Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Tropis

Dosen Pengampu : Reni Tri Subekti, SST. M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok 1:

1. Anggi Pradita (142012018003)


2. Bobby Wahyu Pratam (142012018007)
3. Desvi Royana (142012018009)
4. Ela Putri Setiani (142012018011)
5. Mardoni Ustanto (142012018019)
6. Miftahul Khomsah (142012018023)
7. Restu Teo Fandi (142012018033)

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Teori Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)”.

Adapun tugas ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan semua anggota kelompok, sehingga dapat memperlancar
pembuatan tugas ini.

Kritik dan saran yang bersifat membangun kami butuhkan demi kebaikan
tugas kedepannya. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pringsewu, Maret 2021

KELOMPOK 1

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Anatomi Fisiologi Sistem


Hematologi....................................................................................... 3
2. Definisi............................................................................................ 4
3. Etiologi ............................................................................................ 4
4. Klasifikasi ....................................................................................... 7
5. Patofisiologi ................................................................................... 6
6. Pathway ........................................................................................... 7

7. Manifestasi Klinis ........................................................................... 10

8. Pemeriksaan penunjang...................................................................11

9. Penatalaksaan ................................................................................. 11

10. Komplikasi ..................................................................................... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ..................................................................................... 15

3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 16

3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................. 17


iii
BAB IV PENUTUP..............................................................................................15

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 23

B. Saran .............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Bedrdarah


Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan, iklim, mobilisasi yang
tinggi, kepadatan penduduk, perluasan perumahan dan perilaku masyarakat
(Kesehatan, 2019).

Kasus DHF sudah menjadi perhatian internasional dengan jumlah kasus


di seluruh dunia mencapai 50 juta per tahun. Sebelum tahun 1970, hanya 9
negara yang mengalami wabah DHF, namun sekarang DHF menjadi penyakit
endemik pada lebih dari 100 negara, di antaranya adalah Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat memiliki angka tertinggi kasus DHF

Pada tahun 2019 data yang masuk sampai tanggal 31 Oktober 2019 di
Kementerian Kesehatan RI (2019) tercatat sebanyak 110.921 kasus. Terjadi
peningkatan cukup drastis dari 2018 dengan jumlah kasus berada pada angka
65.602 kasus. Secara rinci, jumlah penderita DHF tertinggi ditemukan di
Provinsi Jawa Barat dengan total 19.240 kasus. Kemudian, Jawa Timur
16.699 kasus, Jawa Tengah 8.501 kasus, Jakarta 8.408 kasus, Sumatera Utara
5.721 kasus dan Lampung 5.369 kasus (Kemenkes, 2019).
Pada kenyataannya, tidak mudah memberantas penyakit DHF karena
terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaan pencegahannya. Angka
v
kejadian Penyakit DHF di Indonesia masih meningkat dari tahun ke tahun
(Tairas et al., 2015). Maka dari itu diharapkan peran mahasiwa mengetahui
konsep asuhan keperawatan DHF dan membahas upaya menangani DHF
dengan terapi komplementer. Dengan demikian dalam kesempatan ini akan
dibahas bagaimana asuhan keperawatan teori pada : DHF

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat
ditentukan rumusan masalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori Pada
Klien Dengan DHF?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Keperawatan Tropis

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi sistem hematologi : darah
b. Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi
klinis, pentalaksanaan dan komplikasi dari penyakit DHF
c. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan teori pada klien
dengan DHF

D. Manfaat Penulisan

a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai gangguan sistem


hematologi : DHF dengan menggunakan asuhan keperawatan
b. Dapat digunakan sebagai bahan untuk memberi informasi kepada
masyarakat terkait penyakit DHF

vi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis Dengue Haemorragic Fever (DHF)


1. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi

Sumber : Nerslicious, 2019


Darah adalah cairan di dalam pembuuh darah yang mempunyai fungsi
transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam
dan basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa
panas tubuh dari produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh, pengaturan hormon dengan membawa dan menghantarkan
dari kelenjar ke sasaran.
Darah mempunyai 2 komponen yaitu padat dan cair. Bagian padat
terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen padat merupakan
45% dari seluruh volume darah dan 55 % adalah plasma yang termasuk
komponen cair (Syaifuddin, 2016).
vii
Eritrosit Leukosit Trombosit Plasma Darah
a. Eritrosit dibuat di a. Fungsi utamanya a. Trombosit merupakan a. Plasma merupakan
sumsum tulang adalah sebagai keping-keping darah bagian yang encer
yang masih pertahanan tubuh yang dibuat di tanpa sel-sel darah,
berinti dengan cara sumsum tulang, paru- berwarna kekuningan
b. Pematangan menghancurkan paru, limfa. Umur yang dalam rekasinya
eritrosit diperlukan antigen (kuman, virus, peredarannya hanya bersifat alkali.
hormon toksin) yang masuk 10 hari. b. Sususnan plasma
eritropoetin yang b. Jenis leukosit yaitu: b. Jumlahnya pada terdiri atas air 90%,
diproduksi oleh neutrofil, eosinofil, orang dewasa antara protein 8% (albumin,
ginjal basofil, limfosit, dan 200.000-300.000 globulin, protombin,
c. Umur monosit. keping/mm3 fibrinogen), mineral
peredarannya c. Jumlah normal c. Mempunyai 0,9%, sisanya terdiri
105-120 hari. leukosit 6000-9000 kemampuan untuk dari bahan organik.
Eritrosit /mm3 ( melakukan: c. Plasma berfungsi
dihancurkan di - Daya aglutinasi sebagai medium
limfa. (membeku dan untuk menyalurkan
d. Normalnya pada menggumpal) makanan, mieral,
laki-laki - Daya adesi (saling lemak, glukosa, dan
berjumlah 5,5 juta melekat) asam amino ke
sel/mm3 pada - Daya agregasi( jaringan
perempuan 4,8 berkelompok)
juta sel/mm3

2. Definisi
Penyakit DHF merupakan penyakit yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus yang dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang

viii
seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan, iklim, mobilisasi yang tinggi, kepadatan penduduk,
perluasan perumahan dan perilaku masyarakat (Kesehatan, 2019).
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropode-Borne
Virus, genus Flavivirus dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus (Kemenkes RI, 2018)
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD
(dengue hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Etiologi

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh salah satu


dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Penyebab penyakit DHF adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue
yang termasuk dalam Grup B artharopediborne viruses arboviruses,
yaitu DEN- 1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus ini bisa masuk ke
dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia (WHO, 2014).

ix
4. Klasifikasi

Klasifikasi DHF menurut WHO dalam (Nurarif & Kusuma, 2015)

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV


Demam disertai gejala Seperti derajat I Ditemukan kegagalan Renjatan berat
tidak khas, hanya disertai perdarahan sirkulasi darah dengan dengan nadi tidak
terdapat manifestasi spontan di kulit dan adanya nadi cepat dan teraba dan nadi
perdarahan (uji perdarahan lain lemah, tekanan nadi tidak dapat diukur
torniquet positif) menurun atau
hipotensi disertai kulit
yang dingin dan
lembab, gelisah

5. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan


menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu dihipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, histamin) dan mengaktifkan set point pada
pusat termoregulator sehingga muncul hipertermi: hipertermi.
Pelepasan prostaglandin, bradikinin dan histamin berikatan dengan
rseptor nyeri IP-3, impuls nyeri masuk kedalam thalamus dan
direpresentasikan sebagai Nyeri akut. Selain itu viremia menyebabkan
pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan
cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan
hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Candra,
2019).
x
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan
resiko perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan
syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus
akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty.
Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh
tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) (Candra, 2019).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler mempengaruhi kadar O2 dan metabolisme menurun
sehingga muncul gejala lemah, pusing, nadi dan pernafasan meningkat
sehingga timbul masalah Intoleransi aktivitas. Perembesan plasma ke
ruang ekstraseluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok) yang disertai penurunan kadar O2 pada jaringan berakibat pada
perfusi perifer tidak efektif. Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit
>20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena (Candra, 2019).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Jika tertimbun dalam

xi
rongga peritonium menimbulkan hepato-splenomegali sehingga
mendesak lambung dan menyekresikan HCL yang memicu terjadinya
mual dan muntah, intake kurang: Defisit nutrisi. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di
kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul hipoksia jaringan, asidosis
metabolik dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Candra,
2019).

xii
6. Pathway

Sumber : (Erdin (2018);(Candra, 2019)) dengan menggunakan Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)

xiii
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada DHF yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)
demam tinggi, timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.
a. Berlangsung antara 2-7 hari.
b. Nyeri kepala
c. Nyeri retro-orbital
d. Muka kemerahan (facial flushing) ,anoreksia, mialgia dan artralgia.
e. Ruam kulit
f. Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
g. Pemeriksaan serologi dengue positif

Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase


diantaranya fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Pada fase
demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara mendadak
selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema
kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh,
fotofobia dan sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual dan
muntah. Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue meliputi nyeri
perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
perdarahan mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga
tubuh karena terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.

Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam,
pasien yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak
akan berlanjut menjadi fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam
tinggi, pasien dengan peningkatan permeabilitas mungkin menunjukan
tanda bahaya yaitu yang terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase

xiv
kritis terjadi penurunan suhu menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke
3-8 dari penyakit. Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh penurunan
jumlah platelet mendahului kebocoran plasma. Peningkatan hematocrit
merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah dan
denyut nadi. Terapi cairan digunakan untuk mengatasi kebocoran plasma.

Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan


selama 24-48 jam fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler
bertahap terjadi selama 48-72 jam. Fase ini ditandai dengan keadaan
umum membaik, nafsu makan kembali normal, gejala gastrointestinal
membaik dan status hemodinamik stabil (WHO, 2012).

8. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien DHF pemeriksaan yang dilakukan yaitu : (Nurarif &
Kusuma, 2015)
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah lengkap
a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi
perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun
Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan
terjadi kebocoran plasma. Nilai normal: 33- 38%
c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat
trombositopenia kurang dari 100.000/ml. Nilai normal:
200.000-400.000/ml
d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal. Nilai
normal: 9.000-12.000/mm3

2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia,


hipokloremia, dan hyponatremia

3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:

xv
a) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45
b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik
mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40
mmHg) dan HCO3 rendah.
4) Isolasi Virus
5) Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder
6) Pada renjatan yang berat, periksa : PCV (setiap jam), faal
hemostatis, FDP, EKG, BUN, kreatinin serum

b. Radiologi

Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada


hemitoraks kanan tetapi bila terjadi perembesan plasma hebat, efusi
pleura ditemui di kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral (Wijayaningsih, 2013).

9. Penatalaksanaan
Hasmi (2015) menyatakan bahwa pada dasarnya pengobatan DHF
bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Secara
garis besar dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Pemberian oksigen : Terapi oksigen harus selalu diberikan pada
semua pasien syok.
b. Penggantian volume plasma.
c. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit.
d. Transfusi darah : pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan
perdarahan yang nyata seperti hematemesis (muntah darah) dan
melena (BAB berwarna merah kehitaman). Hemoglobin perlu
dipertahankan untuk mencapai transport oksigen ke jaringan, sekitar
10g/dl.
Berikut ini tatalaksana pasien dengue menurut fase yang dibagi
menjadi 3 : (Hasmi, 2015)

xvi
a. Fase febris.
1) Penurunan suhu:
a) Tepid sponge untuk demam yang sangat tinggi setelah
diberikan parasetamol.
b) Antipiretik, parasetamol 10mg/kgBB/hari jika demam
>39’ C setiap 4-6 jam

2) Pemberian makanan.
a) Nutrisi yang lunak akan lebih disukai.
b) Susu, jus buah dan cairan elektrolit direkomendasikan jika
diit lunak tidak dapat dikonsumsi.
c) Pemberian air putih yang adekuat akan menjaga
keseimbangan elektrolit.

3) Terapi simptomatik lainnya.


a) Domperidon 1 mg/kgBB/hari diberikan 3 kali.
b) Antikonvulsan pada pasien kejang demam (diazepam
oral).
c) H-2 bocker (ranitidine, cimetidine) pada pasien dengan
gastritis atau perdarahan saluran cerna.

4) Pemberian cairan intravena.

5) Pengawasan tanda kegawatan dan gejala yang mengarah


ke syok.
Gejala syok :
a) Ujung akral dingin dan lembab.
b) Gelisah, rewel pada bayi.
c) Mottled pada kulit.
d) Pengisian kapiler >2 detik.
e) Penurunan diuresis 4-6 jam.

b. Fase kritis.

xvii
1) DHF derajat I dan II.
a) Pada hari ke 3,4, dan 5 demam dianjurkan dirawat inap.

b) Pemantauan TTV setiap hari 1-2 jam selama fase kritis.


c) Pemeriksaan kadar hematocrit berkala selama 4-6 jam
selama fase kritis.
d) Penggantian volume plasma yang hilang akibat
pembesaran plasma.
e) Jenis cairan yang dipakai yaitu isotonik ringer dan ringer
asetat.
f) Jumlah cairan diberikan :
(1) Berat badan yang digunakan untuk patokan adalah
berat ideal.
(2) Pemberian cairan intravena harus disesuaikan
berdasarkan hasil lab (hemoglobin, hematokrit).
Tidak boleh melebihi 6 jam tanpa dievaluasi lagi.

