Anda di halaman 1dari 81

GAMBARAN PEMERIKSAAN BAKTERI TAHAN ASAM PADA SUSPEK

TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS PANGKALANBARU KABUPATEN


BANGKA TENGAH TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

SITI JAMILAH
NIM : PO. 71.34.1.18.136.RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PALEMBANG
2019
GAMBARAN PEMERIKSAAN BAKTERI TAHAN ASAM PADA SUSPEK
TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS PANGKALANBARU
KABUPATENBANGKA TENGAH TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Analis Kesehatan

Oleh:
SITI JAMILAH
NIM : PO. 71.34.1.18.136.RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PALEMBANG
2019
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Tidak ada kesuksesan selain dari pertolongan allah

 Dibalik kesulitan selalu ada kemudahan

Karya Tulis Ilmiah ini Saya Persembahkan Untuk:

 Ayah, ibu, suami dan anak – anakku tercinta, yang selalu memberikan doa,

motifasi, semangat dan selalu mendukung baik moril maupun materil

 Seluruh Dosen Poltekes Kemenkes Analis Kesehatan Palembang

 Kepala puskesmas beserta staf yang telah membantu saya dalam penelitian

ini.

 Dosen pembimbing, terimakasih telah meluangkan waktu, memberikan ilmu,

saran dan masukan dalam proses penyusunan KTI ini.

 Teman-teman seperjuangan RPL yang selalu memberi semangat saat suka

dan duka selama masa perkuliahan, Terutama RPL Lokus Babel. Kalian “ Is

The Best “

 Almamaterku Poltekkes Kemenkes Palembang terutama Jurusan Analis

Kesehatan. jayalah selalu.

iv
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Karya Tulis Ilmiah, 10 Juli 2019

SITI JAMILAH / NIM.PO.71.34.1.18.136.RPL

GAMBARAN PEMERIKSAAN BAKTERI TAHAN ASAM PADA SUSPEK


Tuberculosis DI PUSKESMAS PANGKALANBARU KABUPATEN
BANGKA TENGAH TAHUN 2018
xiii + 31 halaman + 2 gambar + 6 tabel + 11 lampiran

ABSTRAK

Penyakit Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang masih


menjadi masalah kesehatan masyarakat, di mana menyebabkan jutaan orang
meninggal setiap tahun akibat penyakit Tuberculosis paru. Tuberculosis paru
adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Selain itu juga
Tuberculosis paru merupakan salah satu pembunuh utama pada penderita human
immunodeficiency virus. Jenis penelitian yang adalah deskriptif dengan studi
crosssectional bertujuan untuk melihat gambaran BTA pada suspek Tuberkulosis
di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018. Tehnik
sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Metode pemeriksaan adalah
metode apusan mikroskopis dengan pewarnaan Zhiel Nelssen. Populasi penelitian
adalah Suspek Tuberkulosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabuparen Bangka
Tengah bulan Januari s/d. Desember 2018 berjumlah 48 suspek Tuberculosis.
Hasil penelitian didapatkan hasil dari 48 suspek Tuberculosis, sebanyak 9 orang
(18,7 %) positif BTA dan 39 orang (81,3 %) negatif BTA. dari 44 suspek
Tuberculosis dengan umur 15-58 tahun yang diperiksa sebanyak 8 orang (18,2 %)
positif BTA dan 36 0rang (81,8 %) negatif BTA, sedangkan dari 4 orang suspek
Tuberculosis dengan umur ˃ 58 tahun yang diperiksa sebanyak 1 orang (25 %)
positif BTA dan sebanyak 33 orang (75 %) negatif BTA. dari 48 suspek
Tuberculosis dengan jenis kelamin laki laki yang diperiksa sebanyak 8 orang
(21,6 %) positif BTA dan 29 0rang (78,4 %) negatif BTA, sedangkan dari 11
orang suspek Tuberculosis dengan jenis kelamin perempuan yang diperiksa
sebanyak 1 orang (9,1 %) positif BTA dan sebanyak 10 orang (75,0 %) negatif
BTA. dari 27 suspek Tuberculosis dengan pendidikan tinggi yang diperiksa
sebanyak 4 orang (14,8 %) positif BTA dan 23 0rang (23,8 %) negatif BTA,
sedangkan dari 21 orang suspek Tuberculosis dengan pendidikan rendah yang
diperiksa sebanyak 5 orang (23,8 %) positif BTA dan sebanyak 16 orang (76,2 %)
negatif BTA. Disarankan pada Pemegang program Tuberculosis Memberikan
penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga penderita tentang
pencegahan, penularan dan pengobatan penyakit Tuberculosis sehingga dapat
memutuskan mata rantai penularan Tuberculosis.

v
Kata Kunci : Suspek Tuberculosis Paru, BTA, Puskesmas, Bangka Tengah
Kepustakaan : 27 (2003-2019)

MINISTRY OF HEALTH OF REPUBLIC INDONESIA


HEALTH POLYTECNIC OF PALEMBANG
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY DEPARTEMEN
Paper,July 2019

SITI JAMILAH / NIM.PO.71.34.1.18.136.RPL

DESCRIPTION OF THE RESULTS OF EXAMINATION OF ACID FAST


BACIL IN Tuberculosis SUSPECT AT PANGKALANBARU PUSKESMAS
CENTRAL BANGKA DISTRICT, 2018
xiii + 31 pages + 2 images + 6 tables + 11 attachments

ABSTRACT
Pulmonary Tuberculosis is an infectious disease that is still a public health
problem. Millions of people die every year due to pulmonary Tuberculosis
disease. Pulmonary Tuberculosisis one of the 10 biggest causes of death in the
world. In addition, pulmonary Tuberculosis is one of the main killers in people
with human immunodeficiency virus. The type of research that is descriptive
research with cross-sectional study aims to see the description of BTA in
suspected tuberculosis in the Pangkalanbaru Public Health Center in Central
Bangka Regency in 2018. The sampling technique used is total sampling. The
examination method is a microscopic smear method with Zhiel Nelssen staining.
The study population was Suspect Tuberculosis at the Pangkalanbaru Public
Health Center, Central Bangka Regency in January until. December 2018 is 80
suspects of Tuberculosis. The results obtained from 48 suspected Tuberculosis, as
many as 9 people (18.7%) positive AFB and 39 people (81.3%) negative smear. of
44 suspected Tuberculosis with age 15-58 years examined as many as 8 people
(18.2%) positive AFB and 36 0rang (81.8%) negative smear, while from 4 people
suspected of Tuberculosis with age ˃ 58 years were examined as many as 1
people (25%) positive AFB and 33 people (75%) negative smear. from 48
suspected Tuberculosis with male sex examined as many as 8 people (21.6%)
positive AFB and 29 0rang (78.4%) negative smear, while from 11 people
suspected of Tuberculosis with 1 female sex examined ( 9.1%) BTA positive and
as many as 10 (75.0%) negative smear. of 27 suspected Tuberculosis with higher
education examined as many as 4 people (14.8%) positive AFB and 23 0rang
(23.8%) negative smear, while from 21 people suspected of Tuberculosis with low
education examined as many as 5 people (23.8 %) smear positive and 16 people
(76.2%) negative smear. It is recommended for Tuberculosis program holders to
provide counseling and education to patients and their families about prevention,
transmission and treatment of Tuberculosis so that they can break the chain of
Tuberculosis transmission.

Keywords: Suspect Pulmonary Tuberculosis, AFB, Puskesmas, Central Bangka


Literature: 27 (2003-2019)

vi
vii
viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul Gambaran Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam Pada Suspek
Tuberculosis Di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
Tahun 2018 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sebagai
Ahli Madya Analis Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini

khususnya kepada:

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si., Apt., MM, M.Kes., selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Palembang.

2. Ibu Nurhayati, Amd.Kes., S.Pd., SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan

Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Palembang

3. Bapak Karneli, AMAK.,S.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, motivasi dan pengarahan selama proses

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Bapak Abdul Mutholib,AMAK,ST,MT selaku pembimbing II yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, motivasi dan pengarahan selama proses

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

ix
5. Ibu Diah Novianti, S.Pd., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan

semangat, motivasi dan pengarahan selama proses penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

6. Seluruh dosen dan staff pengajar di Jurusan Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Palembang.

7. Teman-teman seperjuangan RPL angkatan 2018 yang telah memberikan

bantuan, semangat dan motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Atas kekurangan yang terdapat dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini,

penulis mengharapkan informasi, kritik, dan saran yang membangun dari

pembaca.

Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Pangkalpinang, 10 Juli 2019

Siti Jamilah

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... vii
PERNYATAAN PUBLIKASI ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
1.5.1 Bagi Masyarakat ................................................................ 5
1.5.2 Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan .................................. 5
1.5.3 Bagi Instansi Pendidikan .................................................. 6
1.5.4 Bagi Penulis ....................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bakteri Tahan Asam ................................................................... 7
2.1.1 Klasifikasi Tuberculosis ................................................. 8
2.1.2 Etiologi ............................................................................ 11
2.1.3 Patogenesa BTA pada spek Tuberculosis ....................... 14
2.2 Diagnosa Klinis ........................................................................... 19
2.2.1 Anamnesis ......................................................................... 19
2.2.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................. 19
2.2.3 Pemeriksaan Bakteriologis ................................................ 20

xi
2.2.4 Pemeriksaan Radiologi ....................................................... 21
2.2.5 Tes Tuberkulin ................................................................... 21
2.2.6 Pemeriksaan Darah............................................................. 22
2.2.7 Tes Serologi........................................................................ 22
2.3 Tuberkulosis ............................................................................... 22
2.3.1 Definisi Tuberkulosis ......................................................... 23
2.3.2 Ciri-ciri Tuberculosis ......................................................... 23
2.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BTA .......... 26
2.4.1 Umur/Usia ........................................................................... 26
2.4.2 Jenis Kelamin ...................................................................... 27
2.4.3 Pendidikan ........................................................................... 28
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................ 28
2.6 Definisi Operasional ..................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 31
3.3.1 Populasi Sampel ................................................................ 31
3.3.2 Sampel Penelitian .............................................................. 31
3.4 Teknik Sampling ......................................................................... 32
3.5 Metode Pemeriksaan dan Prinsip Pemeriksaan ........................... 32
3.5.1 Metode Pemeriksaan ......................................................... 32
3.5.2 Prinsip Pemeriksaan .......................................................... 32
3.6 Alur Penelitian ............................................................................. 33
3.7 Interpretasi Hasil ......................................................................... 33
3.7.1 Pemeriksaan Mikroskopis BTA .......................................... 33
3.7.2 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala
IUATLD (rekomendasi WHO) ........................................... 33
3.8 Analisa Data ................................................................................ 34

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 34
4.1.1 Distribusi fekuensi Gambaran BTA pada suspek Tuberculosis
di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018 ......................................................................... 34
4.1.2 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan umur di Puskesmas
Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018 .... 35
4.1.3 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan jenis kelamin di
Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018 .......................................................................... 36
4.1.4 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan pendidikan di Puskesmas
Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018 .......................................................................... 37
4.1.5 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan kualitas sputum di
Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018 ........................................................................ 38
4.2 Pembahasan ................................................................................. 38

xii
4.2.1 Keterbatasan Penelitian ....................................................... 38
4.2.2 Distribusi frekuensi gambaran hasil Bakteri Tahan Asam
pada suspek Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru
Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018 ............................... 38
4.2.3 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek
Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten
Bangka Tengah tahun 2018 berdasarkan umur ................... 39
4.2.4 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek
Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten
Bangka Tengah tahun 2018 berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.2.5 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek
Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten
Bangka Tengah tahun 2018 berdasarkan Pendidikan ....... 41
4.2.6 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek
Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten
Bangka Tengah tahun 2018 berdasarkan Kualitas Sputum 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .................................................................................. 45
5.2 Saran ............................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bakteri Mycobacteruim tuberculosis dengan pewarnaan Zhiel Neelsen ....... 7

Gambar 2 Penyebaran Tuberculosis ................................................................................ 13

Gambar 3 Kerangka Konsep ........................................................................................... 29

Gambar 4 Alur Penelitian................................................................................................ 34

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi fekuensi gambaran BTA pada suspek Tuberculosis .............. 34

Tabel 2. Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis Berdasarkan

umur ........................................................................................................ 35

Tabel 3. Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis

Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................................... 36

Tabel 4. Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis

Berdasarkan Pendidikan ......................................................................... 37

Tabel 5. Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis

Berdasarkan Kualitas Dahak ................................................................... 38

xv
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Agenda Bimbingan Penyusunan Karya Tulis .................................... 52

Lampiran 2 Prosedur Pemeriksaan BTA............................................................... 53

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Di Puskemas Pangkalanbaru


Kabupaten Bangka Tengah ................................................................ 56

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka


Tengah ................................................................................................ 57

Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Penelitian ............................................................. 58

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 59

Lampiran 7 Profil Penulis ..................................................................................... 60

xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. Penanggulangan Tuberkulosis adalah

segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif,

tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk

melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan/

kematian serta memutuskan rantai penularan. (1)

Penyakit Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat, di mana menyebabkan jutaan orang

meninggal setiap tahun akibat penyakit Tuberculosis paru. Tuberculosis

paru adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Selain

itu juga Tuberculosis paru merupakan salah satu pembunuh utama pada

penderita human immunodeficiency virus (HIV).(2)

Berdasarkan data WHO, jumlah kasus baru Tuberculosis pada 2015

mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 juta.

Indonesia adalah negara dengan insidensi Tuberculosis ke-2 di dunia pada

tahun 2015 yakni 1,04 juta kasus. Tiga negara dengan insidensi

Tuberculosis tertinggi yaitu India 2,8 juta kasus, Indonesia 1,04 juta kasus

dan Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus. Prevalensi penderita Tuberculosis

di Indonesia pada 2015 sebesar 395 / 100.000 populasi dengan angka

kematian sebesar 40 / 100.000 populasi.(3) Penemuan kasus Tuberculosis

1
2

Paru di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2017 adalah 2.277

kasus

2
(CDR 31,77%). Sedangkan penemuan kasus untuk Kabupaten Bangka

tengah sebesar 212 Kasus (CDR 25,59%).(4)

Puskesmas Pangkalanbaru merupakan salah satu puskesmas yang ada

di Kabupaten Bangka Tengah. Di Puskesmas Pangkalanbaru kasus

Tuberculosis Paru BTA positif tahun 2016 sebanyak 6 kasus, pada tahun

2017 jumlah BTA positif sebanyak 8 Kasus dan meningkat pada tahun 2018

BTA positif sebanyak 9 Kasus. (5)

Berdasarkan lokasi anatomi Tuberkulosis dapat menginfeksi paru-

paru (dikenal sebagai Tuberkulosis paru) dan Tuberkulosis dapat

berkembang di luar paru-paru disebut Tuberculosis ekstra paru.(6)

Adapun faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian BTA positif

pada suspek Tuberkulosis adalah umur, pendidikan, jenis kelamin dan

kualitas dahak. Penelitian yang dilakukan Helper Saher P Manulum dkk

mengenai faktor faktor yang mempengaruhi kejadian Tuberculosis paru.(7)

Penyakit Tuberculosis paru paling sering ditemukan pada usia muda atau

usia produktif 15-50 tahun. Rukmini1 dan Chatarina U.W2 Pada penelitian

ini, tingkat pendidikan rendah pada penderita Tuberculosis lebih besar yaitu

57,3%, bila dibandingkan dengan pendidikan tinggi 7,8%. (8) Menurut

Penelitian Velma Buntuan pemeriksaan BTA positip pada pasien dengan

diagnosis klinis tuberkulosis paru lebih banyak ditemukan pada laki-

laki.(33)

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan

serologi, tes tuberkulin dan tes serologi. Dalam perkembangannya kini

2
3

banyak teknik diagnostik baru yang diperkenalkan dan telah cukup luas

dipakai, misalnya polymerase chain reaction (PCR), bact-alert, ligase chain

Reaction, Gen Probe, nucleic acid amplification dan deteksi interferon

gamma. Diagnosis Tuberculosis paru pada dewasa dapat ditegakkan dengan

ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. (9 )Tes dahak

secara mikroskopis merupakan pemeriksaan yang efisien, mudah dan

murah. Tes dahak dipengaruhi oleh kualitas dan sediaan dahak.

Bakteri Tuberculosis dapat hidup di lingkungan asam, sehingga

pemeriksaan terhadap bakteri ini dikenal dengan nama pemeriksaan bakteri

tahan asam.(10)

Etiologi Tuberculosis paru ialah M. Tuberculosis yang berbentuk

batang. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37⁰ C dengan pH

optimal 6,4-7. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak yang

menyebabkan kuman lebih tahan asam dan lebih kuat terhadap gangguan

kimia dan fisik.(11)

Seseorang dikatakan suspek Tuberculosis bila menunjukkan gejala

batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan

yaitu dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa

kegiatan fisik dan demam lebih dari 1 bulan.(12)

Sumber penularan Tuberculosis paru adalah pasien Tuberculosis

dengan basil tahan asam (BTA) positif. Pada waktu penderita batuk atau

bersin akan menyebarkan M.tuberculosis ke udara dalam bentuk droplet

(percikan dahak). Droplet dari penderita Tuberculosis paru yang


4

mengandung M.Tuberculosis dapat bertahan di udara selama beberapa jam.

Bila droplet tersebut terhirup oleh seseorang, maka terjadilah penularan

penyakit Tuberculosis paru.(13)

Di Puskesmas Pangkalanbaru kasus Tuberculosis Paru BTA positif

tahun 2017 sebanyak 8 kasus, pada tahun 2018 jumlah BTA positif

sebanyak 9 Kasus Oleh karena itu peneliti ingin meneliti ” Gambaran

Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam pada Suspek Tuberculosis di

Puskesmas Pangkalanbaru Selama Tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Masih tingginya kasus BTA positif di Puskesmas Pangkalanbaru

Kabupaten Bangka Tengah.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana distribusi frekuensi keberadaan BTA pada suspek

Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah

selama tahun 2018?

2. Bagaimana distribusi frekuensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru

Kabupaten Bangka Tengah selama tahun 2018 berdasarkan umur ?

3. Bagaimana distribusi frekuensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru

Kabupaten Bangka Tengah selama tahun 2018 berdasarkan pendidikan ?

4. Bagaimana distribusi frekuensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru

Kabupaten Bangka Tengah selama tahun 2018 berdasarkan jenis

kelamin?
5

5. Bagaimana distribusi frekuensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru

Kabupaten Bangka Tengah selama tahun 2018 berdasarkan kualitas

dahak ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahui gambaran BTA pada suspek Tuberculosis di Puskesmas

Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi keberadaan BTA pada suspek Tuberculosis

di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.

2. Diketahui distribusi frekuensi BTA berdasarkan umur di Puskesmas

Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.

3. Diketahui distribusi frekuensi BTA berdasarkan jenis kelamin di

Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.

4. Diketahui distribusi frekuensi BTA berdasarkan pendidikan di

Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.

5. Diketahui distribusi frekuensi BTA berdasarkan kualitas dahak di

Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi ilmiah mengenai pentingnya pemeriksaan

BTA.
6

1.5.2 Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan

1. Sebagai informasi bagi petugas pelayanan kesehatan untuk mengetahui

jumlah kasus BTA sehingga dapat mencegah dan mengurangi penularan

Tuberculosis.

2. Bagi pemegang program Tuberculosis dapat menjadi arah jalannya suatu

program dan indikator dalam melakukan monitoring dan evaluasi

kemajuan program.

1.5.3 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dibidang ilmu pendidikan dan ilmu kesehatan

khususnya mata kuliah bidang Bakteriologi.

1.5.4 Bagi Penulis

1. Menambah pengetahuan dalam bidang Bakteriologi khususnya

mengenai BTA.

2. Memperluas wawasan mengenai penyakit Tuberculosis paru.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan rancangan penelitian Cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran BTA pada suspek

Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah

tahun 2018 berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan kualitas dahak

Populasi dari penelitian adalah seluruh suspek Penderita Tuberculosis

tahun 2018. Sampel berjumlah 48 suspek Tuberculosis yang diambil secara


7

total sampling di wilayah Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka

Tengah tahun 2018.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Tahan Asam

Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dengan panjang

1- 10 mikron dan lebar 0,2 – 0,8 mikron. Bakteri Mycobacterium

Tuberculosis mempunyai sifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode

Ziehl Neelsen, berbentuk batang warna merah dalam pemeriksaan dibawah

mikroskop. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein

Jensen, Ogawa.

Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam

jangka waktu lama pada suhu antara 4ºC sampai minus 70ºC. Kuman sangat

peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Paparan langsung

terhadap ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa

menit. Dalam dahak pada suhu antara 30 - 37ºC akan mati dalam waktu

lebih kurang 1 minggu. Kuman dapat bersifat dorman..(1)

Gambar 2.1 Bakteri Mycobacteruim tuberculosis dengan pewarnaan Zhiel


Neelsen
(Sumber : Widoyono, 2008).

7
8

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai Tube : (6)

1. Kasus Tuberculosis definitif / Kasus Tuberculosis dengan konfirmasi

bakteriologis.

Kasus dengan salah satu dari spesimen biologis positif dengan

pemeriksaan mikroskopis apusan dahak,biakan atau diagnostik cepat

yang telah disetujui oleh WHO (seperti Xpert M.Tuberculosis /RIF ).

2. Kasus Tuberculosis diagnosis klinis

Kasus Tuberculosis yang tidak dapat memenuhi kriteria

konfirmasi bakteriologis tetapi ditegakkan dioagnosis Tuberculosis aktif

oleh klinisi yang memutuskan untuk memberikan pengobatan

Tuberculosis berdasarkan foto torak.

Prevalensi tertinggi terlihat pada kelompok faktor pendidikan

sebanyak 16%.(8) Kasus BTA positif yang paling sering ialah orang

dewasa / usia produktif , Kasus BTA positif berdasarkan kelompok usia

21-60 tahun sebanyak 91%. Kasus BTA positif berjenis kelamin laki-laki

55%, Kasus Tuberculosis positif lebih banyak pada laki laki daripada

perempuan dikarenakan laki laki dominan merokok. (8)

2.1.1 Klasifikasi Tuberculosis.(6)

a. Berdasarkan riwayat pengobatan

1. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2. Kasus kambuh (Relaps)


9

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan

/kultur )

3. Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan tidak

dapat dilacak pada akhir pengobatan.

4. Kasus setelah gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan.

5. Kasus pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register

Tuberculosis lain untuk melanjutkan pengobatannya.

6. Kasus lain

Adalah pasien sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan dan hasil

akhir pengobatannya tidak diketahui/ didokumentasikan.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis dan uji

resistensi obat, yaitu pada TuberculosisParu:

1. Tuberkulosis paru BTA positif

1.1 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif (pada wilayah tanpa laboratorium dengan jaminan mutu

ekternal ).
10

1.2 Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif ( pada wilayah

dengan laboratorium jaminan mutu ekternal )

2. Tuberkulosis paru BTA negatif

2.1 Hasil pemeriksaan apusan dahak.BTA negatif tetapi biakan positif

untuk M. Tuberculosis.

2.2 Memenuhi kriteria diagnostik berikut ini :

a. keputusan oleh klinisi untuk mengobati dengan terapi anti

Tuberculosis lengkap.

b. Temuan radiologis sesuai dengan Tuberculosis paru aktif :

 terdapat bukti kuat berdasarkan laboratorium atau

manifestasi klinis atau

 bila HIV negatif atau status HIV tidak diketahui tetapi

tinggal di daerah dengan prevalens HIV rendah, tidak

respon dengan antibiotik spektrum luas ( di luar OAT dan

flurokuinolon dan aminoglikosida) Kasus Tuberculosis paru

tanpa pemeriksaan apusan dahak tidak diklasifikasikan

apusan negatif tetapi dituliskan sebagai “ apusan tidak

dilakukan “

c. Klasifikasi berdasarkan status HIV

1. Kasus Tuberculosis dengan HIV positif adalah kasus Tuberculosis

konfirmasi mikroskopis atau klinis yang memiliki hasil positif untuk

tes infeksi HIV yang dilakukan pada saat ditegakkan diagnosis

Tuberculosis.
11

2. Kasus Tuberculosis dengan HIV negatif adalah kasus Tuberculosis

konfirmasi mikroskopis atau klinis yang memiliki hasil negatif untuk

hasil HIV yang dilakukan pada saat ditegakkan diagnosis

Tuberculosis.

3. Kasus Tuberculosis dengan HIV tidak diketahui adalah kasus

Tuberculosis konfirmasi mikroskopis atau klinis yang tidak memiliki

hasil tes HIV dan tidak memiliki bukti dokumentasi telah terdaftar

dalam register HIV.

d. Berdasarkan lokasi anatomi

1. Tuberculosis Paru

Kasus Tuberculosis yang melibatkan parenkim paru atau

trakeobronkial. Tuberculosis milier diklasifikasiakn Tuberculosis paru

karena terdapat lesi di paru. Bila seorang pasien Tuberculosis paru

juga mempunyai Tuberculosis ekstra paru, maka untuk kepentingan

pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien Tuberculosis

paru.

2. Tuberculosis ekstra paru

Kasus Tuberculosisyang melibatkan organ diluar parenkim paru,

misalnya pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran

genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak. Bila seorang

pasien dengan Tuberculosis ekstra paru pada beberapa organ, maka

dicatat sebagai Tuberculosis ekstra paru pada organ yang penyakitnya

paling berat.

2.1.2 Etiologi
12

2.1.2.1 Etiologi TuberculosisParu

Tuberkulosis (Tuberculosis) paru merupakan penyakit menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-10 mikron dan tebal

0,3-0,6 mikron. Sebagian besar dinding kuman terdiri dari asam lemak

(lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang

membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga

disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara

kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam

lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. Dari

sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit

tuberkulosis menjadi aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai

parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang

semula memfagositasi menjadi disenangi oleh kuman karena banyak

mengandung lipid. (14)

2.1.2.1 Cara Penularan.(15)

M.Tuberculosis ditularkan melalui udara, bukan melalui kontak

permukaan. Ketika penderita Tuberculosis paru aktif (BTA positif dan

foto rontgen positif ) batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi, bakteri akan

terbawa keluar dari paru –paru menuju udara. Bakteri ini akan berada di

dalam gelembung cairan bernama droplet nucle. Partikel kecil ini dapat

bertahan di udara selama beberapa jam dan tidak dapat dilihat oleh mata

karena memiliki diameter sebesar 1 – 5 µm.


13

Gambar 2.1.2 Penyebaran Tuberculosis


Sumber : buku anti tuberkulosis diakses tanggal 5 April 2019

Penularan Tuberculosis terjadi ketika seseorang menghirup droplet

nuclei. Droplet nuclei akan melewati mulut /saluran hidung, saluran

pernapasan atas, bronkus kemudian menuju alveolus. Setelah tubercle

bacillus sampai dijaringan paru – paru, mereka akan mulai

memperbanyak diri. Lambat laun mereka akan menyebar kekelenjar

limfe. Proses ini disebut sebagai primary TuberculosisS infection. Ketika

seseorang dikatakan penderita primary Tuberculosis infection, tubercle

bacillus berada ditubuh orang tersebut. Seseorang dengan primary

Tuberculosis infection tidak dapat menyebarkan penyakit ke orang lain

dan juga tidak menunjukkan gejala penyakit.

Dosis penularan droplet nuclei dilaporkan diantara 1 hingga 200

bacili per orang, dimana sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000

percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0 – 3.500 M

Tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak

4.500 – 1.000.000 M Tuberculosis.(13)

2.1.3 Patogenesa BTA pada Suspek Tuberculosis.(16)

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi

Tuberculosis. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman Tuberculosis

dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus.
14

Masuknya kuman Tuberculosis ini akan segera diatasi oleh mekanisme

imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman

Tuberculosis dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman

Tuberculosis. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak

mampu menghancurkan kuman Tuberculosis dan kuman akan bereplikasi

dalam makrofag.

Kuman Tuberculosis dalam makrofag yang terus berkembang biak,

akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni

kuman Tuberculosis di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari

focus primer, kuman Tuberculosis menyebar melalui saluran limfe menuju

kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe

ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di

saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.

Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe

yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus

primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal.

Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar

limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang

meradang (limfangitis). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman

Tuberculosis hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut

sebagai masa inkubasi Tuberculosis. Hal ini berbeda dengan pengertian

masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak

masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit.


15

Masa inkubasi Tuberculosis biasanya berlangsung dalam waktu 4-8

minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi

tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103 -104, yaitu jumlah

yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.

Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan

logaritmik kuman Tuberculosis sehingga jaringan tubuh yang awalnya

belum tersensitisasi terhadap tuberculin, mengalami perkembangan

sensitivitas.

Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi Tuberculosis

primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya

hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif

terhadap uji tuberculin.

Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif. Setelah kompleks

primer terbentuk, imunitas seluluer tubuh terhadap Tuberculosis telah

terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system imun yang berfungsi

baik, begitu system imun seluler berkembang, proliferasi kuman

Tuberculosis terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman Tuberculosis dapat

tetap hidup dalam granuloma.

Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman Tuberculosis baru yang

masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler

terbentuk, focus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara

sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis

perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami


16

fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna

focus primer di jaringan paru.

Kuman Tuberculosis dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-

tahun dalam kelenjar ini. Kompleks primer dapat juga mengalami

komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau

di kelenjar limfe regional.

Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis

atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah

lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan

rongga di jaringan paru (kavitas).

Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal

saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut.

Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan

eksternal dapat menyebabkan ateletaksis.

Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat

merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan

Tuberculosis endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat

menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan

gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi

segmental kolaps-konsolidasi.

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat

terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen,

kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer.


17

Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman Tuberculosis masuk ke

dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan

Tuberculosis disebut sebagai penyakit sistemik. Penyebaran hamatogen

yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik

tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara ini, kuman Tubercuosis

menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak

menimbulkan gejala klinis. Kuman Tuberculosis kemudian akan mencapai

berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ

yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru

sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi

tersebut, kuman Tuberculosis akan bereplikasi dan membentuk koloni

kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi

pertumbuhannya.

Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi

pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk

dormant. Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit,

tetapi berpotensi untuk menjadi focus reaktivasi. Fokus potensial di apkes

paru disebut sebagai Fokus SIMON.

Bertahun -tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun,

focus Tuberculosis ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit

Tuberculosis di organ terkait, misalnya meningitis, Tuberculosis tulang,

dan lain-lain. Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran

hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic spread).


18

Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman Tuberculosis masuk dan beredar

dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan

timbulnya manifestasi klinis penyakit Tuberculosis secara akut, yang

disebut Tuberculosis diseminata. Tuberculosis diseminata ini timbul dalam

waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi.

Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman

Tuberculosis yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran.

Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun

pejamu (host) dalam mengatasi infeksi Tuberculosis, misalnya pada balita.

Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized

hematogenic spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel

yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang

sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai

butur padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini

berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi merupakan

granuloma. Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah

protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu

focus perkijuan menyebar ke saluran vascular di dekatnya, sehingga

sejumlah kuman Tuberculosis akan masuk dan beredar di dalam darah.

2.2 Diagnosis Klinis

Bakteri Mycobakteruim tuberculosis sebagian besar terdiri atas

asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid

inilah yang membuat kuman lebih tahan asam (asam alhohol) sehingga
19

disebut bakteri tahan asam (BTA) dan juga tahan terhadap gangguan

kimia dan fisis. Bakteri dapat tahan hidup pada udara kering maupun

dalam keadaan dingin, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat

dormant sehingga dapat timbul kembali menjadi tuberkulosis paru aktif. (17)

Dalam upaya menegakkan diagnosis dilakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan bakteri,

radiologi dan tes tuberkulin.(6)

2.2.1 Anamnesis

Beberapa hal yang harus diketahui dalam anamnesis adalah: gejala

umum dan spesifik paru, adakah kontak dengan penderita tuberkulosis paru

di lingkungan keluarga, atau tetangga dekat.

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Tanda dan gejala tuberkulosis paru didapatkan pada 90%

penderita dengan BTA positif. Penderita dengan BTA negatif hanya 50

% menunjukkan gejala. Kadang-kadang demam yang tidak diketahui

sebabnya merupakan satu-satunya tanda atau gejala tuberculosis paru.

Pada tuberkulosis primer tidak ditemukan gejala yang spesifik, hanya

memperlihatkan gejala seperti flu. Pada tuberkulosis milier tidak juga

terdapat gejala yang spesifik. Secara umum gejala penderita tuberkulosis

paru adalah batuk berdahak dan kadang-kadang batuk berdarah, lesu, dan

sesak nafas, berkeringat dingin pada waktu malam hari tanpa ada

kegiatan, demam lebih dari 1 bulan, nafsu makan dan berat badan

menurun.

2.2.3 Pemeriksaan Bakteriologis


20

Pemeriksaan secara mikroskopis dengan pengecatan Ziehl Neelsen

dari dahak dilakukan pada setiap penderita tersangka tuberkulosis paru

yang datang ke unit pelayanan kesehatan. Pemeriksaan dahak BTA

merupakan pemeriksaan yang terpenting, bukan saja untuk memastikan

diagnosis tuberkulosis, tetapi untuk mengidentifikasi sumber penularan,

karena hanya penderita yang dahaknya ditemukan BTA yang mempunyai

potensi menular. Walaupun pemeriksaan ini sangat spesifik, tetapi tidak

cukup sensitif, karena hanya 30-70 % saja penderita tuberculosis paru yang

dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan bakteriologis. Hal ini sangat

tergantung dari kualitas laboratorium dan pemeriksa yaitu kualitas sampel

dahak/dahak.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pemeriksaan dahak mikroskopis

Tuberculosis adalah faktor di dalam laboratorium (pembuatan sediaan,

pembacaan sediaan, pencatatan dan pelaporan) dan faktor di luar

laboratorium (petugas, pasien, pengambilan sample, pengadaan logistik,

pengelola program).

Pada anak pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan

pemeriksaan bilas lambung (gastric lavage) 3 hari berturut-turut,

minimal 2 hari. Hasil bakteriologi sebagian besar negatif. Sedangkan

hasil biakan memerlukan waktu sekitar 6-8 minggu.

Pemeriksaan bakteriologis selain untuk diagnosis penemuan kasus

juga untuk evaluasi pengobatan. Dewasa ini evaluasi pengobatan

diutamakan hasil pemeriksaan bakteriologik, karena bila dilihat berdasarkan


21

ketepatan, pemeriksaan ini menempati urutan pertama dibandingkan

dengan radiologis dan klinis.

2.2.4 Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ini berguna pada penderita suspek yang belum

pernah diobati sebelumnya dengan hasil pemeriksaan dahaknya negatif.

Namun hal tersebut harus dibaca oleh seorang dokter yang

berpengalaman supaya hasilnya dapat dipercaya. Sedangkan gambaran

radiologi tuberkulosis tidak selalu khas khususnya pada kasus anak.

2.2.5 Tes Tuberkulin

Tes tuberkulin dilakukan dengan pemeriksaan Mantoux Test (PPD).

Tes tuberkulin yang positif menunjukan adanya infeksi tuberkulosis. Di

Indonesia uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang

berarti. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, atau

apabila kepositipan dari uji yang didapat besar sekali.

2.2.6 Pemeriksaan darah. (18)

1. Leukosit sedikit meninggi Bertambahnya sejumlah leukosit berkaitan

dengan fungsinya sebagai pertahanan tubuh.

2. LED meningkat Nilai LED jam pertama dan kedua dapat digunakan

sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada

proses aktif, tetapi LED yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.

2.2.1 Test Serologi.(19)


Uji serologi dilakukn dengan uji IgG yaitu dengan mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium Tuberculosis.

Uji IgG berdasarkan antigen mikrobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan


22

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis.

2.3 Tuberkulosis

2.3.1 Definisi tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh bakteri Tuberculosis (Mycobacterium Tuberkulosis). Sebagian besar

bakteri Tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ

tubuh lainnya. bakteri tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia

melalui udara yang dihirup ke dalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat

menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah,

sistem limfa, melalui saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke

bagian-bagian tubuh lainnya(²⁴ )

2.3.2 Ciri-Ciri Tuberculosis.(20)

Penyakit Tuberculosis paling sering menyerang paru-paru dengan

gejala klasik berupa batuk, keringat di malam hari, demam, menurunnya

nafsu makan dan rasa nyeri pada dada.

1. Demam

Ciri-ciri Tuberculosis pertama yang bisa dikenali adalah

munculnya demam. Demam terutama pada malam hari merupakan salah

satu ciri-ciri penyakit Tuberculosis yang muncul di awal perjalanan

penyakit. Biasanya pada pagi hingga sore hari badan terasa bugar, namun

anehnya menjelang malam badan akan terasa lemah diikuti oleh demam.
23

Suhu tubuh saat demam biasanya tidak terlalu tinggi. Demam pada

malam hari ini dapat berlangsung lama yaitu lebih dari 3 minggu meski

sudah diobati menggunakan obat penurun demam.

2. Keringat di malam hari

Keringat malam hari yang dikuti dengan penurunan suhu tubuh

sehabis demam adalah gejala Tuberculosis yang umum terjadi. Meski

suhu pada malam hari atau saat subuh sudah dingin, namun badan akan

mengeluarkan banyak keringat.

Malah biasanya keringat yang dihasilkan lebih banyak

dibandingkan keringat pada siang hari. Bahkan keringat ini dapat

membuat baju menjadi basah hingga penderita sering berganti baju pada

malam hari. Keringat malam ini dapat diikuti menggigil, meski tidak

terjadi pada semua orang.

3. Menurunnya berat badan

Penurunan berat badan dan nafsu makan merupakan ciri-ciri

Tuberculosis. Penurunan berat badan dapat terjadi bahkan ketika

penderita merasa bahwa nafsu makannya baik-baik saja. Selain karena

kurangnya makanan yang masuk, turunnya berat badan disebabkan oleh

karena zat yang dikeluarkan oleh kuman dapat membuat tubuh memakai

banyak energi sehingga dilakukan pemecahan cadangan makanan dalam

tubuh.

Karena penyakit Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang

proses perjalanan penyakitnya lama, kadang penderita serta keluarganya

tidak menyadari bahwa tubuhnya yang kurus merupakan hasil karya


24

penyakit Tuberculosis. Infeksi kuman Tuberculosis juga membuat

seseorang kehilangan nafsu makannya sehingga membuatnya membatasi

porsi dan frekuensi makan.

4. Lelah yang berlebihan

Rasa lelah dan tidak enak badan sering dirasakan meski tidak

beraktivitas fisik yang berat juga merupakan ciri-ciri Tuberculosis (meski

kurang spesifik). Biasanya penderita akan merasa letih berlebih serta

tidak bersemangat walau ia belum banyak memakai tenaganya pada hari

itu. Penderita juga dapat merasa tubuhnya pegal-pegal dan sering sakit

kepala.

5. Warna kulit menjadi lebih pucat

Memucatnya warna kulit merupakan tanda-tanda Tuberculosis

yang terjadi bila Anda kekurangan sel darah merah. Penyakit

Tuberculosis yang telah berjalan lama biasanya akan menyebabkan

keadaan kurangnya sel darah merah atau biasa disebut anemia.

Kekurangan sel darah merah dapat membuat warna kulit terutama di

anggota gerak menjadi lebih pucat.

6. Batuk

Batuk-batuk merupakan ciri-ciri Tuberculosis yang sering

ditemukan. Namun pada penyakit Tuberculosis, batuk yang ditimbulkan

biasanya berjalan lambat. Maksudnya ialah, awalnya batuk tidak diikuti

oleh pembentukan dahak alias batuk kering saja.


25

Seiring berjalannya waktu, batuk menjadi berdahak bahkan

dahaknya kental, warna kuning hijau dan agak berbau. Bila tidak segera

mendapatkan pengobatan, dahak dapat bercampur dengan sedikit darah.

Lebih parahnya lagi, lama kelamaan batuk tidak akan

mengandung dahak namun hanya mengeluarkan darah murni. Biasanya

gejala penyakit Tuberculosis ini berlangsung lebih dari 3 minggu.

7. Dada terasa nyeri

Nyeri dada dapat terjadi bila penyakit Tuberculosis sudah

melibatkan suatu lapisan pembungkus paru yang disebut dengan pleura.

Ciri-ciri penyakit Tuberculosis ini menunjukkan bahwa kuman

Tuberculosis bukan lagi hanya menginfeksi satu organ tubuh (paru-paru)

namun sudah menyebar ke organ lainnya. Nyeri terutama dirasakan tepat

saat mengambil dan mengembuskan napas.

8. Napas sesak

Sesak napas ialah ciri-ciri Tuberculosis yang sudah lanjut dan tidak

diobati. Berbeda dengan ciri-ciri penyakit paru lainnya, penderita

penyakit Tuberculosis yang baru terjadi biasanya tidak akan

mengeluarkan keluhan sesak napas.

9. Benjolan di leher

Benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di leher dapat

terjadi karena penyakit Tuberculosis. Perlu diketahui, sebenarnya kuman

Tuberculosis tidak hanya menyerang paru, namun dapat menyerang

seluruh organ tubuh.


26

2.4 Faktor –faktor yang berhubungan dengan kejadian BTA.

2.4.1 Umur/ usia

Jumlah kasus baru Tuberculosis di Indonesia sebanyak 420.994 kasus

pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan Survei Prevalensi

Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi Tuberculosis dengan konfirmasi

bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15

tahun ke atas dan prevalensi Tuberculosis BTA positif sebesar 257 per

100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas., semakin bertambah usia,

prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi re-aktivasi Tuberculosis

dan durasi paparan Tuberculosis lebih lama dibandingkan kelompok umur

di bawahnya.(21)

Puncaknya tentu dewasa muda, dan menurun kembali ketika

seseorang menjelang usia tua. Hampir 90% penderita Tuberculosis paru

menyerang hampir semua golongan umur khususnya ditemukan pada usia

produktif (15-50 tahun). Pada usia tersebut apabila seseorang menderita

Tuberkulosis paru, maka dapat mengakibatkan individu tersebut tidak

produktif lagi bahkan dapat menjadi beban bagi keluarganya. Usia produktif

merupakan usia dimana seseorang berada pada tahap untuk bekerja atau

menghasilkan sesuatu baik untuk diri sendiri maupun orang lain. (22)

Berdasarkan penelitian Velma Buntuan Prevalensi BTA tertinggi pada

Suspek Tuberculosis kelompok usia 21-60 tahun 79 sampel (91%).(8)

2.4.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru Tuberculosis tahun

2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
27

Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-

laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang

terjadi di negara-negara lain.(21) Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki

lebih terpapar pada fakto risiko Tuberculosis misalnya merokok dan

kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Tuberculosis Paru banyak terjadi

pada laki-laki daripada wanita karena laki –laki sebagian besar mempunyai

kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya Tuberculosis

Paru.(23) Pada penelitian Velma Buntuan pada penelitian 87 dahak suspek

Tuberculosis memperlihatkan 48 sampel (55%) berjenis kelamin laki-

laki.(8)

2.4.3 Pendidikan

Gambaran kesakitan menurut pendidikan menunjukkan, prevalensi

semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat pendidikan.(21)

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan dan perilaku seseorang diantaranya rumah yang memenuhi

syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit Tuberculosis paru sehingga

dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk

mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat , dengan kata lain semakin

tinggi pengetahuan seseorang tentang kesehatan maka akan semakin tinggi

kesadaran untuk berperan serta dalam kesehatan.(24) Berdasarkan penelitian

Irwan Hidayat dkk sebanyak 30 % dari 30 orang yang diteliti positif BTA,

prevalensi tertinggi terlihat pada kelompok faktor pendidikan sebanyak

16%.(7)

2.4.3 Kualitas dahak


28

Salah satu komponen kunci dalam strategi DOTS adalah pemeriksaan

dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. Pemeriksaan dahak berfungsi

untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan

menentukan potensi penularan. DiagnosisTuberculosis Paru pada orang

dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman Tuberculosis (BTA) dalam

dahaknya. Pada program Tuberculosis Nasional, penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis

langsung yang diambil 3 kali berturut-turut : sewaktu, pagi- sewaktu (SPS),

karena nilainya setara dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau biakan.

Memperhatikan dan mencatat kualitas spesimen yang diperoleh

merupakan salah satu hal penting dalam pemeriksaan Tuberculosis secara

mikroskopis karena diduga berkaitan dengan jumlah kuman BTA yang

ditemukan dalam pemeriksaan. Kualitas spesimen dahak terdiri dari : dahak

mukoid (berlendir), dahak purulen (bernanah), dahak bercampur darah dan

air liur.

2.5 Kerangka Konsep

umur

Jenis Gambaran BTA di Puskesmas

kelamin Pangkalanbaru tahun 2019


Pendidikan

Kualitas
29

Dahak

Gambar 2.3
Kerangka Konsep

2.6 Definisi Operasional

Definisi Alat Skala


Variabel Cara Ukur Hasil
Operasional Ukur Ukur
BTA
BTA yang didapat
pada Rekam 1.Positif nominal
pada suspek Observasi
suspek medis 2.Negatif
Tuberculosis
paru
1.Usia Produktif
(15 - 58 tahun)

Lama hari hidup 2. Usia non


dihitung dari Rekam Produktif ˂15 ordinal
Umur Observasi
tanggal lahir medis tahun
dengan pembulatan
3. Tidak produktif
˃ 58 tahun(25)

Perbedaan jenis
Jenis Rekam 1. Laki laki Nominal
kelamin secara Observasi
Kelamin medis 2. Perempuan
biologis
Jenjang sekolah 1.Rendah = SD dan
Pendidik yang pernah diraih Rekam SMP Nominal
Observasi
an dan mendapatkan medis 2.Tinggi = SMA ke
ijazah atas.(26)
Kondisi lendir dan
materi yang
dibawa dari paru -
Kualitas paru, bronkus, dan 1. Baik Nominal
Observasi Visual
Dahak trakea yang 2. Buruk
dibatukkan dan
dimuntahkan atau
ditelan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan studi

crosssectional yang bertujuan untuk melihat gambaran BTA pada suspek

Tuberkulosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah

Tahun 2018.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten

Bangka Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei Tahun 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Sampel

Populasi penelitian adalah Suspek Tuberkulosis di Puskesmas

Pangkalanbaru Kabuparen Bangka Tengah bulan Januari –Desember 2018

berjumlah 48 suspek Tuberculosis.

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah dahak yang diambil sampel total

sampling berjumlah 48 suspek Tuberculosis.

30
31

3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi.

3.5 Metode Pemeriksaan dan Prinsip Pemeriksaan

3.5.1 Metode Pemeriksaan

Metode pemeriksaan bakteriologis: metode apusan mikroskopis

pewarnaan zeil nelsen. Untuk pemeriksaan diagnosis dengan metode

mikroskopis, dilakukan pemeriksaan dahak SPS (sewaktu (S), dahak pagi

(P), dan dahak sewaktu (S). Untuk pemeriksaan selama masa pengobatan

dilakukan pemeriksaan dahak PS (pagi dan sewaktu).(26)

3.5.2 Prinsip Pemeriksaan

Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak

yang sukar ditembus oleh pewarna /cat. Oleh karena pengaruh fenol dan

pemanasan maka lapisan lilin dan lemak dapat ditembus oleh pewarnaan /

cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian dengan asam alkohol warna

larutan carbol fuchsin tidak dilepas karena BTA telah mengikat warna

larutan carbol fuchsin . Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan

luntur dan mengambil warna biru pada Methylen blue.


32

3.6 Alur Peneitian

Suspek Tuberculosis

Rekam Medis

Analisis data

Umur Jenis Kelamin Pendidikan Kualitas

Dahak

Gambar 3.1

Alur Penelitian

3.7 Interpretasi Hasil.(28)

3.7.1 Pemeriksaan Mikroskopis BTA

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak SPS dari 3 kali pemeriksaan bila:

1. 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif = BTA positif.

2. 1 kali positif, 2 kali negatif , ulang BTA SPS, kemudian bila 1 kali

positif, 2 kali negatif = BTA positif.

3. bila 3 kali negatif = BTA negatif.

3.7.2 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD


(rekomendasi WHO).(29)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung


33

Disease)

1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.

2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman

yang ditemukan.

3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).

4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).

5. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).

3.8 Analisa Data

Data – data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel –tabel

(tabulasi).

1. Univariat adalah tabel distribusi frekuensi yang menjelaskan karakteristik

variabel penelitian, yaitu BTA pada suspek Tuberculosis.

2. Bivariat adalah tabel distribusi frekuensi yang menjelaskan dua variabel

dependen dan independen , yaitu distribusi frekuensi BTA pada suspek

Tuberculosis berdasarkan umur, jenis kelamin dan pendidikan dan

kulaitas dahak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pada pemeriksaan suspek Tuberculosis di

Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018 maka

didapatkan hasil sebagai berikut.

4.1.1 Distribusi fekuensi Gambaran BTA pada suspek Tuberculosis di


Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

Analisis data terhadap gambaran BTA pada suspek Tuberculosis di

Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi fekuensi gambaran BTA pada suspek Tuberculosis di
Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018

Hasil Frekuensi Presentasi (%)

Positif 9 18,7

Negatif 39 81,3

Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.1 didapat hasil dari 48 suspek Tuberculosis,

sebanyak 9 orang (18,7 %) positif BTA dan 39 orang (81,3 %) negatif BTA.

34
4.1.2 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan umur di Puskesmas
Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis Berdasarkan umur
di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018

Umur Positif Negatif Jumlah

(Tahun) n % n % n %

Produktif 8 18,2 36 81,8 44 100

Non Produktif 1 25 3 75 4 100

Jumlah 9 18,7 81,3 68,7 48 100

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil dari 44 suspek Tuberculosis

dengan umur produktif (15 – 58 ) tahun yang diperiksa sebanyak 8 orang

(18,2 %) positif BTA dan 36 0rang (81,8 %) negatif BTA, sedangkan dari 4

orang suspek Tuberculosis dengan umur non produktif ( ˃ 58 ) tahun yang

diperiksa sebanyak 1 orang (25 %) positif BTA dan sebanyak 3 orang (75

%) negatif BTA.

35
36

4.1.3 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas


Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis Berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018

Jenis Positif Negatif Jumlah

Kelamin n % n % n %

Laki-laki 8 21,6 29 78,4 37 100

Perempuan 1 9,1 10 90,9 11 100

Jumlah 9 18,7 39 81,2 48 100

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil dari 48 suspek Tuberculosis

dengan jenis kelamin laki laki yang diperiksa sebanyak 8 orang (21,6 %)

positif BTA dan 29 0rang (78,4 %) negatif BTA, sedangkan dari 11 orang

suspek Tuberculosis dengan jenis kelamin perempuan yang diperiksa

sebanyak 1 orang (9,1 %) positif BTA dan sebanyak 10 orang (75,0 %)

negatif BTA.
37

4.1.4 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan pendidikan di Puskesmas


Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis Berdasarkan
Pendidikan di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018

Pendidikan Positif Negatif Jumlah

n % n % N %

Rendah 5 23,8 16 76,2 21 100

Tinggi 4 14,8 23 85,2 27 100

Jumlah 9 18,7 39 81,2 48 100

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil dari 27 suspek Tuberculosis

dengan pendidikan tinggi yang diperiksa sebanyak 4 orang (14,8 %) positif

BTA dan 23 0rang (23,8 %) negatif BTA, sedangkan dari 21 orang suspek

Tuberculosis dengan pendidikan rendah yang diperiksa sebanyak 5 orang

(23,8 %) positif BTA dan sebanyak 16 orang (76,2 %) negatif BTA.


38

4.1.5 Distribusi frekuensi BTA berdasarkan kualitas dahak di Puskesmas


Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi BTA pada suspek Tuberculosis Berdasarkan
Kualitas Dahak di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka
Tengah tahun 2018

Kualitas dahak Positif Negatif Jumlah

n % n % N %

Baik 9 28,1 23 71,9 32 100

Buruk 0 0 16 100 16 100

Jumlah 9 18,7 39 81,3 48 100

Berdasarkan tabel 4.1.4 hasil dari 32 dahak kualitas baik di

dapat 9 dahak positif ( 28,1 % ) dan 23 dahak negatif ( 71,9 % ).

Berdasarkan kualitas dahak buruk, didapat 16 dahak. Tidak ditemukan

BTA positif dan dahak negatif didapat 16 suspek ( 100 % ).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

penelitian baik dari segi alat, prosedur maupun human error. Peneliti telah

meminimalkan faktor- faktor tersebut dengan bekerja sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur pada tahap praanalitik, analitik dan pasca analitik.


39

4.2.2 Distribusi frekuensi gambaran hasil Bakteri Tahan Asam pada suspek
Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas

Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan bahwa sebanyak 9

orang (18,7 %) suspek Tuberculosis BTA Positif dengan metode

mikroskopis sedangkan 39 orang (81,25 %) suspek Tuberculosis BTA

negatif .

Persentasi hasil penelitian ini meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya berdasarkan data profil puskesmas Pangkalanbaru tahun 2017

sebanyak 8 orang positif BTA. Persentasi hasil BTA positif meningkat

dikarenakan penjaringan kasus Tuberculosis dilakukan lebih ketat sehingga

suspek Tuberculosis yang didapat lebih banyak.

Adanya kejadian BTA meningkat disebabkan oleh banyak faktor

seperti penularan M.Tuberculosis melalui udara, bukan melalui kontak

permukaan. Ketika penderita Tuberculosis paru aktif (BTA positif dan foto

rontgen positif ) batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi, bakteri akan

terbawa keluar dari paru –paru menuju udara. Bakteri ini akan berada di

dalam gelembung cairan bernama droplet nucle. Partikel kecil ini dapat

bertahan di udara selama beberapa jam dan tidak dapat dilihat oleh mata

karena memiliki diameter sebesar 1 – 5 µm. (15). Semakin banyak kasus BTA

positif yang ditemukan semakin banyak suspek Tuberculosis yang didapat

dengan menunjukkan gejala gejala Tuberculosis.(20)

4.2.3 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek Tuberculosis di


Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018
berdasarkan umur
40

Dari penelitian yang dilakukan (tabel 4.2) diketahuai bahwa

prevalensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah

tertinggi pada kelompok umur produktif (15-58 ) tahun yaitu, 8 orang (18,2

%) dari seluruh suspek Tuberculosis dengan BTA positif, sedangkan pada

kelompok umur non produktif (> 58 ) tahun prevalensi BTA positif yaitu, 1

orang (25 %).

Kasus BTA positif yang paling sering ialah orang dewasa / usia

produktif. (Menurut peneliti usia sangat berperan dalam angka kejadian

penyakit Tuberculosis. Umur Penyakit Tuberkulosis paru paling sering

ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15-58 tahun. (7) Tuberkulosis

paru banyak menyerang pada usia produktif 15-58 tahun, yang tercatat

sebagai penderita terbanyak. Hal itu terjadi karena sebenarnya sejak lama

sudah tertular bakteri Mycobacterium tuberkulosis.

Pola perjalanan penyakit tuberkulosis paru yaitu tertular pada usia

anak-anak akan tetapi belum timbul rasa sakit kemudia setelah dewasa

dikarenakan daya tahan tubuh menurun, banyak pekerjaan, ketika kondisi

tubuhnya sedang memburuk, maka bakteri akan muncul. Atau juga karena

terjadi penularan pada saat dewasa karena banyak beraktifitas dengan orang

lain sehingga rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit

tuberkulosis paru.(30)

4.2.4 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek Tuberculosis di


Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018
berdasarkan Jenis Kelamin

Dari penelitian yang dilakukan (tabel 4.3) diketahuai bahwa

prevalensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah


41

tertinggi pada Laki -laki yaitu, 8 orang (21,6 %) dari seluruh suspek

Tuberculosis dengan BTA positif, sedangkan pada perempuan prevalensi

BTA positif yaitu, 1 orang (9,1 %)..

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Velma Buntuan

menyatakan pada penelitian 87 dahak suspek Tuberculosis memperlihatkan

48 sampel (55%) berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini rata-rata

jenis kelamin laki-laki merokok yang merupakan salah satu faktor resiko

untuk terpapar penyakit akibat penurunan sistem imun seperti Tuberkulosis

paru akibat kebiasan laki- laki yang suka rokok. Selain itu kebiasan laki-laki

yang banyak melakukan aktifitas dan mobilisasi aktif diluar rumah diluar

rumah lebih sering dibanding perempuan.

4.2.5 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek Tuberculosis di


Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018
berdasarkan Pendidikan

Dari penelitian yang dilakukan (tabel 4.2.5) diketahuai bahwa

prevalensi BTA di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah

tertinggi pada pendidikan rendah, 5 orang (23,8 %) dari seluruh suspek

Tuberculosis dengan BTA positif, sedangkan pada pendidikan tinggi

prevalensi BTA positif yaitu, 4 orang (18,7 %)..

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Rukmini1 dan Chatarina U.W2. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan

rendah pada penderita Tuberculosis lebih besar yaitu 57,3%, bila

dibandingkan dengan pendidikan tinggi 7,8%.(8).(7), prevalensi Tuberculosis

paru empat kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan

pendidikan tinggi.(31) Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator


42

yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu

negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perilaku

kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam

memengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. (32)

Tingkat Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan

dan pengetahuan penyakit Tuberkulosis paru, pencegahan, dan pengobatan

sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba

untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Semakin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin rendah kejadian tuberkulosis paru.

Pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

t uberkulosis paru. Bila seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah

memungkinkan orang tersebut tidak mengetahui apa itu penyakit

tuberkulosis paru, bagaimana gejalanya, bagaimana cara pencegahan dan

dan cara penularanya dan bila tertular bagaimana cara pengobatanya.

Berarti pendidikan merupakan faktor resiko untuk timbulnya

tuberkulosis paru karena responden kurang memiliki pendidikan dalam

mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit tuberkulosis paru,

sehingga mereka tidak waspada dan hati-hati terhadap faktor-faktor resiko

penularan tuberkulosis paru. Pendidikan tinggi tidak menjamin orang

terbebas dari penyakit tuberkulosis paru, hal ini bisa disebabkan karena

faktor ektrinsik responden yang lain misal lingkungan tempat tinggal,


43

kepadatan hunian dalam keluarga, aktifitas diluar rumah dan lain

sebagainya.

4.2.6 Distribusi frekuensi Bakteri Tahan Asam pada suspek Tuberculosis di


Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018
berdasarkan Kualitas Dahak

Dari penelitian yang dilakukan (tabel 4.2.6) diketahuai bahwa

prevalensi kualitas dahak di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka

Tengah tertinggi pada kualitas baik yaitu, 31 orang (100 %) dari 9 BTA

positif, sedangkan pada kualitas dahak buruk tidak terdapat BTA positif

dari 16 suspek dahak negatif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ari Handoko, Siti

Aminah, Marhamah menyatakan bahwa penelitian ini, dari 114 spesimen

dahak nanah lendir terlihat bahwa tidak ada sediaan yang hasil BTAnya

negatif dan scanty, sedangkan hasil BTA positif pada gradasi (1+), (2+), dan

(3+)

Hal ini disebabkan kecenderungan persentase hasil pemeriksaan BTA

hampir merata yaitu antara 30,7-37,7%. Dilihat dari data tersebut,

kecenderungan untuk menemukan kuman BTA dalam pemeriksaan pada

spesimen dahak nanah lendir cukup besar, ditunjukkan dengan tidakadanya

hasil negatif dan scanty, meskipun jumlah kuman yang ditemukan

bervariasi, ditunjukkan dengan persentase hasil pemeriksaan pada berbagai

gradasi hasil positif yang hampir merata

Hal ini disebabkan oleh dahak nanah lendir berasal dari masuknya

Mycobakterium Tuberculosis ke dalam organ paru-paru yang menyebabkan

infeksi pada organ paru-paru, kemudian segera terjadi pertumbuhan


44

tuberkel. Pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah atau

kurang, bakteri ini akan berkembangbiak sehingga tuberkel bertambah

banyak dan membentuk sebuah ruang di dalam rongga paru.

Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi dahak yang

mengandung Mycobakterium Tuberculosis. Pada orang yang rongga paru-

parunya memproduksi dahak dan didapati Mycobakterium Tuberculosis

disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi

Tuberkulosis paru, dahak berupa nanah lendir.


