Anda di halaman 1dari 11

“PENYALAHGUNAAN NARKOBA

DI KALANGAN ANAK DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA (Studi


Kasus di POLRESTA Surakarta).”

Di susun:
Angelinarif Sitompul
135190020

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan,
dan pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan
apabila dipergunakan tanpa pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.
Zat-zat narkotika yang semula ditunjukkan untuk kepentingan pengobatan, namun
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jenis-jenis narkotika dapat
diolah sedemikian banyak serta dapat pula disalahgunakan fungsinya.
Peningkatan pengawasan dan pengendalian sebagai upaya mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sangat diperlukan,
karena kejahatan di bidang ini semakin berkembang baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Sebagai contoh masyarakat di Kawasan Ciledug resah akibat ulah
sindikat narkoba yang hilir mudik edarkan narkoba. Atas keluhan inilah, pihak
kepolisian setempat melakukan penyelidikan. Hasilnya, petugas menangkap tiga
pelajar SMA yang hendak mengedarkan ganja seberat 7,5 kg. Petugas
mengamankan YR dan AZ terlebih dahulu, pada Jumat (25/4). Setelah itu, petugas
mengamankan tersangka lainnya yaitu AL di daerah Joglo Jakarta Barat. Saat akan
ditangkap, AL sempat melarikan diri, namun ia akhirnya tertangkap. Dari jok motor
AL, petugas menyita ganja seberat 6,5 kg. Total ganja yang diamankan dari
komplotan ini adalah 7,5 kg. Dari keterangan para tersangka, ketiganya sering
mengedarkan narkoba jenis ganja di kalangan pelajar di Ciledug dan sekitarnya.
Aksi peredaran ini ternyata dikendalikan oleh seseorang yang kini mendekam di
sebuah LP di Jakarta, yang merupakan rekan ketiga tersangka.
Berdasarkan contoh kasus tersebut bahwa pengedar atau Bandar narkoba
yang selama ini sudah dipenjara di LP Jakarta masih bisa mengendalikan orang
untuk mengedarkan barang haram atau narkoba tersebut untuk diperjualbelikan.
Tindak pidana narkoba pada umumnya tidak dilakukan oleh perorangan secara
berdiri sendiri, tetapi dilakukan secara bresama-sama bahkan dilakukan oleh
sindikat yang terorganisasi secara mantap, rapi, dan sangat rahasia. Tindak pidana
narkoba yang telah berkembang menjadi kejahatan yang bersifat transnasional yang
dilakukan dengan menggunakan modus operandi dan teknologi yang canggih,
termasuk pengamanan hasil-hasil tindak pidana narkoba.
Perkembangan kualitas tindak pidana narkoba tersebut sudah menjadi
ancaman yang sangat serius bagi kehidupan umat manusia, khususnya
generasi muda, bahkan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar lagi bagi
kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa. Anak adalah bagian dari generasi muda
sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan
penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan
dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan
sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.
Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti
sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan
penerus pembangunan, yaitu generasi penerus yang dipersiapkan sebagai subyek
pelaksana pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan
suatu negara, tidak terkecuali Indonesia. Perlindungaan anak Indonesia berarti
melindungi potensi sumber daya insani dan membangun manusia seutuhnya,
menuju masyarakat yang adil dan makmur, materiil spiritual berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.7 Dari pembicaraan tentang anak dan perlindungan inilah kita sering
dihadapkan adanya penyimpangan perilaku di kalangan anak. Bahkan terdapat anak
yang melakukan perbuatan melanggar hukum, salah satunya adalah
penyalahgunaan narkoba.
Bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda Merupakan
suatu gejala sosial dalam masyarakat yang membawa dampak di segala aspek
kehidupan. Pada tahun 2006, diantara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 8 orang
pernah menjadi pemakai narkoba dan 5 orang dalam setahun terakhir menggunakan
narkoba. Penyalahgunaan narkoba sudah terjadi di SLTP, di antara 100 pelajar
SLTP, rata-rata 4 dalam setahun terakhir menggunakan narkoba. Bahkan,
penyalahgunaan narkotika banyak dilakukan oleh kalangan anak di bawah umur.
Empat di antara 10 pelajar/mahasiswa mulai memakai narkoba saat umur 11 tahun
atau lebih muda.
Berdasarkan data penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama
dengan Puslitkes UI pada tahun 2011, menunjukkan angka prevalensi penyalahguna
narkoba nasional adalah 2,2 % setara dengan 4 juta orang penduduk Indonesia.
Tingkat penyalahgunaan narkoba semakin meningkat tiap tahunnya dan di prediksi
pada tahun 2015 ini akan mencapa 5,1 juta orang. Berdasarkan angka tersebut,
maka bisa diperkirakan bahwa setiap harinya 40-50 orang penduduk Indonesia
meninggal sia-sia karena penyalahgunaan narkoba ini. Sebagian besar diantaranya
adalah anak-anak usia remaja.
Anak terlibat dalam penyalahgunaan narkotika tentunya tidak lahir dengan
tiba-tiba, melainkan melalui proses pertimbangan dari organisasiorganisasi
kejahatan atau sindikat peredaran narkotika, dimana kejahatan tersebut memang
menjanjikan keuntungan yang cukup menggiurkan. Dalam perkembangan
masyarakat belakangan ini terdapat beberapa hal yang kian mendorong akselerasi
merajalelanya organisasi-organisasi kejahatan atau sindikat peredaran narkotika
tersebut untuk memperluas jaringan dan bergerak melintasi negara atau bersifat
internasional, utamanya yang menyangkut adanya kemajuan teknologi komunikasi
dan transportasi sehingga memudahkan mobilitas manusia keseluruhan dunia, di
samping itu, karena keuntungan yang menjanjikan tersebut berpengaruh terhadap
upaya organisasi-organisasi kejahatan atau sindikat peredaran narkotika untuk
memasuki ke semua wilayah dunia dan semua lapisan masyarakat.
Melihat pada kenyataan inilah fungsi dan peranan Kepolisian diuji dalam
kedudukannya sebagai aparat penegak hukum, mereka dituntut untuk
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam hal
penegakan hukum seperti yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Karena gejala
meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda, telah mengisi
dan menambah pola baru dalam kriminalitas di Indonesia. Untuk itu pihak Kepolisian
diharapkan selalu siap siaga memerangi dan menanggulangi bahaya
penyalahgunaan narkoba tersebut, dengan menjalin kerjasama antara instansi-
instansi terkait dan juga adanya peran serta dari masyarakat luas.
Penyalahgunaan narkoba di kalangan anak ini di harapkan pihak Kepolisian
lebih berhati-hati dalam mengambil suatu tindakan, terutama dalam tindakan represif
mengingat para pelaku sekaligus korban penyalahgunaan narkoba ini adalah anak
(belum dewasa). Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang berbeda dengan
mengacu pada ketentuanketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentanng Sistem Peradilan Pidana Anak. Undang-undang ini bertujuan
agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan
kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Undang-
undang pengadilan anak dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum
dalam masyarakat dan belum secara komprehensif memberikan perlindungan
khusus kepada anak yangberhadapan dengan hukum.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk memecahkan masalah
pokok yang timbul secara jelas dan sistematis. Perumusan masalah digunakan
untuk menegaskan masalah-masalah yang akan diteliti, sehingga akan lebih
memudahkan dalam penelitian yang dilakukan dan akan sesuai sasaran yang
diterapkan, yaitu:
1. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkoba di kalangan anak di Polresta Surakarta?
2. Hambatan apa saja yang timbul dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkoba di kalangan anak di Polresta Surakarta?
BAB II
ISI
Kejahatan dalam perumusan peraturan perundang-undangan pidana
diistilahkan dengan “tindak pidana”, yaitu perbuatan atau rangkaian perbuatan
manusia yaang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-
undangan lainnya, yang dilakukan dengan suatu maksud, serta perbuatan itu harus
dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Moeljatno, perbuatan tindak pidana merupakan suatu perbuatan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
Dalam hal ini barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan larangan tersebut
sudah diatur dalam undang-undang maka bagi para pelaku dapat dikenai sanksi
atau hukuman, sedangkan ancaman pidananya ditunjukan kepada orang yang
menimbulkan kejadian itu.
Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dijelaskan bahwa:
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.”

Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika


dijelaskan bahwa:
“Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.”

Pada Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak dijelaskan bahwa:
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

Pasal 1 Butir 2 dan Butir 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang


Sistem Peradilan Pidana Anak dijelaskan bahwa:
“Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi
saksi tindak pidana”
“Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah
anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana “

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak


untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam
jumlah berlebih yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya.
.
Kepolisian sebagai aparat penegak hukum memiliki peran yang sangat
penting dalam menanggulangi kejahatan penyalahgunaan narkoba, khususnya pada
tahap penyelidikan dan penyidikan.
Penyidik menurut Pasal 1 Butir 1 KUHAP yaitu:
“Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang untuk
melakukan penyidikan”.
Penyelidikan menurut Pasal 1 Butir 5 KUHAP yaitu:
“Serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang”
Adapun pengertian penyidikan dalam Pasal 1 Butir 2 KUHAP yaitu:
“Serangkaian kegiatan penyidik daalam hal dan menurut cara yaang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari bukti yang membuat
terang tindak pidaana yang telah terjadi dan guna menemukan
tersangkanya”

Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana psikotropika berkaitan dengan


teknik yang digunakan diantaranya adalah penyerahan yang diawasi, teknik
pembelian terselubung, membuka dan memeriksa setiap barang kiriman yang
diduga mempunyai hubungan dengan perkara psikotropika, serta wewenang
melakukan penyadapan pembicaran melalui telepon atau alat komunikasi lainnya
yang berhubungan dengan tindak pidana psikotropika. Penanganan narkotika
merupakan perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan
guna pemeriksaan dan penyelesaiannya secepatnya.

1. Upaya kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba di


kalangan anak di Polresta Surakarta
Masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang dilakukan oleh
Kepolisian Polresta Surakarta akan terpecahkan apabila dilakukan dengan upaya
menanggulangi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dengan cara
melakukan upaya preventif adan upaya represif. Upaya preventif sendiri merupakan
sebuah upaya yang dilakukan Kepolisian Polresta Surakarta sebelum
penyalahgunaan terjadi. Sementara itu upaya represif adalah suatu tindakan aktif
yang dilakukan pihak Kepolisian Polresta Surakarta pada saat penyimpangan sosial
telah terjadi.
Adapun penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana narkoba
(psikotropika maupun narkotika dan obat-obatan terlarang) yang dilakukan oleh
Kepolisian Polresta Surakarta menunjukkan bukti keseriusan guna menanggulangi
tindak pidana tersebut. Tercatat pada tahun 2014 sampai tahun 2017 sebanyak 26
pelaku tindak kejahatan yang berkaitan dengan narkoba di kalangan remaja telah
selesai diproses pada tingkat penyidikan. Tersangka dijerat dengan ketentuan yang
tercantum Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Berdasarkan
temuan tindak pidana narkoba diatas perlu adanya penanggulangan agar tidak
berlanjut dan menjadi lebih parah khususnya di kalangan para remaja. Hal inilah
yang menarik perhatian Kepolisian Polresta Surakarta untuk melaksanakan upaya
guna menanggulangi penyalahgunaan narkoba khusunya di kalangan remaja,
strategi yang dilaksanakan adalah stratergi pencegahan (preventif) dan penindakan
(represif).
a. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah sebuah upaya yang dilakukan Kepolisian Polresta
Surakarta dan dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi dalam bentuk kampanye,
penyuluhan, sosialisasi, pendekatan pada keluarga, dan penyebaran pengetahuan
mengenai bahaya narkoba. Cara ini dilakukan diberbagai kelompok masyarakat
seperti sekolah, dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas
(SMA), hingga perguruan tinggi, bahkan juga dilakukan dibeberapa perkampungan
wilayah Kota Surakarta. Berikut ini adalah upaya yang telah dilakukan oleh
Kepolisian Polresta Surakarta dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba
dikalangan remaja:
 Sosialisasi di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa
 Penyuluhan dan Pendekatan pada Masyarakat
 Operasi Rutin
 Melakukan Kerjasama

b. Upaya Represif
Terkait penindakan represif Kepolisian Polresta Surakarta melakukan
penindakan berupa penyelidikan di lingkup sekolah dan perguruan tinggi dalam
rangka mengawasi peredaran narkoba di kalangan remaja. Seperti yang
disampaikan oleh Kepala Satuan Reserse Narkoba pada hasil wawancara berikut
ini:
“Kami melakukan tindakan lidik, yaitu penyelidikan yang kami lakukan di
sekolah dan bahkan perguruan tinggi. Disamping kami mendapat informasi
kami juga melaksanakan penyelidikan apabila ditemukan pelaku
penyalahgunaan narkoba.”

Dapat penulis simpulkan bahwa dalam hal ini KepolisianPolresta Surakarta


telah melakukan fungsi penegakan hukum. Peranan penegak hukum salah satunya
ialah bagaimana mengaktualisasikan secara nyata, aturan-aturan hukum bisa
terwujud dalam kaidah-kaidah sosial masyarakat. Sebagai suatu sarana untuk
menegakkan hukum diantaranya ialah dengan penerapan sanksi pidana.
Perumusan normanorma pidana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
1997 dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, berikut konsep penetapan sanksi
pidana. Dalam undang-undang tersebut, untuk menentukan kategorisasi sanksi
pidana lebih ditentukan oleh jenisjenis penggolongan psikotropika dan narkotika
yang dilanggar, seyogyanya pemerintah mengatur tentang batas maksimal jumlah
psikotropika dan narkotika yang disimpan, digunakan, dimiliki, secara tidak sah
sehingga dapat membedakan pelaku tindak pidana, apakah digolongkan sebagai
pemilik, pengguna atau pengedar.

2. Hambatan yang Dihadapi oleh Kepolisian Polresta Surakarta dalam


Upaya Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hambatan yang terjadi secara
internal adalah adanya keterbatasan sarana dan prasarana serta kesiapan sumber
daya manusia yang cukup. Hal ini menunjukan bahwa masih perlu adanya
penambahan tenaga sumber daya manusia dengan kualifikasi kompetensi yang
lebih baik lagi. Selain adanya penambahan tenaga sumber daya manusia Polresta
Surakarta juga memerlukan adanya penambahan sarana dan prasarana pendukung
yangdiperlukan dalam penanggulangan narkoba.
Hambatan lain yang dihadapi oleh Kepolisian Polresta Surakarta adalah
informasi yang terputus. Seperti yang diungkapkan pada hasil wawancara penulis
dengan narusumber berikut ini:
“Kita di lapangan harus jeli untuk tau siapa pengedar, pemakai dan
perantara. Karena sangat sulit mendapatkan informasi mengenai
penyalahgunaan narkoba tersebut. Kebanyakan kita peroleh
informasi tersebut dari hasil lidik, kalau melaporkan jarang sekali
pelapor.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa,


minimnya laporan dari masyarakat menjadi hambatan tersendiri bagi Kepolisian
Polresta Surakarta untuk mengungkap terjadinya penyalahgunaan narkoba terutama
di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti, sikap tidak
mau tahu dengan apa yang terjadi dilingkungan sekitarnya, sesama penyalahguna
narkoba,adanya indikasi ingin melindungi seseorang dari jeratan hukum.
Setiap kegiatan tidak selamanya berlangsung dengan mulus. Hal ini
disebabkan adanya beberapa keterbatasan manusia, termasuk upaya polisi dalam
menanggulangi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Pada penelitian
sebelumnya juga terdapat kendala yang mengakibatkan terjadinya hambatan.
Beberapa kendala tersebut diakui pihak Satuan Narkoba Polres Surakarta dan
sangat menghambat kinerja mereka dalam pelaksanaan tugas secara keseluruhan.
Jumlah anggota yang masih kurang dari standar diakui menjadi hambatan dari
dalam yang sering terjadi. Sementara itu sarana yang kurang memadai dan
terputusnya informasi dari masyarakat merupakan hambatan dari luar Satuan
Narkoba Polresta Surakarta. Berbagai hambatan tersebut tentu akan mempengaruhi
kinerja Satuan Narkoba Polresta Surakarta dalam upaya penanganan
penanggulangan narkoba yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertama, pelaksanaan penanggulangan Polresta Surakarta melalui
tindakan preventif dan represif. Tindakan preventif dilakukan melalui kampanye,
sosialisasi, penyuluhan, pendekatan dengan keluarga dan lain sebagainya. Upaya
tersebut merupakan bentuk pencegahan yang dilakukan secara institusional mapun
kerjasama dengan partisipasi masyarakat. Kampanye, sosialisasi dan penyuluhan
menjadi prioritas bagi kepolisian agar tindakan represif dapat diminimalkan.
Kedua, secara garis besar hambatan yang diambil oleh pihak kepolisian
terjadi pada keterbatasan sumber daya manusia sarana prasarana dan terputusnya
komunikasi. Banyaknya kasus narkoba tersebut membutuhkan ketersediaan sumber
daya manusia yang cukup pula artinya keterbatasan tersebut perlu ditindak lanjuti
dengan penambahan tenagatenaga profesional dalam kepolisian. Selain itu
hambatan lain terjadi dalam ketersediaan sarana prasarana yang terbatas, dengan
demikian perlu adanya pembaharuan dan penambahan sarana prasarana.
Terputusnya informasi dari masyarakat sebagai pelapor juga menjadi hambatan
dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja ini,
maka perlu adanya penyampaian informasi yang lebih lanjut lagi kepada masyarakat
luas mengenai bahaya narkoba dan adanya dorongan bagi masyarakat untuk berani
melapor demi melindungi generasi bangsa agar tidak semakin terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba.

B. Saran
Pertama, kepada Kepolisian Polresta Surakarta. Pihak kepolisian harus
lebih meningkatkan kinerja dalam mengidentifikasi penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja di wilayah Surakarta, dan dapat memanfaatkan fasilitas yang ada
sesuai dengan tugas dan wewenang Kepolisian Polresta Surakarta, serta senantiasa
aktif dalam menyampaikan kekurangan sumber daya manusia dan srana prasarana
yang ada di Kepolisian Polresta Surakarta kepada pihak atasan. Seiring dengan
kemungkinan penambahan fasilitas, diharapkan supaya permasalahan
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja tetap mendapat perhatian khusus
serta Kepolisian Polresta Surakarta dapat membentuk jaringan informasi dan
komunikasi antara penegak hukum dengan masyarakat untuk mengatasi kendala-
kendala komunikasi yang dialami.
Kedua, kepada remaja. Hendaknya melakukan kegiatan positif dan
berguna agar tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba serta
memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dalam menghadapi dan
memecahkan permasalahan hidup.
Ketiga, kepada organisasi pemerintah dan non pemerintah. Sebaiknya
meningkatkan kerjasama antar organisasi pemerintah maupun non pemerintah
dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, untuk
menyelamatkan generasi muda.
Keempat, kepada keluarga. Diharapkan peran orang tua untuk lebih
mengawasi dan membimbing anggota keluarganya, serta lebih meluangkan
waktunya untuk berada disisi anak-anaknya dalam kondisi apapun, sehingga remaja
tidak terjerumus melakukan hal menyimpang terutama melakukan penyalahgunaan
narkoba.
Kelima, kepada warga. Dukungan dan partisipasi dari masyarakat
sangat dibutuhkan dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba di kalangan
remaja. Dan hindarilah tempat-tempat hiburan yang yang dapat memicu terjadinya
transaksi barang haram seperti narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
Alvialli, Della Suwanto, 2013, Pemahaman dan Sikap terhadap Narkoba di Kalangan
Remaja, Jakarta: Balai Pustaka.
Asikin, Zainal dan Amirudin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Raja Gafindo Persada.
Hadikusuma, Hilman, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum, Bandung: Mandar Maju.
Komunikasi Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, 2004, Jakarta:
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Soekanto, Soejono, 2008, Pengantar Peneletian Hukum, Jakarata: Universitas
Indonesia (UI-Press), hal. 5
Yamin, Muhammad, 2012, Tindak Pidana Khusus, Cetakan Pertama. Bandung:
Pustaka Setia.
Ardiansyah, Yuli dan Lalu Abdurrahman,” Penyuluhan Pencegahan Bahaya Narkoba
terhadap Anak-anak Usia Dini,” Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Volume 2
Nomor II ( Mei, 2013).
Bangonang,”Prosedur Penangkapan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika
yang Melarikan Diri Keluar Negeri menurut Hukum Pidana Internasional. Lex
Crimen,” Jurnal Hukum, Volume 2 Nomor (Juli,2013).
Novita, Fransiska Eleanora, ”Bahaya Penyalahgunaan Narkoba serta Usaha
Pencegahan dan Penanggulangannya, ”Jurnal Hukum, Volume 25 Nomor I
(April, 2011).
Ricardo, Paul, “Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba oleh Kepolisian,”
Jurnal Kriminologi Indonesia, Volume 6 Nomor III (Desember,2010).
http://m.solopos.com/2016/12/06/narkoba-solo-pelajar-smp-tertangkap-polisi-seusai-
bertransaksi-sabu-sabu-774561

Anda mungkin juga menyukai