2) DHF derajat III dan IV.


a) Sindrom syok dengue merupakan kasus
kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan
secara cepat dan tepat. Terapi oksigen harus diberikan
pada semua pasien syok.
b) Penggantian awal cairan intravena dengan larutan
kristaloid 20 ml/kgBB dengan tetesan secepatnya. Jika
syok belum teratasi dengan dua kali resusitasi, I cairan
dapat digantikan dengan koloid 10-20 ml/kgBB selama
10 menit. Jika terjadi perbaikan klinis, segera tukar
kembali dengan kristaloid, tetesan

c. Fase penyembuhan.
1) Penghentian cairan intravena.
2) Biarkan pasien istirahat.
3) Beberapa pasien akan mengalami fluid overload jika pada

xviii
fase demam sebelumnya mendapatkan cairan berlebihan
untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan :
a) Hilangkan cairan yang ada di cavum pleura, dapat
menggunakan diuretic furosemide (1 ml/kg/dosis),
dengan syarat pasien tidak dalam fase perembesan
plasma karena akan memicu syok.
b) Dilakukan pemasangan kateter terlebih dahulu.
c) Pencatatan jumlah urin setiap jam. Urin yang adekuat
adalah 0,5 ml/kgBB/jam.
d) Furosemide dapat diberikan dengan frekuensi sesuai
kebutuhan.

10. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada DHF ada 6 yaitu : (Soedarto, 2012)
1) Komplikasi susunan syaraf pusat

Komplikasi pada sususnan syaraf pusat dapat berbentuk konvulsi,


kaku kuduk, perubahan kesadaran dan paresis
2) Ensefalopati
Komplikasi neurologic ini terjadi akibat pemberian cairan
hipotonik yang berlebihan
3) Infeksi
Pneumonia, sepsis atau flebitis akibat pencemaran bakteri Gram-
negatif pada alat-alat yang digunakan pada waktu pengobatan,
misalnya pada waktu tranfusi atau pemberian infus cairan.
4) Kerusakan hati
5) Kerusakan otak
6) Renjatan (syok)
Syok biasa dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki
serta sianosis disekitar mulut.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF

xix
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat, sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat
diidentifikasi. (Rohman, Nikmatur dan Saiful Walid, 2009)
a. Pengumpulan Data
a) Identitas
Identitas klien mencangkup : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status, alamat,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik,
diagnosa medis. Selain identitas pasien juga mencangkup
identitas penanggung jawab dalam hal ini : nama, usia, jenis
kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan serta hubungan dengan
pasien seperti : ayah, ibu, atau hubungan keluarga lainnya.
b) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan pada saat dikaji bersifat subjektif. Pada
pasien Dengue Hemoragic Fever keluhan utama biasanya
muncul demam tinggi, sakit kepala, lemah, nyeri ulu ahti,
mual, nafsu makan menurun, nyeri sendi. (Desmawati
2013)
b) Riwayat Keluhan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang
dirasakan klien melalui metode PQRST yaitu paliatif
(penyebab keluhan utama), Qulitatif (sampai dimana),
Region (daerah mana saja yang dikeluhkan), Skala yang
dapat memperberat dan meringnkan keluhan utama) dan
Time (kapan terjadinya keluhan utama) dala bentuk narasi.
Kekurangan cairan tubuh yang diakibatkan oleh penurunan
kadar trombosit hingga menimbulkan demam dan terjadinya
perdarahan baik yang terlihat maupun tidak, sehingga jika

xx
keadaan tidak tertangani dan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh tidak terjaga, maka dapat terjadi komplikasi
berupa terjadinya DSS (Dengue Shock Syndrome) sampai
terjadinya kematian.

