Penulis
JurusanArsitektur
FakultasTeknikUniversitas Lampung
Bandar Lampung
27 Oktober 2020
Nama : Annaba Qolby Sururi
NPM : 2015012039
I. ZAMAN PRASEJARAH
Alat musik waktu zaman prasejarah termasuk gendang Dong-Son yang dianggap sakti waktu itu.
Dengan latar belakang:
Antara abad 1 dan 3 masehi, orang-orang dari daerah Dong-Son di Vietnam Utara naik perahu
melewati Kalimantan sampai ke Palembang. Lalu naik perahu melalui sungai Musi-Komering
sampai ke Pasemah disebelah barat laut dari Danau Ranau yang terletak di pembatasan Lampung
dan Sumatra Selatan.
Kebetulan, orang Dong-Son dari Vietnam Utara yang berlayar ke 2 daerah Pasemah itu ahli
menempa benda perunggu dan besi, termasuk gendang perunggu (yang dinamakan jenis Heger I)
yang diukir dengan motif bintang,katak,dll. Gendang-gendang Dong-Son ini digali oleh arkeolog
di Lampung, Sumatra Selatan, dan Bengkulu. Sekarang gendang tersebut disimpan di Museum
Lampung. Gendang Dong-Son juga ditemukan di banyak daerah lainnya di Indonesia dan Asia
Tenggara.
Kelompok etnis utama di Lampung setara abad 3-13 masehi adalah suku Tumi yang Animis,
tetapi dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha lewat hubungannya degan Kerajaan Sriwijaya di
Palembang (Hilman Kusuma, 1989). Barangkali Suku Tumi itu hidup sebagai petani lada di
daerah danau Ranau, Sekala Beghak, dan daerah di Lampung lainnya. Pada abad 7, Palembang
menjadi ibukota Sriwijaya dan pusat Budhis Mahayana yang terkenal. Buktinya adalah seramik
dan laporan Cina yang ditemukan oleh arkeolog dari zaman Han di Cina (200SM-220M). Waktu
itu Ulun Lampung di TulangBawang Menggala sering berdagang ke Sriwijaya dan berteman
dengan orang Melayua asli yang Animis, orang Cina Budhis, dan orang asing lainnya di
Palembang.
Pada akhir abad 7, sebagian besar dari wilayah Lampung Timurdan tengah dikuasai oleh
Sriwijaya. Bukti: prasasti bertanggal 683SM yang digali di Bangka (Kota Kapur), dan prasasti
yang digali di Jabung disebelah Sungai Pisang (anak sungai Way Sekampung), Lampung selatan.
Barangkali seni budaya, lagu, dan tariannya di Sriwijaya sudah lama hilang, tetapi sejarawan
Lampung Prof Hilman Hadikusuma berhipotesis bahwa ikat kepala dan siger Lampung berasal
dari gaun kepala pengantin Palembang karena banyak orang Menggala/TulangBawang sering ke
Palembang untuk berdagang selama berabad-abad, mungkin musik dan tarian Lampunng
diperbarui oleh hubungannya dengan Palembang.
Menurut penelitian oleh Prof Hilman dan cerita rakyatmdakwah islam dipimpin oleh Arya
Damar mulai di daerah Komering ditengah abad 15 dan di Ranai Sekala beghak pada abad 16.
Peneliti masih mencari bukti lebih lanjut tentang sejarah dakwah di Lampung.
Pada tahun 1526, Syarief Hidayat Fatahillah alias Sunan Gunung Jati berangkat dari
kesultananDemak (Semarang) dan merebut Sunda Kelapa (yang berganti nama menjadi
Jayakarta).lalu Fatahillah kembali ke Demak danpenyebaran islam dilanjutkan oleh putranya
Maulana Hasanuddin.
Pada pertengahan abad 16, Islam disebarkan di Pesisir Lampung sampai Bengkulu,dan pada
1580 -1588 sampai Ke Palembang dan Pagardewa/TulangBawang. Pada saat itu juga, dakwah
diteruskan di Pugung/Way Sekampung dan Menggala di Lampung Timur dan Selatan, dan
disebar di KotaAgung Pesisir Kalianda.
Orang Abung dan Pubian mempelajari Islam di Pasar Bahtera pada abad 15-16 atau 1596-1651,
dan pada abad 18-19 berdakwah di daerah Lampung lainnya. Seni budaya nya yang
dikembangkan termasuk seni teater Tupping di Lampung Selatan, dipengaruhi oleh zaman
Animis-Hindu-Buddha dan Zaman Islam.
Materi 2 (Pemateri: Prof. DR. Karomani, M.Si.)
Peran Unila dalam menjaga kearifan budaya lokal ini menjadi sangat penting mengingat
perubahan gaya hidup yang hampir rata-rata menunjukkan ke arah gaya barat karena pengaruh
westernisasi yang datang dan menerjang sendi-sendi budaya ketimuran yang selama ini melekat
di dalam diri masyarakat Indonesia.
Berbagai karya seni dan ilmiah yang dihasilkan oleh civitas akademikaUnila merupakan salah
satu bentuk dedikasi anak bangsa guna memupuk rasa cinta budaya sendiri dan terus
mengembangkannya menjadi sedemikian menarik tanpa menghilangkan nilai dasar budaya.
Selama ini civitas akademika Unila juga bisa mempromosikan budaya lokal yang telah di kemas
sedemikian menarik sehingga bangsa asing pun ikut tertarik.
Kesimpulannya, peran Unila dalam menjaga kearifan lokal merupakan salah satu upaya dalam
menentukan keberlangsungan hidup kebudayaan baik dalam bidang agama, politik, adat istiadat,
bahasa, pakaian, bangunan, atau karya seni.
Materi 3 (Pemateri: Dr. Eng. Admi Syarif)
Kenapa judul tersebut diambil? Karena ada sebuah pepatah mengatakan “Lampung itu Indonesia
mini”, itu tidak benar. Lampung tidak boleh diganti sebagaimana Lampung adalah Lampung.
Kita yang ada di Lampung atau seseorang yang mendapatkan menfaat di Lampung tetap manusia
Lampung dimana pun asalnya. Salah satu karakter hidup kita adalah menghargai tamu.
Kebudayaan Lampung adalah bagian penting dari perjalanan “Jimo” Lampung. Jimo memiliki
arti orang Lampung pada asalnya. Kebudayaan Lampung tidak bisa lepas dari pengaruh
kebudayaan dunia yang sudah berlangsung lama. Hukum alam bahwa salah satu karakter budaya
adalah bersifat dinamis. Pelestarian, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya lokal
perlu menjadi dasar pembangunan manusia Lampung. Adapun masalah terhadap kultur budaya
Lampung antara lain menurunnya implementasi identitas Lampung dalam kehidupan sehari-hari,
rendahnya pemahaman generasi muda tentang budaya, makanan, dan seni, pemahaman dan
kemampuan bahasa lampung yang rendah.
Materi 4 (Pemateri : Dr. Munawar Holil ; Dosen Ilmu Susastra FIB Universitas Indonesia)
Pengertian manuskrip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah naskah tulisan
tangan yg menjadi kajian filologi. Berbagai masih tersimpan di museum dan belum pernah
diselidiki. Sedangkan pengertian naskah sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan atau karangan yang belum
diterbitkan.
Istilah manuskrip = naskah (kuno). Manuskrip dan Naskah terdapat dalam Undang Undang
RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dan juga terdapat pada Undang Undang RI No.
5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Lembaga:
1. Perpustakaan
2. Museum
3. Keraton
4. Pesantren
5. Surau
Perorangan:
1. Pemimpin agama
2. Pemimpin adat
3. Pewaris naskah
4. Kolektor
5. Pedagang
Masyarakat Lampung terdiri dari dua suku adat antara lain Lampung Pesisir (Ulun
Peminggir) yaitu mereka suku Lampung asli yang mendiami wilayah Lampung bagian pesisir
dan Lampung Pepadun (Ulun Pepadun) adalah suku asli Lampung yang mendiami wilayah
dataran rendah dan tinggi yaitu didaerah Abung, Tulangbawang, Waykanan/Sungkai, Pubian
dan daerah lainnya yang ada di Provinsi Lampung. Keberagaman Budaya Lampung dapat
dibentuk oleh banyaknya jumlah kegiatan kehidupan yang dijalani masyarakat Lampung.
Masing-masing masyarakat memiliki karakter budaya dan ciri khas tersendiri didorong oleh
kreativitas masyarakat yang berkembang dalam kehidupannya. Falsafah hidup pada
hakekatnya masyarakat Lampung secara umum memiliki kesamaan pandangan hidup yang
disebut dengan piil pesenggiri. Piil Pesenggiri adalah tatanan moral yang merupakan
pedoman bersikap dan berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas
hidupnya. Adanya istilah Nemui- nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk
menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahmi. Nemui-nyimah
merupakan kewajiban bagi suatu keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk
menjaga silaturahmi. Adapun apresiasi terhadap seni budaya Lampung antara lain
mempelajari aspek kebudayaan, membangun pemahaman sebagai sumbangan terhadap
budaya lampung dan menyumbangkan keanekaragaman diantaranya menunjukkan keunikan
budaya Lampung.