguan (HO);
6. Memiliki tenaga kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian);
7. Struktur Organisasi disahkan Direktur Rumah Sakit;
8. Dokumen Studi Amdal/UPL-UKL;
9. Surat Penunjuk Dokter yang bertanggungjawab;
10. Pas Foto Ukuran 4x6 2 (dua) lembar;
11. Foto Copy KTP Pemimpin/Penanggung jawab;
12. Foto Copy Ijazah Pimpinan;
13. Denah Bangunan, SPAL dan Jaringan Listrik;
14. Surat Penunjukan sebagai tenaga Medis;
15. Daftar Sarana dan Prasarana medik lainnya;
16. Daftar tenaga medis dan non medis serta penunjang lainnya;
17. Surat Kuasa bermaterai bagi yang menguasakan pengurusan kepada orang lain.
PERPANJANGAN IJIN :
1. Foto copy Surat Ijin yang telah habis masa berlakunya;

2. Foto Copy Ijin Gangguan yang masih berlaku;

3. Struktur Organisasi yang disahkan Direktur Rumah Sakit;

4. Surat Penunjukan Dokter yang bertanggung jawab;

5. Pas Foto Ukuran 4x6 sebanyak 2(dua) lembar;

6. Foto Copy KTP Pemimpin/Penanggungjawab;

7. Surat Penunjukan sebagai Tenaga Medis;

8. Daftar Sarana dan Prasarana medik lainnya;

9. Daftar tenaga medis dan non medis serta penunjang lainnya;

10. Surat Kuasa bermaterai bagi yang menguasakan pengurusan kepada

UNTUK IJIN YANG HILANG/RUSAK :


11. Foto copy KTP pemegang ijin yang masih berlaku;

12. Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian (khusus untuk Surat ijin yang
hilang);
13. Menyerahkan dokumen yang rusak (khusus untuk Surat Ijin yang rusak).
UU No.17 Tahun 2023 tentang
Kesehatan mencabut UU sbb :
a. UU No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan

b. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan

c. UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

d. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

e. UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa

f. UU No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran

g. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

h. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

i. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

j. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

k. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Ordonansi Obat Keras (Staatsblad 1949 Nomor 419)
PASAL-PASAL KONTROVERSI
UU No.17 TAHUN 2023
 Pasal 314 Ayat 2
- Setiap jenis tenaga kesehatan hanya dapat membentuk satu organisasi
profesi.
 Pasal 206
- Standar pendidikan kesehatan dan kompetensi disusun oleh menteri. (nantinya
untuk menentukan apakah tenaga kesehatan kompeten atau tidak kolegium harus
berkoordinasi dengan menteri)
 Pasal 239 Ayat 2
- KKI yg merupakan badan independen dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden, akan beralih untuk bertanggung jawab kepada menteri. ( wewenang
menteri akan menjadi lebih luas)
 Pasal 462 Ayat 1
- Tenaga medis atau tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian dapat dipidana.
 Pasal 154 Ayat 3
- Tembakau dengan narkotika dan psikotropika yang dimasukkan satu kelompok
zat adiktif. (Penggabungan tembakau menjadi kelompok zat adiktif dikhawatirkan
menimbulkan aturan yang akan mengekang tembakau. Lantaran posisi
tembakau disetarakan dengan narkoba.)
 Pasal 346 ayat 7
- transfer data dan informasi kesehatan tersebut dilakukan untuk tujuan
penanggulangan kejadian luar biasa, wabah, ibadah haji, perjanjian alih material, dan
kerja sama internasional di bidang kesehatan
 Pasal 409
- Penghapusan alokasi minimal anggaran kesehatan
 Pasal 4 ayat 3

- Pasal ini dianggap diskriminatif karena memungkinkan penderita gangguan mental


psikososial untuk kehilangan konsen atau hak mereka untuk menolak atau menerima
dimasukan ke Rumah Sakit Jiwa.
 Pasal 135
 - diskriminatif terhadap kaum disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan
 Selanjutnyamengenai Bentuk Badan Hukum
Rumah Sakit sesuai Ketentuan Peraturan Per-
UU an, bisa dibaca pada Materi “BADAN
HUKUM RUMAH SAKIT “

Anda mungkin juga menyukai