c) Riwayat Kesehatan Lalu


Pada kasus ini dikaji riwayat kesehatan lalu pasien apakah
punya riwayat penyakit yang sama sebelumnya atau
penyakit yang pernah diderita.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga lain (yang
tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak
rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
e) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering di jadikan tempat tinggal
nyamuk ini adalah lingkunagn yang kurang pencahayaan
dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang
jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan
air, botol dan ban bekas. Tempattempat seperti ini banyak
dibuat sarang nyamuk seperti ini. Perlu ditanyakan pula
apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena ini pun
juga dapat terulang kapan-kapan.
c) Data Hygiene
Kaji apakah kebersihan rumah, lingkungan dan sekitar tempat
tinggal keluarga apakah sudah memenuhi syarat kebersihan.
d) Data Biologi
a) Pola nutrisi
Kaji kebiasaan makanan dan minuman yang sering
dikonsumsi sehari-hari, adakah pantangan, jumlah
minuman, masakan apa saja yang dikonsusmsi serta
frekuensinya dalam satu hari. Pada klien DHF biasanya

xxi
akan ditemukan perubahan pola makan atau nutrisi kurang
dari kebutuhan.
b) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensi, jumla,
konsistensi, warna dan masalah yang berhubungan dengan
pola eliminasi. Biasanya akan ditemukan pola eliminasi
BAB, yaitu diare atau konstipasi.
c) Pola istirahat / Tidur
Kaji kebiasaan tidur sehari-hari, lamanya tidur siang dan
malam serta masalah yang berhubungan dengan kebiasaan
tidur. Akan ditemukan pola tidur akibat dari manifestasi
DHF seperti nyeri otot, demam, dam lainlain.
d) Pola Personal Hygiene
Kaji kebiasaan mandi, gosok gigi, cuci rambut dan
memotong kuku, mencangkup frekuensi. Pada klien DHF
akan dianjurkan untuk tirah baring sehingga memerlukan
bantuan dalam kebersihan diri.
e) Pola Aktifitas
Kaji kebiasaan aktifitas yang dilakukan di lingkungan
keluarga dan masyarakat : mandiri /tergantung. Pada klien
DHF akan dianjurkan untuk tirah baring sehingga
memerlukan bantuan ADL.
e) Pemeriksaan Fisik
fisik dipergunakan untuk memperoleh data objektif dan riwayat
perawatan klien. Adapun tujuan dari pemeriksaan fisik dalam
keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi kesehatan dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana keperawatan
a) Sitem Pernafasan
Respon imobilisasi / tirah baring dapat terjadi
penumpukan lendir pada bronkhi dan bronkhiolus,
perhatikan bila asien tidak bisa batuk dan mengeluarkan

xxii
lendir lakukan auskultasi untuk mengetahui kelembaban
dalam paru-paru. Dapat juga ditemukan sesak, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengan ronchi.

b) Sistem Kardiovaskular
Akan ditemukan nadi lemah, cepat disertai penurunan
tekanan nadi (menjadi 20mmHg atau kurang), tekanan
darah menurun (sistolik sampai 80mmHg atau kurang),
disertai teraba dingin dikulit dan sianosis merupakan
respon terjadinya syok, CRT mungkin lambat karena
terjadinya syok hipovolemik akibat perdarahan hebat.
Pada derajat I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji
tourniquet positif, trombositpenia. Pada derajat III dapat
terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari. Pada derajat IV
nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur.
c) Sistem Hematologi
Pasien dengan DHF disertai renjatan yang berlangsung
lama akana mengalami perdarahan hebat yang
dihubungkan dengan trombositpenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Akibatnya akan
ditemukan perdarahan sehingga akan menyebabkan syok
hipovolemik.
d) Sistem Pencernaan
Akan ditemukan rasa mual, muntah dapat terjadi sebagai
respon dari infeksi dengue sehingga dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan. Selain itu diare atau konstipasi
juga dapat terjadi akibatnya pasien akan mengalami
asupan tidak adekuat dan perubahan eliminasi BAB.
e) Sistem Persyarafan

xxiii
Akan ditemukan nyeri yang terjadi pada otot atau
persendian, perubahan kesadaran sampai timbulnya
kejang, spastisitas dan enselofati perlu pula dikaji fungsi
Nervus Cranil lainnya. Pada derajat III dapat terjadi
penurunan kesadaran serta pada derajat IV dapat terjadi
DSS.
f) Sistem Integumen
Kebocoran plasma dari ruang intravaskuler ke ruang
ekstravaskuler salah satunya akan berdampak pada
perdarahan dibawah kulit berupa ptikie, purpura serta akan
terjadi peningkatan suhu tubuh (hipertermi).

g) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya akan ditemukan keluhan nyeri otot atau
persendian terutama bila sendi dan otot perut ditekan,
kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh, akibatnya akan
ditemukan gangguan rasa nyaman.
h) Sistem Perkemihan
Dipalpasi bagaimana keadaan blas serta apakah terdapat
pembesaran ginjal dan perkusi apakah pasien merasa sakit
serta tanyakan apakah ada gangguan saat BAK.

