Disusun Oleh :
PENDIDIKAN FISIKA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang Hakikat Kecerdasan Majemuk.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah wawasan baik kepada penulis
maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ika Kartika, M.Pd.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan kepada pihak yang telah membantu ikut
serta dalam penyelesaian makalah ini.
Atas kritik, saran, dan waktu yang telah diluangkan, kami ucapan terima kasih.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................................5
Kecerdasan Majemuk......................................................................................................................................5
A. Pengertian Kecerdasan........................................................................................................................4
B. Pengertian Kecerdasan Majemuk.......................................................................................................5
C. Macam-macam Kecerdasan Majemuk...............................................................................................6
D. Cara Mengembangkan Kecerdasan Majemuk pada Peserta Didik..................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, sebagai seorang pendidik perlulah kita mengenal bahkan memahami tentang
kecerdasan majemuk. Karena setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing. Mereka
memiliki cara tersendiri, dan keunikan tersendiri untuk mengungkapkan apa yang mereka
ketahui. Bahkan pada anak penderita idiot maupun autis juga memiliki kecerdasan, kelebihan
dan perkembangannya sendiri. Jadi tidak bisa sembarangan untuk menyamakan kecerdasan
setiap anak.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan majemuk dalam diri seorang peserta didik?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Ada banyak definisi kecerdasan, meskipun para ahli merasa sulit mendefinisikannya.
Kecerdasan dapat dilihat dari berbagai pendekatan, yakni pendekatan teori belajar,
pendekatan teori neurobiologis, pendekatan teori psikometri, dan pendekatan teori
perkembangan. Menurut pendekatan psikometris, kecerdasan dipandang sebagai sifat
psikologis yang berbeda pada setiap individu. Kecerdasan dapat diperkirakan dan
diklasifikasi berdasarkan tes inteligensi.
1. Alfred Binet
Tokoh pengukur intelegensi ini mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang
terdiri dari tiga komponen, yakni :
3. Piaget
5
Pandangan ahli perkembangan ini melihat inteligensi secara kualitatif, berdasarkan
aspek isi, struktur, dan fungsinya. Untuk menjelaskan ketiga aspek tersebut, Piaget
mengaitkan inteligensi dengan periodisasi perkembangan biologis, meliputi sensorimotorik,
praoperasional, konkret operasional, dan abstrak operasional. Pembagian ini dimaksudkan
juga sebagai periode perkembangan kognitif. Di dalam perkembangan tersebut terkandung
konsep kecerdasan atau inteligensi anak.
1. Howard Gardner
Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University ini berpendapat bahwa tidak ada
manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas.
Gardner juga menentang anggapan “cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang
menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik,
dan spasial. Untuk selanjutnya, Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple
intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang
rumit, melibatkan antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri,
studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Armstrong, 1993; Larson, 2001).
Teori kecerdasan majemuk Gardner sangat terkenal dikalangan pendidik karena
menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan yang kita yakini yaitu semua anak
memiliki kelebihan. Menurut Howard Gardner dalam Wikipedia, Ia melihat kecerdasan
seseorang dalam sebuah nilai dan tes yang terstandard, ia mendefinisikan kecerdasan
sebagai:
1. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan
mampu mengungkapkannya melalui kata-kata seperti berbicara, membaca atau menulis.
6
terjadinya sesuatu.Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis
dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak
semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam
menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung
berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut.
Mereka juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan
berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
7
sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang
ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri,
mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki
diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan
berdialog dengan dirinya sendiri.
Kesembilan kecerdasan tersebut perlu dikembangkan secara maksimal sejak usia dini agar
bermanfaat bagi setiap anak tersebut.
Jadi untuk para pendidik dan orang tua sekalian, penting bagi kita untuk mengetahui
kecerdasan setiap anak. Karena jika salah dalam pemberian stimulus, maka kecerdasan
tersebut bisa hilang atau terkubur oleh stimulus-stimulus yang lain dan bisa membuat anak
terus-terusan beradaptasi dengan hal-hal baru yang bukan dalam bidang mereka. Dengan
stimulus yang tepat dalam setiap kecerdasan, maka setiap anak akan mudah untuk melakukan
dan mengeksplorasikan kecerdasan maupun bakat yang sudah mereka miliki.
1. Kecerdasan Linguistik
Ciri-ciri anak cerdas linguistik yang dapat kita amati adalah: lebih awal berbicara dibanding
anak lain, suka berargumentasi, suka menulis, suka melucu atau menghibur dengan kata-kata,
mudah menghapalkan kata atau tempat baru, suka mengsi TTS, suka mengumpulkan kosa
kata baru, membuat kalimat plesetan, mengarang atau mengajar, serta unggul dalam
membaca dan menulis. Strategi mengembangkan jenis kecerdasan ini anatara lain:
8
a. Mengajak anak berdialog atau berdiskusi. Dimulai dengan sering bertanya tentang kondisi
anak atau lingkungan sekitarnya, menggali berbagai perasaannya. Kegiatan ini bermanfaat
untuk pengembangan bahasa dan pengendalian emosinya.
b. Membacakan cerita. Kebiasaan membacakan cerita sebelum tidur perlu dijadwalkan. Buku
dapat dipilih oleh anak sesuai minatnya. Jika dibiasakan membacakan cerita, maka anak
tidak merasakan kegiatan ini sebagai alternatif bermain tetapi menjadi kebutuhan. Ekspresi
dan intonasi penutur cerita juga akan mengarahkan anak untuk lebih mandiri dalam
mengeksplorasi bacaan.
c. Merangkai cerita. Berikan anak potongan-potongan gambar lalu minta ia menyusunnya
dan bercerita berdasarkan susunan gambar tersebut. Atau anak dapat diminta bercerita
tentang pengalamannya. Jika anak sudah dapat menulis, latih anak untuk menuliskan
tentang perasaan atau pengalamannya.
d. Bermain kartu huruf atau kata. Dimulai dari huruf ampelas, kartu huruf, kartu suku kata
sampai kartu kata. Ajak anak main tebak-tebakan, misalnya menyebutkan kata dengan
awalan atau akhiran huruf tertentu.
e. Bermain peran, untuk mencoba berbagai peran sosial di sekitarnya, menyatakan peran
sesuai jenis kelaminnya, mewujudkan imajinasi dan melatih kerja sama. Melalui dialog
dalam main peran ini anak berlatih berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.
f. Bermain teka-teki silang, atau permainan lain yang berorientasi bahasa (monopoli,
scrabble).
g. Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak, lalu ajak anak ikut bernyanyi
mengikutinya. Kegiatan ini mempertajam pendengaran anak, menuntut anak untuk teliti
dalam menyimak dan menirukan kembali kata-kata yang ia dengar, serta menambah kosa
kata.
h. Memutar film drama atau detektif lalu menuliskannya dalam bahasanya sendiri atau
menceritakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada cerita selanjutnya. Bisa juga dengan
langsung dijadikan bahan diskusi.
i. Mengisi buku harian, dan menulis surat pada teman. Untuk anak yang belum dapat
menulis dengan baik dapat diminta untuk bercerita lalu kita yang membantu menuliskan,
anak tinggal menuliskan namanya saja atau menghiasnya. Untuk anak yang sudah dapat
menulis awalnya diberikan lembaran terbatas hanya beberapa baris tulisan, selanjutnya
ditingkatkan sesuai kemampuan anak.
Ciri-ciri dari kecerdasan ini adalah: mampu berpikir secara abstrak, suka dengan angka dan
hitung-menghitung, mudah dalam memahami konsep yang rumit, runut dalam berpikir atau
berbicara, mampu berpikir sebab akibat dan mampu menganalisis suatu masalah dengan
tepat. Adapun strategi mengembangkan cerdas logika antara lain dengan:
a. Bermain pazel, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga atau kartu domino.
Permainan ini membantu mengasah kemampuan memecahkan masalah menggunakan
logika.
b. Bermain dengan bentuk-bentuk geometri, dapat dimulai sejak usia bayi dengan
menggantung berbagai bentuk geometri warna-warni. Untuk anak yang lebih besar ajak
anak membandingkan perbedaan berbagai bentuk geometri, kegunaan, mengelompokkan,
dan mencari contoh benda di sekitar dengan bentuk geometri tertentu.
c. Pengenalan bilangan melalui nyanyian, tepuk, dan sajak berirama. Anak dapat juga
membuat tepuk atau lagu versi sendiri untuk mengenal berhitung.
9
d. Obrolan ringan tentang sebab akibat, bermain tebak-tebakan, bermain tentang
perbandingan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak.
e. Bermain menyusun pola tertentu, dengan kancing warna-warni atau benda lainnya,
pengamatan atas berbagai rutinitas kejadian sehari-hari sehingga anak memahami
hubungan sebab akibat.
f. Eksperimen sederhana misalnya bermain mencampur warna atau bermain menuang air ke
berbagai wadah dengan bermacam bentuk, mengukur besar kaki, menemukan konsep
udara, mengukur panjang-berat-volume suatu benda, , mengamati benda kecil dengan lup,
menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian.
g. Berjalan-jalan ke luar rumah untuk berinteraksi dengan alam sekitar.
h. Mengajak anak berbelanja, misalnya mengecek barang sesuai daftar belanja, mencermati
berat barang yang dibeli, menghitung uang kembalian, memilih dan mengelompokkan
berbagai barang (bermain mengelompokkan atau menyortir benda)
i. Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer.
3. Kecerdasak Fisik
Ciri-ciri dari anak dengan kecerdasan fisik tinggi anatar lain: mampu melakukan suatu
gerakan tubuh yang indah atau bagus, berlari, pandai menari, suka main memasak, menghias
rumah, membuat taman bunga atau terampil membuat kerajinan tangan dan cekatan dalam
mengerjakan sesuatu. Strategi mengembangkan anak dengan cerdas fisik antara lain:
a. Mengajak anak menari bersama. Kegiatan ini menuntut keseimbangan dan keselarasan
gerak tubuh, dan kekuatan serta kelenturan otot.
b. Bermain peran, karena kegiatan ini menuntut anak menggunakan tubuh untuk berekspresi
sesuai peran yang dimainkannya.
c. Bermain drama. Kegiatan ini mirip bermain peran namun dalam lingkup yang lebih luas.
Sebelum bermain drama biasanya ada latihan kelenturan otot. Selain mengandalkan
stamina dan kelenturan tubuh drama juga melatih anak bersosialisasi. Jika anak tampak
berbakat dan berminat dapat dimasukkan di sanggar cerita atau teater.
d. Berolah raga, misalnya berjalan di atas papan titian, berlari, melompat, berenang, buku
tangkis, senam irama, dll.
e. Bermain pantomim. Komunikasi pada pantomim hanya mengandalkan gerakan tubuh,
tidak seperti bermain peran atau drama. Kegiatan ini sangat mengasah kecerdasan fisik
anak, karena anak perlu membayangkan gerakan dulu sebelum melakuka gerkan.
Pantomim juga melatih ksseimbangan dan kelenturan tubuhnya.
f. Bermain menempel-menggunting-mencocok-menjahit, dan berbagai kegiatan
keterampilan lainnya disesuaikan dengan usia.
g. Meniru gerakan orang lain dengan berhadap-hadapan seolah-olah sedang bercermin, untuk
melatih kepekaan perubahan gerakan.
Ciri-cirinya: suka bermain lego, balok atau main rancang bangun lainnya, suka menggambar
apa saja yang pernah dilihatnya, mudah mengikuti petunjuk dalam mencari dan mengenali
suatu tempat dan mampu dengan tepat memvisualisasikan pemikiran atau gagasannya melalui
gambar. Sedang strategi mengembangkannya antara lain:
a. Mengajak anak melukis, menggambar atau mewarnai. Kegiatan ini dapat dilakukan di
mana saja dan kapan saja, dan termasuk kegiatan favorit anak pada umumnya. Biarkan
10
anak menggambar sesuai imajinasinya, namun bila ingin melihat contoh pun tidak
masalah. Kegiatan ini merangsang kreativitas, mengembangkan imajinasi, ajang ekspresi
dan melatih motorik halusnya.
b. Memberikan kesempatan anak untuk mencorat-coret, biasanya dimulai sejak anak umur 18
bulan. Coretan merupakan tahap awal dari menggambar dan menulis yang menuntut
koordinasi mata-tangan dan dapat digunakan untuk mengembangkan imajinasinya.
