Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PERASAN BUAH MAHKOTA DEWA

(PHALERIA MACROCARPA) TERHADAP KEMATIAN LARVA


AEDES SP.

Erna Kristinawati1
1
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan

Abstrak
Aedes sp merupakan vektor utama penyebab penyakit DHF (Dengue
Haemorragic Fever) atau biasa disebut DBD (Demam Berdarah Dengue). Ada
banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberantas vektor DBD salah satunya
menggunakan insektisida. Namun penggunaan insektisida sintetik lebih sering
digunakan di masyarakat dan memang efektif, akan tetapi dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan dan mempunyai efek toxik terhadap manusia. Beberapa
bahan aktif yang terkandung dalam buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
yang diperkirakan memiliki efek larvasida terhadap larva Aedes sp adalah
Alkaloid, saponin, dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan air perasan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
terhadap kematian larva Aedes sp. penelitian ini merupakan penelitian experiment.
Analisis data yang digunakan adalah analisa probit. Hasil persentase kematian
larva Aedes sp yang diperoleh secara berturut-turut adalah 11,2%, 40,8%, 60,8%,
dan 90,0%. Kesimpulan air perasan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
memiliki pengaruh terhadap kematian larva Aedes sp. Maka dari itu diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai manfaat tanaman buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) sebagai insektisida menggunakan bagian dari tanaman buah
mahkota dewa yang lainnya.
Kata Kunci : Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), Larva Aedes sp.,

Abstract

Aedes sp are the main vectors of disease-causing DHF (Dengue Haemorragic) or


commonly called DBD (Demam Berdarah Dengue). There are many ways that
can be do to eradicate the dengue vector one of them using insecticides. However
the use of synthetic insecticides used more often in the community and indeed
effective, but can cause damage to the environment and have toxic effects on
humans. Some of the active ingredients contained in the fruit of the crown of god
(Phaleria macrocarpa) are expected to have the effect of larvicides against Aedes
sp is Alkaloids, saponins, and flavonoids. This study aimed to determine the effect
of crown god (Phaleria macrocarpa) fruit squeeze against mortality of of Aedes sp
larvae. This study is experiment design. Analysis of the data used is the probit
analysis. The results showed that percentage mortality of larvae of Aedes sp
obtained respectively 11.2%, 40.8%, 60.8%, and 90.0%. the Conclusion crown of
god (Phaleria macrocarpa) fruit squeeze have an influence on the mortality of

166
Aedes sp larvae. Therefore further research is needed on the benefits plant of
crown of god (Phaleria macrocarpa) as an insecticide use the other part of the
crown of god.
Keywords: Crown of god (Phaleria macrocarpa), Aedes sp.

Pendahuluan tertinggi terjadi pada tahun 2010


yang mencapai 1.781 kasus dengan
Pengetahuan tentang sanitasi
jumlah kematian sebanyak 8 orang,
lingkungan sangat penting dalam
dimana tahun 2010 terjadii
upaya kesehatan, baik individu
peningkatan dibandingkan dengan
maupun masyarakat karena derajat
2009 sebanyak 625 kasus dengan
kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kematian sebanyak 1 orang.
lingkungan. Lingkungan yang tidak
Sedangkan pada tahun 2008 kasus
sehat dapat mengakibatkan
DBD meningkat menjadi 777 kasus,
terjadinya penularan penyakit salah
dengan jumlah kematian sebanyak 4
satunya demam berdarah
orang, dan kembali menurun pada
(Hasyimi,1997)
tahun 2007 sebanyak 720 kasus, 2
Penyakit demam berdarah
orang meninggal dunia. Pada tahun
merupakan salah satu penyakit yang
2006 kasus DBD menurun lagi
masih menjadi masalah kesehatan
menjadi 623 kasus, dengan jumlah
masyarakat dan endemis di
kematian sebanyak 4 orang (Anonim,
Indonesia. Hampir setiap tahun
2010).
terjadi serangan nyamuk demam
Kasus demam berdarah di Kota
berdarah di beberapa daerah yang
Mataram saat ini sudah mulai
biasanya terjadi pada musim
meningkat, hal ini disebabkan karena
penghujan. Demam berdarah adalah
ditemukannya 314 kasus penderita
penyakit demam akut yang
DBD dari Januari hingga Juni 2012.
disebabkan oleh virus dengue, yang
Berdasarkan hasil laboratorium dari
masuk ke peredaran darah manusia
314 penderita, sebanyak 170 orang
melalui gigitan nyamuk Aedes
dinyatakan positif DBD dan 144
aegypti atau Aedes albopictus. Gejala
dinyatakan masih ‘susfect’. Semua
klinisnya berupa demam tinggi yang
itu tidak terlepas dari pengaruh dan
berlangsung terus-menerus selama 2-
dampak kebersihan ditengah
7 hari dan manifestasi perdarahan
lingkungan yang masih sangat
yang biasanya didahului dengan
kurang, akibatnya jentik-jentik
terlihatnya tanda khas berupa bintik-
nyamuk DBD berkembang biak
bintik merah (petechiae) di tubuh
dengan pesat. Berdasarkan hasil
penderita. Penderita dapat
penelitian lembaga dari Pulau Jawa
mengalami sindrom syok dan
di Kota Mataram menyebutkan
meninggal. Sampai sekarang
bahwa nyamuk DBD di Provinsi
penyakit ini masih merupakan
Nusa Tenggara Barat sudah kebal
masalah kesehatan masyarakat
terhadap pemusnahan nyamuk
(Anonim, 2013 ; Gandahusada,
dewasa melalui pengasapan
2003).
‘fogging’ di rumah-rumah warga.
Kasus DBD di NTB dalam
Penggunaan ‘fogging’ secara terus
kurun waktu lima tahun (2006-2010)
menerus memiliki dampak yang

167
kurang baik terhadap kesehatan (Phaleria macrocarpa) Terhadap
karena dapa menyebabkan Kematian Larva Aedes sp.
pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan serta menyebabkan Metode
nyamuk menjadi resisten (Anonim, Penelitian ini bersifat kuasi
2012). eksperimen yaitu penetian yang
Usaha alternatif yang lebih bertujuan untuk mengetahui suatu
efektif dan ramah lingkungan dalam gejala/pengaruh yang timbul sebagai
pengendalian populasi dan adanya perlakuan tertentu. Sampel
penyebaran nyamuk sebagai vektor yang digunakan dalam penelitian ini
penyakit sangat diperlukan. Salah adalah larva Aedes sp instar III.
satu cara yaitu dengan penggunaan Teknik pengambilan sampel dalam
insektisida hayati dari buah mahkota penelitian ini adalah Purposive
dewa guna pengendalian terhadap Sampling yaitu pengambilan sampel
larva nyamuk Aedes aegypti . didasarkan pada suatu pertimbangan
Mahkota dewa (Phaleria yang dibuat oleh peneliti tersebut.
macrocarpa) merupakan tanaman Adapun kriteria sampel yang diambil
asli Indonesia yang habitat aslinya adalah larva instar III. Dibuat air
berada di Papua, tanaman ini perasan buah mahkota dewa
biasanya dijadikan tanaman hias, (Phaleria macrocarpa) dengan
namun saat ini banyak masyarakat konsentrasi dengan cara buah
yang memanfaatkanya sebagai obat mahkota dewa di blender lalu diperas
karena dikenal memiliki banyak sehingga menghasilkan air perasan
khasiat, salah satunya sebagai buah mahkota dewa murni 100%.
larvasida. Kandungan kimia mahkota Kemudian dilakukan pembuatan
dewa yang berkhasiat sebagai konsentrasi yang bervariasi. Larva
larvasida adalah alkaloid, flavonoid uji yang telah dipersiapkan
dan saponin. Senyawa alkaloid dan dimasukkan ke dalam mangkok uji
saponin merupakan racun perut, yang berisi air dan air perasan buah
alkaloid juga dapat menghambat mahkota dewa. Analisa data
pertumbuhan larva, sedangkan menggunakan analisa probit untuk
flavonoid merupakan racun mengetahui konsentrasi air perasan
pernafasan pada larva (Dewi indri buah mahkota dewa yang dapat
astuti, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan menimbulkan 10% kematian larva
yang telah dilakukan di Aedes sp (LD10) dan mengetahui
Laboratorium Parasitologi Jurusan konsentrasi air perasan buah mahkota
Analis Kesehatan Mataram dewa yang dapat menimbulkan 90%
menunjukan bahwa pada konsentrasi kematian larva Aedes sp. (LD90).
100% air perasan buah mahkota
dewa dapat membunuh 96% larva Hasil dan Pembahasan
(LD90) sedangkan pada konsentrasi
Setelah dilakukan uji di laboratorium
20% air perasan buah mahkota dewa
mengenai pengaruh pemberian air
dapat membunuh 12% larva (LD10).
perasan buah mahkota dewa
Maka dari itu penulis ingin meneliti
(Phaleria macrocarpa) terhadap
tentang Pengaruh Penambahan Air
kematian larva Aedes sp, maka
Perasan Buah Mahkota Dewa
didapatkan hasil yang tertulis pada
tabel dibawah ini menunjukkan

