Anda di halaman 1dari 10

RESUME

Manajemen Pelayanan Keperawatan Professional Jiwa di RS dan


Komunitas dan Memperdayakan Kader dan Kesehatan Jiwa

Dosen Pengampu: Ns. Wahyi Sholehah E, S.Kep

Muthia Maharani Yahya (19010099)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES dr. SOEBANDI JEMBER

2020
Pengertian
Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat
mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat mencapai
prestasi belajar semaksimal mungkin karena tidak adanya hambatan emosi.
Setiap manusia dapat mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin,
Tidak ada upaya saling menghambat, permusuhan, dan menghalangi pencapaian
kinerja seseorang. Setiap orang dalam kelompok saling membantu
menyelesaikan pekerjaan sesuai kemampuan, kewenangan, dan keahliannya.
Dengan demikian, setiap orang dapat mencapai kepuasan dalam menampilkan
prestasi kerja, sehingga terciptalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Pelayanan Profesional dilaksanakan oleh perawat professional. Upaya
mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah dimulai di
Indonesia yaitu di NAD dan NIAS, daerah yang terkena dampak gempa dan
tsunami pada tahun 2004. Bentuk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan
kesehatan jiwa di masyarakat (Community Mental Health Nursing (CMHN).
Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat diberikan oleh perawat puskesmas yang
dilatih BC-CMHN (Basic Course of Community Mental Health Nursing).
Dengan keberhasilan program CMHN, maka diharapkan pasien yang tidak
tertangani di masyarakat akan dirujuk ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih baik bahkan yang spesialistik. Tahap berikutnya adalah
mengembangkan pelayanan prima (excelelent service) yang profesional di
rumah sakit jiwa melalui pengembangan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP).
Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat perlu memperhatikan beberapa stresor
di masyarakat yang sangat memengaruhi kesehatan jiwa masyarakat.
Beberapa stresor di masyarakat antara lain timbulnya harapan yang
terlalu banyak, meningkatnya permintaan kebutuhan, dampak teknologi modern,
urbanisasi, dan kepadatan penduduk.
1. Timbulnya harapan yang banyak. Sebelum merdeka terjadi kebobrokan,
kejelekan, dan kebodohan akibat penjajah. Setelah merdeka ternyata
harapan belum tentu sama dengan kenyataan, serta terdapat kekecewaan dan
kecemasan.
2. Meningkatnya permintaan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan dalam
meningkatkan harga diri, yang meliputi perumahan, perlengkapan isi rumah,
sarana transportasi dan komunikasi, pendidikan, serta gaya hidup.
3. Dampak teknologi modern seperti arus dari luar mudah diakses, pengaruh
budaya, peralatan rumah tangga jadi modern, makanan siap saji, ibu bekerja
di luar rumah, kesiapan terhadap perubahan yang cepat, dan kesesuaian
perkembangan teknologi dengan kebutuhan saat ini
4. Urbanisasi seperti pergeseran dari masyarakat desa ke kota, keluarga besar
(extended family) berubah menjadi keluarga inti (nuclear family), agraris
berubah menjadi industry, mobilisasi semakin cepat, ikatan keluarga
menjadi longgar, kontak menurun, komunikasi menurun, dan peran keluarga
yang semakin berkurang.
5. Kepadatan penduduk
a. Daya saing semakin ketat.
b. Hukum alam akan terjadi pertengkaran.

Beberapa stresor di masyarakat ini perlu dikenali untuk mempersiapkan


kemampuan adaptasi keluarga dalam menjalani dan memenuhi tuntutan
kehidupan di masyarakat. Selain itu, keluarga mempunyai tugas untuk
menyiapkan anak dalam menghadapi tuntutan kehidupan pada masanya.
Beberapa tugas keluarga antara lain sebagai berikut.
1. Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang cepat. Jangan terlalu
terikat pada kebiasaan keluarga (family culture), sehingga mendidik anak
menurut sudut pandang orang tua semata. Akibatnya anak hidup pada
dunia “tidak nyata (unreality)”.
2. Tidak semua perubahan penting dan perlu diikuti. Pertahankan beberapa
norma dan nilai keluarga yang penting, sehingga keluarga dapat berperan
sebagai stabilisator dalam perubahan yang sangat cepat.
3. Dunia berubah dengan cepat, sehingga setiap orang akan dituntut
menghadapi perubahan itu. Keluarga harus berperan sebagai tempat
mendapatkan keamanan dan kenyamanan (security), sehingga keluarga
merupakan tempat berlindung (refuge) dan jaminan (insurance) ketika
anak merasakan ketidaknyamanan di lingkungan luar.
4. Waspada terhadap peran keluarga yang makin berkurang. Tunjukkan
selalu figur ibu (mother figure) atau figur ayah (father figure), sehingga
diharapkan anak akan mengembangkan perilaku dengan meniru orang
tuanya.

Area Keperawatan Kesehatan Jiwa di Masyarakat

Ruang lingkup keperawatan kesehatan jiwa masyarakat terdiri atas


berbagai rentang masalah kesehatan jiwa antara kondisi sehat dan sakit, pada
usia anak sampai usia lanjut, perawatan di rumah sakit atau masyarakat, serta
kondisi kesehatan jiwa di rumah ataupun di tempat khusus (industri atau
penjara). Area keperawatan kesehatan jiwa masyarakat ini mencakup seluruh
kasus yang terjadi pada usia anak, dewasa, usia lanjut, baik pada kasus individu,
kelompok, maupun keluarga.

Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan tindakan


keperawatan kesehatan jiwa. Meliputi pelayanan paripurna, mulai dari pelayanan
kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus masyarakat.
Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan kesehatan jiwa yang
dilaksanakan di rumah sakit umum dengan pelayanan berbentuk unit perawatan
intensif kejiwaan dan konsultan penghubung keperawatan kesehatan mental.
Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari pelayanan
tingkat kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus sampai keluarga yang
dikenal dengan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (community mental
health nursing-CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini dimulai dari
level lanjut, menengah, dan dasar. Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber
daya masyarakat dilaksanakan dalam bentuk pengembangan desa siaga sehat
jiwa (DSSJ), serta melakukan revitalisasi kader dengan membentuk kader
kesehatan jiwa (KKJ) sebagai fasilitator masyarakat dalam mengembangkan
kesehatan jiwa masyarakat. Pada kelompok khusus dapat dibentuk kelompok
swadaya (self help group-SHG) dan usaha kesehatan sekolah tentang kesehatan
jiwa (UKSJ).

Aplikasi CMHN Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang


komprehensif mencakup tiga tingkat pencegahan yaitu sebagai berikut.

Pencegahan Primer

1. Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan


pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
2. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa,
dan usia lanjut.
4. Aktivitas pada pencegahan primer adalah sebagai berikut.
a. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang tua.
b. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, serta kehilangan rumah/tempat tinggal,
yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana.
c. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah.
d. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.

Pencegahan Sekunder

1. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah


deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan
dengan segera.
2. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa.
4. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai berikut.
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh
informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan
lain, dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus

Pencegahan Tersier
1. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi
serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
2. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan
akibat gangguan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
4. Aktivitas pada pencegahan tersier

PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA CMHN

Pengkajian

Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan


keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda menonjol yang mendukung adanya
gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian
kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan
jiwa, pengkajian psikososial, dan pengkajian status mental (format dilampirkan pada
modul pencatatan dan pelaporan). Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien,
serta melalui pemeriksaan.

Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik masalah
yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang berisiko mengalami
gangguan jiwa. Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi penting untuk pascabencana
adalah sebagai berikut.

1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja seperti depresi , perilaku kekerasan


2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa seperti harga diri rendah, perilaku
kekerasan, risiko bunuh diri, isolasi social, gangguan persepsi sensori: halusinasi,
gangguan proses pikir: waham, dan defisit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia seperti, demensia, dan depresi

Perencanaan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan


kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu:

1. penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan


dengan pasien;
2. pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan gangguan jiwa;
3. perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi kebersihan diri (misal,
mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum), makan dan minum, buang air besar dan
buang air kecil;
4. terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi
keluarga;
5. tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek samping).
Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi satu
diagnosis keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga tercapai kemampuan
yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan
ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.

Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Tujuannya adalah memberdayakan pasien
dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan
keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah.

Evaluasi asuhan Keperawatan

Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan dan menyelesaikan masalah.

1. Evaluasi pasien seperti melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai


kemampuannya, membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara
bertahap, dan melakukan cara-cara meyelesaikan masalah yang dialami.
2. Evaluasi keluarga seperti membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien
hingga pasien mandiri, mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa,
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau
kekambuhan, mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi
segera., menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti tetangga,
teman dekat, dan pelayanan kesehatan terdekat.

Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Professional Jiwa di RS


Beberapa Rumah Sakit Jiwa telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan
menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional).
MPKP adalah suatu model keperawatan profesional yang secara keilmuwannya
bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik keperawatan dan kaidah keperawatan
yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Beberapa modifikasi MPKP yang
dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1. MPKP Transisi MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar
belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya minimal dari
D3 Keperawatan.
2. MPKP Pemula MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a. MPKP I MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 Keperawatan
tetapi kepala ruangan dan ketua tim mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan
b. MPKP II MPKP Intermediate dengan tenaga perawat minimal D3
Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga
spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor
keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu
manajemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan.
Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh
personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim (perawat asosiet). Tugas dari karu MPKP yaitu membuat rencana bulanan,
mingguan, harian; mengorganisasi tim dan anggotanya, memberi pengarahan
pelaksanaan tugas pada staf keperawatan, pekarya, dan staf administrasi;
memfasilitasi kolaborasi perawat primer dengan anggota tim kesehatan lainnya,
melakukan pengawasan pelaksanaan tugas seluruh personil ruang MPKP,
melakukan audit pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangan,
mewakili ruang MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya. Tugas dari
perawat pelaksana di ruang MPKP yaitu membuat rencana harian yang menjadi
tanggung jawabnya, melaksanakan tindakan keperawatan kepada klien,
memberikan informasi, umpan balik kepada perawat pelaksana bila ada perubahan
pada kliennya, memberikan pelayanan keperawatan yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan

Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:

Surabaya.

Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan. Malang:

UMM Press.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th Edition.

St.Louis: Mosby

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47390/Chapter%20II.pdf?

sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai