Anda di halaman 1dari 40

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang                                               

Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan akan bahan

makanan yang bergizi tinggi dari sumber protein hewani meningkat, utamanya daging

dan susu. Dunia peternakan tentunya mempunyai beban tanggung jawab yang besar

untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut.

Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat

penting. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah pemanfaatan hasil produksi

susu yang melebihi kebutuhan untuk anaknya sebagai pemenuhan kebutuhan protein

hewani tubuh manusia. Susu yang dihasilkan sapi perah kaya akan zat gizi dan

dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun terutama pada masa pertumbuhan.

Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi

peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Saat ini dibutuhkan suatu metode

yang tepat dalam membangun subsektor peternakan khususnya mengenai komoditas

sapi perah.

Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Pedet yang baru

lahir membutuhkan perawatan khusus, ketelitian, kecermatan dan ketekunan

dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa. Pemeliharaan pedet mulai dari lahir

hingga disapih merupakan bagian penting dalam kelangsungan suatu usaha

peternakan sapi perah. Kesalahan dalam penanganan dan pemeliharaan pada pedet

muda dengan umur 0-3 minggu dapat menyebabkan pedet mati lemas saat lahir,

lemah, infeksi dan sulit dibesarkan.


2

Manajemen pemeliharaan, merupakan salah satu faktor lingkungan yang

sangat berpengaruh terhadap peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah.

Manajemen pemeliharaan pedet sejak lahir sampai disapih menjadi sangat penting

dalam upaya menyediakan bakalan baik sebagai pengganti induk mapun untuk

digemukkan sebagai ternak pedaging. Dalam usaha peternakan sapi perah

pemeliharaan pedet memerlukan perhatian dan ketelitian yang tinggi dibanding

dengan pemeliharaan sapi dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi pedet banyak

yang masih lemah sehingga bisa menimbulkan mortalitas yang tinggi. Kesalahan

dalam pemeliharaan pedet, dapat menyebabkan pertumbuhan pedet terhambat dan

tidak maksimal. Penanganan pedet mulai dari lahir sangat diperlukan agar nantinya

bisa mendapatkan sapi yang mempunyai produktivitas tinggi untuk menggantikan

sapi yang sudah tidak berproduksi lagi.

Efisien pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah hanya

dapat dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tatalaksana pemeliharaan

dan manajemen pengelolaan yang baik. Faktor manajemen inilah yang memegang

peranan penting dalam usaha ternak perah. Sehingga pengetahuan, ketrampilan

tentang manajemen ternak perah khususnya menejemen pemeliharaan pedet bagi

Mahasiswa Peternakan penting adanya untuk menunjang pengalaman dan

pengetahuan praktis mahasiswa mengenai manajeman pedet, manajemen

perkandangan, manajemen pakan, dan kesehatan pedet.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah adalah untuk

mengetahui tatalaksana pemeliharaan sapi perah khususnya pada pedet di Dinas

Peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu serta meningkatkan profesionalisme dan
3

keahlian serta pengalaman kerja lapang mahasiswa pada bidang pemeliharaan ternak

perah.

1.3. Kegunaan

Kegunaan dari Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini adalah untuk

membandingkan antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan lapang,

menambah pengetahuan tentang tatalaksana pemeliharaan sapi perah, untuk

meningkatkan keterampilan dan keahlian mahasiswa tentang tatalaksana

pemeliharaan sapi perah, serta sebagai bahan informasi bagi yang memerlukan

khususnya untuk tatalaksana pemeliharaan pedet.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH)

Sapi peranakan Friesian Holstein merupakan bangsa sapi hasil persilangan

antara sapi Peranakan ongole (sapi lokal) dengan sapi Fries Holland (sapi asal

Belanda). Di indonesia sapi PFH penyebarannya terbatas di daerah tertentu. Hal ini

dikarenakan produktivitas sapi perah sangat di pengaruhi temperatur lingkungan

(Siregar, 2003).

Ciri – ciri fisiknya adalah dominan FH dengan warna rambut belang hitam

putih. Kemampuan berproduksi susu sapi perah peranakan Fries Holland di Indonesia

rata-rata 8.92 liter per hari. Produksi susu tersebut masih termasuk rendah bila

dibandingkan dengan produksi susu rata-rata sapi perah bangsa Fries Holland di

negara-negara maju. Di negara Amerika Serikat bagian selatan, produksi susu rata-

rata sapi perah Fries Holland mampu mencapai 4.471 kg per laktasi. Masih rendahnya

produksi susu rata-rata yang dicapai di Indonesia terutama dikarenakan pemberian

pakan dan tata laksana yang belum memadai (Siregar, 2003).

Kelahiran atau sering pula disebut dengan partus adalah suatu proses fisiologik

pada saluran reproduksi ternak betina terutama pada sapi yang bunting dalam usaha

mengeluarkan fetus dan plasentanya melalui saluran kelahiran (Partodihardjo, 1982).

Masa depan suatu peternakan sapi perah tergantung pada program pembesaran pedet

maupun dara sebagai replacement stock untuk dapat meningkatkan produksi susu.

Pemeliharaan pedet yang baru lahir, pemberian pakan dan minum, perkandangan serta

penanganan kesehatan perlu diperhatikan dengan baik, mengingat angka kematian

pedet yang cukup tinggi pada empat bulan pertama setelah pedet lahir. Di daerah
5

tropis rata-rata persentase kematian pedet dibawah umur tiga bulan mencapai 20%

bahkan bisa mencapai 50% (Reksohadiprojo,1984).

Kematian sapi perah tertinggi adalah selama masih pedet sejak lahir sampai

umur 3 bulan. Agar kematian pedet dapat dikurangi, dan pedet tumbuh menjadi sapi

yang baik, maka diusahakan pedet pada waktu lahir harus sehat dan kuat, maka

perawatan pedet dapat dimulai sejak pedet masih di dalam kandungan dalam bentuk

janin (Soetarno, 2003).

