Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE

I. Konsep Dasar Kebutuhan Personal Hygiene


1.1 Definisi Kebutuhan Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang
dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang
sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat
memberikan informasi-informasi tentang personal hygiene yang lebih baik
terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalam
melakukan perawatan diri.

Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan


kesejahteraan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik (Muhammad,
2007).

1.2 Fisiologi Sistem Personal Hygiene

Hambatan Mandi makan berhias

Penurunan Motivasi dan Kemampuan


Merawat diri

Ketidakmampuan Ketidakmampuan Hambatan Penyakit Kronis


membasuh tubuh melakukan hygiene mengambil pakaian
yang tepat

Defisit Perawatan Defisit Keperawatan Defisit Resiko Infeksi


Diri Mandi diri Eliminasi Keparawatan diri
berpakaian
1.2.1 Kulit
Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar
matahari. Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu epidermis yang
tersusun dari stratumkorneurn, stratumlusidurn, stratumgranulosus,
stratumgerminativum, dan stratumbasle. Dermis yang terdiri dari
kelenjar keringat, kelenjar minyak, rambut, jaringan lemak ujung saraf
dan kapiler darah. Pada kulit terdapat ujung-ujung syaraf yang
berfungsi sebagai reseptor yaitu:
1.2.1.1 Rasa Dingin : Organ dari krause
1.2.1.2 Rasa Panas : Organ dari ruffini
1.2.1.3 Rasa Raba : Benda-benda dari meissners
1.2.1.4 Rasa Tekan : Benda-benda dari pacini
1.2.1.5 Rasa Nyeri : Ujung saraf bebas
a. Fungsi Kulit yaitu:
1) Melindungi tubuh
2) Pengaturan suhu tubuh
3) Indera peraba
4) Sebagaialatekresi
5) Pengaturkeseimbangan
b. Masalah-masalah pada kulit
1) KulitKering
2) Acne
3) Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
4) Luka lecet
5) Skin rushes
1.2.2 Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang
dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui
apakah lingkungan sekitarnya terang atau gelap. Mata yang lebih
komplek dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata
memiliki berbagai organ seperti :
1.2.2.1 Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang
berfungsi menggerakan mata kita keatas.
1.2.2.2 Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di
bagian luar bola mata.
1.2.2.3 Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau
hitam atau warna biru jika orang Eropa.
1.2.2.4 Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
1.2.2.5 Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita.
Kornea tidak ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan
yang besar untuk membiaskan sinar yang masuk ke mata.
1.2.2.6 Arterior Chambers adalah bilik mata depan.
1.2.2.7 Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
1.2.2.8 Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan
sklea dan kornea.
1.2.2.9 Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
1.2.2.10 Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti
gel yang mengisi bola mata kita.
1.2.2.11 Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima
oleh mata kita.
1.2.2.12 Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi
resolusinya untuk mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
1.2.2.13 Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke
otak untuk di terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat
saat ini.
1.2.3 Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau
mengenal suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan
posisi tubuh. Telinga terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1.2.3.1 Telinga Luar
a Daun telinga (pinna), dan
b Liang telinga (meatus auditoriuseksternus)

1.2.3.2 Telinga Tengah


a Tulang landasan (incus),
b Gendang telinga (membran timpani),\
c Malleus (tulang martil),
d Tulang sanggurdi (stapes), dan
e Saluran eustachius.
1.2.3.3 Telinga Dalam
a Skala timpani,
b Tingkap oval,
c Tingkap bulat,
d Rumah siput (koklea), dan
e Labirin osea.
1.2.4  Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai
indra pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di
permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
Fungsi hidung:
 

