Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR NORMAL

Disusun Oleh:

DWI RAHMA PUTRI

NIM P27905119009

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayiyang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
(ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk,
2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap
37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati
vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy Marie, 2016).
Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup
bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 2500-3000gram dan panjang badan
sekitar 50-55 cm.
Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :
a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b. Panjang badan 48-52.

c. Lingkar dada 30-38.

d. Lingkar kepala 33-35.

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j.Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada
laki- laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik.

m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.


n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna
hitam kecoklatan(Tando,2016).
2. Perubahan Fisiologi (Sondakh,2017)

a. Perubahan pada sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah kelahiran.
Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan
perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan
bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.

b. Perubahan sistem Kardiovaskuler


Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan
oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal
ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri
pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.

c. Perubahan termoregulasi dan metabolic


Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC, maka bayi
akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi. Suhu
lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan
trauma dingin (cold injury).

d. Perubahan Sistem Neurologis


Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor
pada ekstremitas.

e. Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi 50mg/100 mL
dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus
pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak
sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.

f. Perubahan GinjalSebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah


lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20
kali dalam 24 jam.
g. Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen
berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel
darah merah.
h. Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk.
Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko
infeksi pada periode bayi baru lahir.

3. Reflex pada Bayi Baru Lahir


a. Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Tidak
adanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan
otak.
b. Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk
menghisap.
c. Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
d. Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
e. Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam
telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama
dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
f. Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata, bayi
akan terangsang untuk berjalan.
g. Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh kearah itu
terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
h. Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang lalu
bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke arah depan

4. Perawatan Neonatal Esensial Pada Saat Lahir :


a. Kewaspadaan Umum (Universal Preauction)
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme
harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan
tubuh adalah virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.
b. Penilaian Awal
- Sebelum bayi lahir :

Apakah kehamilan cukup bulan ?


Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
c.Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering
yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut:
- Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap ?

- Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif ?

d. Pencegahan kehilangan panas


Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan
yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga sangat rentan
untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi
hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)
e. Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:

2
a) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di
atas benda-benda tersebut.
c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,
hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).

a. Mencegah Kehilangan Panas


Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:

a) Ruang bersalin yang hangat


Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.

3
b) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau
kain yang kering.
c) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke
dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting
payudara ibu.
d) Inisiasi Menyusui Dini
e) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi
di
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan
bayi
akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
f) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih
dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi
dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan BBL.
g) Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
4
h) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
i) Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
j) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.

5. Pemotongan Dan Perawatan Tali Pusat


Memotong dan Mengikat Tali Pusat
a) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
b) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada
saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak
2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
c) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan
tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di
antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
e) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%.
f) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.

6. Penanganan Bayi Baru Lahir


Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2013) .Tujuan utama perawatan bayi segera
sesudah lahir, adalah:
a. Membersihkan jalan nafas

5
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
b. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
c. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
d. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
e. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
f. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril
dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat
dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol
70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali
pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
g. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus hangat.
h. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M
i. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan
untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah dimana
prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata
sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
6
k. Identifikasi Bayi
- Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat

penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.


- Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak

mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.


- Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)

tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
- Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,

tanggal lahir, nomor identifikasi.


l. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
- Kemampuan menghisap kuat atau lemah

- Bayi tampak aktif atau lunglai

- Bayi kemerahan atau biru

7. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi.
Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika
bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:
a. Baru lahir sebelum usia 6 jam
b. Usia 6-48 jam
c. Usia 3-7 hari
d. Minggu ke-2 pasca lahir
Langkah-langkah pemeriksaan:
1) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)

7
2) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan tarikan
dinding dada bawah, denyut jantung serta perut
3) Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi
Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan Keadaan Normal
Lihat postur, tonus dan aktivitas a. Posisi tungkai dengan lengan fleksi
b. Bayi sehat dan bergerak aktif
Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lender, dada
harus berwarna merah muda, tanpa
adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan a. Frekuensi normal 40-60x/menit
dinding dada bawah ketika bayi sedang b. Tidak ada tarikan dinding dada bawah
tidak menangis yang dalam
Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal 120-
meletakkan stetoskop di dada kiri 160x/menit
setinggi apeks kordis
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan Suhu normal adalah 36,5-37,5°C
thermometer
Lihat dan raba bagian kepala a. Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam 48
jam
b. Ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit menonjol saat
bayi menangis
Lihat mata Tidak ada kotoran/secret
Lihat bagian dalam mulut a. Bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian terbelah
Masukkan satu jari yang menggunakan b. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
sarung tangan ke dalam mulut, raba mengisap kuat jari pemeriksa
langit-langit
Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali
pusat, atau kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
belakang dan benjolan pada tulang belakang

8
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes equino
varus da vagus)
Lihat lubang anus
a. Hindari memasukkan alat atau jari a. Terlihat lubang anus dan periksa
dalam memeriksa anus apakah mekonium sudah keluar
b. Tanyakan pada ibu apakah bayi b. Biasanya mekonium keluar dalam 24
sudah BAB jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar a. Bayi perempuan kadang terlihat
Tanyakan kepada ibu apakah bayi sudah cairan vagina berwarna putih atau
BAK kemerahan
b. Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum
c. Pastikan bayi sudah BAK dalam 24
jam setelah lahir
d. Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, missal.hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda
Timbang bayi a. Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan b. Dalam minggu pertama, BB mungkin
selimut, hasil peimbangan dikurangi turun dahulu (tidak melebihi 10%
berat selimut dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian
naik kembali
Mengukur panjang dan lingkar kepala a. Panjang lahir normal 48-52 cm
bayi b. Lingkar kepala normal 33-37 cm

8. Penilaian Bayi Baru Lahir Normal


APGAR SCORE
APGAR 0 1 2
Biru/pucat Badan merah, Seluruh tuubuh
Appearance/ warna kulit
seluruh tubuh ekstremitas biru merah
Pulse/denyut jantung Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
Gerakan
Grimace/reflek iritability Tidak ada respon Gerakan sedikit
kuat/melawan
Fleksi pada
Activity/tonus otot Lemah Gerakan aktif
ekstremitas

9
Menangis
Respiration Tidak ada Menangis kuat
lemah/merintih

Interpretasi skor:
0–3 : asfiksia berat
4–6 : asfiksia sedang
7 – 10 : asfiksia ringan

PENILAIAN UNTUK TANDA-TANDA KEGAWATAN


1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda –
tanda berikut :
1) Sesak nafas.
2) Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
3) Gerak retraksi dada.
4) Malas minum.
5) Panas atau suhu badan bayi rendah.
6) Bayi kurang aktif.
7) Berat lahir rendah ( 1500 – 2500 gram ).
2. Tanda – tanda bayi sakit berat.
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini :
1) Sulit minum.
2) Sianosis sentral ( lidah biru ).
3) Perut kembung.
4) Periode apneu.
5) Kejang / periode kejang – kejang kecil.
6) Merintih.
7) Perdarahan.
8) Sangat kuning.
9) Berat badan lahir < 1500 gram.

10
PATHWAY Bayi baru lahir

Perubahan fisiologis

Sistem Respirasi Sistem Kardiovaskular Sistem GI Termoregulasi Pemotongan tali pusat

Asam lambung ↓ Adaptasi hangat ke Port de entry bakteri


Hipoksia, tekanan Alveolus terisi O2
pada rongga dada, dingin (kehilangan
penumpukan CO2, panas)
Kolik Risiko infeksi
perubahan suhu
Resistensi
vascular paru ↓
Distress di antara Meningkatkan panas Kegagalan
Merangsang saraf
waktu makan peningkatan panas
pernapasan Resistensi
vascular paru ↓
Non shivering
Tidak ada Pernapasan Risiko nutrisi kurang termogenesis Hipotermia
surfaktan pertama bayi Tekanan a. dari kebutuhan tubuh
pylmonalis ↓
Pembakaran
Aktivitas otot
Alveolus tdk brown fat
Pengeluaran
Tekanan atrium
berfungsi cairan paru
kanan ↓
Menangis, menggigil
Cairan pada
Ketidakefek jalan napas Alirah darah paru Tekanan atrium
tivan pola masuk jantung kiri tdk adekuat
napas
Ketidakefektivan
Tekanan atrium kiri ↑ Foramen ovale Percampuran Hipoksia Gangguan
bersihan jalan
tdk menutup darah jaringan perfusi jaringan
napas
11
Penutupan foramen ovale
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas: nama ayah-ibu, alamat
b. Riwayat persalinan: BB/TB ibu, tempat persalinan
c. Keadaan bayi saat lahir: tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, kelahiran
(tunggal/gemeli)
d. Nilai APGAR
e. Pengkajian fisik
f. Status neurologi
g. Nutrisi
h. Data lain yang menunjang

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipotermia
d. Resiko infeksi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Ketidakefektifan Pola Nafas
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan pola nafas BBL
kembali efektif
Kriteria hasil:
a) Kemudahan bernafas dan kedalaman inspirasi
b) Ekspansi dada simetris
c) Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
d) Tidak ada bunyi nafas tambahan
e) Nafas pendek tidak ada
INTERVENSI RASIONAL
Observasi adanya pucat dan sianosis Sianosis menunjukkan adanya
gangguan pada pernafasan BBL
Pantau kecepatan, irama, kedalaman Mengetahui perkembangan kondisi
dan usaha respirasi BBL
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan Mengetahui adanya kelainan dalam
area penurunan/tidak adanya pernafasan BBL

12
ventilasi dan adanya bunyi nafas
tambahan
Lakukan pengisapan sesuai dengan Secret yang menumpuk dapat
kebutuhan untuk membersihkan mengakibatkan ketidakefektifan pola
sekresi nafas
Kolaborasi:
Berikan Non re-breathing mask Memenuhi kebutuhan oksigen BBL
dengan oksigen

Diagnosa 2: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam BBL menunjukkan
keefektifan jalan nafas
Kriteria hasil
a) BBL mudah untuk bernafas
b) Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada
c) RR dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keefektifan pemberian oksigen Mengevaluasi keberhasilan terapi yang
dan perawatan yang lain diberikan
Auskultasi bagian dada anterior dan Bunyi tambahan seperti ronkhi
posterior untuk mengetahui adanya mengindikasikan adanya secret yang
penurunan atau tidak adanya menyumbat jalan nafas
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
Pantau status oksigen BBL Jika SaO2 < 80% mengindikasikan
adanya ketidakefektifan jalan nafas
Jelaskan pada BBL dan keluarga Meningkatkan pemahaman keluarga
tentang penggunaan peralatan: O2,
suction, inhalasi
Lakukan fisioterapi dada sesuai Memudahkan dalam pengeluaran secret
kebutuhan
Kolaborasi:
Berikan udara/oksigen yang telah Kelembaban menurunkan kekentalan
dihumidifikasi secret

Diagnosa 3: Hipotermia
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan hipotermia tidak
terjadi
13
Kriteria hasil
a) BBL menunjukkan termoregulasi neonates (keseimbangan antara panas yang dihasilkan,
peningkatan panas, dan kehilangan panas selama periode neonatus)
INTERVENSI RASIONAL
Pantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
sesuai kebutuhan mengalami penurunan
Pantau suhu bayi lahir sampai stabil Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
mengalami penurunan
Ajarkan indikasi hipotermia dan Pemahaman tentang kondisi hipotermi
tindakan kedaruratan yang diperlukan dapat mencegah terjadinya hipotermi
sesuai dengan kebutuhan
Selimuti bayi segera setelah dilahirkan Mencegah kehilangan panas
Gunakan tutup kepala pada bayi baru Mencegah kehilangan panas
lahir
Tempatkan bayi baru lahir dalam Menjaga suhu tubuh agar tetap hangat
incubator atau dibawah penghangat
sesuai kebutuhan

Diagnosa 4: Resiko Infeksi


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak
menjadi aktual
Kriteria hasil
a) BBL bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Jumlah leukosit dalam batas normal
c) Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu Mengetahui tanda infeksi secara dini
tubuh, denyut jantung, pembuangan, memungkinkan pencegahan terhadap
penampilan luka, sekresi, penampilan infeksi dan mengurangi keparahan
urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, infeksi yg mungkin sudah terjadi
malaise)

14
Kaji faktor yg meningkatkan serangan Faktor pemberat dapat mengakibatkan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun infeksi berkembang leboh cepat
rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung Perubahan hasil laboratorium
granulosit absolut, hasil-hasil yg mengidentifikasikan adanya infeksi
berbeda, protein serum, dan albumin)
Ajarkan keluarga BBL teknik mencuci Cuci tangan dengan benar dapat
tangan yg benar mencegah transmisi organism
Ajarkan kepada keluarga BBL Perubahan hasil laboratorium dapat
tanda/gejala infeksi dan kapan harus mengindikasikan adanya infeksi
melaporkannya ke pusat kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan Mencegah infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Bapennas.2015.RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan


gizi masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sum atera Utara.

Medan: Dinkes Prov. SU.

15
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: DepkesRI

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016.Buku Acuan Midwifery Update.

Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan


dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Sondakh, J. J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Penerbit Erlangga.

Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC

16
17

Anda mungkin juga menyukai