Pemeliharaan pedet memerlukan perhatian dan ketelitian yang tinggi

dibanding dengan pemeliharaan sapi dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi pedet

yang masih lemah sehingga bisa menimbulkan angka kematian yang tinggi.

Kesalahan dalam pemeliharaan pedet bisa menyebabkan pertumbuhan pedet

terhambat dan tidak maksimal (Siregar,2003). Pemisahan pedet bisa dilakukan

langsung setelah 24 jam untuk pedet yang sehat dan untuk pedet yang kurang sehat

setelah lahir maka dibiarkan hingga umur 2 sampai dengan 3 hari bersama induknya

(Syarief dan Sumoprastowo, 1985).

II.2. Perawatan Pedet

Untuk menghasilkan anak sapi yang cukup kuat salah satu caranya induk sapi

yang bunting sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum beranak sudah dikeringkan dan

induk sapi tersebut diberi pakan istimewa dan cukup baik kualitas dan kuantitasnya.

Setelah pedet dilahirkan, merupakan periode yang sangat kritis. Oleh karena itu anak

sapi perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya (Muljana, 1982).

Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses

penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan
6

yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

a) Penanganan Pedet pada saat lahir

Penanganan Pedet pada saat lahir dilakukan apabila induk tidak bisa berperan

secara optimal. Hal ini menjaga agar sifat alami atau tingkah laku ternak tidak

terusak. Bantuan dapat diberikan dengan langkah-langkah sesuai tingkah laku ternak

tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung demikian

pula yang ada dalam tubuhnya, menggunakan handuk (kain) yang bersih. Buat

pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Kemudian potong tali pusarnya

sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan

jerami kering sebagai alas. Dan jangan lupa beri colostrum secepatnya paling lambat

30 menit setelah lahir (Imron, 2009).

Pedet yang baru lahir dikeringkan dengan cara membiarkan induk menjilati

pedetnya sehingga pedet tidak kedinginan apabila cuaca dalam keadaan dingin

(Blakely dan Bade, 1994). Pedet yang baru lahir perlu disiapkan kandang dengan

memberi alas berupa jerami kering / serbuk gergaji dengan tujuan pedet tidak

terpeleset sehingga menimbulkan luka (Williamson dan Payne, 1993). Masa lepas

sapih berarti pedet sudah tidak mendapatkan susu lagi dari induk sehingga untuk

memenuhi kebutuhannya dibutuhkan pakan yang dapat menggantikan kebutuhan akan

susu tersebut (Muldjana, 1985).

b) Pemberian Pakan dan Minum

Pengelolaan pedet sapi perah rakyat pada kebanyakan peternak tidak

memisahkan pedet dan induknya setelah lahir. Hanya bagian kecil yang memisahkan
7

pedet dari induknya setelah lahir. Model pemeliharaan yang kurang baik

menyebabkan kematian mencapai 23-25% sampai pedet umur 4 bulan (Siregar, 2003).

Pedet yang baru lahir diberikan kolostrum hingga hari ke-7 setelah dilahirkan.

Kolostrum adalah susu pertama yang diproduksi oleh induk sekitar hari 5 – 7 yang

berwarna kuning, agak kental dan berubah menjadi susu biasa sesudah 7 hari.

Pemberian kolostrum setelah melahirkan sangat penting bagi pedet karena kandungan

nutrisi yang terkandung dalam kolostrum sangat tinggi dan terdapat antibodi yang

dapat mencegah timbulnya penyakit (Soetarno, 2003). Menurut Santosa (2001),

kolostrum harus diberikan selama 3 hari pertama sesudah lahir. Pedet harus menyusu

induk 12 atau 24 jam, sesudahnya selama 2 sampai dengan 7 hari berikutnya

kolostrum diberikan melalui puting buatan.

Kolostrum sangat penting bagi pedet yang baru saja lahir, karena :

- Kolostrum kaya akan protein (casein) dibandingkan susu biasa.Protein dibutuhkan

pedet untuk pertumbuhan tubuh.

- Kolostrum mengandung vitamin A,B2,C dan vitamin-vitamin yang sangat

diperlukan pedet.

- kolostrum mengandung zat penangkis (anti bodi) yang dapat memberi kekebalan

bagi pedet terutama terhadap bakteri E. coli penyebab scours.

- Zat penangkis tersebut misalnya immuglobin (Tillman, 1998).

Alat pencernaan Pedet umur kurang 4 bulan belum sempurna. Pencernaan

pakan yang dilakukan oleh bakteri dan protozoa yang ada di dalam rumen belum

berarti. Oleh karena itu pedet tidak dapat memakan hijauan kasar dengan kualitas

rata-rata dalam jumlah besar. Pedet diberi susu buatan selama mungkin dengan

takaran makanan konsentrat yang serasi dengan pakan kasar yang kualitasnya tinggi
8

dan seekonomis mungkin. Pakan kasar yang berupa legume dapat diberikan karena

disukai dan bergizi tinggi (Reksohadiprodjo, 1995).

Pakan utama pedet ialah susu. Pemberian susu biasanya berlangsung sampai

dengan pedet berumur 3 sampai dengan 4 bulan. Pakan pengganti dapat diberikan

namun harus memperhatikan kondisi atau perkembangan alat pencernaan pedet. Cara

pemberian pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari peternak itu

sendiri, kondisi pedet dan jenis pakan yang diberikan (Anonimus, 1995).

Kolostrum diberikan untuk pedet setidaknya untuk 3 hari, tetapi jika

pemberian susunya dengan ember kemungkinkan untuk menyusu induknya hanya (12

sampai dengan 24) jam pertama dan setelah itu kolostrumnya diberikan dengan

ember. Kolostrum mengandung bahan kering dua kali lipat dari pada susu.

