I. PENDAHULUAN
makanan yang bergizi tinggi dari sumber protein hewani meningkat, utamanya daging
dan susu. Dunia peternakan tentunya mempunyai beban tanggung jawab yang besar
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat
penting. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah pemanfaatan hasil produksi
susu yang melebihi kebutuhan untuk anaknya sebagai pemenuhan kebutuhan protein
hewani tubuh manusia. Susu yang dihasilkan sapi perah kaya akan zat gizi dan
dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun terutama pada masa pertumbuhan.
Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi
peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Saat ini dibutuhkan suatu metode
sapi perah.
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Pedet yang baru
dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa. Pemeliharaan pedet mulai dari lahir
peternakan sapi perah. Kesalahan dalam penanganan dan pemeliharaan pada pedet
muda dengan umur 0-3 minggu dapat menyebabkan pedet mati lemas saat lahir,
Manajemen pemeliharaan pedet sejak lahir sampai disapih menjadi sangat penting
dalam upaya menyediakan bakalan baik sebagai pengganti induk mapun untuk
dengan pemeliharaan sapi dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi pedet banyak
yang masih lemah sehingga bisa menimbulkan mortalitas yang tinggi. Kesalahan
tidak maksimal. Penanganan pedet mulai dari lahir sangat diperlukan agar nantinya
dan manajemen pengelolaan yang baik. Faktor manajemen inilah yang memegang
1.2. Tujuan
Peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu serta meningkatkan profesionalisme dan
3
keahlian serta pengalaman kerja lapang mahasiswa pada bidang pemeliharaan ternak
perah.
1.3. Kegunaan
Kegunaan dari Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini adalah untuk
membandingkan antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan lapang,
pemeliharaan sapi perah, serta sebagai bahan informasi bagi yang memerlukan
antara sapi Peranakan ongole (sapi lokal) dengan sapi Fries Holland (sapi asal
Belanda). Di indonesia sapi PFH penyebarannya terbatas di daerah tertentu. Hal ini
(Siregar, 2003).
Ciri – ciri fisiknya adalah dominan FH dengan warna rambut belang hitam
putih. Kemampuan berproduksi susu sapi perah peranakan Fries Holland di Indonesia
rata-rata 8.92 liter per hari. Produksi susu tersebut masih termasuk rendah bila
dibandingkan dengan produksi susu rata-rata sapi perah bangsa Fries Holland di
negara-negara maju. Di negara Amerika Serikat bagian selatan, produksi susu rata-
rata sapi perah Fries Holland mampu mencapai 4.471 kg per laktasi. Masih rendahnya
Kelahiran atau sering pula disebut dengan partus adalah suatu proses fisiologik
pada saluran reproduksi ternak betina terutama pada sapi yang bunting dalam usaha
Masa depan suatu peternakan sapi perah tergantung pada program pembesaran pedet
maupun dara sebagai replacement stock untuk dapat meningkatkan produksi susu.
Pemeliharaan pedet yang baru lahir, pemberian pakan dan minum, perkandangan serta
pedet yang cukup tinggi pada empat bulan pertama setelah pedet lahir. Di daerah
5
tropis rata-rata persentase kematian pedet dibawah umur tiga bulan mencapai 20%
Kematian sapi perah tertinggi adalah selama masih pedet sejak lahir sampai
umur 3 bulan. Agar kematian pedet dapat dikurangi, dan pedet tumbuh menjadi sapi
yang baik, maka diusahakan pedet pada waktu lahir harus sehat dan kuat, maka
perawatan pedet dapat dimulai sejak pedet masih di dalam kandungan dalam bentuk
dibanding dengan pemeliharaan sapi dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi pedet
yang masih lemah sehingga bisa menimbulkan angka kematian yang tinggi.
langsung setelah 24 jam untuk pedet yang sehat dan untuk pedet yang kurang sehat
setelah lahir maka dibiarkan hingga umur 2 sampai dengan 3 hari bersama induknya
Untuk menghasilkan anak sapi yang cukup kuat salah satu caranya induk sapi
induk sapi tersebut diberi pakan istimewa dan cukup baik kualitas dan kuantitasnya.
