1
observasi dan proses penalaran., tetapi ekologi yang melibatkan
nilai nilai intrinsic setiap makhluk dan bukan hanya bermanfaat
bagi manusia. Deep Ecology. sebagai ekologi kontemporer
sebagai sebuah respon dan autokritik terhadap kegagalan
ekologi instrumental dalam menghadapi berbagai tantangan
dalam pemabangunan dan kehidupan berkeadilan diantara
kompoenen struktur dan fungsi ekosistem dalam biosistem )
Deep ecology's core principle is the belief that, like
humanity, the living environment as a whole has the same right
to live and flourish. Deep ecology describes itself as "deep"
because it persists in asking deeper questions concerning "why"
and "how" and thus is concerned with the fundamental
philosophical questions about the impacts of human life as one
part of the ecosphere, rather than with a narrow view of
ecology as a branch of biological science, and aims to avoid
merely anthropocentric environmentalism, which is concerned
with conservation
Esensi dan prinsip ekologi lebih mendalam, bahwa manusia,
lingkungan kehidupan termasuk semua makhluk hidup memiliki
kesamaan nilai untuk hidup dan berkembang. Ekologi yang
bersifat lebih filosofis yaitu ekologi yang harus dapat menjawab
pertanyaan mengapa dan bagiamana. Pertanyaan mengarahkan
pada sikap dan tindakan serta dampak aktivitas kehidupan
manusia terhadap biosistenya sebagai bagian dari ekosfer.
2
Deep ecology menyangkut filsafat ekologi kontemporer,
yaitu ekologi yang memperkenalkan nilai nilai intrinsic
keberadaan segala sesuatu yang memiliki nilai-nilai bagi dirinya
dan tidak hanya nilai manfaat bagi manusia. Falsafah ekologi
yang memberikan penekanan tentang saling ketergantungan
diantara makhluk hidup di dalam ekosistem, dan saling
hubungan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya
dalam biosfer. Konsepsi meliputi prinsip dasar tentang
lingkungan, ekologi, gerakan hijau, kehutanan yang bertumpu
pada etika lingkungan sebagai sistem baru,
Deep ecology is a contemporary ecological philosophy
that recognizes an inherent worth of other beings, aside from
their utility. The philosophy emphasizes the interdependence of
organisms within ecosystems and that of ecosystems with each
other within the biosphere. It provides a foundation for the
environmental, ecology and green movements and has fostered
a new system of environmental ethics
Deep ecology ditinjau dari prinsip dan aksinya lebih
mengarah pada pemanfaatan sumber daya alam mengikuti
kaidah kaidah ekologi instrumental serta peranan manusia dalam
pemanfaatan secara berkelanjutan. Prinsip aksinya sebagai
prinsip dasar ilmu lingkungan, yaitu penenmpatan peran
manusia dalam sistem ekologis.
3
Pengembangan ilmu lingkungan dan pendidikan
lingkungan sebagai ilmu lintas desiplin dalam mengatasi
berbagai persoalan yang berawal dari pemahaman konsep
ekologi sebagai dasar lingkungan biofisik. Ilmu lingkungan
dapat diangkat dan dipelajari mulai dari pengertian dasar,
sumber persoalan dalam kehidupan nyata dan mengapa
dipelajari. Pemahaman wawasan keilmuan mulai dari ciri cirri
keilmuan, dan orientasi manusia serta pendekatannya.
Pemahaman terhadap mekanisme berlakunya prinsip prinsip
lingkungan dalam sistem lingkungan yang mendasari ilmu
lingkungan. Pemahaman konsep lingkungan dan
perkembangannya mulai dari lingkungan lokal, nasional dan
global.. Lingkungan sebagai sistem tanpa batas batas wilayah
dalam memahami isu-isu lingkungan aktual dan perspektifnya
dalam pemabangunan. Pemahaman ilmu lingkungan dimulai
dari keunikan lingkungan biofisik dan akhirnya berkembang
menjadi lingkungan sosial budaya dan peranan teknologi dan
etika sebagai pengendali ( Wuryadi, dkk, 2005). Pendidikan
lingkungan sebagai upaya pemahaman persoalan lingkungan
dalam upaya pengubahan sikap dan perilaku manusia dalam
kehidupan berkelanjutan. Tercakup di dalamnya pemahaman
spsesifikasi spesifikasi kultural sesuai keunikan wilayahnya.