Kandungan protein dapat mencapai 18 % dibandingkan (3 sampai dengan 5)% dengan

susu biasa. Kolostrum banyak mengandung vitamin dan mineral dan bersifat pencahar

dan membantu membersihkan intestinum dari kotoran yang bergumpalan. Juga

mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh pedet. Ini membantu pedet melindungi

dirinya terhadap penyakit.

Amat penting bagi pedet untuk mendapatkan kolostrum di dalam 24 jam

pertama setelah lahir karena saluran pencernaannya dapat menyerap antibodi selama

periode ini. Kelebihan kolostrum dapat diberikan kepada anak sapi lebih tua.

Biasanya dicampur dengan susu atau air (Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993).

Milk replacer atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase pemberian susu untuk

pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk replacer /PAS. Milk

replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang

sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun kadang-kadang

pemberian Milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering
9

mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku

yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan

serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet

berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang

dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-

patian dan protein selain casein (protein susu).

Manajemen Pemberian Pakan Hijauan kepada pedet yang masih menyusu,

hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan

tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil

dalam memasok zat makanan. Perkenalkan/pemberian hay/rumput sejak pedet

berumur 2 – 3 minggu.

Pedet sapi perah disapih pada umur 3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet.

Cara penyapihan pedet sedikit demi sedikit susu yang diberikan dikurangi.

Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada saatnya pedet

itu disapih sehingga terbiasa dan tidak mengalami stress (Putra, 2004).

Pemberian Pakan pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapatkan asupan

nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet akan memberikan nilai

positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas

yang optimal dapat dicapai.

c) Sistem Perkandangan

Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga

pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa

menjamin hidup yang sehat dan nyaman (Sugeng, 2003). Dikatakan juga oleh Siregar

(2003) bahwa dengan kandang, pengamatan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga,

selain itu kandang yang dibangun harus dapat menunjang peternak baik dalam segi
10

ekonomis maupun segi kemudahan dalam pemeliharaan ternak. Sehingga diharapkan

dengan adanya bangunan kandang ini sapi tidak berkeliaran disembarang tempat dan

kotorannya pun dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin (Sugeng, 2003).

Kandang berfungsi  sebagai tempat tinggal sapi dan pekerja peternak-peternak

yang mengurus sapi setiap hari. Saran pokok yang langsung maupun tidak langsung

turut menentukan berhasil tidaknya usaha sapi perah, tempat yang memberi

kenyamanan dari alam misalnya hujan, angin dan udara dingin sehingga merupakan

tempat pengawasan kesehatan ternak sapi perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1984).

Kandang berfungsi juga sebagai pelindung ternak dari perubahan cuaca atau iklim

yang ekstrim (panas, hujan dan angin), mencegah dan melindungi ternak dari

penyakit, menjaga keamanan ternak dari pencurian, Memudahkan pengelolaan ternak

dalam proses produksi seperti pemberian pakan, minum, pengelolaaan kotoran/limbah

dan perkawinan, dan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja (Sukmawati

dan Kaharudin, 2010).

Cahaya matahari diusahakan dapat masuk ke dalam kandang sebanyak-

banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari pagi musuh terbesar dari segala macam

kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepas diluar

kandang karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2003).

Pertukaran udara di kandang perlu dijaga agar pertukaran udara di kandang sempurna.

Kandang sapi perah di daerah tropis sebaiknya terbuka (tidak berdinding) kecuali di

daerah pegunungan yang udaranya dingin atau anginnya kencang, kandang sebaiknya

tertutup (berdinding), tetapi dapat dibuka pada siang hari agar sirkulasi udara dapat

dijaga (Soetarno, 2003). Berdasarkan literatur yang ada, arah kandang ketiga

peternakan telah sesuai karena telah menghadap utara dan selatan yang membuat

cahaya matahari dapat masuk sebanyak-banyaknya.


11

Menurut Soetarno (2003), selama 3-4 hari setelah lahir pedet biasanya belum

dipisahkan dari induknya, agar dapat memperolah kolostrum sepenuhnya. Setelah itu,

pedet ditempatkan di dalam kandang pembesaran, baik berupa kandang observasi

(observation pens), kandang individu (individual pens), maupun kandang kelompok

(group pens). Di sini pedet mulai dilatih untuk mengkonsumsi suplemen makan.

 Kandang Pedet 0 – 4 bulan

Pedet yang berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak

bercampur dengan pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau

penghalang antar kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit

yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga

jika disatukan dapat saling mngisap dan menjilat. Kandang pedet lazimnya dibuat dari

bahan bambu atau kayu berukuran 95 x 150 x 130 cm (Marsandi, 2007).

 Kandang Pedet Lepas Sapih (4 – 8 bulan)

Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih yang berusia 4 – 8 bulan

berupa kandang sistem kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar

sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak

terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan. Karenanya tempat pakan, tempat

minum dan tempat berteduh dibuat terpisah (Soetarno, 2003)

Agar ternak sapi yang tinggal di dalam kandang merasa nyaman, maka

kontruksi kandang harus dibangun sesuai dengan hukum alam. Seperti diketahui

bahwa hukum alam tidak bisa diubah, melainkan peternaklah yang bisa menyesuaikan

diri terhadap lingkungan (Reksohadiprodjo, 1984).

Perlengkapan kandang yang harus disediakan adalah tempat pakan dan tempat

minum (Sugeng, 2003). Tempat pakan dan tempat minum dapat dibuat dari tembok
12

beton yang bentuknya dibuat cekung dengan lubang pembuangan air pada bagian

bawah, atau bisa juga tempat pakan terbuat dari papan atau kayu dan tempat minum

menggunakan ember (Siregar, 2003). Menurut Sugeng (2003) kandang harus

dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air,

ember dan kereta dorong.

d) Kesehatan Pedet

Menurut Abidin (2002) kandang atau tempat yang kotor merupakan sumber

utama hidupnya kuman dan akan menimbulkan penyakit, kebersihan kandang

memerlukan perhatian ekstra karena kotoran dan urine sapi akan segera terinjak-injak

oleh sapi lainya.