Setelah pedet dilahirkan, merupakan periode yang sangat kritis. Oleh karena itu anak
penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan
6
yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada
Penanganan Pedet pada saat lahir dilakukan apabila induk tidak bisa berperan
secara optimal. Hal ini menjaga agar sifat alami atau tingkah laku ternak tidak
terusak. Bantuan dapat diberikan dengan langkah-langkah sesuai tingkah laku ternak
tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung demikian
pula yang ada dalam tubuhnya, menggunakan handuk (kain) yang bersih. Buat
pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Kemudian potong tali pusarnya
sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan
jerami kering sebagai alas. Dan jangan lupa beri colostrum secepatnya paling lambat
Pedet yang baru lahir dikeringkan dengan cara membiarkan induk menjilati
pedetnya sehingga pedet tidak kedinginan apabila cuaca dalam keadaan dingin
(Blakely dan Bade, 1994). Pedet yang baru lahir perlu disiapkan kandang dengan
memberi alas berupa jerami kering / serbuk gergaji dengan tujuan pedet tidak
terpeleset sehingga menimbulkan luka (Williamson dan Payne, 1993). Masa lepas
sapih berarti pedet sudah tidak mendapatkan susu lagi dari induk sehingga untuk
memisahkan pedet dan induknya setelah lahir. Hanya bagian kecil yang memisahkan
7
pedet dari induknya setelah lahir. Model pemeliharaan yang kurang baik
menyebabkan kematian mencapai 23-25% sampai pedet umur 4 bulan (Siregar, 2003).
Pedet yang baru lahir diberikan kolostrum hingga hari ke-7 setelah dilahirkan.
Kolostrum adalah susu pertama yang diproduksi oleh induk sekitar hari 5 – 7 yang
berwarna kuning, agak kental dan berubah menjadi susu biasa sesudah 7 hari.
Pemberian kolostrum setelah melahirkan sangat penting bagi pedet karena kandungan
nutrisi yang terkandung dalam kolostrum sangat tinggi dan terdapat antibodi yang
kolostrum harus diberikan selama 3 hari pertama sesudah lahir. Pedet harus menyusu
Kolostrum sangat penting bagi pedet yang baru saja lahir, karena :
diperlukan pedet.
- kolostrum mengandung zat penangkis (anti bodi) yang dapat memberi kekebalan
pakan yang dilakukan oleh bakteri dan protozoa yang ada di dalam rumen belum
berarti. Oleh karena itu pedet tidak dapat memakan hijauan kasar dengan kualitas
rata-rata dalam jumlah besar. Pedet diberi susu buatan selama mungkin dengan
takaran makanan konsentrat yang serasi dengan pakan kasar yang kualitasnya tinggi
8
dan seekonomis mungkin. Pakan kasar yang berupa legume dapat diberikan karena
Pakan utama pedet ialah susu. Pemberian susu biasanya berlangsung sampai
dengan pedet berumur 3 sampai dengan 4 bulan. Pakan pengganti dapat diberikan
namun harus memperhatikan kondisi atau perkembangan alat pencernaan pedet. Cara
pemberian pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari peternak itu
sendiri, kondisi pedet dan jenis pakan yang diberikan (Anonimus, 1995).
pemberian susunya dengan ember kemungkinkan untuk menyusu induknya hanya (12
sampai dengan 24) jam pertama dan setelah itu kolostrumnya diberikan dengan
ember. Kolostrum mengandung bahan kering dua kali lipat dari pada susu.
susu biasa. Kolostrum banyak mengandung vitamin dan mineral dan bersifat pencahar
mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh pedet. Ini membantu pedet melindungi
pertama setelah lahir karena saluran pencernaannya dapat menyerap antibodi selama
periode ini. Kelebihan kolostrum dapat diberikan kepada anak sapi lebih tua.
Biasanya dicampur dengan susu atau air (Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993).
Milk replacer atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase pemberian susu untuk
pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk replacer /PAS. Milk
replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang
sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun kadang-kadang
pemberian Milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering
9
mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku
yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan
serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet
berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang
dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-
tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil
berumur 2 – 3 minggu.
Pedet sapi perah disapih pada umur 3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet.
Cara penyapihan pedet sedikit demi sedikit susu yang diberikan dikurangi.
Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada saatnya pedet
itu disapih sehingga terbiasa dan tidak mengalami stress (Putra, 2004).
nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet akan memberikan nilai
positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas
c) Sistem Perkandangan
pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa
menjamin hidup yang sehat dan nyaman (Sugeng, 2003). Dikatakan juga oleh Siregar
(2003) bahwa dengan kandang, pengamatan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga,
selain itu kandang yang dibangun harus dapat menunjang peternak baik dalam segi
10
dengan adanya bangunan kandang ini sapi tidak berkeliaran disembarang tempat dan
yang mengurus sapi setiap hari. Saran pokok yang langsung maupun tidak langsung
turut menentukan berhasil tidaknya usaha sapi perah, tempat yang memberi
kenyamanan dari alam misalnya hujan, angin dan udara dingin sehingga merupakan
tempat pengawasan kesehatan ternak sapi perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1984).
Kandang berfungsi juga sebagai pelindung ternak dari perubahan cuaca atau iklim
yang ekstrim (panas, hujan dan angin), mencegah dan melindungi ternak dari
banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari pagi musuh terbesar dari segala macam
kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepas diluar
kandang karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2003).
Pertukaran udara di kandang perlu dijaga agar pertukaran udara di kandang sempurna.
Kandang sapi perah di daerah tropis sebaiknya terbuka (tidak berdinding) kecuali di
daerah pegunungan yang udaranya dingin atau anginnya kencang, kandang sebaiknya
tertutup (berdinding), tetapi dapat dibuka pada siang hari agar sirkulasi udara dapat
dijaga (Soetarno, 2003). Berdasarkan literatur yang ada, arah kandang ketiga
peternakan telah sesuai karena telah menghadap utara dan selatan yang membuat
Menurut Soetarno (2003), selama 3-4 hari setelah lahir pedet biasanya belum
dipisahkan dari induknya, agar dapat memperolah kolostrum sepenuhnya. Setelah itu,
(group pens). Di sini pedet mulai dilatih untuk mengkonsumsi suplemen makan.
Pedet yang berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak
bercampur dengan pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau
penghalang antar kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit
yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga
jika disatukan dapat saling mngisap dan menjilat. Kandang pedet lazimnya dibuat dari
Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih yang berusia 4 – 8 bulan
berupa kandang sistem kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar
sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak
Agar ternak sapi yang tinggal di dalam kandang merasa nyaman, maka
kontruksi kandang harus dibangun sesuai dengan hukum alam. Seperti diketahui
bahwa hukum alam tidak bisa diubah, melainkan peternaklah yang bisa menyesuaikan
Perlengkapan kandang yang harus disediakan adalah tempat pakan dan tempat
minum (Sugeng, 2003). Tempat pakan dan tempat minum dapat dibuat dari tembok
12
beton yang bentuknya dibuat cekung dengan lubang pembuangan air pada bagian
bawah, atau bisa juga tempat pakan terbuat dari papan atau kayu dan tempat minum
dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air,
d) Kesehatan Pedet
Menurut Abidin (2002) kandang atau tempat yang kotor merupakan sumber
memerlukan perhatian ekstra karena kotoran dan urine sapi akan segera terinjak-injak
Diare adalah penyakit yang sering menyerang pedet Penyakit ini datangnya
mendadak dengan tanda-tanda anak sapi tampak lesu, tidak ingin menyusu pada
selain itu kembersihan ambing susu induk sapi harus diperhatikan supaya dalam
pemberian kolostrum tidak tercampur bakteri yang menyebabkan diare (Abidin 2002).
Menurut Kurniawan (2009), jika pedet kehilangan lebih dari 15% cairan tubuhnya,
dia akan mengalami stress yang luar biasa dan mengakibatkan kematian. Dari sekian
banyak sebab diare pada pedet, penanganan saat lahir, tidak adanya desinfeksi pusar
dan sanitasi kandang pedet yang buruk, adalah penyebab utamanya. Pedet adalah
investasi karena keuntungan para peternak kebanyakan hanya berasal dari penjualan
pedet.
13
Kegiatan Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini dilaksanakan mulai tanggal
20 Februari – 20 Maret 2016 di Dinas Peternakan UPT PT dan HMT Batu yang
beralamat di Jl. Raya Tlekung, Desa Beji Kec. Junrejo Kota Batu, Malang.
