Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

KOMPUTASI DAN SIMULASI TAMBANG


KELOMPOK 1
( Optimalisasi Alat Gali Muat dan Angkut dengan Metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE) Untuk Memenuhi Target Produksi )

OLEH:
1. ROGES TOMARA MAHESA NIM. 17137020
2. DIDAN RAHMADDANDY NIM. 17137002
3. FADEL MUHAMMAD NIM. 17137004
4. JOKO HANDAYANI NIM. 17137010
5. LULU DWI OKTARI NIM. 17137012

DOSEN PENGAMPU:
Adree Octova, S.Si., M.T

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. DASAR TEORI
A. Konsep Dasar
1. Kelebihan
2. Kekurangan
B. Artikel Relevan
C. Aplikasi Komputasi dan Simulasi
BAB 3. METODE
A. Teknik Pengambilan Data
B. Teknik Pengolahan Data
C. Teknik Analisis
BAB 4. HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
B. Analisis
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi ideal dalam proses produksi sangat sulit dicapai. Akan tetapi hal
tersebut dapat diupayakan dengan melakukan optimalisasi terhadap alat
tersebut. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE). Overall Equipment Effectiveness (OEE)
merupakan alat pengukuran performa proses produksi yang dapat mengukur
bermacam macam losses produksi dan mengidentifikasi potensi improvement.
OEE adalah sebuah metode yang telah diterima oleh universal untuk mengukur
level sebuah perusahaan dan potensi improvent dari sebuah proses produksi.
Dengan menggunakan metode ini dapat diketahui area mana yang perlu
ditingkatkan untuk mencapai target produksi.
Setelah itu digunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui
hubungan dan batas maksimal dari hambatan atau loss time yang dijadikan
sebagai acuan dalam mereduksi loss time agar poduksi dapat tercapai.
Setelah didapatkan batas maksimal dari analisis regresi linear berganda,
perlu dilakukan perbaikan dari losstime yang menyebabkan berkurangnya Jam
kerja alat yang telah direncanakan perusahaan. Perbaikan dilakukan dengan
metode fishbone dengan cara mencari sebab-akibat yang menyebabkan
produksi tidak tercapai.
Oleh karena itu, berdasarkan tema yang telah ditentukan maka Kelompok
1 tertarik untuk mengangkat judul mengenai “Optimalisasi Alat Gali Muat
dan Angkut dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Untuk Memenuhi Target Produksi” dengan harapan dapat menjadi
pertimbangan perusahaan.
BAB 2
DASAR TEORI
A. Konsep Dasar
Metode penambangan secara umum terbagi menjadi dua macam antara
lain tambang terbuka (surface mining) dan tambang dalam (underground
mining). Tambang terbuka biasanya dilakukan dengan cara pengupasan
overburden atau lapisan tanah penutup untuk mendapatkan material yang telah
direncanakan sebagai target produksi. Pada surface mining, semua aktifitasnya
berhubungan langsung dengan udara luar. Sedangkan underground mining
dilakukan tanpa berhubungan langsung dengan udara luar.
Pemilihan kedua metode tersebut diatas yaitu berdasarkan dari tingkat
teknis yang ada saat ini dan keekonomisan bahan galian tersebut apabila
dilakukan penambangan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keekonomisan suatu penambangan salah satunya adalah besaran biaya operasi
penambangan untuk melakukan kegiatan produksi. Produksi merupakan
banyaknya material yang dapat dipindahkan atau digali persatuan waktu.
Produktivitas adalah jumlah produksi peralatan. Kapasitas alat adalah jumlah
material yang dapat diisi, dimuat atau diangkut oleh suatu alat. Pabrik
pembuatan alat akan memberikan spesifikasi unit alat termasuk kapasitas
teoritisnya.
Dalam perhitungannya, jumlah material umumnya dinyatakan dalam
volume aslinya di tempat (bank insitu), walaupun yang diangkut atau dimuat
sebenarnya adalah material lepas (loose). Ada tiga bentuk volume material yang
mempengaruhi perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam Bank Cubic
Meter (BCM), Loose Cubic Meter (LCM) dan Compacted Cubic Meter (CCM)
terjadi karena perbedaan densitas akibat penggalian atau pemadatan dari
material. Densitas merupakan faktor penting yang menentukan berat bahan yang
digali dari alat angkut dengan kapasitas angkut dan kapasitas gali per BCM.
Berdasarkan cara penambangan yang di lakukan ada beberapa cara
pembuangan overburden yang sesuai untuk tambang terbuka yaitu:
a. Back Filling yaitu menimbun kembali tempat-tempat bekas penggalian yang
sudah diambil bahan galiannya.
b. Benching System yaitu pengupasan overburden dengan sistem jenjang,
sistem ini cocok untuk tanah penutup yang tebal dan bahan galian atau
lapisan batubara yang tebal.
c. Multi Bucket Excavator System yaitu pembuangan tanah penutup ke tempat
yang sudah digali batubaranya atau ketempat pembuangan khusus. Cara
pengupasan ini mirip dengan cara Bucket Wheel Excavator (BWE), cocok
untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan tidak lengket.
d. Drag Scrapper System, cara ini biasanya langsung diikuti dengan
pengambilan bahan galian setelah tanah penutupnya dibuang, tetapi bisa
juga tanah penutupnya dihabiskan terlebih dahulu kemudian baru bahan
galiannya ditambang, cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak
atau lepas (loose).
e. Cara konvensional kombinasi alat gali (excavator) dan alat angkut (dump
truck).
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat
a. Sifat Material
Lapisan tanah penutup (overburden) adalah semua lapisan
tanah/batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan
galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum
dapat menggali bahan galian berharga tersebut. Lapisan tanah penutup
(overburden) yang dapat ditemui umumnya dikelompokkan menjadi
beberapa sifat yaitu:
1) Material yang Sangat Mudah Digali (Sangat Lunak)
2) Material yang Lebih Keras (Lunak)
3) Material yang Setengah Keras (Sedang)
4) Material yang Keras
5) Material Sangat Keras
b. Cuaca
Cuaca merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas. Hal ini merupakan penyebab berkurangnya produksi
dikarenakan pertimbangan alat yang digunakan untuk penambangan
terhambat. Dengan kondisi cuaca hujan, maka hampir dipastikan
penambangan pada front akan ditunda, karena akses jalan yang berada
di front menjadi licin dan kurang memadai untuk dilalui oleh alat
angkut. Bila cuaca sedang kemarau, maka diperlukan mobil water
truck. Hal ini diperlukan untuk mengurangi debu batubara yang berada
di front penambangan.
c. Lokasi Kerja
Lokasi kerja merupakan hal yang sangat penting dalam pemilihan
peralatan yang akan digunakan. Lokasi kerja yang luas akan
memperkecil waktu edar alat karena ada cukup tempat untuk berbagai
kegiatan, seperti keleluasaan tempat untuk berputar, mengambil posisi
sebelum melakukan kegiatan sebelum pemuatan maupun untuk tempat
penimbunan sehingga kondisi tempat kerja menentukan pola pemuatan
yang akan diterapkan.
d. Kondisi Jalan Angkut
Meliputi kemiringan dan lebar jalan angkut, baik di jalan lurus
maupun di tikungan sangat berpengaruh terhadap lalu lintas jalan
angkut. Apabila kondisi jalan sudah memenuhi syarat, maka akan
memperlancar jalannya lalu lintas alat angkut.
e. Keterampilan dan Pengalaman Operator (skill operator)
Keterampilan dan pengalaman seorang operator mempengaruhi
produktivitas. Semakin baik kemampuan operator maka akan
memperkecil waktu edar dari peralatan tersebut.
f. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan penilaian terhadap pelaksanaan suatu
pekerjaan. Penilaian tersebut didasarkan pada perbandingan antara
waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan dengan waktu kerja
yang tersedia. Waktu kerja yang tersedia ini pastinya tidak digunakan
sepenuhnya dikarenakan pada kondisi aktualnya dalam melakukan
pekerjaan akan ditemukan hambatan baik dari operator, alat mekanis,
maupun hambatan dari luar. Adapun tabel efisiensi kerja dapat dilihat
pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Efisiensi Kerja

Kondisi Kerja Kondisi Pengelolaan (Management)


Bagus Sekali Bagus Sedang Buruk
Bagus Sekali (excellent) 0,84 0,81 0,76 0,70
Bagus (good) 0,78 0,75 0,71 0,65
Sedang (fair) 0,72 0,69 0,65 0,60
Buruk (poor) 0,63 0,61 0,57 0,52
Sumber: Partanto, 1996:210
g. Waktu Edar Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Waktu edar alat gali – muat terdiri dari waktu penggalian material
yakni waktu yang diperlakukan excavator untuk memuat bahan galian,
waktu swing isi yakni waktu yang diperlukan excavator untuk
menggerakkan lengannya keatas bak dump truck dengan kondisi bucket
sedang terisi bahan galian, waktu menumpahkan muatan yakni waktu
yang diperlukan excavator untuk mencurahkan bahan galian kedalam
bak dump truck, dan waktu swing kosong yakni waktu yang diperlukan
excavator untuk menggerakkan lengannya kembali ke tumpukan bahan
galian dengan kondisi bucket kosong. Maka formulasi perhitungan
waktu edar alat gali muat (Sumber: Handbook Komatsu, 2009:870)
yaitu:

Cm  Tex  Tswl  Tdu  Tswe

Keterangan :
Cm = Cycle time gali-muat (detik)
Tex = Waktu excavating (detik)
Tswl = Waktu swing loaded (detik)
Tdu = Waktu dumping (detik)
Tswe = Waktu swing empty (detik)
Waktu edar sangat penting pengaruhnya terhadap produksi kerja
alat karena waktu edar menjadi variabel dalam perhitungan jumlah rate
yang dapat dilakukan dalam satu jam kerja. Semakin kecil waktu edar
maka akan semakin besar juga jumlah produktivitas yang akan
dihasilkan. Maka formulasi perhitungan waktu edar alat angkut
(Sumber: Handbook Komatsu, 2009:873) yaitu:
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Keterangan :
Ta1 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit)
Ta2 = Waktu diisi muatan (menit)
Ta3 = Waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan
Ta5 = Waktu menumpahan muatan (menit)
Ta6 = Waktu kembali kosong (menit)
h. Pola Pemuatan
Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut
ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut,
apakah kedudukan alat muat tersebut berada lebih tinggi atau
kedudukan kedua-duanya sama tinggi. Untuk memperoleh hasil yang
sesuai dengan sasaran produksi maka pola pemuatan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat.
Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan,
operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi
bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat
sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi
penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya
sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-
muatnya. Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang
ditunjukan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:
1) Berdasarkan jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati
terhadap posisi alat muat
a) Single Back Up
Berdasarkan jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati
terhadap posisi alat muat, truck memposisikan untuk dimuati
pada satu tempat.
b) Double Back Up
Berdasarkan jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati
terhadap posisi alat muat, truck memposisikan untuk dimuati
pada dua tempat.
c) Triple Back Up
Berdasarkan jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati
terhadap posisi alat muat, truck memposisikan untuk dimuati
pada tiga tempat.
2) Berdasarkan kedudukan truck untuk dimuati bahan galian oleh alat
muat
Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut
ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat
angkut, apakah kedudukan alat muat tersebut berada lebih tinggi
atau kedudukan kedua-duanya sama tinggi. Cara pemuatan dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu:
a) Top Loading
Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truck jungkit (alat
muat berada di atas tumpukan material atau berada di atas
jenjang). Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak
dan menempatkan material.

Sumber: Handbook Komatsu


b) Bottom Loading
Ketinggian atau letak alat angkut dan truck jungkit adalah
sama. Cara ini dipakai pada alat muat wheel loader.

Sumber: Handbook Komatsu


3) Berdasarkan cara manuvernya
a) Frontal Cuts
Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front
penggalian dan mulai menggali ke depan dan samping alat
muat. Dalam hal ini digunakan double spotting dalam
penempatan posisi truck. Alat muat memuat pertama kali pada
truk sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu
dilanjutkan pada truck sebelah kiri.

Sumber: Yanto Indonesianto, 2018

b) Parralel Cut With Drive-by


Alat muat bergerak melintang dan sejajar dengan front
penggalian. Pada metode ini, akses untuk alat angkut harus
tersedia dari dua arah. Walaupun sudut putar rata-rata lebih
besar dari pada frontal cut, truk tidak perlu membelakangi alat
muat dan spotting lebih mudah.

Sumber: Yanto Indonesianto,


2018

Anda mungkin juga menyukai