45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran hasil Bakteri Tahan

Asam pada suspek Tuberculosis di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten

Bangka Tengah tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa:

1. Didapatkan hasil penelitian sebanyak 9 orang ( 18,7 % ) suspek

Tuberculosis BTA positif dan 39 orang ( 81,3 % ) suspek Tuberculosis

BTA negatif

2. Berdasarkan umur produktif, didapatkan hasil penelitian sebanyak 8

orang ( 18,2 % ) positif BTA, dan berdasarkan umur non produktif

didapatkan 1 orang ( 25 % ) positif BTA.

3. Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan hasil penelitian sebanyak 8 orang

( 21,6 % ) positif BTA dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 orang (9,1

%) positif BTA dengan jenis kelamin perempuan.

4. Berdasarkan pendidikan, didapatkan hasil penelitian sebanyak 5 orang

(23,8 % ) positif BTA dengan pendidikan rendah dan 4 orang ( 14,8 % )

positif BTA ) dengan pendidikan tinggi.

5. Berdasarkan kualitas dahak, didapatkan hasil penelitian sebanyak 9 orang

(28,1 % ) positif BTA dengan kualitas baik dan berdasarkan kualiatas

sputum buruk didapat 16 dahak, tidak di temukan BTA positif dan dahak

negatif didapat 16 suspek ( 100 % ).

45
46

5.2 Saran

1. Untuk Puskesmas.

Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dan lintas program dengan

mensosialisasikan dan memberi informasi tentang Tuberkulosis.

2. Untuk Pemegang program Tuberculosis.

Memberikan penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga

penderita tentang pencegahan, penularan dan pengobatan penyakit

Tuberculosis sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan

Tuberculosis.

Investigasi kontak yaitu menemukan dan mengevaluasi orang yang

telah kontak dengan penderita Tuberculosis dan menetapkan apakah orang

tersebut telah terinfeksi Tuberculosis atau sakit dan mengobati secara

lengkap. Penelitian kontak adalah penting untuk menemukan penderita

Tuberculosis aktif dan orang yang terinfeksi yang berisiko tinggi untuk

berkembang menjadi Tuberculosis aktif. 3. Skrining pada populasi yang

berisiko tinggi untuk menemukan orang terinfeksi Tuberculosis dan

memberikan terapi lengkap untuk mencegah menjadi Tuberculosis aktif dan

penularan.

Kelompok yang direkomendasikan untuk diskrining adalah orang

yang kontak erat dengan penderita Tuberculosis (tinggal serumah,

lingkungan yang rapat), orang yang terinfeksi HIV, pemakaian obat

terlarang dengan jarum suntik, orang yang kondisi klinisnya berisiko tinggi,

tinggal atau bekerja dalam kelompok berisiko tinggi (rumah sakit,

puskesmas, penjara), petugas kesehatan, populasi berpenghasilan rendah,


47

bayi, anak atau remaja yang terpapar dengan penderita Tuberculosis dewasa

aktif. Kelengkapan data pasien ditulis pada buku register untuk

memudahkan peneliti mengakses data.


DAFTAR PUSTAKA

Data Infodatin 2017. Diakses 21 Maret 2019. Tersedia


dariwww.depkes.go.id.infodatin 2017

Data Profil Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2017

Data Profil Dinkes Bangka Tengah tahun 2017 dan 2018

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN


Tuberculosis PARU DEWASA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISET
KESEHATAN DASAR TAHUN 2010) Rukmini1 dan Chatarina U.W2 Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 320–331

Kemenkes Republik Indonesia. 2017. Modul pelatihan laboratorium


Tuberculosis bagi petugas di Fasyankes

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Direktorat Jendral PengendalianPenyakit


dan penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis

Kemenkes RI 2016. Pedoman Nasional pelayanan kedokteran tata laksana


Tuberkulosis Kemenkes RI 2016

Helper P Manalu dkk (2009). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Tuberculosis Paru. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Pengembangan
Ekologi dan Status Kesehatan, Badan LiTuberculosisangkes Kementerian
Kesehatan RI. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 :
1340 - 1346

Helper Manalu dkk (2009). Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Ketaatan
Berobat Penderita Tuberculosis Paru. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian
Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan LiTuberculosisangkes
Kementerian Kesehatan RI. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember
2010 : 1340 - 1346
Aditama, TY, Diagnosis dan penatalaksanaan Tuberkulosis. Majalah
Kedokteran Indonesia Maret 2005; 55(3):254–6.

Kemenkes RI 2011. PEDOMAN pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011 hal


13, Artikel Ala Dokter, Diakses 24 Maret 2019. Tersedia dari
https://www.alodokter.com/kenali-apa-itu-pemeriksaan-bta

Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Jakarta

CDC, 2016. Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis, Diakses 30Maret


2019. Tersedia dari https // www.cdc.gov

48
49

Amin Z., Bahar A.2009.Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi V.Jakarta:Fakultas.


Kedokteran Universitas Indonesia.hlm. 2230 2233.

Dr. Rer. nat. T. Irianti, M.Sc, Apt dkk. Mengenal Anti Tuberkulosis hal 26

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Diagnosis dan


tatalaksanaTuberculosis anak Depkes – IDAI 2008 hal 5-9.

Praditya Oktaviani Setyari Putri. Gambaran Hasil Pemeriksaan BTA Pada


Pasien Tuberculosis Paru Dengan Pengobatan Tahap Lanjut Di RSUD
CiamisTahun 2016. KTI Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanMuhammadiyah
Ciamis.

Kemenkes RI, 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana


Tuberculosis

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2007. Diakses 04 April 2019. Tuberkulosis


Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Tersedia dari
http://www.klikpdpi.com/konsensus/Tuberculosis/Tuberculosis pdf

Artikel dokter sehat. Diakses 04 April 2019. Tersedia dari


https://doktersehat.com/kenali-ciri-ciri-penyakit-Tuberculosisc

Data Infodatin 2018. Diakses 04 April 2019. Tersedia dari


www.depkes.go.id.infodatin 2018

Andayani, Sri & Astuti, Yoni, Prediksi Prevalensi Kejadian


penyakitTuberkolosis Paru Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Berdasarkan Usia . Indones. J. Heal.Sci., vol.1, no.2, pp. 29-33, 2017.

Soejadi dkk 2006. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Kasus Tuberculosis Paru. Yogyakarta. FakultasKesehatan Mayarakat
Universitas Ahmad Dahlan

Notoatmojdo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka


Cipta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 21 Tahun 2014 Tentang


Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas Usia
Pensiun Bagi Pejabat Fungsional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun 2008 TentangWajib


Belajar.

Kemenkes RI 2017. Standar Prosedur Operasional Mikroskopis Tuberculosis


Pemeriksaan Mikroskopis Tuberculosis
50

Interpretasi hasil Tuberculosis. Diakses 08 April 2019. Tersedia dari


https://www.klikpdpi.com/konsensus/Tuberculosis/Tuberculosis.html
Depkes RI – 2007. Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis cetakan ke 2 hal 21
Hiswani (2009). Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi
Masalah Kesehatan masyarakat.
Http://librarv.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf
Badan LiTuberculosisangkes Depkes RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007,
Jakarta.
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta
Velma Buntuan Jurnal GAMBARAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) POSITIF PADA
PENDERITA DIAGNOSA KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH
SAKIT ISLAM SITTI MARYAM MANADO PERIODE JANUARI 2014 S/D
JUNI 2014 e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 2, Juli 2014 593
Kamus Kesehatan, 2017
https://www.alphashoppers.co/search/search.html?partid=imnsknsch&q=kualitas+
dahak%2Cpenelitian%2Cbta&subid=62212345&nlg=1
LAMPIRAN

Lampiran 1 Agenda Bimbingan Penyusunan Karya Tulis

51
Lampiran 2 Prosedur Pemeriksaan BTA
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Di Puskemas Pangkalanbaru
Kabupaten Bangka Tengah
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di Puskesmas Pangkalanbaru Kabupaten Bangka
Tengah
Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 Profil Penulis
PROFIL PENULIS

Nama : Siti Jamilah


Tempat/Tanggal lahir : Pangkalpinang, 25 Maret 1968
Alamat : Jl. Demang Singa Yudha No. 42, Kecamatan
Girimaya, Pangkalpinang, Bangka Belitung
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 11 Pangkalpinang Lulus Tahun 1982
2. SMPN 3 Palembang Lulus Tahun 1985
3. SMAK Palembang Lulus Tahun 1988
4. D3 ANALIS KESEHATAN
Program Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL) Lulus Tahun 2019
Riwayat Pekerjaan : 1. RSUD DEPATI BAHRIN SUNGAILIAT
1993 - 1996
2. Puskesmas Pangkalanbaru 1996 - sekarang

Anda mungkin juga menyukai