Anda di halaman 1dari 24

LEGALITAS RUMAH SAKIT

(Tugas Mata Kuliah Manajemen Rumah Sakit dan Puskesmas)

Oleh

1. Maya Dinama 101814453012


2. Mahega Awalatul Aini 101814453052

MINAT MANAJEMEN KESEHATAN


PRODI S2 ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian
dan peralatan rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatn nasional secara universal dan berkualitas. Untuk itu perlu dilakukan
upaya penataan administrasi penyelenggara kebijakan pelayanan rumah sakit.
Dalam hal menjamin kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehtan dan
perlindungan hukum pada penyelenggaraan rumah sakit, maka setiap rumah
sakit milik pemerintas maupun swasta wajib memiliki izin mendirikan dan izin
operasional. Pengaturan pemberian izin mendirikan dan izin operasional rumah
sakit merupakan upaya Kementrian Kesehatan untuk meningkatkan kualiitas
pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat.
Rumah sakit yag didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus
berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan
BLU dan BLUD sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai legalitas rumah sakit dan sistem
pengelolaan rumah sakit.

1.2 Tujuan
a. Memahami legalitas rumah sakit
b. Memahami sistem pengelolaan rumah sakit publik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Legalitas Rumah Sakit


Rumah sakit adalah institusi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Legalitas merupakan jaminan dan perlindungan atas
penyelenggaraan atau operasional suatu organisasi. dalam legalitas terdapat aturan
dan ketentuan yang mengikat dan harus dipenuhi. Legalitas rumah sakit merupakan
jaminan atau perlindungan terhadap penyelenggaraan layanan kesehatan di rumah
sakit.
Legalitas rumah sakit mencakup dua perizinan yaitu izin mendirikan rumah
sakit dan izin operasional rumah sakit. Izin mendirikan rumah sakit/ izin
mendirikan adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada
instansi pemerintah, pemerintah daerah atau badan swasta yang akan mendirikan
rumah sakit dalam bentuk bangunan baru maupun bangunan yang sudah ada untuk
dialihfungsikan sebagai rumah sakit. Izin mendirikan akan diberikan apabila
instansi telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh perundang-undangan.
Sedangkan izin operasional rumah sakit/ izin operasional adalah izin yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kelas rumah sakit kepada
penyelenggara atau pengelola rumah sakit. Izin operasional akan diberikan apabila
izin mendirikan sudah tersedia dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
oleh perundang-undangan.
Jenis rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaan. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah sakit
umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah
Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat. Rumah Sakit privat dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit pendidikan
ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi
urusan pendidikan. Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit
Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
Berdasarkan bentuknya, Rumah Sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit
menetap, Rumah Sakit bergerak dan Rumah Sakit lapangan. Rumah Sakit menetap
merupakan rumah sakit yang didirikan secara permanen dalam jangka waktu lama
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit
bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat sementara dalam
jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Rumah
Sakit bergerak dapat berbentuk bus, kapal laut, karavan, gerbong kereta api, atau
kontainer. Rumah Sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi
tertentu selama kondisi darurat dalam pelaksanaan kegiatan tertentu yang
berpotensi bencana atau selama masa tanggap darurat bencana. Rumah Sakit
lapangan dapat berbentuk tenda di ruang terbuka, kontainer, atau bangunan
permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit.
2.2 Izin Mendirikan Rumah Sakit
Izin mendirikan merupakan izin untuk pendirian rumah sakit baik bangunan
rumah sakit baru atau bangunan lama yang fungsinya dialihkan menjadi rumah
sakit. Pengajuan izin rumah sakit harus memenuhi persyaratan sesuai perundang-
undangan. Izin rumah sakit di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

