LP Asma
LP Asma
ASMA BRONKIAL
Di SusunOleh :
HESTI KARMILA
Mengetahui,
PembimbingAkademik PembimbingLahan
C. Klasifikasi
Derajat asma menurut (Amin 2013:40)
1. Intermiten : Gejala kurang dari 1 kali / minggu dan serangan
singkat
2. Persisten ringan : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari 1x
sehari
3. Persisten Sedang : Gejala terjadi setiap hari.
4. Persisten berat : Gejala terjadi setiap hari dan seranga terjadi sering.
D. Patofisiologi
Menurut Naga, 2012 Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat
pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta
sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik,
tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk
allergen yang spesifik, akan membuat antibody terhadap allergen yang dihirup
tersebut. Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini kemudian melekat
dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah
basofil yang kita gunakan pada saat menghitung leukosit.
Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu
permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan
melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu
contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga
terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor
beta-1.
Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka
pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma
yang sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa
bronkus dan dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam
sputum dapat dengan mudah terlihat.
Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi baru-baru
ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang dapat
menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini memberikan
perlindungan terhadap serangan asma
Pathway
Masuk saluran
pernapasan
↓
pernapasan
↓
Reaksi inflamasi
↓
Hipertropi dan hiperplasia
mukosa bronkus
Produksi sputum
↓
meningkat
Metaplasia sel globet
↓
↓
Batuk
Penyempitan saluran
↓
pernapasan
Bersihan jalan
Penurunan nafas tidak
ventilasi efektif
↓ Obstruksi
Supply O2 ↓ Gangguan
menurun Penyebaran udara ke pertukaran gas
↓ alveoli
Kelemahan ↓
↓ Vasokontriksi pembuluh
Intoleran darah paru-paru
aktivitas ↓
Supply oksigen berkurang
↓
Sesak nafas
↓
Gangguan pola
Kebutuhan tidur tidak
tidur
efektif
↓
E. Manifestasi klinis
1. Batuk berdahak .
2. Dispnea – pernafasan labored
3. Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang yang sering
menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
4. Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
5. Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
6. Berkeringat
7. Takikardia.
8. Pelebaran tekanan nadi
9. Pembesaran vena leher.
10. Auskultasi suara nafas : wheezing (+)
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
ü Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis (15.000 – 40.000/mm3 )
ü Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi co2
ü darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)
ü sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –Leyden).
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus.
3. Lain –Lain
ü Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan luas
beratnya penyakit , mendiagnosis keadaan .
ü Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
G. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial yaitu :
1. Pengobatan Farmakologi
a. Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
e. Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan
dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu
Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin
( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon
larutan (Putri & Sumarno, 2013).
2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat
dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif
a. Batuk Effektif.
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan secret secara maksimal.. Tujuan membantu membersihkan
jalan nafas., Indikasi :Produksi sputum yang berlebih , Pasien dengan
batuk yang tidak efektif .
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi
paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru.
B. Diagnosa keperawatan
1. Bershihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler
C. Perencanaan
N Diagnosa Noc Nic Rasional
o
1 Bershihan jalan Setelah diberika intervensi NIC :
nafas tidak efektif keperawatan salama 1X24 jam, Airway Management
berhubungan diharapkan pasien mampu
dengan sekresi menunjukkan : – Membantu pasien mempermudah
yang tertahan Noc : – Buka jalan nafas, jalan nafas
Respiratory status ; Airway mengunakan teknik chin – Posisi yang nyaman dapat membantu
patency lift atau jaw thrust bila mempermudah dalam bernafas
- dipertahanan pada (...) perlu.
– Untuk menentukan tindakan yang
- ditingkatkan pada (...) – Posisikan pasien semi tepat pada jalan nafas pasien
1. berat fowler untuk
– Agar jalan nafas pasien efektif
2. cukup memaksimalkan ventilasi
– Suara tambahan mengidentifikasi
3. sedang – Identifikasi pasien perlunya
adanya kelain pada pernafasan
4. ringan pemasangan alat jalan nafas
buatan – untuk mengoptimalkan keseimbangan
5. tidak ada
cairan
Dengan kriteria hasil : – Keluarkan sekret dengan
- frekuensi pernafasan batuk atau suction – mengetahui perkembangan pola nafas
- irama pernafasan pasien
– Auskultasi suara nafas,
- Kedalaman inspirasi catat adanya suara
-kemampuan untuk tambahan
mengeluarkan sekret – Atur intake cairan
– Monitor respirasi dan
status O2
3 Gangguan Setelah diberika intervensi Nic: Respiratory Monitoring – Mengetahui adekuatnya jalan nafas
pertukaran gas keperawatan salama 1X24 jam, – Observasi frekuensi, dan meningkatnya kerja pernafasan
berhubungan diharapkan pasien mampu kedalaman pernafasan,catat – Mengetahui indikasi hipoksia
dengan perubahan menunjukkan : penggunaan otot bantu – Menentukan keseimbangan asam
alveolus-kapiler Noc : nafas,nafas basa ,dan kebutuhan oksigen
Respiratory status; gas bibir,ketidakmampuan – Menambah suplai O2 sehingga
exchange bicara/ berbincang meningkatkan pertukaran gas
– Observasi tingkat – Mengoptimalkan kontraksi diafragma
kesadaran – Memfasilitasi pernafasan yang dalam
- dipertahanan pada (...)
– Monitor AGD sehingga O2 yang masuk lebih banyak
- ditingkatkan pada (...) – atur pemberian oksigen – Meningkatkan diameter jalan nafas
1. berat – Beri posisi duduk(fowler) sehingga mengurangi kerja pernafasan
2. cukup – Dorong nafas dalam – Mengetahui adekuatnya suplai O2 ke
3. sedang perlahan atau nafas bibir paru-paru dan jaringan
4. ringan sesuai kemampuan – Mempertahankan suplai O2 saat terjadi
5. tidak ada – Beri bronkodilator sesuai gagal nafas
Dengan kriteria hasil : therapy
- tekanan parsial oksigen di
– Observasi tanda vital, dan
darah arteri (PaO2)
warna membrane mukosa
- tekanan parsial karbondioksida
kulit
di darah arteri (PaCO2)
- pH arteri
– Kolaboratif tindakan
intubasi dan ventilasi
- saturasi oksigen
mekanik bila perlu
Daftar Pustaka
Mansjoer Arif ,dkk (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta : Media
Aesculapius.
Silvia A Price ,(1995) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8. Jakarta : EGC