Disusun Oleh:
NIM P27905119009
j.Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada
laki- laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah kelahiran.
Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan
perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan
bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.
e. Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi 50mg/100 mL
dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus
pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak
sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.
2
a) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di
atas benda-benda tersebut.
c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,
hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
3
b) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau
kain yang kering.
c) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke
dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting
payudara ibu.
d) Inisiasi Menyusui Dini
e) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi
di
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan
bayi
akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
f) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih
dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi
dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan BBL.
g) Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
4
h) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
i) Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
j) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
5
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
b. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
c. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
d. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
e. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
f. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril
dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat
dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol
70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali
pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
g. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus hangat.
h. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M
i. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan
untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah dimana
prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata
sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
6
k. Identifikasi Bayi
- Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
- Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
7
2) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan tarikan
dinding dada bawah, denyut jantung serta perut
3) Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi
Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan Keadaan Normal
Lihat postur, tonus dan aktivitas a. Posisi tungkai dengan lengan fleksi
b. Bayi sehat dan bergerak aktif
Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lender, dada
harus berwarna merah muda, tanpa
adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan a. Frekuensi normal 40-60x/menit
dinding dada bawah ketika bayi sedang b. Tidak ada tarikan dinding dada bawah
tidak menangis yang dalam
Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal 120-
meletakkan stetoskop di dada kiri 160x/menit
setinggi apeks kordis
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan Suhu normal adalah 36,5-37,5°C
thermometer
Lihat dan raba bagian kepala a. Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam 48
jam
b. Ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit menonjol saat
bayi menangis
Lihat mata Tidak ada kotoran/secret
Lihat bagian dalam mulut a. Bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian terbelah
Masukkan satu jari yang menggunakan b. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
sarung tangan ke dalam mulut, raba mengisap kuat jari pemeriksa
langit-langit
Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali
pusat, atau kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
belakang dan benjolan pada tulang belakang
8
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes equino
varus da vagus)
Lihat lubang anus
a. Hindari memasukkan alat atau jari a. Terlihat lubang anus dan periksa
dalam memeriksa anus apakah mekonium sudah keluar
b. Tanyakan pada ibu apakah bayi b. Biasanya mekonium keluar dalam 24
sudah BAB jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar a. Bayi perempuan kadang terlihat
Tanyakan kepada ibu apakah bayi sudah cairan vagina berwarna putih atau
BAK kemerahan
b. Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum
c. Pastikan bayi sudah BAK dalam 24
jam setelah lahir
d. Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, missal.hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda
Timbang bayi a. Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan b. Dalam minggu pertama, BB mungkin
selimut, hasil peimbangan dikurangi turun dahulu (tidak melebihi 10%
berat selimut dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian
naik kembali
Mengukur panjang dan lingkar kepala a. Panjang lahir normal 48-52 cm
bayi b. Lingkar kepala normal 33-37 cm
9
Menangis
Respiration Tidak ada Menangis kuat
lemah/merintih
Interpretasi skor:
0–3 : asfiksia berat
4–6 : asfiksia sedang
7 – 10 : asfiksia ringan
10
PATHWAY Bayi baru lahir
Perubahan fisiologis
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipotermia
d. Resiko infeksi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Ketidakefektifan Pola Nafas
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan pola nafas BBL
kembali efektif
Kriteria hasil:
a) Kemudahan bernafas dan kedalaman inspirasi
b) Ekspansi dada simetris
c) Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
d) Tidak ada bunyi nafas tambahan
e) Nafas pendek tidak ada
INTERVENSI RASIONAL
Observasi adanya pucat dan sianosis Sianosis menunjukkan adanya
gangguan pada pernafasan BBL
Pantau kecepatan, irama, kedalaman Mengetahui perkembangan kondisi
dan usaha respirasi BBL
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan Mengetahui adanya kelainan dalam
area penurunan/tidak adanya pernafasan BBL
12
ventilasi dan adanya bunyi nafas
tambahan
Lakukan pengisapan sesuai dengan Secret yang menumpuk dapat
kebutuhan untuk membersihkan mengakibatkan ketidakefektifan pola
sekresi nafas
Kolaborasi:
Berikan Non re-breathing mask Memenuhi kebutuhan oksigen BBL
dengan oksigen
Diagnosa 3: Hipotermia
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan hipotermia tidak
terjadi
13
Kriteria hasil
a) BBL menunjukkan termoregulasi neonates (keseimbangan antara panas yang dihasilkan,
peningkatan panas, dan kehilangan panas selama periode neonatus)
INTERVENSI RASIONAL
Pantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
sesuai kebutuhan mengalami penurunan
Pantau suhu bayi lahir sampai stabil Suhu tubuh bayi baru lahir mudah
mengalami penurunan
Ajarkan indikasi hipotermia dan Pemahaman tentang kondisi hipotermi
tindakan kedaruratan yang diperlukan dapat mencegah terjadinya hipotermi
sesuai dengan kebutuhan
Selimuti bayi segera setelah dilahirkan Mencegah kehilangan panas
Gunakan tutup kepala pada bayi baru Mencegah kehilangan panas
lahir
Tempatkan bayi baru lahir dalam Menjaga suhu tubuh agar tetap hangat
incubator atau dibawah penghangat
sesuai kebutuhan
14
Kaji faktor yg meningkatkan serangan Faktor pemberat dapat mengakibatkan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun infeksi berkembang leboh cepat
rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung Perubahan hasil laboratorium
granulosit absolut, hasil-hasil yg mengidentifikasikan adanya infeksi
berbeda, protein serum, dan albumin)
Ajarkan keluarga BBL teknik mencuci Cuci tangan dengan benar dapat
tangan yg benar mencegah transmisi organism
Ajarkan kepada keluarga BBL Perubahan hasil laboratorium dapat
tanda/gejala infeksi dan kapan harus mengindikasikan adanya infeksi
melaporkannya ke pusat kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan Mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sum atera Utara.
15
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: DepkesRI
Sondakh, J. J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Penerbit Erlangga.
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC
16
17