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Budidaya Ternak Perah ini adalah
47 ekor pedet yang 47 ekor pedet yang terdiri dari 20 ekor pedet berumur 0 – 4 bulan
(7 ekor betina dan 13 ekor jantan), dan 27 ekor pedet berumur 5 – 8 bulan serta
metode deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk membandingkan antara
teori yang diperoleh dibangku kuliah maupun kepustakaan dengan keadaan lapang.
Dengan cara ikut terjun langsung di lapang dalam pemeliharaan sapi perah.
- Profile peternakan
- Kesehatan pedet
- Pemasaran
14
Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (PT
dan HMT) Batu dirintis sejak tahun 1951 dengan nama Balai Peternakan Ayam yang
1986 dengan Surat Keputusan Gubernur No. 3 tahun 1986 sebagai kelengkapan dasar
kelembagaan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, maka nama Balai diubah
menjadi Unit Pelaksana Teknis Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Pada tahun
1992 direlokasi ke Desa Beji Kecamatan Batu dengan komoditas aneka ternak.
perubahan struktur dalam rangka penataan dan rekapitulasi unit-unit pelaksana teknis
lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dengan nama Balai Pembibitan
Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Batu (BPT dan HMT Batu). Dengan
pemberlakuan privatisasi BPT dan HMT Batu pada tahun 2001, mengubah jenis
komoditas usaha menjadi lebih spesifik, yaitu pembibitan sapi perah dan hijauan
makanan ternak.
Jawa Timur No. 130 tahun 2008 unit ini ditetapkan UPT PT dan HMT Batu, dengan
ternak.
pelayanan masyarakat.
mempunyai fungsi :
4) Pelaksanaan ketatausahaan
Tenaga kerja yang ada di UPT PT dan HMT Batu, berdasarkan pendidikan
1 Dokter Hewan 1 1
2 Sarjana Peternakan 2 2
3 SLTA/Kejuruan 8 6 14
4 SMTP/SD 4 3 7
Jumlah 24
16
B. Struktur Organisasi
Susunan Organisasi di UPT PT dan HMT Batu terdiri dari : Kepala UPT,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Produksi dan Kepala Seksi Pelayanan
Di UPT PT dan HMT Batu, setelah pedet lahir pekerja kandang langsung
membersihkan lendir yang terdapat di dalam mulut dan tenggorokan serta memotong
tali pusar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Imron, 2009), bahwa perlakuan terhadap
2) Memeriksa apakah pedet sudah dapat bernafas. Apabila belum dapat bernafas,
dapat dibantu dengan pernafasan buatan yaitu dengan menekan pada bingkai
itu terganggu karena adanya lendir yang terdapat di dalam mulut dan
tenggorokan, maka lidah ditarik keluar dan lendir dikeluarkan dari mulut dan
memasukan larutan iodine 7% ke dalam potongan tali pusar agar badan pedet
tidak kemasukan bibit penyakit melalui tali pusar. Apabila tali pusar pedet
4) Induk dibiarkan menjilati anaknya, agar jilatannya lebih kuat maka di taburkan
garam dapur di tubuh pedet. Jilatan induk ini akan membantu lancarnya
pernafasan dan merangsang sirkulasi darah. Apabila induk tidak mau menjilati
anaknya, lendir pada tubuh pedet dibersihkan oleh peternak dengan kain lap
bersih dan kering dengan digosokan sampai seluruh permukaan tubuh pedet
kering.
18
Apabila pedet lahir sehat dan kuat biasanya 30 sampai dengan 60 menit
setelah lahir sudah dapat berdiri. Pedet waktu lahir tidak memiliki kekebalan untuk
melawan penyakit. Oleh karena itu 30 - 60 menit setelah lahir pedet segera diberi
minum kolustrum. Kolostrum adalah susu yang dihasilkan oleh sapi setelah
melahirkan sampai sekitar 5 sampai dengan 6 hari. Kolostrum sangat penting untuk
pedet setelah lahir karena kolostrum mengandung zat pelindung atau antibodi (gama
glubolin) yang dapat menjaga ketahanan tubuh pedet dari penyakit yang berbahaya.
Pedet biasanya diberi kolostrum segar paling sedikit 3 hari (Santosa, 2001).
selama 3 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2001) yang meyatakan susu
kolostrum harus diberikan selama 3 hari pertama sesudah lahir. Pedet harus menyusu
kolostrum diberikan melalui puting buatan. Akan tetapi, hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Soetarno (2003) yang menyatakan bahwa kolostrum diberikan hingga hari
penting bagi pedet karena kandungan nutrisi yang terkandung dalam kolostrum sangat
Setelah pemberian kolostrum, pedet diberi pakan cair yaitu berupa susu segar
makanan cair berupa 2 liter susu dengan campuran air sebanyak 1 liter/ekor. Mulai
19
umur 2 minggu pedet mulai dilatih untuk makan konsentrat yaitu pellet yang
untuk pedet sejak umur 1 minggu, sebaiknya diberikan dalam bentuk kering dan
ditempatkan di kotak. Adapun kandungan nutrisi dari pellet adalah Air max 12 %,
protein min 33 %, lemak max 7 %, serat max 22 %, Abu max 11 %, calcium max 0,8
kolostrum mengandung vitamin (A, B2, C), zat penangkis (anti bodi) yang dapat
memberi kekebalan bagi pedet terutama terhadap bakteri E. coli (Tillman, 1998).
segera diserap dan antibodi masuk ke dalam darah pedet dan secepatnya pedet dapat
mencegah atau melawan penyakit. Antibodi dapat diserap melalui dinding usus hanya
selama 24 jam sampai 36 jam pertama kehidupan sejak dilahirkan. Jumlah terbanyak
antibodi yang dapat diserap adalah dalam 1 (satu) jam pertama sebanyak 50%
antibodi yang ada di dalam kolostrum. Pada 20 jam berikutnya efisiensi penyerapan
Jika sapi induk setelah melahirkan tidak menghasilkan kolostrum karena sakit
menyimpan sebagian kolostrum segar hasil perahan pertama dari sapi lain yang
disimpan di dalam almari pendingin (dibekukan) guna cadangan kalau-kalau ada anak
sapi lain yang tidak mendapat kolostrum dari induknya. Penyimpanan kolostrum
dalam bentuk beku, sebaiknya tidak lebih dari 4-6 bulan. Apabila pembekuan
tetangganya yang mempunyai sapi yang beranaknya bersamaan. Jika terpaksa tidak
20
ada kolostrum sama sekali, terpaksa anak sapi yang baru lahir diberi minum
kolostrum buatan.
liter susu murni + 1 sendok teh minyak ikan + 1 sendok teh kastroli + 1 telur yang
dikocok di dalam ¼ liter air hangat. Pemberian kolustrum buatan diberikan 3 kali
ember terbuka perlu kesabaran, caranya mula-mula pedet dibiarkan menjilat atau
menghisap jari telunjuk yang dibasahi kolostrum. Selanjutnya jari telunjuk yang
berisi kolostrum sehingga mulut pedet masuk ke dalam kolostrum dan dibiarkan
beberapa menit mengisap-isap jari telunjuk dan kolostrum turut terserap sedikit-
sedikit. Kemudian jari telunjuk perlahan-lahan dilepas dari mulut pedet. Perlakuan
21
demikian itu perlu diulang-ulang sehingga akhirnya pedet mau minum kolostrum dari
Agar pedet segera mau makan pellet, maka perlu dilatih dengan mengusapkan
pada moncong/bibir pedet. Apabila tahu rasanya maka pedet akan menjilati pellet
yang tersedia. Mulai umur 3 minggu kalau pedet sudah mau makan rumput kering
atau konsentrat (pellet). Pedet yang sudah dilatih mengkonsumsi konsentrat dan
hijauan hingga 3 bulan (12 minggu) maka pedet tersebut mulai disapih. Menyapih
berarti menghentikan pemberian susu pada pedet, baik susu yang berasal dari induk
sendiri ataupun dari induk lain. Tujuan penyapihan adalah untuk menghemat biaya
pembesaran pedet dan meningkatkan volume susu yang dapat dijual. Cara
konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada saat pedet disapih sehingga terbiasa
dan tidak mengalami stres. Pedet umur tiga bulan, rumen dan retikulum sudah
Di UPT PT dan HMT Kota Batu, pedat umur 3 – 4 bulan pedet mulai disapih
dengan cara mengurangi jumlah susu yang diberikan, kemudian diberikan kosentrat
sedikit – sedikit sehingga mau makan kosentrat tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Putra (2004), yang menyatakan bahwa pedet sapi perah disapih pada umur
3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet. Cara penyapihan pedet sedikit demi sedikit
ditingkatkan sampai pada saatnya pedet itu disapih sehingga terbiasa dan tidak
mengalami stress.