Siapkan kertas atau dinding khusus agar anak tidak mencorat-coret di sembarang tempat.
c. Membuat prakarya, misalnya berbagai lipatan kertas yang akan melatih visual spatial anak.
Kegiatan ini juga akan membangun kepercayaan diri anak.
d. Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak, sehinngga
selain gembira anak juga dapat melatih visualnya karena harus membayangkan dulu
benda-benda yang akan digambarnya.
e. Mengunjungi berbagai tempat untuk memperkaya pengalamannya kemudian meminta
anak menggambarkan apa saja yang sudah dilihatnya, misalnya ke kebun binatang atau
museum.
f. Bermain balok, lego, stempel atau pazel, maze, rumah-rumahan, bermain ilusi optik
kamera, dll.
g. Bersama-sama ibu menata meja makan, membersihkan rumah, dll sehingga selain melatih
visual anak juga membangun kepercayaan diri anak karena dapat mengambil keputusan
sendiri.
h. Bermain membuat hiasan dengan pelubang kertas yang lubangnya berbentuk aneka hewan
atau benda.
i. Bermain membentuk dengan playdough atau adonan tepung.
j. Bermain dengan video interaktif/games.
k. Menonton film animasi.
l. Bermain membaca peta.
5. Kecerdasan Intrapersonal
Ciri kecerdasan ini adalah: mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara, suka menyendiri,
tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan perasaan negatif yang dialaminya. Untuk
anak yang lebih besar, cirinya antara lain: suka mengisi buku harian, menyukai proyek
sederhana yang dirancang sendiri, suka bermeditasi, mampu merancang hal-hal yang ingin
dilakukan di masa depan dan konsisten dengan cita-citanya. Sedang strategi
mengembangkannya: antara lain dengan:
a. Menciptakan citra diri positif, dengan cara kita sebagai orang tua bersikap tegas dan
berwibawa namun tetap hangat dan peduli pada anak sehingga anak hormat pada orang tua
dan menerima keberadaan mereka.
b. Bercakap-cakap tentang cita-cita setelah mengukur tinggi dan berat badan.
c. Bercakap-cakap tentang kekurangan dan kelebihan diri dalam suasana santai. Bantu anak
untuk menemukan dan menyadari kekurangan dirinya yang baru diperbaiki.
d. Bermain peran tentang berbagai profesi.
e. Mengisi buku harian atau jurnal sederhana. Bagi anak yang belum dapat membaca, diadakan
kegiatan mengisi jurnal dengan menggambar kegiatan yang sudah dia lakukan sehari itu.
f. Bermain menghadap cermin dan menceritakan atau menggambar apa yang dilihatnya. Orang
tua perlu mengarahkan bila ada hal-hal yang tidak dapat anak lihat pada dirinya.
g. Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku. Biarkan anak memilih
peran yang ia sukai dan orang tua/guru dapat terlibat dalam permainan tersebut.
h. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
11
i. Membayangkjan diri di masa yang akan datang, misalnya dengan pertanyaan, ”Jika aku
sudah lulus SMU, aku akan....” Biarkan ia mengkhayalkan masa depannya, karena dari
kegiatan ini kita dapat mengetahui bagaimana anak memandang dirinya saat ini dan nanti.
j. Membiasakan pujian terhadap anak kita jika berprestasi, untuk membentuk konsep diri yang
positif pada dirinya.
6. Kecerdasan Interpersonal
Ciri-ciri cerdas interpersonal atau cerdas sosial adalah: mudah bergaul dan bekerja sama
dengan orang lain, mampu melihat permasalahan dari sisi orang lain, pandai mempengaruhi
orang lain, suka memimpin, suka berdiskusi atau menimba pengalaman dari orang lain dan
memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada sesama. Strategi mengembangkan jenis
kecerdasan ini antara lain dengan:
a. Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi, sehingga tiap anak merasa
memiliki peraturan tersebut. Peraturan ini dapat ditulis dan dipajang di kamar anak atau di
luar kulkas.
b. Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah, misalnya mencuci peralatan makannya
sendiri, dll.
c. Melatih anak untuk menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan adik, kakak, atau
temannya.
d. Mengajak anak berkunjung ke keluarga saudara atau tetangga
e. Menumbuhkan sikap ramah dan peduli pada sesama, misalnya berkunjung ke panti asuhan
atau rumah sakit, memberikan bingkisan sederhana kepada anak jalanan.
f. Melatih anak mengucapkan terima kasih, minta tolong atau minat maaf.
g. Melatih kesabaran menunggu giliran.
h. Membuat sebuah proyek kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, misalnya, proyek
memelihara kelinci, membuat taman bunga, dll.
7. Kecerdasan Musikal
Ciri-ciri anak yang cerdas musik adalah: mampu bernyanyi dengan nada dan tempo yang
benar, suaranya tidak sumbang, mudah mengikuti melodi, suka memainkan alat musik
tertentu dan mudah terbawa perasaannya jika mendengarkan musik atau nyanyian.
Sedang strategi mengembangkan cerdas musik antara lain:
a. Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan dirinya, misal dengan pertanyaan:
Siapa yang suka musik? Siapa yang suka bernyanyi?
b. Mengunjungi pemusik atau munsyid untuk menceritakan pengalamannya.
c. Karya wisata musik, misalnya ke stasiun radio/televsisi/PH, studio rekaman.
d. Mengajak anak bermain musik, baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri
(misal dari kaleng bekas ditutup kertas semen, konser musik dapur, dsb).
e. Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama, rap atau senandung, dan jika mungkin
ditampilkan dengan alat musik.
f. Diskografi, yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik
tertentu. Misalnya, pembahasan tentang DPR, anak akan teringat lagu ‘Wakil Rakyat’ dari
Iwan Fals.
g. Musik supermemori, yaitu memutarkan musik efektif di saat santai. Misalnya memutarkan
lagu atau musik yang pelan saat anak- anak bekerja membereskan rumah.
12
h. Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja
maupun dengan melodinya.
i. Menirukan berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, dan mengajak anak
bernyanyi sendiri atau bersama-sama.
8. Kecerdasan Naturalis
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang
luas, jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian).
Sebagaimana dijelaskan di awal, kecerdasan ini diupayakan selalu dominan pada anak, baru
diupayakan mengembangkan jenis kecerdasan yang lain. Kita bisa berkaca pada generasi
safus saleh seperti Ibnu Sina, Aljabar, dan lain-lain yang sangat ahli di bidangnya, tetapi
mereka juga orang-orang saleh yang terkenal dengan ilmu agamanya yang sangat tinggi. Jadi,
anak boleh menjadi dokter, insinyur, munsyid, atlit atau apa saja profesi yang halal sesuai
minatnya, tapi tetap syarat utamanya adalah dia harus menjadi orang yang saleh dan alim
(berilmu agama).
13
b. Mendampingi anak dalam menekuni cara-cara ilmuwan dan berbagai profesi lainnya dalam
mewujudkan matra eksistensial dalam hidup mereka, dengan cara silaturahim pada para
ilmuwan yang soleh dan memberikan kesempatan pada anak untuk melihat kerja keras
mereka serta bercaka-cakap dengan mereka
c. Menyediakan buku-buku biografi atau Sirah tokoh-tokoh muslim dengan gambar yang
menarik, dan secara berkala dibacakan di depan anak-anak dilanjutkan dengan diskusi yang
akrab. Biasanya, anak akan terkesan, dan spontan menyatakan keinginannya, misalnya:
“Ibu, aku ingin seperti Umar nanti. Jadi presiden yang sayang sama rakyatnya,”.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://muktiamini.blogspot.com/2008/04/mengembangkan-
kecerdasan-majemuk.html
https://www.kompasiana.com/alvinzahro/5ae59a4dcbe5230abc21e44
2/mengenal-kecerdasan-majemuk-multiple-intelligence-pada-anak
http://repository.ut.ac.id/4713/1/PAUD4404-M1.pdf
15