Anda di halaman 1dari 15

Tumor Jinak Ovarium

Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
• Pemeriksaan Penunjang
1. Laparoskopi
2. USG
3. Foto Rontgen
4. Pemeriksaan Darah
Tatalaksana
• Pendekatan, pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan
pengobatan nyeri dengan analgetik/tindakan kenyamanan seperti, kompres
hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam.
• Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri.
• Pembedahan, jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu laparaskopi dan
laparatomi.
Tatalaksana
• Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi.
• Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi.
Tatalaksana
Perawatan luka insisi/pasca operasi, ada beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan, antara lain:
• Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
• Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
• Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca
operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
• Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan tidak
lengket.
• Pembalutan dilakukan dengan teknik aseptik.
Tatalaksana
Adapun cara pencegahan penyakit kista yaitu:
• Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
• Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga.
• Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area kewanitaan.
Tatalaksana
• Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol pemicu
stress dan dapat pula terjadi obesitas.
• Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel telur.
Komplikasi
• Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi
kurang darah (anemia).
• Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
Komplikasi
• Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada
waktu persetubuhan.
• Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
• Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
Tumor Ganas Serviks
Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Epidemiologi
• Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000 kasus.
• Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000
diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.
• Di Indonesia, kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak
berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.
• Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita
baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap
tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.
Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub
tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker
serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan
multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah,
pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan
gangguan imunitas.
Patofisiologi
• Proses terjadinya kanker serviks sangat erat berhubungan dengan proses
metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah sifat
genetik sel saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di sambungan/junction skuamosa-kolumnar
yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual, dan paritas.
• Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Patofisiologi
• Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan karsinoma in-
situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
• Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk
kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari :
1. NIS 1, untuk displasia ringan.
2. NIS 2, untuk displasia sedang.
3. NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Anda mungkin juga menyukai