a.       Menghangatkan udara


b.      Sebagai penyaring udara yang masuk
c.      Sebagai saluran udara pernapasan
d.      Membunuh kuman-kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput
lendir
1.2.5 Mulut dan gigi
Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam
proses perncernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk
menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat
ditelan ke dalam perut. Mulut dapat menghaluskan makanan karena di
dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Tanpa adanya gigi, manusia akan
sulit memakan makanan yang dimakannya. Gigi tumbuh di dalam
lesung pada rahang memiliki jaringan seperti pada tulang, tapi gigi
bukanlah bagian dari kerangka. Bagian-bagian gigi yaitu
1.2.5.1 Mahkota gigi adalah bagian gigi yang tampak dari luar rahang
1.2.5.2 Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam
procesusalveolaris
1.2.5.3 Leher gigi adalah bagian gigi antara puncak gigi dan akar gigi
yang ditutupi oleh gusi
1.2.5.4 Email : merupakan zat terkeras di dalam tubuh untuk melapisi
mahkota,
1.2.5.5 Dentin : lekukan utama pada ujung gigi, menyerupai tulang,
1.2.5.6 Sementum : lapisan yang keras di sekelilingi akar, dan
1.2.5.7 Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.
Fungsi gigi yaitu:
a.       Mengunyah : Biasanya gigi molar dangeraham
b.      Memotong   : Gigi Insisivus(seri)
c.       Merobek     : Gigi taring (Caninus 1 premolar)
1.2.6 Genetalia
Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari organisme
sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu dengan
reproduksi aseksual atau vegetatif yang individunya terbentuk tanpa
melakukan peleburan sel kelamin dan dengan reproduksi seksual atau
generatif yang individunya terbentuk karena melibatkan persatuan sel
kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda jenis kelaminnya.
1.2.6.1 Pria
Alat reproduksi pada pria terdiri atas sepasang testis, saluran
kelamin, kelenjar tambahan dan penis. Testis : kelenjar
kelamin yang berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon
testosteron.
a Saluran kelamin
1) Vasaeferentia merupakan bagian yang berfungsi
menampung sperma untuk disalurkan ke epidermis
berjumlah antara 10 – 20 buah.
2) Epididimis merupakan saluran berkelok kelok dengan
panjang antara 5-6 meter. Saluran ini berfungsi
menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama 3
minggu).
3) Vas diferens merupakan saluran lurus dengan panjang
sekitar 40 cm. Saluran ini berfungsi menghubungan
epididimis dengan uretra pada penis dan bagian ujungnya
terdapat saluran ejakulasi.
b. Kelenjar tambahan
1) Vesika seminaris merupakan  kantong semen (mani)
yang dindingnya menyekresi cairan lendir yang banyak
mengandung fruktosa, sedikit asam askorbat dan asam
amino.
2) Kelenjar prostat merupakan bagian berbentuk bulat yang
mengelilingi bagian pangkal saluran uretra.
3) Kelenjar cowperi (bulboeretralis) merupakan kelenjar
berukuran sebesar butir kacang yang terletak di bagian
proksimal atau pangkal uretra.
1.2.6.2   Wanita
Alat reproduksi pada wanita terdiri atas sepasang ovarium
(indung telur) yang terletak pada rongga perut, saluran telur
(oviduk / tuba falopi), uterus atau rahim, vagina dan organ
kelamin bagian luar.
a Organ kelamin luar
Kelentit ( klitoris ) struktur yang homolog dengan penis,
b. Moonpubis merupakan bagian yang ditumbuhi rambut,
Vulva yang terdiri dari labiamayora (bibir besar) dan labia
minor (bibir kecil),
c. Uretra merupakan saluran kemih,
d. Lubang vagina merupakan ujung keluar vagina, dan
e. Fundus merupakan bagian lipatan paha.

II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
hygiene personal individu baik faktor pendukung maupun faktor
pencetus.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
2.1.2.1 Rambut
a. Amati kondisi rambut.
b. Keadan rambut yang mudah rontok.
c. Keadaan rambut yang kusam.
d. Tekstur rambut.
2.1.2.3 Kepala
a. Amati dengan benar kebersihan kulit kepala
b. Normosepal
c. Ketombe
d. Berkutu
e. Kebersihan
f. Apakah ada nyeri tekan
2.1.2.4 Mata
a. Apakah mata kanan dan kiri simetris
b. Konjungtiva anemis
c. Sclera aninterik
d. Seklera pada kelopak mata.
2.1.2.5 Hidung
a. Apakah pilek
b. Apakah ada perubahan penciuman
c. Kebersihan hidung
d. Keadaan membran mukosa apakah ada septum deviasi
2.1.2.6 Mulut
a. Keadaan mukosa mulut
b. Kelembapan
c. Adanya lesi
d. Kebersihan
2.1.2.7 Gigi
a. Amati kondisi mukosa mulut dan kelembaban mulut
b. Apakah ada karang gigi
c. Apakah ada carries
d. Kebersihan.

2.1.2.8 Telinga
a. Amati telinga kanan kiri apa simetris
b. Apakah ada lesi
c. Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga.
2.1.2.9 Kulit
a. Amati kondisi kulit (tekstur,turgon,kelembaban)
b. Apakah ada lesi
c. Apakah ada luka.
2.1.2.10 Kuku, Tangan, dan Kaki
a. Amati kebersihan kuku
b. Perhatikan adanya luka
2.1.2.11 Tubuh secara umum
a. Amati kondisi dan kebersihan badan secara umum.
b. Perhatikan adanya klainan pada kulit pasien.
2.1.3 Terapi
2.1.3.1 Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien, dengan cara:
2.1.3.2 Bina hubungan saling percaya
2.1.3.3 Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
2.1.3.4 Kuatkan kemampuan pasien untuk merawat diri
2.1.4 Membimbing dan mendorong klien merawat diri
2.1.4.1 Bantu pasien merawat diri
2.1.4.2 Ajarkan keteraampilan secara bertahap
2.1.4.3 Buat kegiatan harian setiap hari
2.1.4.4 Ingatkan setiap kegiatan
2.1.4.5 Berikan pujian serta kegiatan positif
2.1.5 Ciptakan lingkungan yang mendukung, seperti:
2.1.5.1 Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (sabun, pasta gigi, dll)
2.1.5.2 Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi pasien
2.1.5.3 Sikap keluarga
2.1.5.4 Sabar dan selalu siap membantu
2.1.5.5 Menerima dan memuji setiap upaya pasien saat merawat diri
2.1.5.6 Tidak mencela/menghina pasien saat merawat diri

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa 1 : Defisit perawatan diri (mandi)
Defisit perawatan diri : Mandi
2.2.1 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/aktivitas perawatan untuk diri sendiri.

2.2.2 Batasan Karakteristik


2.2.2.1 Ketidakmampuan mengakses kamar mandi
2.2.2.2 Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
2.2.2.3 Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
2.2.2.4 Ketidakmampuan menjangkau sumber air
2.2.2.5 Ketidakmampuanmengatur air mandi
2.2.3 Ketidakmampuan membasuh tubuh

2.2.3 Faktor yang berhubungan


2.2.3.1 Gangguan kognitif
2.2.3.2 Penurunan motivasi
2.2.3.3 Kendala lingkungan
2.2.3.4 Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
2.2.3.5 Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial
2.2.3.6 Gangguan muskuloskletal
2.2.3.7 Gangguan neuromuskular
2.2.3.8 Nyeri
2.2.3.9 Gangguan persepsi
2.2.3.10 Ansietas berat
2.2.3.11 kelemahan
Diagnosa 2 : Defisit perawatan diri(berpakaian)
2.2.4 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian untuk diri sendiri.
2.2.5 Batasan Karakteristik
2.2.5.1 Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
2.2.5.2 Ketidakmampuan mengenakan sepatu
2.2.5.3 Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
2.2.5.4 Hambatan memilih pakaian
2.2.6 Faktor yang berhubungan
2.2.6.1 Gangguan kognitif
2.2.6.2 Penurunan motivasi
2.2.6.3 Kendala lingkungan
2.2.6.4 Keletihan dan kelemahan
2.2.6.5 Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
2.2.6.6 Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial
2.2.6.7 Gangguan muskuloskletal
2.2.6.8 Gangguan neuromuskular
2.2.6.9 Nyeri
2.2.6.10 Gangguan persepsi
2.2.6.11 Ansietas berat
2.2.6.12 Kelemahan

2.3 Rencana Keperawatan


Diagnosa 1 : Defisit perawatan diri (mandi)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien merasa
nyaman dan bersih dengan KH:
2.3.1.1 Kulit pasien tidak kotor
2.3.1.2 Tidak ada bau badan
2.3.1.3 Kuku pasien tidak panjang dan kotor
2.3.1.4 Rambut bersih
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC
Intervensi :
2.3.2.1 Pantau integritas kulit pasien
2.3.2.2 Bantu pasien mandi
2.3.2.3 Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri
2.3.2.4 Libatkan keluarga
Rasional :
2.3.2.1 Mengetahui kondisi kulit secara umum
2.3.2.2 Agar pasien merasa lebih nyaman dan segar
2.3.2.3 Menambah wawasan pasien dan keluarga tentang pentingnya
perawatan diri
2.3.2.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu
pasien

Diagnosa 2 : Defisit perawatan diri(berpakaian)


2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu
mempertahankan kebersihan diri dan kerapian, dengan Kriteria Hasil:
2.3.1.1 Penampilan rapi
2.3.1.2 Rambut rapi dan bersih
2.3.1.3 Mampu memakai pakaian dan berhias secara mandiri
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC
Intervensi :
2.3.2.1 Kaji hambatan partisipasi dalam perawatan diri
2.3.2.2 Bantu pasien memilih pakaian
2.3.2.3 Jelaskan tentang cara – cara personal hygiene yang tepat
2.3.2.4 Libatkan keluarga
Rasional :
2.3.2.1 Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian
2.3.2.2 Pasien mungkin membutuhkan berbagai bantuan dalam persiapan
memilih pakaian
2.3.2.3 Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai perawatan
diri yang tepat
2.3.2.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu
pasien dan memberikan motivasi

DAFTAR RUJUKAN

Alimul, A Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika
Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Perry & Potter. 2005. Fundamental keperawatan edisi 4, volume 1. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Tarwoto,Wartona. 2004. Kebutuhan Dasar Manusiadan  Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health-
Books Publishing.
Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta ; EGC

Banjarmasin,.......... Oktober 2018


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Dewi Setya Paramitha Ns., M.Kep Yuliati S.Kep

Anda mungkin juga menyukai