Diare adalah penyakit yang sering menyerang pedet Penyakit ini datangnya

mendadak dengan tanda-tanda anak sapi tampak lesu, tidak ingin menyusu pada

induknya, suhu tubuhnya meninggi, mengeluarkan kotoran cair berwarna kuning

keputih-putihan dan berbau busuk. Maka kebersihan kandang harus diperhatikan,

selain itu kembersihan ambing susu induk sapi harus diperhatikan supaya dalam

pemberian kolostrum tidak tercampur bakteri yang menyebabkan diare (Abidin 2002).

Diare pedet masih cukup menakutkan karena seringkali berakibat kematian.

Menurut Kurniawan (2009), jika pedet kehilangan lebih dari 15% cairan tubuhnya,

dia akan mengalami stress yang luar biasa dan mengakibatkan kematian. Dari sekian

banyak sebab diare pada pedet, penanganan saat lahir, tidak adanya desinfeksi pusar

dan sanitasi kandang pedet yang buruk, adalah penyebab utamanya. Pedet adalah

investasi karena keuntungan para peternak kebanyakan hanya berasal dari penjualan

pedet.
13

III. METODE DAN MATERI

III.1.Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah

Kegiatan Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini dilaksanakan mulai tanggal

20 Februari – 20 Maret 2016 di Dinas Peternakan UPT PT dan HMT Batu yang

beralamat di Jl. Raya Tlekung, Desa Beji Kec. Junrejo Kota Batu, Malang.

III.2.Materi Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah

Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini adalah

47 ekor pedet yang 47 ekor pedet yang terdiri dari 20 ekor pedet berumur 0 – 4 bulan

(7 ekor betina dan 13 ekor jantan), dan 27 ekor pedet berumur 5 – 8 bulan serta

sarana prasarana pemeliharaan.

III.3.Metode Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini menggunakan

metode deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk membandingkan antara

teori yang diperoleh dibangku kuliah maupun kepustakaan dengan keadaan lapang.

Dengan cara ikut terjun langsung di lapang dalam pemeliharaan sapi perah.

III.4.Variabel yang diamati

Selama kegiatan Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah, data-data yang

diamati dan dikumpulkan meliputi :

- Profile peternakan

- Keadaan umum lokasi peternakan

- Tatalaksana pemeliharaan pedet

- Kesehatan pedet

- Pemasaran
14

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Keadaan Umum Lokasi

A. Sejarah Berdirinya UPT PT dan HMT Kota Batu

Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (PT

dan HMT) Batu dirintis sejak tahun 1951 dengan nama  Balai Peternakan Ayam yang

berlokasi di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kabupaten Malang. Pada tahun

1986 dengan Surat Keputusan Gubernur No. 3 tahun 1986 sebagai kelengkapan dasar

kelembagaan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, maka nama Balai diubah

menjadi Unit Pelaksana Teknis Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Pada tahun

1992 direlokasi ke Desa Beji Kecamatan Batu dengan komoditas aneka ternak.

Selanjutnya dengan Peraturan Daerah No. 19 tahun 2000, UPT mengalami

perubahan struktur dalam rangka penataan dan rekapitulasi unit-unit pelaksana teknis

lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dengan nama Balai Pembibitan

Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Batu (BPT dan HMT Batu). Dengan

pemberlakuan privatisasi BPT dan HMT Batu pada tahun 2001, mengubah jenis

komoditas usaha menjadi lebih spesifik, yaitu pembibitan sapi perah dan hijauan

makanan ternak.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, berdasar Peraturan Gubernur

Jawa Timur No. 130 tahun 2008 unit ini ditetapkan  UPT PT dan HMT Batu, dengan

spesifikasi kegiatan pembibitan dan pemuliabiakan ternak dan hijauan makanan

ternak.

Tugas UPT PT dan HMT Batu


15

Pelaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur di bidang

pembibitan, pembiaak, budidaya ternak, hijauan makanan ternak, ketatausahaan dan

pelayanan masyarakat.

Fungsi UPT PT dan HMT Batu

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, UPT PT dan HMT Batu

mempunyai fungsi :

1) Pembibitan, budidaya dan pemuliabiakan ternak

2) Pemeliharaan ternak dan pengadaan makanan ternak

3) Pembibitan hijauan makanan ternakPendistribusian bibit ternak

4) Pelaksanaan ketatausahaan

5) Pelaksanaan pelayanan masyarakat

6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Sumber Daya Manusia :

Tenaga kerja yang ada di UPT PT dan HMT Batu, berdasarkan pendidikan

dan status kepegawaiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Tenaga kerja yang ada di UPT PT dan HMT Batu

No Pendidikan PNS Non PNS Jumlah

1 Dokter Hewan 1 1

2 Sarjana Peternakan 2 2

3 SLTA/Kejuruan 8 6 14

4 SMTP/SD 4 3 7

Jumlah 24
16

Sumber Daya Alam

1) Luas Lahan : 13,0 Ha

2) Lahan Terpakai : 9,5 Ha

3) Lahan Bangunan : 2,0 Ha

4) Lahan Tanaman HMT : 7,5 Ha

5) Kemiringan tanah : 5-30 %

6) Sumber Air : Sumur bor dan tadah hujan

B. Struktur Organisasi

Susunan Organisasi di UPT PT dan HMT Batu terdiri dari  : Kepala UPT,

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Produksi dan Kepala Seksi Pelayanan

dengan bagan sebagai berikut  :


17

IV.2. Tatalaksana Pemaliharaan Pedet

a. Penanganan Pedet Saat Lahir

Di UPT PT dan HMT Batu, setelah pedet lahir pekerja kandang langsung

membersihkan lendir yang terdapat di dalam mulut dan tenggorokan serta memotong

tali pusar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Imron, 2009), bahwa perlakuan terhadap

pedet sesaat setelah lahir antara lain :

1) Segera membersihkan lendir yang ada dihidung dan di mulut pedet

2) Memeriksa apakah pedet sudah dapat bernafas. Apabila belum dapat bernafas,

dapat dibantu dengan pernafasan buatan yaitu dengan menekan pada bingkai

dada berkali-kali atau menggerak-gerakan kaki depan. Adakalanya pernafasan

itu terganggu karena adanya lendir yang terdapat di dalam mulut dan

tenggorokan, maka lidah ditarik keluar dan lendir dikeluarkan dari mulut dan

tenggorokan dengan menggunakan jari telunjuk.

3) Setelah pedet dapat bernafas, tindakan selanjutnya adalah mengoleskan atau

memasukan larutan iodine 7% ke dalam potongan tali pusar agar badan pedet

tidak kemasukan bibit penyakit melalui tali pusar. Apabila tali pusar pedet

terlalu panjang, dapat dipotong panjangnya sekitar 5 sampai dengan 7 cm.

4) Induk dibiarkan menjilati anaknya, agar jilatannya lebih kuat maka di taburkan

garam dapur di tubuh pedet. Jilatan induk ini akan membantu lancarnya

pernafasan dan merangsang sirkulasi darah. Apabila induk tidak mau menjilati

anaknya, lendir pada tubuh pedet dibersihkan oleh peternak dengan kain lap

bersih dan kering dengan digosokan sampai seluruh permukaan tubuh pedet

kering.
18

5) Pedet dipindah di kandang observasi (observation pen). Waktu memindahkan

pedet ke kandang pedet sebaiknya diusahakan agar induknya tidak mengetahui

dimana anaknya ditempatkan agar induk segera melupakan anaknya.

b. Pemberian Pakan dan Minum

Apabila pedet lahir sehat dan kuat biasanya 30 sampai dengan 60 menit

setelah lahir sudah dapat berdiri. Pedet waktu lahir tidak memiliki kekebalan untuk

melawan penyakit. Oleh karena itu 30 - 60 menit setelah lahir pedet segera diberi

minum kolustrum. Kolostrum adalah susu yang dihasilkan oleh sapi setelah

melahirkan sampai sekitar 5 sampai dengan 6 hari. Kolostrum sangat penting untuk

pedet setelah lahir karena kolostrum mengandung zat pelindung atau antibodi (gama

glubolin) yang dapat menjaga ketahanan tubuh pedet dari penyakit yang berbahaya.

Pedet biasanya diberi kolostrum segar paling sedikit 3 hari (Santosa, 2001).

Di UPT PT dan HMT Batu, pemberian kolostrum pada pedet dilakukan

selama 3 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2001) yang meyatakan susu

kolostrum harus diberikan selama 3 hari pertama sesudah lahir. Pedet harus menyusu

induk 12 atau 24 jam, sesudahnya selama 2 sampai dengan 7 hari berikutnya

kolostrum diberikan melalui puting buatan. Akan tetapi, hal ini tidak sesuai dengan

pendapat Soetarno (2003) yang menyatakan bahwa kolostrum diberikan hingga hari

ke-7 setelah dilahirkan, karena pemberian kolostrum setelah melahirkan sangat

penting bagi pedet karena kandungan nutrisi yang terkandung dalam kolostrum sangat

tinggi dan terdapat antibodi yang dapat mencegah timbulnya penyakit.

Setelah pemberian kolostrum, pedet diberi pakan cair yaitu berupa susu segar

dengan jumlah pemberian 2 liter/ekor. Memasuki minggu ke-5 pedet diberikan

makanan cair berupa 2 liter susu dengan campuran air sebanyak 1 liter/ekor. Mulai
19

umur 2 minggu pedet mulai dilatih untuk makan konsentrat yaitu pellet yang

ditempatkan di tempat pakan pedet. Pellet adalah pakan konsentrat/formula khusus

untuk pedet sejak umur 1 minggu, sebaiknya  diberikan dalam bentuk kering dan

ditempatkan di kotak. Adapun kandungan nutrisi dari pellet adalah Air max 12 %,

protein min 33 %, lemak max 7 %, serat max 22 %, Abu max 11 %, calcium max 0,8

- 1,1 % dan phosphor max 0,6 – 0,8 %.

Kolostrum sangat diperlukan pedet untuk pertumbuhan tubuh, karena

kolostrum mengandung vitamin (A, B2, C), zat penangkis (anti bodi) yang dapat

memberi kekebalan bagi pedet terutama terhadap bakteri E. coli (Tillman, 1998).

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa semakin cepat pemberian kolostrum

semakin cepat kolostrum masuk ke dalam abomasum intestinum. Selanjutnya antibodi

segera diserap dan antibodi masuk ke dalam darah pedet dan secepatnya pedet dapat

mencegah atau melawan penyakit. Antibodi dapat diserap melalui dinding usus hanya

selama 24 jam sampai 36 jam pertama kehidupan sejak dilahirkan. Jumlah terbanyak

antibodi yang dapat diserap adalah dalam 1 (satu) jam pertama sebanyak 50%

antibodi yang ada di dalam kolostrum. Pada 20 jam berikutnya efisiensi penyerapan

antibodi hanya 12%.

Jika sapi induk setelah melahirkan tidak menghasilkan kolostrum karena sakit

atau mati setelah melahirkan, maka untuk menanggulangi biasanya peternak

menyimpan sebagian kolostrum segar hasil perahan pertama dari sapi lain yang

disimpan di dalam almari pendingin (dibekukan) guna cadangan kalau-kalau ada anak

sapi lain yang tidak mendapat kolostrum dari induknya. Penyimpanan kolostrum

dalam bentuk beku, sebaiknya tidak lebih dari 4-6 bulan. Apabila pembekuan

kolostrum segar tidak memungkinkan, dapat ditempuh dengan meminta dari

tetangganya yang mempunyai sapi yang beranaknya bersamaan. Jika terpaksa tidak
20

ada kolostrum sama sekali, terpaksa anak sapi yang baru lahir diberi minum

kolostrum buatan.

Kolostrum buatan diberikan pada pedet apabila induk tidak dapat

menghasilkan kolostrum. Kolostrum buatan sekali minum terdiri dari campuran ½

liter susu murni + 1 sendok teh minyak ikan + 1 sendok teh kastroli + 1 telur yang

dikocok di dalam ¼ liter air hangat. Pemberian kolustrum buatan diberikan 3 kali

sehari selama 3 sampai dengan 4 hari (Soetarno, 2003).

Gambar 1. Pemberian Kolostrum pada pedet yang baru lahir

Cara melatih pedet minum kolostrum yang pertama apabila menggunakan

ember terbuka perlu kesabaran, caranya mula-mula pedet dibiarkan menjilat atau

menghisap jari telunjuk yang dibasahi kolostrum. Selanjutnya jari telunjuk yang

diisap-isap, perlahan-lahan dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam ember yang

berisi kolostrum sehingga mulut pedet masuk ke dalam kolostrum dan dibiarkan

beberapa menit mengisap-isap jari telunjuk dan kolostrum turut terserap sedikit-

sedikit. Kemudian jari telunjuk perlahan-lahan dilepas dari mulut pedet. Perlakuan
21

demikian itu perlu diulang-ulang sehingga akhirnya pedet mau minum kolostrum dari

ember tanpa bantuan lagi.

Agar pedet segera mau makan pellet, maka perlu dilatih dengan mengusapkan

pada moncong/bibir pedet. Apabila tahu rasanya maka pedet akan menjilati pellet

yang tersedia. Mulai umur 3 minggu kalau pedet sudah mau makan rumput kering

atau konsentrat (pellet). Pedet yang sudah dilatih mengkonsumsi konsentrat dan

hijauan hingga 3 bulan (12 minggu) maka pedet tersebut mulai disapih. Menyapih

berarti menghentikan pemberian susu pada pedet, baik susu yang berasal dari induk

sendiri ataupun dari induk lain. Tujuan penyapihan adalah untuk menghemat biaya

pembesaran pedet dan meningkatkan volume susu yang dapat dijual. Cara

penyapihannya sedikit demi sedikit jumlah susu dikurangi, sebaliknya pemberian

konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada saat pedet disapih sehingga terbiasa

dan tidak mengalami stres. Pedet umur tiga bulan, rumen dan retikulum sudah

berkembang dengan baik.

Gambar 2. Pemberian susu, konsentrat (pellet), susu pengganti


Pada pedet sapi perah
22

Di UPT PT dan HMT Kota Batu, pedat umur 3 – 4 bulan pedet mulai disapih

dengan cara mengurangi jumlah susu yang diberikan, kemudian diberikan kosentrat

sedikit – sedikit sehingga mau makan kosentrat tersebut. Hal ini sesuai dengan

pendapat Putra (2004), yang menyatakan bahwa pedet sapi perah disapih pada umur

3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet. Cara penyapihan pedet sedikit demi sedikit

susu yang diberikan dikurangi. Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan

ditingkatkan sampai pada saatnya pedet itu disapih sehingga terbiasa dan tidak

mengalami stress.

c. Perkandangan

Kegunaan kandang sapi khususnya di daerah tropis antara lain untuk

melindungi sapi dari derasnya air hujan, kencangnya angin dan dinginnya udara

malam hari terutama didaerah pegunungan, panasnya sinar matahari pada siang hari

serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian. Untuk mengatasi cuaca

di daerah tropis yang kurang bersahabat, kandang memerlukan atap untuk peneduh

yang dapat menahan air hujan dan panasnya sinar matahari di siang hari, untuk

melindungi gangguan binatang buas, pencurian dan udara dingin di daerah

pegunungan (Sugeng, 2003).


23

Gambar 3. Kandang pedet box dan umbaran

Kandang pedet di UPT PT dan HMT Kota Batu dipisahkan dengan induknya,

Bahan yang digunakan adalah semen dan kayu seperti yang terlihat pada gambar 3.

Peralatan yang digunakan pada kandang pedet meliputi sekop (serokan), sapu dan

selang. Kandang yang digunakan untuk pedet berumur 0 – 4 bulan adalah kandang

berbentuk box dengan populasi 1 ekor tiap kandang, yang diberi sekat untuk pembatas

kandang, ini bertujuan untuk menghindari penyakit yang menyerang pedet. Hal ini

sesuai dengan pendapat Marsandi (2007), yang menyatakan bahwa pedet yang

berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak bercampur dengan

pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau penghalang antar

kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan

oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga jika disatukan

dapat saling mngisap dan menjilat. Sedangkan pedet yang telah memasuki umur 4 – 8

bulan dipindahkan dari kandang box ke kandang umbaran, hal ini bertujuan agar

pedet lebih bebas untuk bergerak.

Ukuran kandang box yang diperlukan untuk ternak sapi perah pedet atau anak

sapi adalah panjang seluruh kandang 17 meter, tiap kandang berukuran 85 x 73 cm,

sedangkan tempat pakan 85 x 40 cm, dengan tinggi atas kurang lebih 120 cm dari

tanah. Kandang sapi perah pedet umbaran (lepas sapih) yaitu 6,10 x 9 meter, tempat

pakan 610 x 70 cm. Perlengkapan kandang terdiri dari tempat pakan dan tempat

minum. Tempat pakan terbuat dari tembok beton yang bentuknya dibuat cekung.

Sedangkan tempat minum terpisah dari tempat pakan. Tempat minum terbuat dari

bahan plastik, dan air minum disediakan secara ad libitum. Kandang juga dilengkapi
24

dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air, ember dan

kereta dorong. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (2003).

Kandang pedet didesain menggunakan bahan kayu dan semen sedangkan atap

terbuat dari seng dan genteng serta menghadap kearah matahari hal ini didukung oleh

pendapat (Soetarno, 2003) yang menyatakan bahwa cahaya matahari diusahakan

dapat masuk ke dalam kandang sebanyak-banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari

pagi musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat cuaca

baik) sebaiknya sapi dilepas diluar kandang karena sinar matahari pagi baik untuk

kesehatan sapi.

Gambar 4. Peralatan di kandang pedet (Sekop, Sapu,Selang dan kereta


dorong)

d. Penyakit Pada Pedet

Pemeliharaan pedet di UPT PT dan HMT Kota Batu ini, kandang untuk

pemeliharaan pedet dibersihkan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan siang hari,

penyakit yang sering dialami oleh pedet adalah pilek dan diare, penyakit ini ditangani

sendiri oleh kepala kandang. Pada pedet exercise juga dilakukan, hal ini dilakukan
25

untuk meregangkan otot pedet agar tidak stress, dan cara ini juga untuk olahraga bagi

sapi.

Beberapa penyakit yang sering menyerang di peternakan UPT PT dan HMT

Kota Batu antara lain sebagai berikut :

 Diare

Penyakit diare adalah jenis penyakit akut dan menular pada anak sapi. Karena

diare sapi mengeluarkan kotoran terus-menerus dan bila tak tertanggulangi diare dapat

menyebabkan anak sapi mati karena kehabisan cairan. Penyakit ini datangnya

mendadak dengan tanda-tanda anak sapi tampak lesu, nafsu makan menurun, suhu

tubuhnya naik (tinggi), mengeluarkan kotoran cair berwarna kuning keputih-putihan

dan berbau busuk.

Pencegahan dan pengobatan dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang

pedet. Pengobatan dengan antibiotika sulfa. Obat diberikan melalui mulut atau dalam

air minum.

 Luka
26

Gambar 5. Luka pada pedet

Penyakit ini merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan lecet-lecet pada

bagian luar tubuhnya. Biasaya penyakit ini diobati dengan obat semprot gusanex.

Tindakan preventif yang dilakukan pihak UPT PT dan HMT Kota Batu untuk

menanggulangi berbagai penyakit yaitu dengan menjaga kebersihan kandang.

Kandang dibersihkan setiap hari baik yang di dalam kandang maupun lingkungan

sekitar kandang.

Kandang atau tempat yang kotor merupakan sumber utama hidupnya kuman

dan akan menimbulkan penyakit, kebersihan kandang memerlukan perhatian ekstra

karena kotoran dan urine sapi akan segera terinjak-injak oleh sapi lainya (Abidin,

2002). Penanganan kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan

dalam memelihara ternak. Sapi yang sakit tidak mampu berproduksi secara maksimal

dan sapi yang terjangkit penyakit menular, daging atau produknya tidak boleh

dipasarkan. Kesehatan mutlak diperlukan karena dapat mencegah kerugian bila

terjangkit penyakit. Dengan demikian diperlukan pengobatan, penanganan dan

penanggulangan penyakit.

Vaksinasi juga perlu dilakukan guna terciptanya kekebalan tubuh dan ada

tindakan pengobatan atau tindakan pengeluaran cacing dengan obat-obatan kimia atau

bahan lain yang dilakukan tiap empat bulan sekali (Sugeng, 2003).

Kondisi kesehatan ternak di Peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu secara

umum sudah baik. Hal ini disebabkan ternak yang dipelihara selalu diamati

kesehatannya tiap hari oleh petugas kandang. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan

hewan sakit, sebisa mungkin langsung ditangani supaya tidak tambah parah atau

menular ternak yang lain.


27

e. Pemotongan Tanduk atau Dehorning

Dehorning adalah penghilangan atau pemotongan tanduk. Bangsa sapi perah

kebanyakan dipotong tanduknya karena tidak menguntungkan peternak sapi perah,

meskipun peternak ingin mempertahankan pada anak sapi jantan yang dipelihara

untuk kerja atau untuk sapi dara atau dua atau tiga kegunaan. Dehorning Pemotongan

tanduk paling baik dilaksanakan dengan membakar pucuk tanduk (besi panas) ketika

anak sapi berumur satu atau dua minggu, bisa juga dengan menggosok pucuk tanduk

dengan tongkat soda api (caustik) sampai hampir berdarah dengan menggunakan

collodion atau dengan menggunakan silinder yang panas ditekankan untuk satu atau

dua menit disekitar cincin kuncup tanduk (Williamson,1993).

Di UPT PT dan HMT Kota Batu, Dehorning dilakukan menggunakan besi

panas. Pemotongan tanduk dengan arus listrik yang dialiri pada sebuah besi panas

digunakan pada sapi muda yang berumur 2 – 4 minggu. Suatu cincin baja atau besi

yang dipanaskan hingga suhu 1500 dengan listrik ditekan pada tanduk selama 10 – 15

detik, sehingga membakar jaringan disekitarnya dan menahan pertumbuhan tanduk.

Mereka yang tidak berpengalaman apabila melakukan cara ini hanya mematikan
28

sebagian saja dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud

deformasi yang disebut scur (Blakely,1991).

