Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN ( 7 jan 2017)

Ekologi sangat popular dalam semua bidang kehidupan dan


pada berbagai tingkatan.aktivitas dan lapisan masyarakat.
Ekologi ditinjau dari esensinya; dikenal ekologi dasar, ekologi
umum sebagai kajian teoritik dan ekologi terapan pada tataran
praktis. Ekologi sebagai salah satu tema atau cabang biologi
memusatkan pada keberadaan makhluk hidup pada
biosistemnya. Ditinjau dari obyeknya maka dikenal ekologi
hewan, ekologi tumbuhan, dan ekologi mikro oraganisme dan
ekologi mikroba sebagai turnannya. Ekologi dalam perspektif
lebih luas merambah hampir pada kehidupan manusia, sehingga
sesuai kegiatannya maka dikenal; ekologi manusia, ekologi
pembangunan, ekologi wistata, bahkan merambah pada istilah
ekologi pendidikan. Dalam perkembangan masyarakat modern
sesuai keunikan wilayahnya dikenal istilah ekologi perkotaan
sebagai kebalikan dari ekologi perdesaan. Masyarakat
internasional mengenal istilah baru dalam bidang ekologi, yaitu
deep ecology, yaitu ekologi yang bersifat lebih mendalam, dan
persoalan ekologi tidak hanya menyangkut ekologi yang bersifat
instrumental, tetapi melibatkan etika dan kedudukan setiap
realitas dalam ekosfer. Ekologi tidak hanya bertumpu pada hasil

1
observasi dan proses penalaran., tetapi ekologi yang melibatkan
nilai nilai intrinsic setiap makhluk dan bukan hanya bermanfaat
bagi manusia. Deep Ecology. sebagai ekologi kontemporer
sebagai sebuah respon dan autokritik terhadap kegagalan
ekologi instrumental dalam menghadapi berbagai tantangan
dalam pemabangunan dan kehidupan berkeadilan diantara
kompoenen struktur dan fungsi ekosistem dalam biosistem )
Deep ecology's core principle is the belief that, like
humanity, the living environment as a whole has the same right
to live and flourish. Deep ecology describes itself as "deep"
because it persists in asking deeper questions concerning "why"
and "how" and thus is concerned with the fundamental
philosophical questions about the impacts of human life as one
part of the ecosphere, rather than with a narrow view of
ecology as a branch of biological science, and aims to avoid
merely anthropocentric environmentalism, which is concerned
with conservation
Esensi dan prinsip ekologi lebih mendalam, bahwa manusia,
lingkungan kehidupan termasuk semua makhluk hidup memiliki
kesamaan nilai untuk hidup dan berkembang. Ekologi yang
bersifat lebih filosofis yaitu ekologi yang harus dapat menjawab
pertanyaan mengapa dan bagiamana. Pertanyaan mengarahkan
pada sikap dan tindakan serta dampak aktivitas kehidupan
manusia terhadap biosistenya sebagai bagian dari ekosfer.

2
Deep ecology menyangkut filsafat ekologi kontemporer,
yaitu ekologi yang memperkenalkan nilai nilai intrinsic
keberadaan segala sesuatu yang memiliki nilai-nilai bagi dirinya
dan tidak hanya nilai manfaat bagi manusia. Falsafah ekologi
yang memberikan penekanan tentang saling ketergantungan
diantara makhluk hidup di dalam ekosistem, dan saling
hubungan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya
dalam biosfer. Konsepsi meliputi prinsip dasar tentang
lingkungan, ekologi, gerakan hijau, kehutanan yang bertumpu
pada etika lingkungan sebagai sistem baru,
Deep ecology is a contemporary ecological philosophy
that recognizes an inherent worth of other beings, aside from
their utility. The philosophy emphasizes the interdependence of
organisms within ecosystems and that of ecosystems with each
other within the biosphere. It provides a foundation for the
environmental, ecology and green movements and has fostered
a new system of environmental ethics
Deep ecology ditinjau dari prinsip dan aksinya lebih
mengarah pada pemanfaatan sumber daya alam mengikuti
kaidah kaidah ekologi instrumental serta peranan manusia dalam
pemanfaatan secara berkelanjutan. Prinsip aksinya sebagai
prinsip dasar ilmu lingkungan, yaitu penenmpatan peran
manusia dalam sistem ekologis.