Berdasarkan tingkatan (grade DHF), keadaan fisik adalah


sebagai berikut.
(1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umun
lemah, tanda - tanda vital dan nadi lemah.
(2) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum
lemah, ada perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi
dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
(3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tekanan
darah menurun.
(4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi
xxiv
tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

6) Data Psikologis
Yang perlu dikaji dalam hal psikologis pasien adalah :
a) Body Image
Sikap ini mencangkup persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk serta penampilan.
b) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standa, tujuan, keinginan, atau
nilai pribadi.

c) Identitas Diri
Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian diri sendiri.
d) Peran Diri
Seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai
kelompok.

e) Data Sosial dan Budaya


Pada spek ini perlu dikaji pola komunikasi, hubungan sosial,
gaya hidup, faktor sosiokultural serta keadaan lingkungan
sekitar dan rumah.
f) Data Spiritual
Menyangkut agama serta aktifitas spiritual, dan juga
menyangkut keyakinan, penolakan, atau penerimaan terhadap
tindakan medis. Misalnya, Agama dan kepercayaan tertentu
melarang dengan keras penganutnya untuk melakukan transfusi
darah.
g) Pemeriksaan Penunjang

xxv
Pada penderita DHF perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
meliputi :
a) Darah rutin meliputi hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Leukosit dan Trombosit. 2.
b) Darah lengkap yaitu henokonsentrasi (hematokrit
meningkat ≥20% atau lebih), trombositpenia
(100.000/mm2) atau kurang)
c) Rongen Thorax

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien menurut (Erdin,
2018) dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(PPNI, 2017) ialah :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan kebocoran plasma darah
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
e. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
ditandai dengan nafsu makan berkurang
g. Resiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
h. Resiko pendarahan ditandai dengan trombositopenia
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan
j. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan merasa khawatir
k. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

xxvi
informasi

3. Intervensi Keperawatan
Menurut standar intervensi keperawatan Indonesia, intervensi
keperawatan pada DHF meliputi : (PPNI, 2018a) (PPNI, 2019)

Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif berhubungan intervensi maka 1. Monitor pola nafas
dengan hambata diharapkan pola nafas (frekuensi, kedalaman,
upaya nafas membaik (L.01004) usaha napas)
2. Monitor bunyi nafas
Kriteria hasil :
tambahan
1. Frekuensi, irama dan Terapeutik
kedalaman pernapasan 1. Posisikan semi fowler atau
membaik fowler
2. Penggunaan otot –otot 2. Mempertahankan kepatenan
bantu pernapasan jalan napas pasien
menurun Edukasi
3. Kapasitas vital Jelaskan tujuan dan
meningkat prosedur pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi dalam
pemberian terapi oksigen
Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan maka diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera dapat menurun (L.08066) karakteristik, durasi,
biologis Kriteria hasil : frekuensi, kualitas, dan
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri)
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respons nyeri

xxvii
4. Gelisah menurun non verbal
5. Kesulitan tidur menurun Terapeutik
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Ajarkan teknik non
farmakologis ( mis. Teknik
nafas dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)
Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan maka diharapkan status 1. Periksa tanda dan gejala
kehilangan cairan cairan tubuh anak membaik hipovolemia (mis.
aktif ditandai dengan (L.03028) Frekuensi nadi meningkat,
kebocoran plasma Kriteria hasil : nadi teraba lemah, tekanan
darah 1. Kekuatan nadi dan darah menurun dll)
turgor kulit meningkat 2. Monitor intake dan output
2. Intake cairan membaik cairan
3. Kadar ht membaik Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
terapi cairan dan cek serum
elektrolit
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi Observasi
efektif berhubungan maka diharapkan 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan penurunan keadekuatan aliran darah 2. Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi meningkat (L.02011) (mis. Nadi perifer, edema,
hemoglobin Kriteria hasil : pengisian kapiler, warna,

xxviii
1. Tekanan sistol dan suhu)
diastole meningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
2. Denyut nadi perifer nyeri, atau bengka pada
meningkat ekstremitas
3. Akral dan turgor kulit Terapeutik
membaik Hindari pemakaian benda–
benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
Hipertermia Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan maka diharapkan suhu 1. Identifikasi penyebab
proses penyakit tubuh membaik (L.14134) hipertermia
Kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh membaik Terapeutik
2. Menggigil menurun 1. Berikan cairan oral
3. Suhu kulit membaik 2. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Kompres)
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi untuk
pemberian antipiretik
Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan keperawatan maka 1. Monitor asupan makanan
kurangnya asupan diharapkan asupan nutrisi 2. Monitor adanya
makanan ditandai membaik (L.03030) penurunan berat badan

xxix
dengan nafsu makan Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang
berkurang 1. Porsi makanan yang disukai
dihabiskan meningkat Terapeutik
2. Perasaan cepat kenyang Lakukan oral hygiene
menurun sebelum makan, jika perlu
3. Frekuensi makan Edukasi
membaik Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Nafsu makan membaik pemantauan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Resiko syok ditandai Setelah dilakukan intervensi Observasi
dengan kekurangan keperawatan maka 1. Monitor status
volume cairan diharapkan tingkat syok kardiopulmonal (frekuensi
menurun (L.03032) dan kekuatan nadi,
Kriteria hasil : frekuensi napas, dll) b)
1. Kekuatan nadi 2. Monitor status cairan c)
meningkat Monitor tingkat kesadaran
2. Tingkat kesadaran dan respon pupil
meningkat Terapeutik
3. Frekuensi nafas Pasang jalur IV, jika perlu
membaik Edukasi
4. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab atau
membaik factor resiko syok
5. Tekanan darah sistolik 2. Jelaskan tanda dan gejala
dan diastolic membaik awal syok
3. Anjurkan melaporkan jika
menemukan atau
xxx
merasakan tanda dan
gejala awal syok
Kolaborasi
Kolaborasi untuk pemberian
terapi cairan dan produk
darah, jika perlu
Resiko pendarahan Setelah dilakukan intervensi Observasi
ditandai dengan keperawatan maka 1. Monitor tanda dan gejala
trombositopenia diharapkan tingkat pendarahan
pendarahan menurun 2. Monitor nilai
(L.02017) hematocrit/hemoglobin
sebelum dan setelah
Kriteria hasil : kehilangan darah
1. Tekanan darah 3. Monitor tanda koagulasi
membaik Terapeutik
2. Kelembapan membrane Pertahankan bed rest selama
mukosa meningkat pendarahan
3. Hemoglobin dan Edukasi
hematokrit membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala
pendarahan
2. Anjurkan segera melapor
jika terjadi pendarahan
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi darah ( jika perlu )

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Observasi


berhubungan dengan keperawatan maka 1. Monitor pola dan jam
kelemahan diharapkan toleransi tidur
aktivitas meningkat 2. Kaji hal-hal yang mampu
(L.05047) atau yang tidak mampu
Kriteria hasil : dilakukan oleh pasien.
1. Keluhan lelah menurun Terapeutik

xxxi
2. Perasaan lelah menurun Monitor lokasi dan
3. Frekuensi nadi ketidaknyamanan selama
meningkat mlakukan aktivitas
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Ansietas Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan keperawatan maka Monitor tanda – tanda ansietas.
kurang terpapar diharapkan ansietas Terapeutik
informasi menurun (L.09093) 1. Bangun kepercayaan,
Kriteria hasil : keamanan dan hak untuk
1. Verbalisasi khawatir mendapatkan akses
akibat kondisi yang dengan hati - hati.
dihadapi menurun 2. Tempatkan barang pribadi
2. Perilaku gelisah yang memberikan
menurun kenyamanan
3. Pola tidur membaik Edukasi
1. Sediakan informasi
faktual (nyata dan benar)
kepada pasien dan
keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan
prognosis.
2. Lakukan tindakan
pengalihan untuk
menurunkan tingkat
kecemasan
Kolaborasi
xxxii
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan keperawatan maka Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar diharapkan kecukupan kemampuan menerima
informasi informasi meningkat informasi
(l.12111) Terapeutik
Kriteria hasil : 1. Sediakan materi dan
1. Perilaku sesuai anjuran media pendidikan
meningkat kesehatan
2. Perilaku sesuai dengan 2. Jadwalkan pendidikan
pengetahuan meningkat kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat

xxxiii
BAB IV
ANASALISIS JURNAL

Problem : Dengue hemmoragic fever (DHF)

Penelitian 1 : menggunakan air rebusan angkak (Monascus


purpureus)
Intervention:
Penelitian 2 : menggunakan infusa daun ubi jalar ungu (Ipomea
batatas L. Poir) dan ubi jalar putih (Ipomea batatas L.)

Penelitian dengan terapi air rebusan angkak sebanyak 1 sendok


dilarutkan dengan air sebanyak 200 ml selama 3 kali sehari yang
di uji cobakan ke 10 orang pasien DBD didapatkan hasil
memiliki efek yang baik berupa peningkatan jumlah trombosit
sebesar > 100.000/μl karena kandungan senyawa lovastatin.
Penelitian toksisitas menunjukkan bahwa tumbuhan ini tidak
memiliki efek toksik. Mengkonsumsi angkak dengan dosis 18
g/kg/bb secara oral tidak menyebabkan keracunan dan gejala
abormal.
Comparative
: Sedangkan penelitian dengan terapi infusa daun ubi jalar ungu
dan putih Sedangkan penelitian dengan terapi infusa ubi jalar
putih dan ubi jalar ungu baru di uji cobakan pada tikus putih dan
didapatkan hasil bahwa persentase jumlah trombosit hanya dapat
meningkat jika diberi dosis sebesar 3,6 ml/200 grBB/hari
(sedang) dan 7,2 ml/200 grBB/hari (berat) selama 7 hari waktu
pemberian karena kandungan senyawa polifenol, flavonoid dan
tannin. Tidak ditunjukkan efek toksik pada tikus putih setelah uji
toksisitas.

34
Dari analisis jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa rebusan
angkak sejauh ini lebih aman digunakan untuk terapi pasien DHF,
sedangkan pada infusa daun ubi jalar ungu dan ubi jalar putih
Outcome : sendiri belum di uji cobakan pada manusia sehingga belum
dipastikan keamanannya.

35
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit DHF merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan


nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Antara klasifikasi DHF memiliki penatalaksanaan yang berbeda – beda.
Penatalaksanaan DHF berfokus pada menentukan penyebab dan asuhan dimulai
dengan pengkajian menyeluruh, pemeriksaan penunjang laboratorium, dan
penegakkan diagnosa keperawatan, sehingga dapat ditentukan intervensi yang
tepat bagi penderita DHF. Disamping itu, penatalaksanaan komplemeter
bersadarkan evidence based menjadi refernsi baru dalam menangani kasus DHF.

B. Saran

Upaya untuk pencegah penularan DHF melalui vektor nyamun Aedes


aegepty degan modifikasi kebersihan lingkungan bukan hanya tanggung jawa
petugas k de esehatan melainkan kontribusi dari masyarakt selaku subjek yang
meningkatkan kualitas kesehatan. Maka dari itu perlunya menggabungkan
promsi kesehatan menjadi bagian dari asuhan keperawatan kepada masyarakat
terutama masyarakat yang tinggal didaerah zona merah penyebaran DHF
sehingga dapat meningkatkan derajat kesembuhan masyarakat.

1.

36
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Aryu. (2019). Asupan Gizi Dan Penyakit Demam Berdarah/ Dengue
Hemoragic Fever (DHF). 7(2), 23–31.

Kemenkes. (2019). Kemenkes Catat 110.921 Kasus DBD Hingga Oktober.


Kesehatan, Kemenkes (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI

Nerslicious. (2019). Anatomi dan Fisiologi Darah.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

____. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

____. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawtan (Edisi 1). DPP PPNI

Prasetyaningsih, Y. Potensi Etnomedicine Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas


L.Poir) dan Daun Ubi Jalar Putih (Ipomea batatas L. ) Sebagai Obat Deman
Berdarah di Sleman DIY. 2018. Journal of Health No.1 (6-10)

Prayoga, M.J & Tjiptaningrum, A. Pengaruh Pemberian Angkak ( Beras Fermentasi


Monascus purpureus) dalam Meningkatkan Kadar Trombosit pada Penderita
Demam Berdarah Dengue. Majority (5). 2016. Hal. 5.

Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Keperawatan &


Kebidanan (Edisi 4). Jakarta : EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai