A. PENDAHULUAN
Pendekatan pembangunan sentralistik yang dilakukan selama ini, pada kenyataannya telah
banyak menciptakan ketimpangan antara yang kaya dan miskin, ketimpangan antar daerah
(regional) dan ketimpangan antara desa dengan kota. Memperhatikan kenyataan ini, pemerintah
mengalihkan pendekatan terhadap strategi pembangunan yang mengarah kepada kebijakan
desentralisasi (Suwandi, 1988 : 12).
Kondisi di negara kita menunjukkan bahwa telah terjadi tingkat urbanisasi yang relatif cepat
dibandingkan dengan perkembangan industrialisasi. Sementara pembangunan kota belum
mampu menyediakan perumahan yang layak dalam waktu relatif singkat. Hal ini disebabkan
oleh kondisi orang desa yang umumnya kurang mampu sehingga sering timbul rumah-rumah
darurat dengan fasilitas seadanya. Daerah dengan keadaan seperti ini sering disebut dengan
perumahan kumuh (slum).
Adanya ketimpangan hasil-hasil pembangunan desa dan kota akan berakibat buruk secara sosial
dan ekonomi terhadap kehidupan di kedua wilayah hidup masyarakat tersebut. Pertama, kota
akan mengalami kepadatan penduduk yang semakin tinggi disebabkan terbukanya kesempatan
kerja di berbagai bidang. Sebaliknya, kondisi di desa menunjukkan bahwa masih bertumpu pada
sektor pertanian tradisional yakni tergantung dari musim dan kondisi lahan. Kondisi ini memicu
mereka yang memiliki alam berpikir rasional (modern) untuk memanfaatkan waktu, tenaga dan
ketrampilan seadanya untuk malakukan urbanisasi. Alasan mereka memang rasional karena
mereka berusaha mencari tempat/daerah yang relatif lebih banyak mempunyai kesempatan
ekonomis. Kedua, kondisi desa semakin kehilangan tenaga kerja off farm . Hal ini dipicu oleh
keadaan pertanian tradisional yang tidak bersifat menghasilkan dan memberikan pendapatan
secara cepat dan langsung (quick yielding), membuat kondisi perekonomian desa semakin rapuh.
Keadaan di atas, menunjukkan suatu kecenderungan yang dialami oleh sebagian besar
masyarakat di negara-negara sedang berkembang. Hal ini memang sulit untuk dielakkan karena
percepatan mekanisme ekonomis di kota jelas akan mengalahkan petumbuhan ekonomi di
pedesaan. Dari sini muncul ketimpangan pertumbuhan kota dan desa yang semakin mencolok. Di
sisi lain, kota memiliki visi modern dan dinamis, sedangkan desa karakternya lamban dan
tradisional.
Melihat kondisi ini sudah saatnya Pemerintah melakukan upaya-upaya terhadap kebijakannya
dalam membangun masyarakat desa di era otonomi daerah. Pemerintah perlu juga menelaah
strategi dalam menciptakan keserasian pembangunan antara desa dan kota sebagai konsekuensi
dari pelaksanaan otonomi tingkat Kabupaten.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, menunjukkan adanya ketimpangan hasil pembangunan
yang cukup besar antara desa dan kota. Pengembangan wilayah pedesaan dirasakan sangat
penting, karena struktur ekonomi pedesaan berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan struktur perkotaan. Karena itu permasalahan mendasar adalah bagaimana
menumbuhkan dan mengembangkan pembangunan di pedesaan sekaligus upaya-upaya apa yang
yang harus dilakukan untuk mencapai keserasian/kesamaan dengan wilayah kota.
C. PEMBAHASAN
Untuk melakukan pembangunan desa, ada beberapa hal yang tidak dapat diabaikan diantaranya
adalah latar belakang, pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap
desa. Beberapa hal yang perlu untuk mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah pedesaan
adalah
a. Pembangunan masyarakat desa masih bersifat dekonsentrasi. Disisi lain, sifat ragam dan
hakikat desa sangat beranekaragam yang secepatnya membutuhkan penanganan. Disamping itu,
titik berat pelaksanaan otonomi daerah yang terletak pada kabupaten menggambarkan kebulatan
karakter pedesaan wilayahnya.
b. Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif. Perangkat desa yang menjadi
tulang punggung pelaksanaan pembangunan desa, keadaannya secara umum masih
membutuhkan bantuan teknis yang efektif. Bantuan teknis dan efektif yang dibutuhkan
diantaranya adalah
1) kesejahteraan, artinya pendapatan para kepala desa dan perangkatnya yang masih menjadi
masalah, kualitas ketrampilan, kewibawaan, kemampuan, kejujuran dan dedikasi para perangkat
desa masih perlu ditingkatkan dengan bantuan pemerintah.
3) Mekanisme kerja antara pemerintah desa dan pemerintahan diatasnya perlu dimantapkan. Hal
ini dimaksudkan agar rencana yang dipersiapkan desa beserta masyarakatnya disambut baik dan
terwujud dalam pelaksanaannya tanpa modifikasi ataupun penghilangan yang pokok demi
kepentingan desa. Dan agar pembangunan jangan berlangsung secara birokratis yang berlebihan.
c. Dana pembangunan desa secara lintas sektoral masih belum bermanfaat bagi masyarakat desa.
Karena itu dibutuhkan usaha dan dorongan yang kuat, sehingga mekanisme proyek
pembangunan desa yang berlangsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa melalui
pemerintahan paling bawah.
d. Kurangnya keterpaduan kepentingan antar sektor, sehingga dibutuhkan koordinasi lintas
sektoral tentang pemerintahan desa melalui penyatuan program, misi dan visi pembangunan. Hal
ini dikarenakan setiap sektor mempunyai visi dan misi yang ideal mengenai pembangunan
wilayah pedesaan. Sehingga masing-masing sektor cenderung untuk berpegang teguh secara
prinsip pada fungsi pokoknya dan memegang asumsi bahwa secara fungsional tidak ada
kewenangan untuk mencampuri sektor lain.
Perlu untuk disadari bahwa proses pembangunan adalah suatu proses perubahan masyarakat.
Proses perubahan ini mencerminkan suatu gerakan dari situasi lama (tradisional) menuju suatu
situasi baru yang lebih maju (modern) dan belum dikenal oleh masyarakat. Perubahan yang
dilakukan tersebut akan melalui proses transformasi dengan mengenalkan satu atau beberapa
fase antara. Pembangunan masyarakat (pedesaan) memerlukan suatu proses dan model
tranformasi dari model lama menuju model baru (tujuan). Di sisi lain perlu pula untuk dipahami
bahwa proses pembangunan merupakan suatu konsep yang optimistik dan memberikan
pengharapan kepada mereka yang secara sukarela berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Sehingga perencanaan pembangunan baik sosial maupun budaya selalu perlu menyadari dan
menemukan indikasi-indikasi perubahan tuntutan.
Agar pembangunan wilayah pedesaan menjadi terarah dan sesuai dengan apa yang menjadi
kepentingan masyarakat desa, maka perencanaan mekanisme pelaksanaan pembangunan desa
dilakukan mulai dari bawah. Proses pembangunan yang dilaksanakan merupakan wujud
keinginan dari masyarakat desa. Dalam hal ini koordinasi antara pemerintah desa dengan jajaran
di atasnya (Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan Kabupaten) harus terus menerus dilakukan
dan di mantapkan. Apalagi pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan pada Pemerintah
Kabupaten.
Pelaksanaan pembangunan pun hendaknya tidak hanya menjadikan desa sebagai obyek
pembangunan tetapi sekaligus menjadikan desa subyek pembangunan yang mantap. Artinya
obyek pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang meliputi potensi manusia (SDM),
Sumber Daya Alam (SDA) dan teknologinya, serta mencakup segala aspek kehidupan dan
penghidupan yang ada di pedesaan. Sehingga menjadikan desa memiliki klasifikasi desa
swasembada. Yaitu suatu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakatnya menunjukkan kenyataan yang makin meningkat.
Oleh karena masyarakat pedesaan sebagian besar berada di sektor pertanian, maka sasaran yang
ingin dicapai adalah membantu pemenuhan kebutuhan pangan dengan mengacu pada
peningkatan taraf hidup masyarakat desa dan peningkatan ketrampilan pada sektor pertanian,
pertukangan kayu, dan kesejahteraan keluarga.
Munculnya Kesenjangan tingkat pertumbuhan dan kemajuan yang terjadi antara pedesaan dan
perkotaan telah melahirkan kesenjangan. Kondisi kesenjangan ini semakin diperburuk lagi
dengan adanya krisis ekonomi yang mempengaruhi berbagai bidang kehidupan masyarakat desa
baik ekonomi, sosial maupun budaya. Hal tersebut tercermin dari banyaknya jumlah masyarakat
yang tergolong miskin.
Untuk menunjang upaya redistribusi aset-aset ekonomi sampai ke pedesaan, maka paradigma
pembangunan diubah menjadi pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan.
Dengan kondisi masyarakat pedesaan yang lebih berdaya maka diharapkan partisipasi interaktif
dan swakarsa masyarakat pedesaan lebih aktif dalam pembangunan. Dengan demikian upaya
pemberdayaan masyarakat pedesaan sudah selayaknya menjadi misi yang senantiasa melandasi
setiap gerak dan langkah pembangunan nasional.
Pembinaan terhadap masyarakat desa dilakukan dengan pendekatan sosial budaya yang
mempergunakan sistem sosisal politik masyarakat setempat untuk berkomunikasi. Walaupun
memperhitungkan kemungkinan perubahan sosial secara sosial pula. Pengetahuan masyarakat
tentang bertani pun juga masih sangat tradisional sekali.
b. Pembinaan kelembagaan
Pembinaan kelembagaan ini adalah merupakan usaha menggerakkan sesuai dengan kepentingan
masing-masing. Karena lembaga-lembaga kemasyarakatan yang tumbuh atas inisiatif masyarakat
desa, perlu terus dibina dan dilestarikan keberadaannya agar lebih tumbuh dan berkembang.
Sehingga mampu lebih efektif dalam mendukung program dan rencana masyarakat maupun
pemerintah.
c. Peningkatan kualitas SDM
Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sangat didukung oleh kualitas aparat pemerintah
desa dan masyarakat yang turut sebagai pelaku pembangunan. Karena itu perlu disusun sebuah
rencana program peningkatan kualitas dan kemampuan masyarakat yang berupa pendidikan,
pelatihan umum, pelatihan tenaga kerja, penyuluhan, kegiatan stimulasi dan demonstrasi-
demonstrasi. Di sisi lain transfer teknologi kepada aparatur pemerintah dan fungsionaris
pembangunan perlu juga untuk dilakukan.
d. Bantuan teknis
Bantuan teknis ini merupakan unsur pendukung proses pembangunan masyarakat desa. Hal ini
dibutuhkan dalam hal masyarakat memiliki sedemikian rupa rendahnya kualitas sumberdaya,
potensi alam, dan kesempatan ekonomi sehingga perlu mendapatkan dukungan dari luar
masyarakat setempat.
PENUTUP
Pembangunan manusia seutuhnya akan lebih berhasil bila pembangunan pada daerah pedesaan
dilakukan berdasarkan potensi sumberdaya alamnya. Sehingga untuk mampu memberdayakan
potensi sumberdaya alamnya, maka bakat dan kemampuan sumberdaya manusianya juga perlu
untuk ditingkatkan. Dengan demikian, kemajuan wilayah pedesaan akan menjadi imbang dengan
wilayah perkotaan. sehingga kesenjangan sosial dan ekonomi dalam kehidupan antara penduduk
desa dan kota tidak akan terjadi.
TUGAS
KLIPING TENTANG DEMOKRASI DAN NILAIYANG
TERKANDUNG DI DALAMNYA
OLEH:
ANASTASYA. KUNUELA