3
Pengembangan ilmu lingkungan dan pendidikan
lingkungan sebagai ilmu lintas desiplin dalam mengatasi
berbagai persoalan yang berawal dari pemahaman konsep
ekologi sebagai dasar lingkungan biofisik. Ilmu lingkungan
dapat diangkat dan dipelajari mulai dari pengertian dasar,
sumber persoalan dalam kehidupan nyata dan mengapa
dipelajari. Pemahaman wawasan keilmuan mulai dari ciri cirri
keilmuan, dan orientasi manusia serta pendekatannya.
Pemahaman terhadap mekanisme berlakunya prinsip prinsip
lingkungan dalam sistem lingkungan yang mendasari ilmu
lingkungan. Pemahaman konsep lingkungan dan
perkembangannya mulai dari lingkungan lokal, nasional dan
global.. Lingkungan sebagai sistem tanpa batas batas wilayah
dalam memahami isu-isu lingkungan aktual dan perspektifnya
dalam pemabangunan. Pemahaman ilmu lingkungan dimulai
dari keunikan lingkungan biofisik dan akhirnya berkembang
menjadi lingkungan sosial budaya dan peranan teknologi dan
etika sebagai pengendali ( Wuryadi, dkk, 2005). Pendidikan
lingkungan sebagai upaya pemahaman persoalan lingkungan
dalam upaya pengubahan sikap dan perilaku manusia dalam
kehidupan berkelanjutan. Tercakup di dalamnya pemahaman
spsesifikasi spesifikasi kultural sesuai keunikan wilayahnya.

4
.Konsepsi Deep ecology dan butir butir aksinya sebagai bahan
kajian ekologi dan Ilmu Lingkungan
Delapan butir aksi ekologi sebagai konsepsi dasar
kesadaran tentang pentingnya tindakan sebagai realisasi
konsepsi melalui aksi nyata sebagai sebuah praksis. Butir butir
aksi tersebut sebenarnya telah mewadahi kaidah kaidah ilmu
lingkungan dalam pemabngunan (Naes, Pustaka).
(Suryadarma, 2010).
1. Eksistensi dan perkembangan kehidupan manusia
maupun bukan manusia di bumi,

memiliki baginya dirinya (intrinsic value).. Eksistensi makhluk


hidup memiliki nilai bagi dirinya sendiri dan pemanfaatannya
harus memenuhi kaidah kaidah konservasi untuk menjaga
kelangsungannya. Butir nilai intrinsik sebagai kesadaran
kedudukan manusia dalam biosfer. Salah satu tujuan penddikan
yaitu pengembangan konsep dasar ilmu lingkungan dan
pengembanagan kesdaran dan sikap peduli lingkungan.
2. Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk
kehidupan di alam mempunyai sumbangan bagi perwujudan
nilai-nilai tersebut. Eksitensi makhluk hidup merupakan bagian
dari proses mejaga eksistensi nilai nilai bersangkutan sebagai

5
turunannya. Misalnya hilangnya salah satu sumberdaya
makanan hewan yang berasal dari tumbuhan akan mendorong
hilangnya sumberdaya hewan yang menggunakan sebagai
sumber makannya.

3. Manusia tidak mendapat mandat untuk mereduksi


kekayaan dan keanekaragaman, kecuali untuk jaminan
kebutuhan dasarnya. Manusia tidak mendapat mandat untuk
mengurangi kekayaan keanekaragaman makhluk hidup
sehingga dibutuhkan pandangan dan pola pemanfaatan oleh
berbagai etnik sesuai persepsinya sebagai kajian etnoekologi

4. Perkembangan kehidupan manusia dan kebudayaannya


berbanding lurus dengan penurunan kualitas lingkungan.
Peningkatan jumlah manusia dan ekspansi kebudayaan maupun
eksploitasi sumberdaya alam melalui kecanggihan teknologinya
cenderung menurunkan kualitas lingkungan sebagai biosistem.
Pemanfaatan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi dan
pendidikan lingkungan idealnya harus melekat upaya upaya
menjaga eksistensi sumberdaya alam dan masyarakat pelaku
pada berbagai etnik dalam menjaga kebudayaannya.

6
5. Kehadiran campur tangan manusia terhadap
lingkungannya sudah berjalan semakin besar dan berlangsung
semakin cepat dan dampaknya semakin memburuk. Perlunya
menumbuhkan kesadaran kepada berbagai pemangku
kepentingan dan penanaman kesdaran dan aksi nyata dalam
pendidikan lingkungan. Kehadiran manusia dalam satu
ekosistem dan pola pemanfaatannya tidak mereduksi
keanekaragaman hayati dan memperburuk kualitas alam, tetapi
lebih dari itu ia harus mampu menjaga hubungannya dengan
realitas lainnya.

6. Perlunya upaya perubahan kebijakan mendasar yang


bersifat adil dalam aspek ekonomi, teknologi dan struktur
ideologi. Kebijakan mendasar dalam; keadilan dalam
pemanfaatan sumberdaya alam, pengetahuan masyarakat dan
keunikan etnik dalam pemanfaatan agar mendapat kelayakan
kontribusi. Masyarakat modern dan pendidikan lingkungan tidak
hanya mengeksploitasi pengetahuan tradisional masyarakat,
tetapi mereka harus mengakui dan menghargai eksistensinya
melalui hak cipta..

7. Perubahan idiologi paling utama adalah mengutamakan


apresiasi terhadap kualitas kehidupan dibanding peningkatan

7
standar kehidupan yang tinggi. Perubahan cara kehidupan
merupakan isu sentral ke masa depan, terutama dalam
menghadapi tantangan meningkatnya laju hilangnya sumberdaya
alam karena mengejar standar kehidupan yang semakin tinggi,
tanpa memperhitungkan keterbatasan sumberdaya alam..

Masyaakat dalam awal sejarah kehidupannya lebih


bertumpu dan ditentukan keadaan lingkungan alamnya dan
masyarakat sangat tergantung pada lingkungannya dimana
kehidupannya menyatu dalam satuan lingkungannya.
Masyarakat berbagai etnik di belahan bumi mereka
memamanfaatkan lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya sesuai kepercayaan, adat, pengetahuan, tujuannya,
dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai pusat obyek dan
persoalan ethnoecology
Ethnoecology merupakan sains yang bertumpu pada
kebutuhan praktis. Kebutuhan yang bersumber dari ilmu ilmu ;
anthrophology, ethnobiology, agronomy, environmental
geography sebagai dasar pendekatannya (Toledo, 1992).
Kajiannya bertumpu pada bagaimana pemanfaatan alam oleh
kelompok masyarakat (ethnic) sesuai keunikan ragam
kepercayaan, pengetahuan, tujuannya dan bagaimana pandangan

8
kelompok etnis bersangkuatan (Toledo 1992). Pandangan dan
kepercayaan masyarakat terhadap alamnya (corpus), rangkaian
proses pengolahan sumber dayanya (praxis), pengamatan
karakteristik dan penilaian dinamika kualitas ekosistemnya
adalah wujud totalitas kegiatannya. Corpusnya mencakup
berbagai simbol, konsep, persepsi tentang alam dan praksisnya
sebagai rentetan aktivitas praktis pengelolaan.
The exploration how nature is seen by hunans groups
through a screen of beliefes, knowledge and purposes, and how
in term of their images humans use, manage and appropriate
natural resources, has been a central task of most ecologically
oriented research conducted by anthrophologists, agronomists,
human ecologists.
Masyarakata Indonesia tumbuh dan berkembang sesuai
keunikan geologis, geografis, adat kepercayaan dalam
pemanfaatan lingkungan sebagai biosistemnya.
Keanekaragaman pemanfaatan bertumpu pada ethnoekologinya.
Keanekaragaman etnik nusantara yang tersebar dalam beberapa
pulau pulau dan ratusan pulau kecil pada berbagai tipe
ekosistem secara turun temurun sehingga mereka memiliki
perbedaan persepsi sebagai dasar pemanfaataannya. Setiap etnik
masyarakat sesuai keuinikannya telah memiliki pengetahuan
tentang keunikan lingkungannya dalam upaya memenuhi

9
kebutuhan dasarnya. Lebih dari kebutuhan dasar maka setiap
etnik memiliki kepercayaan terhadap keunikan lingkungannya.
Keunikan lingkungan sungai dan daerah aliran sungainya,
kawasan pegunungan, kawasan hutan, kawasan padang lahan
kering dan lahan basah, dan kawasan lingkungan pesisir dan
keunikan lingkungan lainnya. Dasar dasar pemanfaatan dalam
berbagai bidang dan kepercayaan, tujuan, dan motivasi telah
membangun dasar dasar praksis ethnoekologi
Pemahaman ekologi dan ilmu lingkungan oleh masyarakat
Indonesia bersifat kultural melalui pendekatan ethnoecology
karena berbagai alasan. Alasan keunikan geobifisik, klimatik
karena Indonesia berada dalam lempeng cincin api geologi, dan
keunikan sosial kulturalnya, sehingga diperlukan pemahaman
secara sambung budaya. Masyarakat akademik dan mahsiswa
memahami ekologi dan ilmu lingkungan sekaligus dapat
membangun kepercayaan dirinya. Tumbuhnya kepercayaan
terhadap kekayaan dan keunikan sumber sumber pengetahuan,
pengalaman dalam kehidupan praktis sebagai dasar
pengembangan keilmuan. Pengembangan keilmuan dalam
perspektif nasional dan refleksi global. Terjadinya pola
pemanfaatan dan pemahaman ilmu lingkungan dan pendidikan
lingkungan sesuai keunikan wilayah secara sambung budaya.

10
Keunikan Masyarakat Agraris Nusantara

Pendekatan dan pengembangan ilmu lingkungan dan


penddikan lingkungan sesuai keunikan ratusan etnik masyarakat
Nusantara. Pengembangan bertumpu pada integrasi antara
keunikan wilayah, keanekaragaman sumber daya karena
turunan kombinasinya matrik dasar penunjang kehidupan
(Suryadarma, 2013: 4). Matrik dasar keunikan Nusantara
sebagai negeri diantara nusa dengan memadukan komponen.

