Anda di halaman 1dari 6

POLIO

A. EPIDEMIOLOGI
 Kasus polio pertama kali pada 1580 – 1350 SM di Mesir.
 Total kasus kumulatif tahun 2018 sebanyak 50 kasus,
 12 kasus WPV1 di Afganistan,
 3 Kasus WPV1 di Pakistan, 1
 3 kasus cVDPV2 di Republik Demokratik Kongo,
 8 Kasus cDVDPV2 di Nigeria,
 5 kasus cVDPV di Somalia dan
 9 kasus cVDPV1 di Papua New Guinea. J
 Jumlah kumulatif kasus polio tahun 2017 hingga tahun 2018 sebanyak 168 kasus. 
 Kasus Virus Polio Liar (VPL) terakhir yang mengalami kelumpuhan ditemukan
pada tanggal 20 Februari 2006 di Aceh. Sejak saat itu hingga sekarang tidak
pernah lagi ditemukan kasus Polio di Indonesia.
B. ETIOLOGI
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang
bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu
strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor
neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
C. FAKTOR RISIKO
 Data cakupan imunisasi polio, di tingkat puskesmas, desa terjangkit dan desa
sekitar beresiko selama 3-5 tahun terakhir, dan tata laksana rantai dingin vaksin
 Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat
 Ketenagaan, ketersediaan vaksin dan kualitas vaksin diantaranya penyimpanan
vaksin dan control suhu penyimpanan
 Daerah kumuh atau padat atau daerah pengungsi
 Mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis poliomyelitis
 Kontak dengan anak usia < 5 tahun yang serumah atau sepermainan dengan kasus
sejak terjadi kelumpuhan sampai 3 bulan kemudian.
D. FAKTOR RISIKO KELUMPUHAN
hanya sebagian kecil infeksi menyebabkan kelumpuhan. Beberapa faktor risiko
utama yang diidentifikasi  yang meningkatkan kemungkinan kelumpuhan pada seseorang
yang terinfeksi polio, seperti diantaranya defisiensi imun, kehamilan, pengangkatan
amandel (tonsilektomi), suntikan intramuscular misalnya obat-obatan, olahraga berat dan
cedera
E. CARA PENULARAN
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi
virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus.
Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan
cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk.
Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan
imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman
terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan
virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak
memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi.
Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam”
menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.

F. MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan
terjadi dalam waktu 7-21 hari.

Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat
ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam,
kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.

Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis,


letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa
kaku dan sakit
 Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan
terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
 Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit
berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas,
mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.

G. DIAGNOSIS

Polio dapat diketahui melalui pemeriksaan gejala, seperti kaku di bagian leher dan
punggung, serta sulit menelan dan bernapas. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk
mendeteksi gangguan pada refleks tubuh.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap sampel


dahak, tinja, atau cairan otak untuk mendeteksi keberadaan virus polio.

H. TATALAKSANA

Dokter akan menganjurkan pasien untuk memperbanyak istirahat dan memperbanyak


konsumsi cairan untuk meredakan gejala yang muncul. Pengobatan  bertujuan untuk
meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan mencegah komplikasi. Obat-
obatan yang umumnya digunakan adalah:

 Obat pereda nyeri


Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obat ini
adalah ibuprofen.
 Obat antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio,
misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah ceftriaxone.
 Obat pelemas otot (antispasmodik)
Obat ini digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat ini
adalah tolterodine dan scopolamine. Selain pemberian obat, kompres hangat juga dapat
digunakan untuk meredakan ketegangan otot.
Dokter akan memasang alat bantu pernapasan pada pasien jika polio menyebabkan
gangguan pernapasan. Terkadang, operasi juga akan dilakukan untuk memperbaiki kelainan
bentuk lengan atau tungkai.

Sebenarnya, hingga kini belum ada pengobatan yang efektif untuk menangani polio.
Untuk mencegah hilangnya fungsi otot lebih lanjut, penderita perlu menjalani fisioterapi.

I. KOMPLIKASI

Polio paralisis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

 Kecacatan.
 Kelainan bentuk tungkai dan pinggul.
 Kelumpuhan, baik sementara atau permanen.

Dalam kondisi ini, alat bantu berjalan diperlukan untuk membantu penderita
beraktivitas sehari-hari. Pada kondisi yang lebih serius, virus polio yang menyerang otot
saluran pernapasan dapat mengakibatkan kelumpuhan otot pernapasan hingga menyebabkan
kematian.

Selain itu, gejala polio berulang dapat dialami oleh orang yang pernah terkena polio.
Kondisi ini dikenal sebagai sindrom pascapolio. Gejala sindrom pascapolio baru muncul 30
tahun atau lebih sejak penderita terinfeksi pertama kali.

Gejala sindrom pascapolio meliputi:

 Sulit bernapas dan menelan


 Ingatan terganggu
 Gangguan tidur
 Depresi
 Otot dan sendi makin lemah dan terasa sakit

J. PENCEGAHAN
Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio. Vaksin polio
mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan aman diberikan kepada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ada dua bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV)
dan obat tetes mulut (OPV).

Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi sesaat setelah
lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak empat dosis, baik dalam bentuk
suntik (IPV) atau obat tetes mulut (OPV). Berikut adalah jadwal pemberian keempat dosis
vaksin polio tersebut:

 Dosis pertama (polio-1) diberikan saat usia 2 bulan.


 Dosis kedua (polio-2) diberikan saat usia 3 bulan.
 Dosis ketiga (polio-3) diberikan saat usia 4 bulan.
 Dosis terakhir diberikan saat usia 18 bulan, sebagai dosis penguat.

Dalam tiga dosis pertama (polio-1 hingga polio-3), seorang bayi setidaknya harus
mendapat satu dosis vaksin polio dalam bentuk suntik (IPV).

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi polio,


pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di seluruh wilayah
Indonesia. Melalui kegiatan ini, semua bayi dan anak balita (usia 0-59 bulan) akan diberikan
vaksinasi polio tambahan tanpa mempertimbangkan apakah imunisasinya sudah lengkap atau
belum.

Vaksin polio untuk dewasa

Vaksin polio juga diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah melakukan
vaksinasi polio. Vaksin polio untuk dewasa diberikan dalam bentuk suntik (IPV) yang
terbagi menjadi tiga dosis. Berikut adalah pembagian dosisnya:

 Dosis pertama dapat diberikan kapan saja.


 Dosis kedua diberikan dengan jeda waktu 1-2 bulan.
 Dosis ketiga diberikan dengan jeda waktu 6-12 bulan setelah dosis kedua.
Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan kasus polio aktif juga
dianjurkan untuk melakukan vaksinasi polio. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan
ketika berinteraksi dengan penderita atau orang yang diduga menderita polio.

Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian suntikan polio adalah rasa nyeri
dan kemerahan pada area suntikan. Beberapa orang mungkin mengalami alergi setelah
vaksinasi, dengan gejala berupa:

 Demam
 Pusing
 Tubuh terasa lemas
 Muncul ruam
 Jantung berdebar
 Sesak napas

Anda mungkin juga menyukai