4
.Konsepsi Deep ecology dan butir butir aksinya sebagai bahan
kajian ekologi dan Ilmu Lingkungan
Delapan butir aksi ekologi sebagai konsepsi dasar
kesadaran tentang pentingnya tindakan sebagai realisasi
konsepsi melalui aksi nyata sebagai sebuah praksis. Butir butir
aksi tersebut sebenarnya telah mewadahi kaidah kaidah ilmu
lingkungan dalam pemabngunan (Naes, Pustaka).
(Suryadarma, 2010).
1. Eksistensi dan perkembangan kehidupan manusia
maupun bukan manusia di bumi,
5
turunannya. Misalnya hilangnya salah satu sumberdaya
makanan hewan yang berasal dari tumbuhan akan mendorong
hilangnya sumberdaya hewan yang menggunakan sebagai
sumber makannya.
6
5. Kehadiran campur tangan manusia terhadap
lingkungannya sudah berjalan semakin besar dan berlangsung
semakin cepat dan dampaknya semakin memburuk. Perlunya
menumbuhkan kesadaran kepada berbagai pemangku
kepentingan dan penanaman kesdaran dan aksi nyata dalam
pendidikan lingkungan. Kehadiran manusia dalam satu
ekosistem dan pola pemanfaatannya tidak mereduksi
keanekaragaman hayati dan memperburuk kualitas alam, tetapi
lebih dari itu ia harus mampu menjaga hubungannya dengan
realitas lainnya.
7
standar kehidupan yang tinggi. Perubahan cara kehidupan
merupakan isu sentral ke masa depan, terutama dalam
menghadapi tantangan meningkatnya laju hilangnya sumberdaya
alam karena mengejar standar kehidupan yang semakin tinggi,
tanpa memperhitungkan keterbatasan sumberdaya alam..
8
kelompok etnis bersangkuatan (Toledo 1992). Pandangan dan
kepercayaan masyarakat terhadap alamnya (corpus), rangkaian
proses pengolahan sumber dayanya (praxis), pengamatan
karakteristik dan penilaian dinamika kualitas ekosistemnya
adalah wujud totalitas kegiatannya. Corpusnya mencakup
berbagai simbol, konsep, persepsi tentang alam dan praksisnya
sebagai rentetan aktivitas praktis pengelolaan.
The exploration how nature is seen by hunans groups
through a screen of beliefes, knowledge and purposes, and how
in term of their images humans use, manage and appropriate
natural resources, has been a central task of most ecologically
oriented research conducted by anthrophologists, agronomists,
human ecologists.
Masyarakata Indonesia tumbuh dan berkembang sesuai
keunikan geologis, geografis, adat kepercayaan dalam
pemanfaatan lingkungan sebagai biosistemnya.
Keanekaragaman pemanfaatan bertumpu pada ethnoekologinya.
Keanekaragaman etnik nusantara yang tersebar dalam beberapa
pulau pulau dan ratusan pulau kecil pada berbagai tipe
ekosistem secara turun temurun sehingga mereka memiliki
perbedaan persepsi sebagai dasar pemanfaataannya. Setiap etnik
masyarakat sesuai keuinikannya telah memiliki pengetahuan
tentang keunikan lingkungannya dalam upaya memenuhi
9
kebutuhan dasarnya. Lebih dari kebutuhan dasar maka setiap
etnik memiliki kepercayaan terhadap keunikan lingkungannya.
Keunikan lingkungan sungai dan daerah aliran sungainya,
kawasan pegunungan, kawasan hutan, kawasan padang lahan
kering dan lahan basah, dan kawasan lingkungan pesisir dan
keunikan lingkungan lainnya. Dasar dasar pemanfaatan dalam
berbagai bidang dan kepercayaan, tujuan, dan motivasi telah
membangun dasar dasar praksis ethnoekologi
Pemahaman ekologi dan ilmu lingkungan oleh masyarakat
Indonesia bersifat kultural melalui pendekatan ethnoecology
karena berbagai alasan. Alasan keunikan geobifisik, klimatik
karena Indonesia berada dalam lempeng cincin api geologi, dan
keunikan sosial kulturalnya, sehingga diperlukan pemahaman
secara sambung budaya. Masyarakat akademik dan mahsiswa
memahami ekologi dan ilmu lingkungan sekaligus dapat
membangun kepercayaan dirinya. Tumbuhnya kepercayaan
terhadap kekayaan dan keunikan sumber sumber pengetahuan,
pengalaman dalam kehidupan praktis sebagai dasar
pengembangan keilmuan. Pengembangan keilmuan dalam
perspektif nasional dan refleksi global. Terjadinya pola
pemanfaatan dan pemahaman ilmu lingkungan dan pendidikan
lingkungan sesuai keunikan wilayah secara sambung budaya.
10
Keunikan Masyarakat Agraris Nusantara
11
pencapaian. Bukankah bangsa Indonesia memiliki waktu tanam
yang tidak dibatasi waktu, dan memiliki keanekaragaman hayati
dari ekosistem savanna, dataran, estuarine, sampai pegunungan
bersalju. Bukankah Nusantara memiliki keunikan kultural dalam
pemanfaatan berbagai sumber daya alam sesuai kepercyaannya.
12
2. Logiskan masyarakat Jawa yang mengkonsumsi tahu dan
tempe secara turun temurun tetapi mereka kini tidak lagi
mengenal dan menanam kedele
3. Logiskah masyarakat Nusantara yang kaya raya
keanekaragaman jenis umbi umbian, ikan, serangga dan
tidak bangga mengkonsumsi bahan bersangkutan
4. Logiskah masyarakat agararis Indonesia dimana mereka
tidak bangga sebagai petani dan jumlah generasi yang
mengambil kuliah pertanian bukan sebagai pilihan utama
Logiskah masyarakat merdesa yaitu masyarakat dengan
keunikan ekosistem desanya sebagai unit awal kehidupannya
dan mereka tidak merasa bangga dengan desanya. Generasi
kedepan merasa bangsa apabila mereka menjadi generasi hidup
di perkotaan atau merkuta, Terjadinya dislokasi ekologis bagi
masyarakat dan generasi muda Indonesia umumnya sebagai
fenomena kegagalan pemahaman ilmu lingkungan dan
pendidikan lingkungan. Mereka membangun kebanggaan
kehidupan dengan bertumpu pada dominasi produk gandum,
kedele produk rekayasa genetika sebagai bahan baku tahu tempe
dan impor buah- buahan dari belahan bumi sub-tropik.. Generasi
penerus sebagai produk pendidikan perkotaan cenderung merasa
gagap untuk kembali ke perdesaan karena dua sebab utama.
13
Pertama mereka telah mersakan fasilitas kehidupan perkotaan
yang menawarkan berbagai kemudahan. Kedua mereka
umumnya tidak mengenal kehidupan perdesaan karena mereka
sebagain besar tumbuh di perkotaan dan kecilnya minat tentang
kehidupan pertanian perdesaan karena dianggap tidak
menjanjikan.
Gerakan hidup bertumpu pada pemanfaatan
keanekaragaman hayati satu wilayah dan sesuai keunikan
kultural masyarakat dalam satuan satuan areal terbatas telah
menjadi gerakan di seluruh dunia. Satu gerakan hidup
berkelanjutan sebagai prinsip dasar permaculture yang berawal
untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam pertanian. Gerakan
hidup selaras alam, kebudayaan berkelanjutan, menggabung
semua aktivitas kehidupan pertanian dari hulu sampai ke hilir.
Korporasi kehidupan yang menggabungkan secara proporsional
setiap aktivitas menanam, proses petik, proses mengolah dan
menjual (Mollison, 1986, Suryadarma 2005). Prinsip dasar dan
aktivitas permaculture sejalan dengan gerakan hidup sehat,
humanistic dan ekologis (SHE) sebagai alternatif pilihan hidup
(Robertson, 1983, 47) ( Terjemahan Yayasan Obor: 1990).
Adanya pergeseran aktivitas kehidupan dari kepadatan
penduduk di kota kota industri besar seperti di Inggris dan
14
Amerika Serikat khususnya di London dan New York.
Pandangan SHE mengarahkan pada keanekaragaman pola
penghidupan yang lebih menyebar.melalui ketersediaan sumber
pekerjaan dan tempat bekerja Terjadinya satu gerakan kearah
pemukiman kembali lebih besar ke perdesaan. Penguatan
pertanian paruh waktu dan peremajan masyarakat perdesaan
bagi masyarakat perkotaan dan perdesaan. Kondisi tersebut
sangat sessuai dengan dinamika kehidupan masyarakat
Indonesia, sehingga tidak terjadi arus urbanisasi berlebihan
Gerakan hidup selaras alam dalam perspektif
permakultur yang telah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia
dan pandangan SHE Robertson sangat sesuai dengan kondisi
obyektif masyarakat Indonesia dan semboyan membangun
revolusi mental. Kewajaran pendidikan menempuh jalan serupa,
yaitu aktivitas pendidikan yang mengarahkan dan
mengkombinasikan keunikan aktivitas pendidikan di perkotaan
dan perdesaan.Pendidikan yang tidak mendikotomi antara desa
dan kota, karena kondisi alamiah pendidikan lebih sesuai di
perdesaan dibanding di perkotaan dengan membangun fasilitas
fasilitas teknologi dan informasi. Pendidikan yang dapat
memberikan keanekaragaman pengalaman dari bentuk yang
15
sederhana menuju bentuk yang lebih kompleks seperti
berlangsungnya proses suksesi setiap ekosistem.
Pendidikan yang memadukan keunikan dinamika ruang
dan waktu. Waktu merekam kejadian skala kecil dan skala besar
sebagai akumulasinya, karena dalam setiap satuan waktu
terekam masa lalu masa sekarang dan pilihan masa mendatang.
Keunikan perioda waktu kejadian dapat diamati pada peristiwa
metamorfose kupu kupu, dimana setiap rentangan kejadian
memiliki spirit transformasi potensi. Transformasi bentuk fisik,
pikiran dan kesadaran sesuai keunikan setiap potensinya.
Transformasi melalui menumbuhkan kemampuan observasi
dalam memperoleh gejala fisik untuk membangun konsep
melalui penalaran dan menumbuhkan kesadaran budhi.
Kesadaran pergeseran dari mementingkan diri menuju kesadaran
kebersamaan, yaitu perubahan dari aku menjadi kau dan kita.
Pemaknaan proses pendidikan biologi, ekologi dan lingkungan,
karena lingkungan luar sebagai stimulant untuk menumbuhkan
kesdaran. Ibarat pemaknaan irama tarikan masuk- keluarnya
nafas, irama detak jantung dan irama lainnya dapat digunakan
sebagai momen belajar (Anthony de Mello).
We are learning to listen from rhythm of our breath and
from beat our body live. We are listening from the flowing
16
wind, sing of bird and from the wonderful symphony of nature.
One sound affect all sound, one vibration affect all vibration
and every existence affecting each others.
17
Tanpa tumbuhan bagaimana manusia hidup, dan
bagaimana kualitas kehidupan manusia bisa dijaga jika udara
dan air sungai tercemar. Manusia hidup saling ketergantungan
dengan semua realitas sehingga hidup saling menjaga satu
dengan lainnya. Biji bunga matahari tidak dapat dipisahkan
dengan sinar matahari, karena alasan bentuk, formasi bijinya
dan posisi gerakan hariannya mulai dari pagi sampai sore
mengikuti posisi matahari. Pentingnya menumbuhkan kesadaran
kebhinekaan, kesadaran kekuatan penjaga kebhinekaan dan
kesadaran berbangsa, bertanah air dan berbahasa Indonesia
sebagai pengembangan ekologi berbasi etnoekologi.
18
surut, putaran arus laut adalah irama ekspresi perputaran energi,
perputran energi alam yang membangun dinamika kehidupan.
Dinamika kehidupan antara nelayan dan masyarakat daratan
sebagai cerminan terjadinya perpindahan ikan mengikuti arus
laut akibat perubahan posisi matahari. Itulah dinamika
kehidupan nelayan Nusantara menuju daratan sebagai multi
kultural kebudayaan Indonesia. Kehidupan adalah gerakan ibarat
satu tarian, yaitu gerakan tarian mulai dari tingkatan mikro
sampai ke tataran bumi dan bimasakti. Tarian kehidupan mulai
dari aktivitas menanam, mmetik dan mengolah hasil sebagai
pola ritual masyarakat petani dan nelayan. Keunikan geologi dan
geografis alam adalah cerminan keharmonisan transformasi
energi. Itulah dasar tarian kehidupan bangsa yang harus
ditarikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dalam
menghadapi arus globalisasi.
Keunikan alam dan kultural adalah tumpuan rancangan
kehidupan. Kehidupan kebhinekaan tetapi tunggal ika. Spirit
kebhinekaan bertumpu pada kemajemukan desa yaitu desa dunia
yang ideal. Satu desa harmoni, desa damai (merdesa) dalam
ungkapan Negara Kertagama. Penghancuran harmoni kehidupan
bukanlah satu prestasi manusia berbudaya, tetapi membangun
harmoni kemajemukan multikultural dalam keunikan geografis
19
sumber daya adalah satu presatasi luara biasa. Presatasi yang
dibangun terus menerus dalam sistem kultural, sosial dalam
spirit ekologis dalam sistem lingkungan. Spirit keunikan
Nusantara dan kemajemukan etniknya adalah karunia dan fakta
sejarah dan setiap nadanya memiliki vibrasi dan getaran dalam
membangun keharmonisan peradaban. Keunikan sebagai modal
dasar membangun kemajemukan peradaban dalam akselerasi
globalisasi. Bukankah bangsa Indonesia memiliki spirit dan
kebajikan yang sedang dicari peradaban dunia. Inilah mutiara
yang harus diasah kembali, mutiara yang hampir terbuang dalam
hiruk pikuk demokrasi dan liberaralisasi. Menemukan dan
mengasah mutiara kenusantaraan senagai dasar pendekatan
ekologi dan ilmu lingkungan dalam membangun dasar dasar
karakter kenusantaraan. .
Kesabaran dan kesadaran melakukan transformasi
bersama diantara anak bangsa adalah kuncinya dan hasilnya
niscaya dapat menumbuhkan pohon berbuah ranum dalam arus
globalisasi. Para leluhur bangsa Indonesia sangat arif bijaksana,
dan sangat berbudi dalam menempatkan keutuhan Nusa-Antara.
Desain kemajemukan dibangun dalam bingkai negara Bhineka
Tunggal Ika. Berbeda tapi Satu tan Hana Dharma Mangrwa,
semuanya adalah kesatuan (Oneness) dalam bahasa biologi
20
disebut Diversity in Unity. Keunikan kemajemukannya ibarat
keunikan perputaran air dan bahan makanan dalam menghidupi
semua ciptaaan. Pesannya adalah tidak ada alasan apapun untuk
menghalangi seseorang atau kelompok makhluk hidup,
masyarakat untuk mendapat kebutuhan dasarnya. Azas keadilan
sosial bagi seluruh rakyat merupakan adaptasi keadilan alam
bagi semua ciptaan.
Alam semesta memiliki matahari, bulan, planet-planet,
galaksi dengan gugusan bintang. Planet bumi memiliki gunung,
sungai, laut, awan, bahan bumi diselimuti hembusan angin.
Bumi memiliki berbagai macam kehidupan. Manusia adalah
salah satu species diantara ribuan species sebagai puncak
kesadaran evolutif. Manusia berevolusi dari Homo erectus dan
akhirnya mencapai puncaknya sebagai Homo sapiens yaitu
makhluk berakal dan bijaksana. Kesadaran saling hubungan
diantara semua realitas adalah ciri utama keberadaannya. Spirit
transformasi dari dunia biofisik menuju arah olah pikir dalam
membangun kemanusiaan dan kesadaran adalah spirit
transformasi dalam pendidikan.
21
Pendidikan Lingkungan dan Proses Transformasi )
22
berpakaian (bhusanam). Pendidikan sebagai satu upaya
membangun busana krhidupannya yang ideal. Puncak tujuan
pendidikan adalah membangun keseluruhan busana. (Niti
Sataka, 1980 ). Sifat baik adalah busana terindah sebagai tujuan
utama pendidikan. Busana kekayaan adalah kebaikan hati
sebagai bunganya kekayaan kebendaan. Busana pengetahuan
adalah kedamaian. Busana kepandaian adalah kerendahan hati.
Busana kebesaran adalah pemaaf. Inti busana adalah sifat baik.
Kekumuhan sungai, kekotoran lingkungan, kerusakan bumi,
adalah cermin ketelanjangan manusia. Manusia telanjang,
analog degan manusia yang tidak berperilaku sesuai busananya.
Apakah yang dimaksusd dengan kesuksesan dalam belajar
ekologi, ilmu lingkungan dan pemilikan, atau presatasi
akademik dalam kehidupan?. Perlunya dibangun paradigma
suskses dalam kehidupan sebagai satu kesatuan dan proses
mencakup semua aspek kajian ekologi.
The newly emerging paradigm can be described in
various ways (Cafra,in Shambala, 1995). It may be called a
holistic worldview, emphasizing the whole rather than the parts.
It also is called an ecological worldview using the term the
sense of deep ecology
23
Kekeuatan Sains dan Kelembutan Kebajikan
Masyarakat Indonesia dan masyarakat Asia umumnya
lebih bertumpu pada kepercayaan dibanding rasionalnya, dan
berbeda dengan kebudayaan masyarakat Barat yang
mengutamakan rasionalnya. M anusia memerlukan
kedunya sebagai sebuah keutuhan. Terdesaknya eksistensi
kelembagaan masyarakat agraris merupakan konsekuensi logis
dari kemajuan masyarakat industri. Fenomena tersebut dapat
dijadikan pertimbangan penataan masyarakat agraris Indonesia
dalam persaingan kesejagatan. Pentingnya pemahaman tradisi,
sebagai sasaran pemberdayaan pengetahuan masyarakat dan
sebagai bagian aktualisasi diri (Pranarka 1996). Pemberdayaan
yang mengutamakan stimulasi sehingga setiap individu dan
masyarakat mempunyai kemampuan menentukan pilihan
melalui dialog dan mereka tidak dipaksa tanpa pilihan
Pembangunan dalam perspektif kehidupan urban dapat
dilihat dari aspek internal dan eksternal. Pemberdayaan
masyarakat sesuai keunikan kultualnya lebih efektif
dibandingkan pencangkokan sistem baru (Nelly 1992). Toledo
(1992) mengingatkan pengambil kebijakan agar tidak
mengambil asumsi yang merugikan masyarakat dan
perkembangan pengetahuan dalam pembangunan. Pertama,
24
kepercayaan yang salah bahwa kultur dan pengetahuan
tradisional lebih rendah dibanding pengetahuan modern. Kedua,
adanya gagasan bahwa hanya pengetahuan modern yang valid
dalam pengelolaan sumberdaya alam. Munculnya problem
dalam irigasi tradisional antara lain diakibatkan rasa superioritas
sistem budi pengairan modern. (Suprodjo 2004). Birokrasi
modern menghambat partisipasi masyarakat karena manajemen
modern tidak dapat diakses kebenaran tanggung jawabnya .
Pemantapan praksis pemanfaatan sumberdaya dalam
kehidupan masyarakat agraris nusantara adalah hasil dialog dari
berbagai pihak sehingga pilihan keputusan mencerminkan
keterwakilan kepentingan para pihak. Pengembangan
perekonomian dan sains menjadi pengetahuan ideal bila sains
bersifat bijaksana (Vilioro 1982 dalam Toledo 1992). Perlunya
kajian dan interpretasi kebudayaan dan tradisi masyarakat
agraris dalam membangun dirnya dalam peradaban dunia dn
sebaliknya negara industry perlu introspeksi terhadap pola
pembangunan yang telah dilakukan. Dalam sejarah kehidupan
terdapat dua model pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan dan
kebijaksanaan. Setiap pengetahuan tidak hanya memiliki
keunikan, tetapi bahkan berseberangan dianaranya (Villoro,
1982). Manusia memerlukan pengetahuan dasar untuk
25
memelihara kebutuhan badan dan menumbuhkan kebijaksanaan
sebagai tahapan evolusi kejiwaan’
REFFERENCES
26
World. Basel Museum der Kulturen and Verlag Schawbe
& Co AG.hlm 37-44
Yukteswar. G. J. S. 1997. The Holy Science. Published by Self-
Realization llowship. Los Amgeles, California.
Yesudian. S. 1989. Self Reliance Through Yoga. Words of
Wisdom and Inspiration. Unwin Hyman Limited,
Australia.
Watson L. 1991. Gift of Unknown Things. Destiny Books.
Originally Published, New York.
Capra, F. Deep Ecology. A New Paradigm. Deep Ecology for
the Twenty-First Century. Shambala 1995. Boston.
Chopra, D. 1993. The Seven Spiritual Laws of Success.
Amber –Allen Publishing and New world Library,
Singapore.
Chopra, D. 1994. The Seven Spiritual Law of Success. A
Practical Gide to the Fulfillment of Your Dream.Amber-
Allen Publishing, California.
Grim A. 2001. The Indigenous Traditions and Ecology. Harvard
University Press.
Gough A 1977. Indigenous knowledge for the environment. Di
dalam Fien J, Heck D, Ferreira A editor Learning for a
Sstainable Environment. UNESCO Asia-Pacipic Centre
of Educational Innovation for Development and Griffith
University Centre. hlm 5.1- 5.39.
Mollison. B. 1987. Desain Manual Permaculture. Tagliari
27
Myss. C. and Sheally N. 1999. The Creation of Health. The
Emotional, Psychological and Spiritual responses That
Promote Health and Healing Bantam Books. London.p
xiii.
Naess. A. 1986. The Deep Ecological Movment. Some Phylosophical
Aspects. DEEP. ECOLOGY for the TWENTY-FIRST CENTURY.
Sessions. G. Editor Shambala. Boston. 1995.
28