c. Perkandangan
melindungi sapi dari derasnya air hujan, kencangnya angin dan dinginnya udara
malam hari terutama didaerah pegunungan, panasnya sinar matahari pada siang hari
serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian. Untuk mengatasi cuaca
di daerah tropis yang kurang bersahabat, kandang memerlukan atap untuk peneduh
yang dapat menahan air hujan dan panasnya sinar matahari di siang hari, untuk
Kandang pedet di UPT PT dan HMT Kota Batu dipisahkan dengan induknya,
Bahan yang digunakan adalah semen dan kayu seperti yang terlihat pada gambar 3.
Peralatan yang digunakan pada kandang pedet meliputi sekop (serokan), sapu dan
selang. Kandang yang digunakan untuk pedet berumur 0 – 4 bulan adalah kandang
berbentuk box dengan populasi 1 ekor tiap kandang, yang diberi sekat untuk pembatas
kandang, ini bertujuan untuk menghindari penyakit yang menyerang pedet. Hal ini
sesuai dengan pendapat Marsandi (2007), yang menyatakan bahwa pedet yang
berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak bercampur dengan
pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau penghalang antar
kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan
oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga jika disatukan
dapat saling mngisap dan menjilat. Sedangkan pedet yang telah memasuki umur 4 – 8
bulan dipindahkan dari kandang box ke kandang umbaran, hal ini bertujuan agar
Ukuran kandang box yang diperlukan untuk ternak sapi perah pedet atau anak
sapi adalah panjang seluruh kandang 17 meter, tiap kandang berukuran 85 x 73 cm,
sedangkan tempat pakan 85 x 40 cm, dengan tinggi atas kurang lebih 120 cm dari
tanah. Kandang sapi perah pedet umbaran (lepas sapih) yaitu 6,10 x 9 meter, tempat
pakan 610 x 70 cm. Perlengkapan kandang terdiri dari tempat pakan dan tempat
minum. Tempat pakan terbuat dari tembok beton yang bentuknya dibuat cekung.
Sedangkan tempat minum terpisah dari tempat pakan. Tempat minum terbuat dari
bahan plastik, dan air minum disediakan secara ad libitum. Kandang juga dilengkapi
24
dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air, ember dan
Kandang pedet didesain menggunakan bahan kayu dan semen sedangkan atap
terbuat dari seng dan genteng serta menghadap kearah matahari hal ini didukung oleh
pagi musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat cuaca
baik) sebaiknya sapi dilepas diluar kandang karena sinar matahari pagi baik untuk
kesehatan sapi.
Pemeliharaan pedet di UPT PT dan HMT Kota Batu ini, kandang untuk
pemeliharaan pedet dibersihkan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan siang hari,
penyakit yang sering dialami oleh pedet adalah pilek dan diare, penyakit ini ditangani
sendiri oleh kepala kandang. Pada pedet exercise juga dilakukan, hal ini dilakukan
25
untuk meregangkan otot pedet agar tidak stress, dan cara ini juga untuk olahraga bagi
sapi.
Diare
Penyakit diare adalah jenis penyakit akut dan menular pada anak sapi. Karena
diare sapi mengeluarkan kotoran terus-menerus dan bila tak tertanggulangi diare dapat
menyebabkan anak sapi mati karena kehabisan cairan. Penyakit ini datangnya
mendadak dengan tanda-tanda anak sapi tampak lesu, nafsu makan menurun, suhu
pedet. Pengobatan dengan antibiotika sulfa. Obat diberikan melalui mulut atau dalam
air minum.
Luka
26
Penyakit ini merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan lecet-lecet pada
bagian luar tubuhnya. Biasaya penyakit ini diobati dengan obat semprot gusanex.
Tindakan preventif yang dilakukan pihak UPT PT dan HMT Kota Batu untuk
Kandang dibersihkan setiap hari baik yang di dalam kandang maupun lingkungan
sekitar kandang.
Kandang atau tempat yang kotor merupakan sumber utama hidupnya kuman
karena kotoran dan urine sapi akan segera terinjak-injak oleh sapi lainya (Abidin,
2002). Penanganan kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam memelihara ternak. Sapi yang sakit tidak mampu berproduksi secara maksimal
dan sapi yang terjangkit penyakit menular, daging atau produknya tidak boleh
penanggulangan penyakit.
Vaksinasi juga perlu dilakukan guna terciptanya kekebalan tubuh dan ada
tindakan pengobatan atau tindakan pengeluaran cacing dengan obat-obatan kimia atau
bahan lain yang dilakukan tiap empat bulan sekali (Sugeng, 2003).
Kondisi kesehatan ternak di Peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu secara
umum sudah baik. Hal ini disebabkan ternak yang dipelihara selalu diamati
kesehatannya tiap hari oleh petugas kandang. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan
hewan sakit, sebisa mungkin langsung ditangani supaya tidak tambah parah atau
meskipun peternak ingin mempertahankan pada anak sapi jantan yang dipelihara
untuk kerja atau untuk sapi dara atau dua atau tiga kegunaan. Dehorning Pemotongan
tanduk paling baik dilaksanakan dengan membakar pucuk tanduk (besi panas) ketika
anak sapi berumur satu atau dua minggu, bisa juga dengan menggosok pucuk tanduk
dengan tongkat soda api (caustik) sampai hampir berdarah dengan menggunakan
collodion atau dengan menggunakan silinder yang panas ditekankan untuk satu atau
panas. Pemotongan tanduk dengan arus listrik yang dialiri pada sebuah besi panas
digunakan pada sapi muda yang berumur 2 – 4 minggu. Suatu cincin baja atau besi
yang dipanaskan hingga suhu 1500 dengan listrik ditekan pada tanduk selama 10 – 15
Mereka yang tidak berpengalaman apabila melakukan cara ini hanya mematikan
28
sebagian saja dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud
- Menghemat ruangan
f. Penjualan
Di peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu, pedet sapi perah yang jantan
V.1. KESIMPULAN
- Kandang pedet pada peternakan UPT PT dan HMT Kota Batu menggunakan
V.2. SARAN
penempatan pedet di kandang yang telah diberi jerami yang bertujuan agar
- Pemberian pakan pada pedet harus sesuai dengan gizi/nutrisi yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J dan Bade, D. H. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono
Muldjana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak sapi Perah. Penerbit Aneka
Ilmu, Semarang.
Putra, A. R. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok
Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Teknologi
Produksi Ternak. Fakultan Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Santosa, U., 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetarno, Timan. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak
Perah Fakultas Peternakan UGM : Yogyakarta.
Siregar, S. 2003. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sugeng, 2003. Manajemen Kesehatan Pemeliharaan Sapi Perah. Yogyakarta
Sukmawati, F.M. Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi. Kementerian
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. NTB.
Syarief, M. dan Sumoprastowo C.D.A. 1984. Ternak Perah. Edisi Kedua. CV
Yasaguna: Jakarta.
Tilman, A.D, H Hartadi, S Reksohadiprodjo, S.Prawirokoesumo dan
S.Lebdosoekodjo., 1998. Ilmu Makanan ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pemberian pakan
09.00 – 09.30 - Sapi laktasi dan non Hijauan
laktasi
- Pedet Susu, konsentrat dan
40
hijauan
Pembersihan kandang, Lantai dibersihkan dari
memandikan sapi dan kotoran yang disiram
membersihkan peralatan dengan air, serta peralatan
dicuci dengan air hingga
bersih dan memandikan
12.30 – 14.00 sapi
Pemerahan Menggunakan mesin dan
diakhiri dengan Strippen.
Dilakukan teat dipping
setelah pemarahan selesai
Mencuci peralatan setelah Mencuci peralatan setelah
pemerahan pemerahan (mesin perah)
Pemberian pakan Hijauan
- Sapi laktasi dan non
14.00 – 14.30 laktasi Susu, konsentrat dan
- Pedet hijauan
14.30 – 15.00 Pemberian pakan sapi Konsentrat
laktasi dan non laktasi