Gambar 6. Dehorning pada pedet

Adapun tujuan dari Dehorning adalah :

- Menghemat ruangan

- Kandang dan peralatan lebih awet

- Mengurangi bahaya yang mungkin terjadi peternak dan memberi kemudahan

dalam menangani dan memelihara ternak

- Memudahkan penanganan ternak dan mencegah timbulnya perlukaan akibat

tandukan. (Anonimos, 2007).

f. Penjualan

Di peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu, pedet sapi perah yang jantan

akan dijual ke peternak-peternak. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian

pakan yang harus diberikan kepada pedet jantan.


29

Gambar 7. Penjualan pedet jantan sapi perah


30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Pada dasarnya manajemen pemeliharaan pedet sapi perah di UPT PT dan

HMT Kota Batu sudah baik. Hal ini ditinjau dari :

- Pemberian kolostrum dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari

- Frekuensi pemberian susu 2 kali sehari

- Pemberian hijauan dan kosentrat dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari

- Kandang pedet pada peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu menggunakan

kandang berlantai semen dan kayu.

- Kandang dilengkapi dengan: tempat pakan dan minum.

- Dilakukan Dehorning pada pedet umur 2 minggu.

V.2. SARAN

- Kebersihan kandang harus mendapat perhatian lebih agar kesehatan ternak

dapat terjamin sehingga pertumbuhan ternak tersebut dapat maksimal.

Terutama untuk kandang pedet.

- Penanganan pedet setelah dilahirkan harus lebih diperhatian terutama pada

penempatan pedet di kandang yang telah diberi jerami yang bertujuan agar

pedet tidak kedinginan.

- Pemberian pakan pada pedet harus sesuai dengan gizi/nutrisi yang dibutuhkan

oleh pedet agar pertumbuhan pedet maksimal.


31

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Yogyakarta.

Blakely, J dan Bade, D. H. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono

Imron, Muhammad. 2009. Manajemen Pemeliharaan Pedet. http://betcipelang.info.

Kurniawan, deddy F. 2009. Bagaimana Cara Mengatasi Diare Pada


Pedet.http://www.sapiperahindonesia.worpress.com

Muldjana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak sapi Perah. Penerbit Aneka
Ilmu, Semarang.

Putra, A. R. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok
Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Teknologi
Produksi Ternak. Fakultan Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Santosa, U., 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetarno, Timan. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak
Perah Fakultas Peternakan UGM : Yogyakarta.

Siregar, S. 2003. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sugeng, 2003. Manajemen Kesehatan Pemeliharaan Sapi Perah. Yogyakarta
Sukmawati, F.M. Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi. Kementerian
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. NTB.
Syarief, M. dan Sumoprastowo C.D.A. 1984. Ternak Perah. Edisi Kedua. CV
Yasaguna: Jakarta.
Tilman, A.D, H Hartadi, S Reksohadiprodjo, S.Prawirokoesumo dan
S.Lebdosoekodjo., 1998. Ilmu Makanan ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh S.G.N. Djiwa
Darmadja).
32

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Kegiatan

Gambar 8. Bentuk Kandang Pedet Sapi Perah

Gambar 9. Kandang tampak dari samping


33

Gambar 10. Kegiatan di kandang selama PKL


34

Gambar 11. Sarana dan Prasarana di lokasi PKL


35

Gambar 12. Pengukuran Kandang


36

Gambar 13. Urutan Kelahiran


(Induk Bunting, Melahirkan, Pembersihan lendir oleh induk, memberikan kolostrum)

Gambar 14. Pemberian Pakan Konsentrat dan susu pada pedet


37

Gambar 15. Pengobatan Luka


38

Gambar 16. Wawancara dengan Petugas Lapang


39

Lampiran 2. Tabel Pemberian Pakan

Tabel 2. Jumlah Pemberian Pakan


Umur
Jenis pakan Jumlah Pemberian (hari/minggu/bulan)
Kolostrum 2 Liter 0 – 3 hari
Minggu pertama (hari ke
Susu 2 liter 4) – minggu ke-5
Susu + Air 1 liter susu + 1 liter air Minggu ke-5
Konsentrat (Pellet) 2 Genggam Minggu ke-2
Sedikit demi sedikit (untuk
Hijauan melatih pedet) Minggu ke-3

Tabel 3. Daftar Kegiatan Harian PKL


JAM KEGIATAN KETERANGAN
Pembersihan kandang, Lantai dibersihkan dari
memandikan sapi dan kotoran yang disiram
membersihkan peralatan dengan air, serta peralatan
dicuci dengan air hingga
bersih dan memandikan
04.30 – 07.00 sapi
Pemerahan Menggunakan mesin dan
diakhiri dengan Strippen.
Dilakukan teat dipping
setelah pemarahan selesai
Mencuci peralatan setelah Mencuci peralatan setelah
pemerahan pemerahan (mesin perah)
07.30 – 08.30 Pemberian pakan sapi Konsentrat
laktasi dan non laktasi

Pemberian pakan
09.00 – 09.30 - Sapi laktasi dan non Hijauan
laktasi
- Pedet Susu, konsentrat dan
40

hijauan
Pembersihan kandang, Lantai dibersihkan dari
memandikan sapi dan kotoran yang disiram
membersihkan peralatan dengan air, serta peralatan
dicuci dengan air hingga
bersih dan memandikan
12.30 – 14.00 sapi
Pemerahan Menggunakan mesin dan
diakhiri dengan Strippen.
Dilakukan teat dipping
setelah pemarahan selesai
Mencuci peralatan setelah Mencuci peralatan setelah
pemerahan pemerahan (mesin perah)
Pemberian pakan Hijauan
- Sapi laktasi dan non
14.00 – 14.30 laktasi Susu, konsentrat dan
- Pedet hijauan
14.30 – 15.00 Pemberian pakan sapi Konsentrat
laktasi dan non laktasi

Anda mungkin juga menyukai