2.2.1 Persyaratan Izin Mendirikan


Persyaratan izin mendirikan rumah sakit diajukan oleh pemilik atau
pengelola yang akan mendirikan rumah sakit. Pengajuan izin mendirikan minimal
12 (dua belas) bulan sebelum pendirian atau pengalihan fungsi bangunan menjadi
rumah sakit dilakukan. Izin mendirikan berlaku untuk jangka waktu satu tahun
dan dapat diperpanjang satu tahun lagi. Pengajuan permohonan izin rumah sakit
harus sesuai dengan klasifikasi rumah sakit dengan melampirkan dokumen
administrasi, yaitu.
1. Surat rekomendasi dari tim ahli bangunan pada Badan/Dinas Pelayanan
Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan atau Dinas Pekerjaan Umum setempat
2. Surat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit berdasarkan data rasio kebutuhan jumlah 1 tempat tidur Rumah
Sakit per 1000 penduduk dengan batas toleransi kelebihan 10% dari
kebutuhan tempat tidur di Provinsi/Kabupaten/Kota (yang dinyatakan masih
terdapat kekurangan tempat tidur)
3. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecuali instansi Pemerintah atau Pemerintah
Daerah
4. Studi kelayakan yang merupakan gambaran kegiatan perencanan rumah sakit
secara fisik dan nonfisik meliputi.
1) Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit yang meliputi:
a. kajian demografi yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan
penduduk serta karakteristik penduduk yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, dan status perkawinan
b. kajian sosio-ekonomi yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan,
tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan
domestik rata-rata bruto
c. kajian morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan sekurang-
kurangnya sepuluh penyakit utama, angka kematian (GDR, NDR), dan
angka persalinan
d. kajian kebijakan dan regulasi, yang mempertimbangkan kebijakan dan
regulasi pengembangan wilayah pembangunan sektor nonkesehatan,
kesehatan, dan perumah sakitan.
e. kajian aspek internal Rumah Sakit merupakan rancangan sistem-sistem
yang akan dilaksanakan atau dioperasionalkan, yang terdiri dari sistem
manajemen organisasi termasuk sistem manajemen unit-unit pelayanan,
system unggulan pelayanan, ariff teknologi peralatan, sistem tarif, serta
rencana kinerja dan keuangan.
2) Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, dan
peralatan sesuai kriteria klasifikasi Rumah Sakit yang akan didirikan yang
meliputi.
a. Lahan dan bangunan Rumah Sakit harus dalam satu kesatuan lokasi yang
saling berhubungan dengan ukuran, luas dan bentuk lahan serta
bangunan/ruang mengikuti ketentuan tata ruang daerah setempat yang
berlaku.
b. Memenuhi persyaratan lokasi yang tidak berada di lokasi area berbahaya;
harus tersedia infrastruktur aksesibilitas untuk jalur transportasi; tersedia
utilitas publik mencukupi seperti air bersih, jaringan air kotor, listrik, jalur
komunikasi/telepon dan lahan parkir; serta tidak berada di bawah pengaruh
SUTT dan SUTET.
c. Rencana cakupan, jenis pelayanan kesehatan, dan fasilitas lain.
d. jumlah, spesialisasi, dan kualifikasi sumber daya manusia.
e. jumlah, jenis, dan spesifikasi peralatan mulai dari peralatan sederhana
hingga peralatan canggih.
3) Kajian kemampuan pendanaan/pembiayaan yang meliputi.
a. prakiraan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber pendanaan
b. prakiraan pendapatan atau proyeksi pendapatan terhadap prakiraan jumlah
kunjungan dan pengisian tempat tidur
c. prakiraan biaya atau proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap
prakiraan sumber daya manusia
d. proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun
e. proyeksi laba atau rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun.
5. Master Plan;
Master plan memuat strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara
optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa
depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.
6. Detail Engineering Design;
Detail Engineering Design merupakan gambar perencanaan lengkap Rumah
Sakit yang akan dibangun yang meliputi gambar arsitektur, struktur dan
mekanikal elektrikal sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh
Menteri.
7. Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan;
Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan terdiri atas upaya
pengelolaan lingkungan (UKL), upaya pemantauan lingkungan (UPL), atau
analisis dampak lingkungan (AMDAL) berdasarkan klasifikasi Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama badan hukum
pemilik rumah sakit
9. Izin undang-undang gangguan (Hinder Ordonantie/HO)
10. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
11. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
12. Rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi Rumah
Sakit.
13. Untuk RS PMA harus melampirkan izin prinsip PMA
2.2.2 Prosedur Izin Mendirikan
Prosedur untuk memperoleh izin mendirikan didapatkan melalui tata cara
berikut.
1. Pemilik/Pimpinan rumah sakit mengajukan surat permohonan izin mendirikan
ditujukan kepada penerbit izin (Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu
bidang kesehatan) dengan melampirkan persyaratan administrasi
2. Surat permohonan tembusannya disampaikan kepada:
1) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Berkas surat permohonan yang telah diterima dilakukan pemeriksaan
kelengkapan dokumen oleh Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu
bidang kesehatan
4. Penerbit izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan yang
telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas permohonan belum
lengkap kepada pemilik atau pengelola yang mengajukan permohonan izin
mendirikan dalam jangka waktu paling lama enam hari kerja sejak berkas
permohonan diterima. Dokumen yang belum langkap agar segera dilengkapi
oleh rumah sakit selama waktu enam hari;
5. Penerbit izin (Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan)
memberikan data dukung kelengkapan berkas permohonan izin mendirikan
kepada Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan perumahsakitan atau pejabat
yang berwenang di Bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota
6. Untuk RS kelas A dan PMA, Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan
perumahsakitan mendelegasikan wewenang pembentukan Tim Visitasi
pemberian izin mendirikan kepada Direktur di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan
Perumahsakitan
7. Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan
tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan mendelegasikan
wewenang pembentukan Tim Visitasi pemberian izin mendirikan kepada
Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan
8. Berdasarkan data dukung kelengkapan berkas permohonan, Direktur di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang
Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan
1) Telaah terhadap kelengkapan dokumen
2) Kajian audit master plan, analisa studi kelayakan bangunan dan dokumen
lainnya;
3) Berkoordinasi dengan tim ahli bangunan pada Badan/Dinas Pelayanan
Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan atau Dinas Pekerjaan Umum
setempat untuk mendapatkan rekomendasi
4) Membentuk Tim Visitasi izin mendirikan yang terdiri dari.
a. izin mendirikan RS kelas A dan RS PMA terdiri atas Sekretariat
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan), Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Asosiasi
Perumahsakitan Nasional
b. izin rumah sakit kelas B terdiri atas unsur Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Asosiasi Perumahsakitan Nasional.
c. izin rumah sakit kelas C dan rumah sakit kelas D terdiri atas unsur Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Asosiasi
Perumahsakitan Nasional
9. Berdasarkan penunjukan Tim Visitasi, tim mempunyai tugas sebagai berikut.:
1) Untuk audit masterplan dan penilaian kelayakan pembangunan rumah
sakit, tim berkoordinasi dengan tim ahli bangunan pada Badan/Dinas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan atau Dinas Pekerjaan
Umum setempat
2) Sesuai jadwal yang ditentukan Tim Visitasi akan melaksanakan kunjungan
ke rumah sakit untuk melakukan penilaian dokumen dan peninjauan
lapangan atas kelayakan paling lama tujuh hari setelah penunjukan
10. Tim Visitasi harus menyampaikan laporan hasil visitasi kepada Direktur di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota dan umpan balik (feed back)
kepada Pemohon yang ditandatangani oleh Direktur di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pembinaan perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang Kesehatan
di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota kepada pemohon
11. Berdasarkan laporan hasil visitasi oleh Tim Visitasi, Direktur di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perumahsakitan menyampaikan laporan kelayakan pembangunan rumah sakit
kepada Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang perumahsakitan
12. Berdasar laporan kelayakan pembangunan, Direktur Jenderal di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang
Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang Kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota menyampaikan surat
rekomendasi penerbitan/penolakan izin kepada penerbit izin paling lama 7
(tujuh) hari kerja
13. Dalam jangka waktu tujuh hari kerja sejak rekomendasi teknis diterima,
pemberi izin (Badan/ Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan)
harus mengeluarkan surat penerbitan/ penolakan izin sesuai dengan
rekomendasi teknis