168
kematian Aedes sp yang mati dengan mahkota dewa (Phaleria
berbagai konsentrasi air perasan buah macrocarpa).

C (%) Replikasi Rata-rata Kematian


1 2 3 4 5 6 kematian (%)
20 4 4 3 1 3 2 2.8 11.2
30 13 10 10 11 8 9 10.2 40.8
60 16 16 15 13 15 16 15.2 60.8
100 21 24 23 25 21 21 22.5 90.0
K 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan tabel di atas dapat sebesar 40,8%, pada konsentrasi 60%


diketahui bahwa semakin tinggi dengan rata-rata 15,2 menyebabkan
tingkat konsentrasi maka semakin kematian larva Aedes sp sebesar
banyak jumlah larva Aedes sp yang 60,8% dan pada konsentrasi 100%
mati dengan waktu pengamatan 24 dengan rata-rata 22,5 dapat
jam. Pada konsentrasi 20% dengan menyebabkan kematian larva Aedes
rata-rata 2,8 menyebabkan kematian sp sebesar 90%. Sedangkan larva
larva Aedes sp sebesar 11,2%, pada kelompok kontrol yang tidak
konsentrasi 30% dengan rata-rata diberikan perlakuan tetap hidup
10,2 menyebabkan kematian larva 100%.
Aedes s.p

Berdasarkan grafik di atas dapat dewa dapat membunuh larva Aedes


diketahui bahwa semakin tinggi sp, sehingga semakin tinggi
konsentrasi air perasan buah mahkota konsentrasi air perasan buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa), maka dewa yang ditambahkan maka akan
semakin tinggi persentase kematian semakin banyak jumlah larva yang
larva Aedes sp Hal ini dikarenakan mati. Kandungan kimia buah
kandungan kimia buah mahkota mahkota dewa seperti saponin,

169
alkaloid, dan flavonoid merupakan Dari data hasil penelitian yaitu
atau racun perut dan racun pada kelompok perlakuan dengan
pernafasan bagi larva. Mekanisme konsentrasi 20% menyebabkan
dari saponin yaitu dapat menurunkan kematian larva Aedes sp sebesar
tegangan permukaan selaput mukosa 11,2%, pada konsentrasi 30%
traktus digestivus larva sehingga menyebabkan kematian larva Aedes
menjadi korosif. Senyawa alkaloid sp sebesar 40,8%, pada konsentrasi
juga merupakan stomach poisoning 60% menyebabkan kematian larva
bagi larva, bila senya ini masuk Aedes sp sebesar 60,8% dan pada
dalam tubuh larva Aedes aegypti konsentrasi 100% menyebabkan
maka alat pencernaannya akan kematian larva Aedes sp sebesar
menjadi terganggu (Ratih, S.W ; 90%. Sedangkan larva kelompok
Mifbakhuddin ; dan Kiky, Y. 2010). kontrol yang tidak diberikan
Flavonoid memiliki efek perlakuan tetap hidup 100%. Hasil
terhadap organisme salah satu analisis probit menunjukkan bahwa
diantaranya adalah sebagai inhibitor pada konsentrasi 1,6653% dapat
pernafasan larva. Peran flavonoid menimbulkan 10% kematian larva
sebagai insektisida adalah (LD10), pada konsentrasi 49,6945%
menghambat makanan nyamuk dan dapat menimbulkan 50% kematian
juga bersifat toksik (Dinata, 2008). larva, dan pada konsentrasi
Peran larvasida flavonoid 97,7237% dapat menimbulkan 90%
terjadi melalui mekanisme hambatan kematian larva (LD90).
sintesa asam nukleat (DNA) larva,
yang menyebabkan kematian larva Kesimpulan
tersebut. Golongan flavonoid dapat Berdasarkan hasil penelitian dapat
digambarkan sebagai deretan disimpulkan bahawa konsentrasi air
senyawa C6-C3-C6. Efek flavonoid perasan buah mahkota dewa
terhadap organisme bermacam- (Phaleria macrocarpa) 20%
macam. Salah satu diantaranya menyebabkan kematian larva Aedes
adalah juga sebagai inhibitor sp sebesar 11,2%. Konsentrasi air
pernafasan larva. Peran flavonoid perasan buah mahkota dewa
sebagai insektisida adalah (Phaleria macrocarpa) 30%
menghambat makanan nyamuk dan menyebabkan kematian larva Aedes
juga bersifat toksik. Flavonoid yang sp sebesar 40,8%. Konsentrasi air
dikonsumsi masuk ke dalam organ perasan buah mahkota dewa
utama pencernaan nyamuk, yaitu (Phaleria macrocarpa) 60%
ventrikulus akan terserap bersama menyebabkan kematian larva Aedes
sari makanan sehingga menurunkan sp sebesar 60,8%. Konsentrasi air
aktivitas enzim pencernaan dan perasan buah mahkota dewa
penyerapan makanan. Selanjutnya (Phaleria macrocarpa) 100%
akan diedarkan ke seluruh bagian menyebabkan kematian larva Aedes
tubuh nyamuk oleh hemolimfe. sp sebesar 90,0%.
Akibatnya, aktivitas nyamuk seperti
metabolism pertumbuhan dan Saran
pergerakan terhambat sehingga
akhirnya nyamuk mati (Dinata, Buah mahkota dewa dapat dijadikan
2008). salah satu produk insektisida yang
dapat membunuh serangga.

170
Hal ini menunjukkan bahwa artikel.prianganonline.com.,
ada pengaruh pemberian air perasan diakses tanggal 5 juli 2013).
buah mahkota dewa (Phaleria 8. Gandahusada, S. Illahude, H. H.
macrocarpa) terhadap kematian D. Pribadi, W. 2003.
larva Aedes sp, dan konsentrasi air Parasitologi kedokteran Edisi
perasan buah mahkota dewa ketiga. FKUI. Jakarta.
(Phaleria macrocarpa) yang paling 9. Ginanjar, Genis. 2007. Apa
efektif untuk membunuh larva Aedes Yang Dokter Anda Tidak
sp. adalah 100% dengan jumlah Katakan Tentang Demam
kematian sebesar 90%. Berdarah. PT Mizan Publika.
Jakarta.
Daftar Pustaka 10. Harmanto, Ning. 2004.
1. Anonim, 2013. Kandungan Menggempur Penyakit Hewan
Kimia Mahkota Dewa. Kesayangan Dengan Mahkota
http://www.google.com diakses Dewa. Penebar Swadaya. Jakarta
pada tanggal 14 Maret 2013 11. Hasyimi. M. dkk. 1997. Dampak
pukul 19.00 WITA Peran Serta Masyarakat Dalam
2. Anonim, Pencegahan Demam Berdarah
2012.http://corongrakyatnews.co Terhadap Kepadatan Vektor Di
m/. Diakses pada tanggal 11 Kecamatan Pulo Gadung
Februari 2013 pukul 20.50 Jakarta Timur. Cermin Dunia
WITA. Kedokteran. Pusat Penelitian
3. Anonim. Ekologi Kesehatan,
2012.http://www.google.com/url Balitbangkes. Depkes RI,
?sa=t&rct=j&q=pengaruh Jakarta.(Dalam KTI Annisa
iklim terhadap penyakit Yuniarni)
demam berdarah. Diakses pada 12. Indri, Dewi A. 2008. Pengaruh
tanggal 9 Februari 2013 jam Pemakaian Berbagai
22.30 WITA. Konsentrasi Ekstrak Buah
4. Anonim. 2010. Mahkota Dewa {Phaleria
http://iklimkarbon.com/2010/05/ macrocarpa (Scheff.) Boerl}
04/dampak-perubahan-iklim- Sebagai Insektisida Alami
terhadap-kesehatan-bertambah. Terhadap Kematian Larva
Diakses pada tanggal 8 Februari Nyamuk Aedes aegypti. Jurusan
2013 jam 22.15 WITA Kesehatan Lingkungan
5. Anonim. 2010. Warga NTB Purwokerto. Poltekkes Depkes
Dihimbau Waspadai DBD & Semarang.
Cikungunya. Diakses pada 13. Nadesul, Hendrawan. 2007.
tanggal 8 Februari 2013 jam Cara Mudah Mengalahkan
22.20 WITA. Demam Berdarah. PT Kompas
6. Anonim, Media Nusantara. Jakarta.
2011.http://bojongkenyot.blogsp 14. Notoatmodjo, soekidjo. 2005.
ot.com/2011/06/larvasida- Metodologi Penelitian
hayati-penangkal-demam.html. Kesehatan. Rineka Cipta.
diakses pada tanggal 21 Juni Jakarta.
2013 pukul 23.05 WITA. 15. Safar, Rosdiana. 2010.
7. Dinata, A. 2008. Ekstrakkulit Parasitologi kedokteran Edisi
jengkol atasi DBD Khusus. Yrama widya. Jakarta.

171
16. Satari Hindra I. dan Mila
Meiliasari. 2004. Demam
Berdarah Perawatan Di Rumah
Dan Rumah Sakit. Penerbit
puspa swara. Jakarta.
17. Sembel, T. Dantje. 2009.
Entomologi Kedokteran. C.V
Andi Offset. Yogyakarta .
18. Siti D. Anggraeni, 2010. Stop
Demam Berdarah Dengue. Cita
Insan Madani. Bogor
19. Usaeha. 1986. Procudure for
the Diagnostic Dose Resistance
Tes Kits for Mosquitoes, Body
Lice and Beetle Pests of stored
Product.
20. Wardani S.R, Mifbakhuddin,
Yokorinanti, K. 2010. Pengaruh
Konsentrasi Ekstrak Daun
Tembelekan (Lantana camara
)Terhadap Kematian Larva
Aedes aegypti. FKM.
Universitas Muhammadyah
Semarang.
21. Winarto, W.P dan Tim
Karyasari. 2005. Budi Daya Dan
Pemanfaatan Mahkota Dewa
Untuk Obat. Penebar Swadaya.
Jakarta.

172

Anda mungkin juga menyukai