1. Keunikan Geologis- Geografi –Klimatologis-Edafik


2. Pola Sebaran- Tipe Ekosistem Pantai -Pegunungan
3. Komposisi Pulau Besar - Ribuan Kepulauan Kecil
4. Kebaradan Ratusan Mosaik Keunikan Etnik Nusantara
5. Tingginya Keanekaragaman Hayati – Luasan Distribusi
6. Produksi Sepanjang Tahun
7. Ketersediaan Teknologi Tepat Guna
8. Dinamika Perkembangan Kuliner Etnik Nusantara
9. Diversifikasi Aktivitas Wisata

Turunan interaksi dianatara dasar keunikan matriks dapat


menghasilkan ragam kombinasi sebagai pilihan strategi

11
pencapaian. Bukankah bangsa Indonesia memiliki waktu tanam
yang tidak dibatasi waktu, dan memiliki keanekaragaman hayati
dari ekosistem savanna, dataran, estuarine, sampai pegunungan
bersalju. Bukankah Nusantara memiliki keunikan kultural dalam
pemanfaatan berbagai sumber daya alam sesuai kepercyaannya.

Dislokasi dan Anomali Pemanfaatan

Dislokasi atau pindah silang dan salah arah nilai


pemanfaatan matrik dasar membawa konsekuensi terjadinya
ketidaksinambungan ekologis dan berakibat pada rapuhnya pilar
kehidupan masyarakat, ekologi, ilmu lingkungan dan pendidikan
lingkungan tidak membangun kemandirian “Apakah diperlukan
peningkatan laju pertumbuhan dan pendidikan lingkungan bila
terjadi salah arah?” Ataukah perlunya prioritas perubahan arah
sebelum dilakukan upaya peningkatan pertumbuhan” Itulah
pertanyaan mendasar, pertanyaan paradigma pemanfaatan dan
pola pembangunan. Anomali dan salah arah pengembangan
dapat diungkap melalui logika dasar. .
1. Logiskah masyarakat tropikal Indonesia yang tidak
memiliki keanekaragaman gamdum dan keunikan
kultural gandum tetapi mereka mengkonsumsi berbagai
produk berbahan gandum setiap hari?

12
2. Logiskan masyarakat Jawa yang mengkonsumsi tahu dan
tempe secara turun temurun tetapi mereka kini tidak lagi
mengenal dan menanam kedele
3. Logiskah masyarakat Nusantara yang kaya raya
keanekaragaman jenis umbi umbian, ikan, serangga dan
tidak bangga mengkonsumsi bahan bersangkutan
4. Logiskah masyarakat agararis Indonesia dimana mereka
tidak bangga sebagai petani dan jumlah generasi yang
mengambil kuliah pertanian bukan sebagai pilihan utama
Logiskah masyarakat merdesa yaitu masyarakat dengan
keunikan ekosistem desanya sebagai unit awal kehidupannya
dan mereka tidak merasa bangga dengan desanya. Generasi
kedepan merasa bangsa apabila mereka menjadi generasi hidup
di perkotaan atau merkuta, Terjadinya dislokasi ekologis bagi
masyarakat dan generasi muda Indonesia umumnya sebagai
fenomena kegagalan pemahaman ilmu lingkungan dan
pendidikan lingkungan. Mereka membangun kebanggaan
kehidupan dengan bertumpu pada dominasi produk gandum,
kedele produk rekayasa genetika sebagai bahan baku tahu tempe
dan impor buah- buahan dari belahan bumi sub-tropik.. Generasi
penerus sebagai produk pendidikan perkotaan cenderung merasa
gagap untuk kembali ke perdesaan karena dua sebab utama.

13
Pertama mereka telah mersakan fasilitas kehidupan perkotaan
yang menawarkan berbagai kemudahan. Kedua mereka
umumnya tidak mengenal kehidupan perdesaan karena mereka
sebagain besar tumbuh di perkotaan dan kecilnya minat tentang
kehidupan pertanian perdesaan karena dianggap tidak
menjanjikan.
Gerakan hidup bertumpu pada pemanfaatan
keanekaragaman hayati satu wilayah dan sesuai keunikan
kultural masyarakat dalam satuan satuan areal terbatas telah
menjadi gerakan di seluruh dunia. Satu gerakan hidup
berkelanjutan sebagai prinsip dasar permaculture yang berawal
untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam pertanian. Gerakan
hidup selaras alam, kebudayaan berkelanjutan, menggabung
semua aktivitas kehidupan pertanian dari hulu sampai ke hilir.
Korporasi kehidupan yang menggabungkan secara proporsional
setiap aktivitas menanam, proses petik, proses mengolah dan
menjual (Mollison, 1986, Suryadarma 2005). Prinsip dasar dan
aktivitas permaculture sejalan dengan gerakan hidup sehat,
humanistic dan ekologis (SHE) sebagai alternatif pilihan hidup
(Robertson, 1983, 47) ( Terjemahan Yayasan Obor: 1990).
Adanya pergeseran aktivitas kehidupan dari kepadatan
penduduk di kota kota industri besar seperti di Inggris dan

14
Amerika Serikat khususnya di London dan New York.
Pandangan SHE mengarahkan pada keanekaragaman pola
penghidupan yang lebih menyebar.melalui ketersediaan sumber
pekerjaan dan tempat bekerja Terjadinya satu gerakan kearah
pemukiman kembali lebih besar ke perdesaan. Penguatan
pertanian paruh waktu dan peremajan masyarakat perdesaan
bagi masyarakat perkotaan dan perdesaan. Kondisi tersebut
sangat sessuai dengan dinamika kehidupan masyarakat
Indonesia, sehingga tidak terjadi arus urbanisasi berlebihan
Gerakan hidup selaras alam dalam perspektif
permakultur yang telah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia
dan pandangan SHE Robertson sangat sesuai dengan kondisi
obyektif masyarakat Indonesia dan semboyan membangun
revolusi mental. Kewajaran pendidikan menempuh jalan serupa,
yaitu aktivitas pendidikan yang mengarahkan dan
mengkombinasikan keunikan aktivitas pendidikan di perkotaan
dan perdesaan.Pendidikan yang tidak mendikotomi antara desa
dan kota, karena kondisi alamiah pendidikan lebih sesuai di
perdesaan dibanding di perkotaan dengan membangun fasilitas
fasilitas teknologi dan informasi. Pendidikan yang dapat
memberikan keanekaragaman pengalaman dari bentuk yang

15
sederhana menuju bentuk yang lebih kompleks seperti
berlangsungnya proses suksesi setiap ekosistem.
Pendidikan yang memadukan keunikan dinamika ruang
dan waktu. Waktu merekam kejadian skala kecil dan skala besar
sebagai akumulasinya, karena dalam setiap satuan waktu
terekam masa lalu masa sekarang dan pilihan masa mendatang.
Keunikan perioda waktu kejadian dapat diamati pada peristiwa
metamorfose kupu kupu, dimana setiap rentangan kejadian
memiliki spirit transformasi potensi. Transformasi bentuk fisik,
pikiran dan kesadaran sesuai keunikan setiap potensinya.
Transformasi melalui menumbuhkan kemampuan observasi
dalam memperoleh gejala fisik untuk membangun konsep
melalui penalaran dan menumbuhkan kesadaran budhi.
Kesadaran pergeseran dari mementingkan diri menuju kesadaran
kebersamaan, yaitu perubahan dari aku menjadi kau dan kita.
Pemaknaan proses pendidikan biologi, ekologi dan lingkungan,
karena lingkungan luar sebagai stimulant untuk menumbuhkan
kesdaran. Ibarat pemaknaan irama tarikan masuk- keluarnya
nafas, irama detak jantung dan irama lainnya dapat digunakan
sebagai momen belajar (Anthony de Mello).
We are learning to listen from rhythm of our breath and
from beat our body live. We are listening from the flowing

16
wind, sing of bird and from the wonderful symphony of nature.
One sound affect all sound, one vibration affect all vibration
and every existence affecting each others.

Pemaknaan semua aktivitas kehidupan pada berbagai


tingkatan organisasi kehidupan, mulai tingkatan individu,
populasi dan komunitas atau sebaliknya menuju tingkat jaringan
sampai seluler. Pemaknaan satu desiran angin yang dapat
mendirikan melembutkan hati, satu usapan tangan yang dapat
melembutkan hati hati dan pikiran. Satu kedipan mata yang
dapat mengguncang hati, karena keuniakn semua bagian tubuh
sebagai satu sistem biologis dan psikologis Setiap fenomena
alam sebagai fenomena lingkungan berpengaruh pada kehidupan
manusia mulai dari peristiwa gelombang kecil di dasar laut
sampai pada perputaran galaksi yang jauhnya ribuan tahun
cahaya. Pendidikan lingkungan yang menumbuhkan kesadaran.
Kesadaran bahwa setiap orang mengetahui jika jantung berhenti
berdenyut maka ia akan mati. Kesadaran bahwa setiap orang
jika paru parunya rusak maka ia akan kolaps dan kesdaran
bahwa hutan sebagai formasi tumbuhan sebagai paru paru bumi.
Itulah alasan mengapa betapa pentingnya fungsi hutan bagi
sebagai paru-paru dunia dan tumbuhan di lingkungan sekitar dan
didalam pekarangan sebagai paru paru luar tubuh manusia.

17
Tanpa tumbuhan bagaimana manusia hidup, dan
bagaimana kualitas kehidupan manusia bisa dijaga jika udara
dan air sungai tercemar. Manusia hidup saling ketergantungan
dengan semua realitas sehingga hidup saling menjaga satu
dengan lainnya. Biji bunga matahari tidak dapat dipisahkan
dengan sinar matahari, karena alasan bentuk, formasi bijinya
dan posisi gerakan hariannya mulai dari pagi sampai sore
mengikuti posisi matahari. Pentingnya menumbuhkan kesadaran
kebhinekaan, kesadaran kekuatan penjaga kebhinekaan dan
kesadaran berbangsa, bertanah air dan berbahasa Indonesia
sebagai pengembangan ekologi berbasi etnoekologi.

3. Keunikan Lingkungan dan Kebudayaan Indonesia

Keunikan geologis nusantara dan letaknya diantara dua


lempeng cincin api geologi, memiliki keanekaragaman hayati
dalam bentangan kepulauan di katulistiwa. Aliran air sungai di
pulau–pulau besar menyatu dengan ribuan sungai pulau kecil
lainnya. Alirannya menghidupi masyarakat agraris masyarakat
bahari. Samudra adalah pemersatu nusa, yaitu Nusantara sebagai
jamrud katulistiwa. Keunikan lahan kering dan lahan basah
sebagai lanskap sebagai keanekaragaman ekosistem. Pasang

18
surut, putaran arus laut adalah irama ekspresi perputaran energi,
perputran energi alam yang membangun dinamika kehidupan.
Dinamika kehidupan antara nelayan dan masyarakat daratan
sebagai cerminan terjadinya perpindahan ikan mengikuti arus
laut akibat perubahan posisi matahari. Itulah dinamika
kehidupan nelayan Nusantara menuju daratan sebagai multi
kultural kebudayaan Indonesia. Kehidupan adalah gerakan ibarat
satu tarian, yaitu gerakan tarian mulai dari tingkatan mikro
sampai ke tataran bumi dan bimasakti. Tarian kehidupan mulai
dari aktivitas menanam, mmetik dan mengolah hasil sebagai
pola ritual masyarakat petani dan nelayan. Keunikan geologi dan
geografis alam adalah cerminan keharmonisan transformasi
energi. Itulah dasar tarian kehidupan bangsa yang harus
ditarikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dalam
menghadapi arus globalisasi.
Keunikan alam dan kultural adalah tumpuan rancangan
kehidupan. Kehidupan kebhinekaan tetapi tunggal ika. Spirit
kebhinekaan bertumpu pada kemajemukan desa yaitu desa dunia
yang ideal. Satu desa harmoni, desa damai (merdesa) dalam
ungkapan Negara Kertagama. Penghancuran harmoni kehidupan
bukanlah satu prestasi manusia berbudaya, tetapi membangun
harmoni kemajemukan multikultural dalam keunikan geografis

19
sumber daya adalah satu presatasi luara biasa. Presatasi yang
dibangun terus menerus dalam sistem kultural, sosial dalam
spirit ekologis dalam sistem lingkungan. Spirit keunikan
Nusantara dan kemajemukan etniknya adalah karunia dan fakta
sejarah dan setiap nadanya memiliki vibrasi dan getaran dalam
membangun keharmonisan peradaban. Keunikan sebagai modal
dasar membangun kemajemukan peradaban dalam akselerasi
globalisasi. Bukankah bangsa Indonesia memiliki spirit dan
kebajikan yang sedang dicari peradaban dunia. Inilah mutiara
yang harus diasah kembali, mutiara yang hampir terbuang dalam
hiruk pikuk demokrasi dan liberaralisasi. Menemukan dan
mengasah mutiara kenusantaraan senagai dasar pendekatan
ekologi dan ilmu lingkungan dalam membangun dasar dasar
karakter kenusantaraan. .
Kesabaran dan kesadaran melakukan transformasi
bersama diantara anak bangsa adalah kuncinya dan hasilnya
niscaya dapat menumbuhkan pohon berbuah ranum dalam arus
globalisasi. Para leluhur bangsa Indonesia sangat arif bijaksana,
dan sangat berbudi dalam menempatkan keutuhan Nusa-Antara.
Desain kemajemukan dibangun dalam bingkai negara Bhineka
Tunggal Ika. Berbeda tapi Satu tan Hana Dharma Mangrwa,
semuanya adalah kesatuan (Oneness) dalam bahasa biologi

20
disebut Diversity in Unity. Keunikan kemajemukannya ibarat
keunikan perputaran air dan bahan makanan dalam menghidupi
semua ciptaaan. Pesannya adalah tidak ada alasan apapun untuk
menghalangi seseorang atau kelompok makhluk hidup,
masyarakat untuk mendapat kebutuhan dasarnya. Azas keadilan
sosial bagi seluruh rakyat merupakan adaptasi keadilan alam
bagi semua ciptaan.
Alam semesta memiliki matahari, bulan, planet-planet,
galaksi dengan gugusan bintang. Planet bumi memiliki gunung,
sungai, laut, awan, bahan bumi diselimuti hembusan angin.
Bumi memiliki berbagai macam kehidupan. Manusia adalah
salah satu species diantara ribuan species sebagai puncak
kesadaran evolutif. Manusia berevolusi dari Homo erectus dan
akhirnya mencapai puncaknya sebagai Homo sapiens yaitu
makhluk berakal dan bijaksana. Kesadaran saling hubungan
diantara semua realitas adalah ciri utama keberadaannya. Spirit
transformasi dari dunia biofisik menuju arah olah pikir dalam
membangun kemanusiaan dan kesadaran adalah spirit
transformasi dalam pendidikan.

21
Pendidikan Lingkungan dan Proses Transformasi )

Kehidupan manusia berawal sebagai kehidupan biologis


sebagai dimana manusia sebagai Homo erectus dan akhirnya
mencapai puncaknya evolusinya. Penpaian puncak evolusi
karena keajaiban pikirannya, sehingga ia menjadi makhluk
berpikir dan memiliki bijaksanaan sebagai Homo sapiens.
Diperlukan periode jutaan tahun evolusi untuk menghasilkan
Homo sapiens. Keberadaan manusia Homo sapiens dan
kesinambungannya menghasilkan kesadaran sebagai “Homo
religious”. Keharmonisan sebagai penanda tingkatan
religiousitas. Itulah arah paradigma dan transformasi kesadaran
manusia dan bukan sebaliknya ia menjadi manusia pembunuh,
“Homo Voiolence” dan “Homo victim”
Kelahiran setiap makhluk adalah telanjang dan setiap
kelahiran membawa vonis kematian. Tumbuhan dan binatang
mati mengikuti siklus hidupnya dan berganti mrlslui generasi
barunya. Apakah manusia mati dengan menelanjangi diri
sebagai pilihan jalan hidupnya? Pilihan jalan dapat diarahkan
melalui pemahaman pendidikan, pendidikan ekologi, ilmu
lingkungan yang berbasis kultural sebagai modal dasar. Manusia
menutup ketelanjangan dengan pakaian dan lahirlah manusia

22
berpakaian (bhusanam). Pendidikan sebagai satu upaya
membangun busana krhidupannya yang ideal. Puncak tujuan
pendidikan adalah membangun keseluruhan busana. (Niti
Sataka, 1980 ). Sifat baik adalah busana terindah sebagai tujuan
utama pendidikan. Busana kekayaan adalah kebaikan hati
sebagai bunganya kekayaan kebendaan. Busana pengetahuan
adalah kedamaian. Busana kepandaian adalah kerendahan hati.
Busana kebesaran adalah pemaaf. Inti busana adalah sifat baik.
Kekumuhan sungai, kekotoran lingkungan, kerusakan bumi,
adalah cermin ketelanjangan manusia. Manusia telanjang,
analog degan manusia yang tidak berperilaku sesuai busananya.
Apakah yang dimaksusd dengan kesuksesan dalam belajar
ekologi, ilmu lingkungan dan pemilikan, atau presatasi
akademik dalam kehidupan?. Perlunya dibangun paradigma
suskses dalam kehidupan sebagai satu kesatuan dan proses
mencakup semua aspek kajian ekologi.
The newly emerging paradigm can be described in
various ways (Cafra,in Shambala, 1995). It may be called a
holistic worldview, emphasizing the whole rather than the parts.
It also is called an ecological worldview using the term the
sense of deep ecology

23
Kekeuatan Sains dan Kelembutan Kebajikan
Masyarakat Indonesia dan masyarakat Asia umumnya
lebih bertumpu pada kepercayaan dibanding rasionalnya, dan
berbeda dengan kebudayaan masyarakat Barat yang
mengutamakan rasionalnya. M anusia memerlukan
kedunya sebagai sebuah keutuhan. Terdesaknya eksistensi
kelembagaan masyarakat agraris merupakan konsekuensi logis
dari kemajuan masyarakat industri. Fenomena tersebut dapat
dijadikan pertimbangan penataan masyarakat agraris Indonesia
dalam persaingan kesejagatan. Pentingnya pemahaman tradisi,
sebagai sasaran pemberdayaan pengetahuan masyarakat dan
sebagai bagian aktualisasi diri (Pranarka 1996). Pemberdayaan
yang mengutamakan stimulasi sehingga setiap individu dan
masyarakat mempunyai kemampuan menentukan pilihan
melalui dialog dan mereka tidak dipaksa tanpa pilihan
Pembangunan dalam perspektif kehidupan urban dapat
dilihat dari aspek internal dan eksternal. Pemberdayaan
masyarakat sesuai keunikan kultualnya lebih efektif
dibandingkan pencangkokan sistem baru (Nelly 1992). Toledo
(1992) mengingatkan pengambil kebijakan agar tidak
mengambil asumsi yang merugikan masyarakat dan
perkembangan pengetahuan dalam pembangunan. Pertama,

24
kepercayaan yang salah bahwa kultur dan pengetahuan
tradisional lebih rendah dibanding pengetahuan modern. Kedua,
adanya gagasan bahwa hanya pengetahuan modern yang valid
dalam pengelolaan sumberdaya alam. Munculnya problem
dalam irigasi tradisional antara lain diakibatkan rasa superioritas
sistem budi pengairan modern. (Suprodjo 2004). Birokrasi
modern menghambat partisipasi masyarakat karena manajemen
modern tidak dapat diakses kebenaran tanggung jawabnya .
Pemantapan praksis pemanfaatan sumberdaya dalam
kehidupan masyarakat agraris nusantara adalah hasil dialog dari
berbagai pihak sehingga pilihan keputusan mencerminkan
keterwakilan kepentingan para pihak. Pengembangan
perekonomian dan sains menjadi pengetahuan ideal bila sains
bersifat bijaksana (Vilioro 1982 dalam Toledo 1992). Perlunya
kajian dan interpretasi kebudayaan dan tradisi masyarakat
agraris dalam membangun dirnya dalam peradaban dunia dn
sebaliknya negara industry perlu introspeksi terhadap pola
pembangunan yang telah dilakukan. Dalam sejarah kehidupan
terdapat dua model pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan dan
kebijaksanaan. Setiap pengetahuan tidak hanya memiliki
keunikan, tetapi bahkan berseberangan dianaranya (Villoro,
1982). Manusia memerlukan pengetahuan dasar untuk

25
memelihara kebutuhan badan dan menumbuhkan kebijaksanaan
sebagai tahapan evolusi kejiwaan’

REFFERENCES

Capra, F. Deep Ecology. A New Paradigm. Deep Ecology for


the Twenty-First Century. Shambala 1995. Boston.
Chopra, D. 1993. The Seven Spiritual Laws of Success. Amber
–Allen Publishing and New world Library, Singapore.
http://www.cra.org.au/topics.cgi?tid=13. Symposium on
globalization. At the Conference of the Society for the Scientific
Study of Religion, Ohio, 2001
Grim A. 2001. The Indigenous Traditions and Ecology. Harvard
University Press.
Pendit,S. 1984. Nyepi Hari raya Kebangkitan dan Toleransi ( “
Nyepi is Tolerance and Ester). Mertasari Fondation.
Jakarta.
Naess .A. The Shallow and the Deep, Long Range Ecology
Movment. Summary
Rahzen, Taufik. 2010. Dharmawangsa dan Era daya Budi. ( The
King of Dharmawangsa and the Era of Intelegence).
Denpasar, Indonesia.
Suasta P 2001. Between Holy Waters and Higways. Di dalam
Rasmayer U, Panji Tisna IGR editor.Bali Living in Two

26
World. Basel Museum der Kulturen and Verlag Schawbe
& Co AG.hlm 37-44
Yukteswar. G. J. S. 1997. The Holy Science. Published by Self-
Realization llowship. Los Amgeles, California.
Yesudian. S. 1989. Self Reliance Through Yoga. Words of
Wisdom and Inspiration. Unwin Hyman Limited,
Australia.
Watson L. 1991. Gift of Unknown Things. Destiny Books.
Originally Published, New York.
Capra, F. Deep Ecology. A New Paradigm. Deep Ecology for
the Twenty-First Century. Shambala 1995. Boston.
Chopra, D. 1993. The Seven Spiritual Laws of Success.
Amber –Allen Publishing and New world Library,
Singapore.
Chopra, D. 1994. The Seven Spiritual Law of Success. A
Practical Gide to the Fulfillment of Your Dream.Amber-
Allen Publishing, California.
Grim A. 2001. The Indigenous Traditions and Ecology. Harvard
University Press.
Gough A 1977. Indigenous knowledge for the environment. Di
dalam Fien J, Heck D, Ferreira A editor Learning for a
Sstainable Environment. UNESCO Asia-Pacipic Centre
of Educational Innovation for Development and Griffith
University Centre. hlm 5.1- 5.39.
Mollison. B. 1987. Desain Manual Permaculture. Tagliari

27
Myss. C. and Sheally N. 1999. The Creation of Health. The
Emotional, Psychological and Spiritual responses That
Promote Health and Healing Bantam Books. London.p
xiii.
Naess. A. 1986. The Deep Ecological Movment. Some Phylosophical
Aspects. DEEP. ECOLOGY for the TWENTY-FIRST CENTURY.
Sessions. G. Editor Shambala. Boston. 1995.

Osho . 2003. Tantra Vision. The Door to Nirwana. New Delhi.


Suryadarma, 2009. Science Collaboration Approach between
Scientist Teacher and Students..Paper Presented on
International Seminar in Yogyakarta State University.
Watson L. 1991. Gift of Unknown Things. Destiny Books. Originally
Published, New York. p 37
Yesudian. S. 1989. Self Reliance Through Yoga. Words of Wisdom
and Inspiration. Unwin Hyman Limited, Australia.
Yukteswar. G. J. S. 1997. The Holy Science. Published by Self-
Realization Fellowship. Los Amgeles, California

28

Anda mungkin juga menyukai