2.2.3 Izin Mendirikan RS PMA


Untuk memperoleh izin mendirikan, rumah sakit PMA harus memenuhi
persyaratan khusus diantaranya.
1. Izin Rumah Sakit PMA/PMDN diberikan oleh Menteri
2. Harus berbentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT)
3. Mengadakan kerjasama dengan badan hukum Indonesia yang bergerak di
bidang perumahsakitan
4. Izin hanya untuk menyelenggarakan pelayanan rumah sakit
5. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau
subspesialistik
6. Lokasi di seluruh Ibu kota Provinsi di Indonesia Timur kecuali Makasar dan
Manado
7. Besaran modal asing maksimal 49%;
8. Rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing (BKPM)/Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD)
9. Surat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat
10. Rumah Sakit PMA wajib mengikuti program-program Pemerintah sesuai
kebijakan Kementerian Kesehatan.
2.3 Izin Operasional Rumah Sakit
Izin Operasional merupakan izin yang diberikan kepada pengelola rumah sakit
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Izin Operasional berlaku untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Permohonan izin operasional yang baru pertama kali, pemohon harus segera
mengajukan permohonan izin operasional setelah bangunan seselai didirikan
dengan minimal 70% persyaratan telah tersedia dari seluruh pelayanan sesuai
dengan klasifikasi rumah sakit. Perpanjangan Izin Operasional dilakukan dengan
mengajukan permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sebelum habis masa berlakunya Izin Operasional. Apabila masa berlaku Izin
Operasional berakhir dan pemilik Rumah Sakit belum mengajukan perpanjangan
Izin Operasional, Rumah Sakit harus menghentikan kegiatan pelayanannya kecuali
pelayanan gawat darurat dan pasien yang sedang dalam perawatan inap.

2.3.1 Persyaratan Izin Operasional


Izin Operasional dapat diperolah apabila pengelola mengajukan
permohonan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit dengan melampirkan persyaratan dokumen administrasi sebagai
berikut.
1. Izin Mendirikan Rumah Sakit, bagi permohonan Izin Operasional untuk
pertama kali
2. profil Rumah Sakit, meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana strategi,
dan struktur organisasi
3. isian instrumen self assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang meliputi
pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana
4. gambar desain (blue print) dan foto bangunan serta sarana dan prasarana
pendukung
5. izin penggunaan bangunan (IPB) dan sertifikat laik fungsi
6. dokumen pengelolaan lingkungan berkelanjutan
7. daftar sumber daya manusia
8. daftar peralatan medis dan nonmedis
9. daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan
10. berita acara hasil uji fungsi peralatan kesehatan disertai kelengkapan berkas
izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk peralatan tertentu
11. dokumen administrasi dan manajemen yang meliputi.
1) badan hukum atau kepemilikan
2) peraturan internal Rumah Sakit (hospital bylaws)
3) komite medik
4) komite keperawatan
5) satuan pemeriksaan internal
6) surat izin praktik atau surat izin kerja tenaga kesehatan
7) standar prosedur operasional kredensial staf medis
8) surat penugasan klinis staf medis
9) surat keterangan/sertifikat hasil uji/kalibrasi alat kesehatan
12. surat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan klasifikasi rumah
sakit
13. Surat tanda telahterakreditasi
14. Untuk pengajuan izin peningkatan kelas harus melampirkan surat tanda
akreditasi paripurna pada klasifikasi rumah sakit sebelumnya.

2.3.2 Prosedur Izin Operasional


Prosedur yang harus dilakukan oleh pengelola rumah sakit untuk
mendapatkan izin operasional adalah sebagai berikut.
1. Pengelola atau pimpinan rumah sakit mengajukan surat permohonan izin
operasional yang ditujukan kepada penerbit izin (Badan/Dinas Pelayanan
terpadu Satu Pintu bidang kesehatan) dengan melampirkan persyaratan
administrasi.
2. Surat permohonan tembusannya disampaikan kepada:
1) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Setempat
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Berkas surat permohonan yang telah diterima dilakukan pemeriksaan
kelengkapan dokumen oleh Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang
kesehatan
4. Penerbit izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan yang
telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas permohonan belum
lengkap kepada pemilik atau pengelola yang mengajukan permohonan izin
mendirikan dalam jangka waktu paling lama enam hari kerja sejak berkas
permohonan diterima. Dokumen yang belum lengkap agar segera dilengkapi
oleh rumah sakit selama waktu enam hari
5. Penerbit izin memberikan data dukung kelengkapan berkas permohonan izin
mendirikan kepada Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau
pejabat yang berwenang di Bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota
6. Rumah Sakit kelas A dan PMA, Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan
Perumahsakitan mendelegasikan wewenang pembentukan Tim Visitasi
pemberian izin mendirikan kepada Direktur di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan
Perumahsakitan
7. Berdasarkan data dukung kelengkapan berkas permohonan, Direktur di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang
Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota membentuk Tim
Visitasi
8. Sesuai jadwal yang ditentukan Tim Visitasi akan melaksanakan kunjungan ke
rumah sakit untuk melakukan penilaian dokumen dan peninjauan lapangan
paling lama 14 hari setelah penunjukan
9. Pelaksanaan proses visitasi sebagai berikut.
1) Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang
berwenang di Bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota menyampaikan surat tertulis kepada rumah sakit untuk
pelaksanaan visitasi
2) Pada pelaksanaan visitasi, Tim Visitasi membagi tugas dalam penilaian di
empat kelompok yaitu:
a. Administrasi dan manajemen
b. Pelayanan
c. Sumber daya manusia
d. Sarana prasarana dan alat kesehatan
3) Tim Visitasi melakukan kompilasi hasil penelusuran dan penilaian
4) Hasil penilaian Tim Visitasi berikut catatancatatan mengenai hal-hal yang
perlu disempurnakan/diperbaiki disampaikan oleh tim visistasi kepada
pihak rumah sakit (pada pertemuan yang dihasiri oleh seluruh pimpinan
rumah sakit)
5) Tim Visitasi membuat berita acara hasil penelusuran setelah dilakukan
klarifikasi bersama pihak rumah sakit terhadap seluruh hasil penelusuran
dan penilaian
6) Berita acara pemeriksaan (BAP) ditandatangani oleh tim visitasi dan pihak
rumah sakit
10. Tim visitasi harus menyampaikan laporan hasil visitasi kepada Direktur di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota paling lama tujuh hari kerja
setelah visitasi dilakukan
11. Berdasarkan laporan hasil visitasi, Tim Visitasi membuat umpan balik
(feedback) hasil visitasi kepada Pimpinan rumah sakit, yang ditandatangani
oleh Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang
di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
dilakukan perbaikan/tindak lanjut paling lama tujuh hari kerja setelah visitasi
dilakukan
12. Tim Visitasi memastikan rumah sakit memberikan surat komitmen untuk
melengkapi perbaikan terhadap catatan hasil penilaian dan komitmen sampai
berapa lama untuk dilakukan perbaikan setelah menerima surat umpan balik
(feedback) hasil visitasi paling lama enam kerja
13. Apabila hasil verifikasi lapangan tidak sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan, Direktur di Lingkungan Kesemterian Kesehatan yang tugas dan
tanggungjawabnya di bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang
berwenang akan menugaskan tim visitasi untuk melakukan penilaian ulang
yang paling lambat dilaporkan 12 hari.
14. Rumah sakit yang masih dalam proses pengurusan perpanjangan izin
operasional dan dilakukan verifikasi ulang, Direktur di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang
Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang Kesehatan
pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan surat
keterangan sedang dalam pengurusan perpanjangan izin operasional yang
dapat dipergunakan sampai batas izin operasional sebelumnya habis
15. Tindak lanjut perbaikan atas catatan hasil pemeriksaan tim visitasi oleh rumah
sakit, Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang
di Bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
menyampaikan surat rekomendasi penerbitan atau penolakan izin kepada
penerbit izin paling lama tujuh hari kerja
16. Dalam jangka waktu tujuh hari kerja sejak rekomendasi teknis diterima,
penerbit izin harus mengeluarkan surat penerbitan atau penolakan izin sesuai
rekomendasi teknis
17. Apabila rekomendasi teknis permohonan izin diterima, maka penerbit izin akan
menerbitkan izin berupa surat keputusan dan sertifikat yang memuat kelas
rumah sakit dan jangka waktu berlakunya izin
18. Namun, apabila rekomendasi teknis ditolak maka pemberi izin harus
memberikan alasan penolakan yang disampaikan secara tertulis kepada
pemohon untuk melengkapi persyaratan sesuai klasifikasi rumah sakit yang
akan diselenggarakan atau mengajukan izin operasional sesuai klasifikasi
rumah sakit dari hasil penilaian tim visitasi tanpa dilakukan visitasi ulang
19. Jika terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
ditentukan, pemrosesan izin dapat diperpanjang paling lama 14 hari kerja
dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon
2.3.3 Tugas dan Wewenang Pelaksanaan Perizinan
Tugas dan wewenang pelaksaan peerizinan berbeda untuk setiap klasifikasi
rumah sakit. Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan
tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang
berwenang di Bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Melakukan telaah terhadap kelengkapan dokumen
2. Melakukan kajian terhadap dokumen
3. Membentuk Tim Visitasi Izin Mendirikan/Izin Operasional/Peningkatan Kelas
yang terdiri atas:
1) Izin Mendirikan/Operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit PMA
terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan), Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dan Asosiasi Perumahsakitan Nasional
2) Izin Mendirikan/Operasional/Peningkatan Kelas Rumah Sakit Kelas B
terdiri atas unsur Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Asosiasi Perumahsakitan Nasional
3) Izin Mendirikan/Operasional/Peningkatan Kelas Rumah SakitKelas C dan
Rumah Sakit Kelas D terdiri atas unsur Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Asosiasi Perumahsakitan Daerah
4) Membuat rekomendasi teknis terhadap :
a. Kelayakan Izin Mendirikan Rumah Sakit dengan melakukan visitasi
terlebih dahulu oleh tim visitasi
b. Kelayakan Izin Operasional sesuai klasifikasi kelas rumah sakit dari
hasil visitasi.

2.3.4 Sanksi, Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit


1. Sanksi
Menteri, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan dapat mengenakan tindakan
administratif terhadap Rumah Sakit (kriteria mengacu pada regulasi terkait)
dapat berupa.
1) Teguran lisan
2) Teguran tertulis
3) Penyesuaian izin operasional
4) Pemberhentian sementara sebagian kegiatan rumah sakit
5) Pencabutan izin praktik tenaga kesehatan
6) Pencabutan izin operasional. Sanksi diberikan apabila rumah sakit:
a. Tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar
b. Manajemen rumah sakit terbukti di pengadilan melanggar peraturan
perundang-undangan
c. Masa berlaku sudah habis dalam kurun waktu dua tahun atau lebih dan
tidak diurus lai (lalai)
2. Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit
Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan rumah sakit
dilakukan oleh Menteri, Gubernur, Walikota/Bupati sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing. Pembinaan dan pengawasan dapat
mengikutsertakan Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) masyarakat, asosiasi
perumahsakitan, atau organisasi profesi.
SARANA/USAHA Pembinaan dan Pengawasan Keterangan
Rumah Sakit Dirjen Pelayanan Kesehatan, Dalam kondisi tertentu
Kelas A/RS Kepala Dinas Kesehatan yang diduga dapat
PMA Provinsi dan Kepala Dinas berdampak terhadap
Kesehatan Kabupaten/Kota stabilitas pelayanan
setempat, BPRS Provinsi kesehatan pada umumnya
Rumah Sakit Kepala Dinas Kesehatan secara nasional, Menteri
Kelas B Provinsi dan Kepala Dinas berhak melakukan
Kesehatan Kabupaten/Kota pembinaan dan pengawasan
setempat, BPRS Provinsi langsung ke rumah sakit,
Rumah Sakit Kepala Dinas Kesehatan Bersama BPRS Indonesia
Kelas C Provinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat, BPRS Provinsi
Rumah Sakit Kepala Dinas Kesehatan
Kelas D Provinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota
setempat, BPRS Provinsi
3. Tujuan Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan memiliki beberapa tujuan diantaranya.
1) Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat
2) Pemantauan terhadap mutu dan keselamatan pasien dalam penyelenggaraan
rumah sakit
3) Pengembangan jangkauan pelayanan dan pemantauan sistem rujukan
4) Penilaian kelayakan lokasi dan peruntukkan izin ruah sakit
5) Peningkatan kemampuan manajemen resiko
6) Peningkatan sistem pembuangan limbah
4. Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui dua cara yaitu.
1) Advokasi, sosialisasi, supervisi, konsultasi, dan bimbingan teknis
2) Pendidikan dan pelatihan, dan pemantauan dan evaluasi

2.4 Sistem Pengelolaan Rumah Sakit Publik BLU


2.5 Sistem Pengelolaan Rumah Sakit Publik BLUD
BAB III
KESIMPULAN

1. Legalitas rumah sakit merupakan jaminan atau perlindungan terhadap


penyelenggaraan layanan kesehatan di rumah sakit.
2. Izin mendirikan rumah sakit/ izin mendirikan adalah izin yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang kepada instansi pemerintah, pemerintah daerah atau
badan swasta yang akan mendirikan rumah sakit dalam bentuk bangunan baru
maupun bangunan yang sudah ada untuk dialihfungsikan sebagai rumah sakit.
3. Izin operasional rumah sakit/ izin operasional adalah izin yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan kelas rumah sakit kepada
penyelenggara atau pengelola rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai