Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“HAKIKAT KECERDASAN MAJEMUK”

Disusun Oleh :

Iin Indriana (19104050022)


Abdul Galu (191040500
Mirza Ainun Nazifa (19104050040)
Ibrahim Harris (191040500

PENDIDIKAN FISIKA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020

1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan  penjelasan tentang Hakikat Kecerdasan Majemuk.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah wawasan baik kepada penulis
maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu,  kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ika Kartika, M.Pd.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan  kepada pihak  yang telah membantu ikut
serta dalam penyelesaian makalah ini.
Atas kritik, saran, dan waktu yang telah diluangkan, kami ucapan terima kasih.

Yogyakarta, 17 Maret 2020


Penyusun

(Atas nama kelompok 10)

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................................5
Kecerdasan Majemuk......................................................................................................................................5
A. Pengertian Kecerdasan........................................................................................................................4
B. Pengertian Kecerdasan Majemuk.......................................................................................................5
C. Macam-macam Kecerdasan Majemuk...............................................................................................6
D. Cara Mengembangkan Kecerdasan Majemuk pada Peserta Didik..................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, sebagai seorang pendidik perlulah kita mengenal bahkan memahami tentang
kecerdasan majemuk. Karena setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing. Mereka
memiliki cara tersendiri, dan keunikan tersendiri untuk mengungkapkan apa yang mereka
ketahui. Bahkan pada anak penderita idiot maupun autis juga memiliki kecerdasan, kelebihan
dan perkembangannya sendiri. Jadi tidak bisa sembarangan untuk menyamakan kecerdasan
setiap anak.

Teori kecerdasan majemuk Gardner sangat terkenal dikalangan pendidik karena


menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan yang kita yakini yaitu semua anak
memiliki kelebihan. Menurut Howard Gardner dalam Wikipedia, Ia melihat kecerdasan
seseorang dalam sebuah nilai dan tes yang terstandard. Untuk mengetahui lebih detail
mengenai kecerdasan majemuk, maka dibuatlah makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kecerdasan majemuk?

2. Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan majemuk dalam diri seorang peserta didik?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian kecerdasan majemuk

2. Memahami konsep kecerdasan majemuk

3. Menentukan cara mengembangkan kecerdasan majemuk dalam diri peserta didik

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecerdasan
Ada banyak definisi kecerdasan, meskipun para ahli merasa sulit mendefinisikannya.
Kecerdasan dapat dilihat dari berbagai pendekatan, yakni pendekatan teori belajar,
pendekatan teori neurobiologis, pendekatan teori psikometri, dan pendekatan teori
perkembangan. Menurut pendekatan psikometris, kecerdasan dipandang sebagai sifat
psikologis yang berbeda pada setiap individu. Kecerdasan dapat diperkirakan dan
diklasifikasi berdasarkan tes inteligensi.

1. Alfred Binet
Tokoh pengukur intelegensi ini mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang
terdiri dari tiga komponen, yakni :

a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan


b. Kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan
c. Kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan diri sendiri atau autocritism.

Menurutnya, inteligensi merupakan sesuatu yang fungsional sehingga tingkat


perkembangan individu dapat diamati dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Apakah
seorang anak cukup inteligen atau tidak, dapat dinilai berdasarkan pengamatan terhadap
cara dan kemampuan anak melakukan tindakan dan kemampuan mengubah arah tindakan
apabila diperlukan.

2. Edward Lee Thorndike


Seorang ahli psikologi pendidikan ini, mengklasifikasi inteligensi ke dalam tiga bentuk
kemampuan, yakni:

a. Kemampuan abstraksi yakni kemampuan untuk “beraktivitas” dengan


menggunakan gagasan dan simbol-simbol secara efektif
b. Kemampuan mekanik, yakni kemampuan untuk “beraktivitas” dengan
menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk kegiatan yang memerlukan
aktivitas indra-gerak
c. Kemampuan sosial, yakni kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru dengan cara-cara yang cepat dan efektif.

Menurut Thorndike, ketiga kemampuan tersebut, dapat saling berkorelasi, namun


mungkin pula tidak. Dengan demikian ada seseorang yang memiliki daya abstraksi bagus,
tetapi lemah dalam bersosialisasi, tetapi ada pula orang yang bagus dalam melakukan
abstraksi, mekanik, dan sosial sekaligus.

3. Piaget

5
Pandangan ahli perkembangan ini melihat inteligensi secara kualitatif, berdasarkan
aspek isi, struktur, dan fungsinya. Untuk menjelaskan ketiga aspek tersebut, Piaget
mengaitkan inteligensi dengan periodisasi perkembangan biologis, meliputi sensorimotorik,
praoperasional, konkret operasional, dan abstrak operasional. Pembagian ini dimaksudkan
juga sebagai periode perkembangan kognitif. Di dalam perkembangan tersebut terkandung
konsep kecerdasan atau inteligensi anak.

B. Pengertian Kecerdasan Majemuk

1. Howard Gardner

Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University ini berpendapat bahwa tidak ada
manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas.
Gardner juga menentang anggapan “cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang
menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik,
dan spasial. Untuk selanjutnya, Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple
intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang
rumit, melibatkan antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri,
studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Armstrong, 1993; Larson, 2001).
Teori kecerdasan majemuk Gardner sangat terkenal dikalangan pendidik karena
menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan yang kita yakini yaitu semua anak
memiliki kelebihan. Menurut Howard Gardner dalam Wikipedia, Ia melihat kecerdasan
seseorang dalam sebuah nilai dan tes yang terstandard, ia mendefinisikan kecerdasan
sebagai:

1. Kemapuan seseorang untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata.


2. Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk diselesaikan.
3. Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu (produk) atau menawarkan sebuah
pelayanan yang dihasilkan dari kebudayaannya.

C. Macam Kecerdasan Majemuk

Menurut Gardner dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: Teori Multiple


Intelegences tahun 1983 mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan
suatu masalah, menciptakan suatu (produk) yang bernilai dalam suatu budaya.

Adapun macam-macam kecerdasan tersebut yaitu:

1. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan
mampu mengungkapkannya melalui kata-kata seperti berbicara, membaca atau menulis.

2. Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan


perhitungan, serta pola pemikiran logis dan ilmiah. Kecerdasan matematika-logika
menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir
menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Anak dengan kecerdasan matematika-
logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat

6
terjadinya sesuatu.Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis
dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak
semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam
menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung
berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut.
Mereka juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan
berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.

3. Kecerdasan visual adalah kemampuan melihat suatu objek dengan detail.


Kecerdasan visual menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih
mendalam hubungan antara objek dan ruang. Mereka mampu menciptakan imajinasi bentuk
dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti
dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai
masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan
visual ini. Anak ini akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu
kegiatan di kepramukaan.

4. Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan


musik, irama, nada dan suara.Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam
hal ini adalah nada dan irama.Anak dengan kecerdasan jenis ini cenderung senang sekali
mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya
sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik
dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan
gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

5. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggabungkan gerakan fisik dan pikiran


sehingga menghasilkan gerakan yang sempurna. Kecerdasan kinestetik menunjukkan
kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai
pada anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola,
tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada anak yang pandai menari,
terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.

6. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan memahami orang


lain. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain
sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini
juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin
persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin,
mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik
yang lain, dan sebagainya.

7. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan


akan diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Kecerdasan
intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya

7
sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang
ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri,
mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki
diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan
berdialog dengan dirinya sendiri.

8. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengerti alam lingkungan dengan


baik, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan mengenali berbagai jenis
flora fauna dan fenomena alam lainnya.Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan
alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Anak dengan kecerdasan
seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan,
jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan
sebagainya.

9. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk merasakan keberagaman atau


macam-macam seseorang.

Kesembilan kecerdasan tersebut perlu dikembangkan secara maksimal sejak usia dini agar
bermanfaat bagi setiap anak tersebut.

Adapun kecerdasan majemuk terbentuk karena faktor :

1. Hereditas yaitu faktor bawaan dari keturunan.


2. Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh besar untuk menghasilkan
kemampuan fungsionalitas organ kecerdasan pada anak.
3. Nutrisi, asupan nutrisi merupakan salah satu faktor yang mendukung kecerdasan anak.

Jadi untuk para pendidik dan orang tua sekalian, penting bagi kita untuk mengetahui
kecerdasan setiap anak. Karena jika salah dalam pemberian stimulus, maka kecerdasan
tersebut bisa hilang atau terkubur oleh stimulus-stimulus yang lain dan bisa membuat anak
terus-terusan beradaptasi dengan hal-hal baru yang bukan dalam bidang mereka. Dengan
stimulus yang tepat dalam setiap kecerdasan, maka setiap anak akan mudah untuk melakukan
dan mengeksplorasikan kecerdasan maupun bakat yang sudah mereka miliki.

D. Cara Mengembangkan Kecerdasan Majemuk pada Anak

1. Kecerdasan Linguistik

Ciri-ciri anak cerdas linguistik yang dapat kita amati adalah: lebih awal berbicara dibanding
anak lain, suka berargumentasi, suka menulis, suka melucu atau menghibur dengan kata-kata,
mudah menghapalkan kata atau tempat baru, suka mengsi TTS, suka mengumpulkan kosa
kata baru, membuat kalimat plesetan, mengarang atau mengajar, serta unggul dalam
membaca dan menulis. Strategi mengembangkan jenis kecerdasan ini anatara lain:

8
a. Mengajak anak berdialog atau berdiskusi. Dimulai dengan sering bertanya tentang kondisi
anak atau lingkungan sekitarnya, menggali berbagai perasaannya. Kegiatan ini bermanfaat
untuk pengembangan bahasa dan pengendalian emosinya.
b. Membacakan cerita. Kebiasaan membacakan cerita sebelum tidur perlu dijadwalkan. Buku
dapat dipilih oleh anak sesuai minatnya. Jika dibiasakan membacakan cerita, maka anak
tidak merasakan kegiatan ini sebagai alternatif bermain tetapi menjadi kebutuhan. Ekspresi
dan intonasi penutur cerita juga akan mengarahkan anak untuk lebih mandiri dalam
mengeksplorasi bacaan.
c. Merangkai cerita. Berikan anak potongan-potongan gambar lalu minta ia menyusunnya
dan bercerita berdasarkan susunan gambar tersebut. Atau anak dapat diminta bercerita
tentang pengalamannya. Jika anak sudah dapat menulis, latih anak untuk menuliskan
tentang perasaan atau pengalamannya.
d. Bermain kartu huruf atau kata. Dimulai dari huruf ampelas, kartu huruf, kartu suku kata
sampai kartu kata. Ajak anak main tebak-tebakan, misalnya menyebutkan kata dengan
awalan atau akhiran huruf tertentu.
e. Bermain peran, untuk mencoba berbagai peran sosial di sekitarnya, menyatakan peran
sesuai jenis kelaminnya, mewujudkan imajinasi dan melatih kerja sama. Melalui dialog
dalam main peran ini anak berlatih berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.
f. Bermain teka-teki silang, atau permainan lain yang berorientasi bahasa (monopoli,
scrabble).
g. Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak, lalu ajak anak ikut bernyanyi
mengikutinya. Kegiatan ini mempertajam pendengaran anak, menuntut anak untuk teliti
dalam menyimak dan menirukan kembali kata-kata yang ia dengar, serta menambah kosa
kata.
h. Memutar film drama atau detektif lalu menuliskannya dalam bahasanya sendiri atau
menceritakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada cerita selanjutnya. Bisa juga dengan
langsung dijadikan bahan diskusi.
i. Mengisi buku harian, dan menulis surat pada teman. Untuk anak yang belum dapat
menulis dengan baik dapat diminta untuk bercerita lalu kita yang membantu menuliskan,
anak tinggal menuliskan namanya saja atau menghiasnya. Untuk anak yang sudah dapat
menulis awalnya diberikan lembaran terbatas hanya beberapa baris tulisan, selanjutnya
ditingkatkan sesuai kemampuan anak.

2. Kecerdasan Logika Matematika

Ciri-ciri dari kecerdasan ini adalah: mampu berpikir secara abstrak, suka dengan angka dan
hitung-menghitung, mudah dalam memahami konsep yang rumit, runut dalam berpikir atau
berbicara, mampu berpikir sebab akibat dan mampu menganalisis suatu masalah dengan
tepat. Adapun strategi mengembangkan cerdas logika antara lain dengan:

a. Bermain pazel, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga atau kartu domino.
Permainan ini membantu mengasah kemampuan memecahkan masalah menggunakan
logika.
b. Bermain dengan bentuk-bentuk geometri, dapat dimulai sejak usia bayi dengan
menggantung berbagai bentuk geometri warna-warni. Untuk anak yang lebih besar ajak
anak membandingkan perbedaan berbagai bentuk geometri, kegunaan, mengelompokkan,
dan mencari contoh benda di sekitar dengan bentuk geometri tertentu.
c. Pengenalan bilangan melalui nyanyian, tepuk, dan sajak berirama. Anak dapat juga
membuat tepuk atau lagu versi sendiri untuk mengenal berhitung.

9
d. Obrolan ringan tentang sebab akibat, bermain tebak-tebakan, bermain tentang
perbandingan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak.
e. Bermain menyusun pola tertentu, dengan kancing warna-warni atau benda lainnya,
pengamatan atas berbagai rutinitas kejadian sehari-hari sehingga anak memahami
hubungan sebab akibat.
f. Eksperimen sederhana misalnya bermain mencampur warna atau bermain menuang air ke
berbagai wadah dengan bermacam bentuk, mengukur besar kaki, menemukan konsep
udara, mengukur panjang-berat-volume suatu benda, , mengamati benda kecil dengan lup,
menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian.
g. Berjalan-jalan ke luar rumah untuk berinteraksi dengan alam sekitar.
h. Mengajak anak berbelanja, misalnya mengecek barang sesuai daftar belanja, mencermati
berat barang yang dibeli, menghitung uang kembalian, memilih dan mengelompokkan
berbagai barang (bermain mengelompokkan atau menyortir benda)
i. Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer.

3. Kecerdasak Fisik

Ciri-ciri dari anak dengan kecerdasan fisik tinggi anatar lain: mampu melakukan suatu
gerakan tubuh yang indah atau bagus, berlari, pandai menari, suka main memasak, menghias
rumah, membuat taman bunga atau terampil membuat kerajinan tangan dan cekatan dalam
mengerjakan sesuatu. Strategi mengembangkan anak dengan cerdas fisik antara lain:

a. Mengajak anak menari bersama. Kegiatan ini menuntut keseimbangan dan keselarasan
gerak tubuh, dan kekuatan serta kelenturan otot.
b. Bermain peran, karena kegiatan ini menuntut anak menggunakan tubuh untuk berekspresi
sesuai peran yang dimainkannya.
c. Bermain drama. Kegiatan ini mirip bermain peran namun dalam lingkup yang lebih luas.
Sebelum bermain drama biasanya ada latihan kelenturan otot. Selain mengandalkan
stamina dan kelenturan tubuh drama juga melatih anak bersosialisasi. Jika anak tampak
berbakat dan berminat dapat dimasukkan di sanggar cerita atau teater.
d. Berolah raga, misalnya berjalan di atas papan titian, berlari, melompat, berenang, buku
tangkis, senam irama, dll.
e. Bermain pantomim. Komunikasi pada pantomim hanya mengandalkan gerakan tubuh,
tidak seperti bermain peran atau drama. Kegiatan ini sangat mengasah kecerdasan fisik
anak, karena anak perlu membayangkan gerakan dulu sebelum melakuka gerkan.
Pantomim juga melatih ksseimbangan dan kelenturan tubuhnya.
f. Bermain menempel-menggunting-mencocok-menjahit, dan berbagai kegiatan
keterampilan lainnya disesuaikan dengan usia.
g. Meniru gerakan orang lain dengan berhadap-hadapan seolah-olah sedang bercermin, untuk
melatih kepekaan perubahan gerakan.

4. Kecerdasan Fisual Spasial

Ciri-cirinya: suka bermain lego, balok atau main rancang bangun lainnya, suka menggambar
apa saja yang pernah dilihatnya, mudah mengikuti petunjuk dalam mencari dan mengenali
suatu tempat dan mampu dengan tepat memvisualisasikan pemikiran atau gagasannya melalui
gambar. Sedang strategi mengembangkannya antara lain:

a. Mengajak anak melukis, menggambar atau mewarnai. Kegiatan ini dapat dilakukan di
mana saja dan kapan saja, dan termasuk kegiatan favorit anak pada umumnya. Biarkan

10
anak menggambar sesuai imajinasinya, namun bila ingin melihat contoh pun tidak
masalah. Kegiatan ini merangsang kreativitas, mengembangkan imajinasi, ajang ekspresi
dan melatih motorik halusnya.
b. Memberikan kesempatan anak untuk mencorat-coret, biasanya dimulai sejak anak umur 18
bulan. Coretan merupakan tahap awal dari menggambar dan menulis yang menuntut
koordinasi mata-tangan dan dapat digunakan untuk mengembangkan imajinasinya.
Siapkan kertas atau dinding khusus agar anak tidak mencorat-coret di sembarang tempat.
c. Membuat prakarya, misalnya berbagai lipatan kertas yang akan melatih visual spatial anak.
Kegiatan ini juga akan membangun kepercayaan diri anak.
d. Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak, sehinngga
selain gembira anak juga dapat melatih visualnya karena harus membayangkan dulu
benda-benda yang akan digambarnya.
e. Mengunjungi berbagai tempat untuk memperkaya pengalamannya kemudian meminta
anak menggambarkan apa saja yang sudah dilihatnya, misalnya ke kebun binatang atau
museum.
f. Bermain balok, lego, stempel atau pazel, maze, rumah-rumahan, bermain ilusi optik
kamera, dll.
g. Bersama-sama ibu menata meja makan, membersihkan rumah, dll sehingga selain melatih
visual anak juga membangun kepercayaan diri anak karena dapat mengambil keputusan
sendiri.
h. Bermain membuat hiasan dengan pelubang kertas yang lubangnya berbentuk aneka hewan
atau benda.
i. Bermain membentuk dengan playdough atau adonan tepung.
j. Bermain dengan video interaktif/games.
k. Menonton film animasi.
l. Bermain membaca peta.

5. Kecerdasan Intrapersonal

Ciri kecerdasan ini adalah: mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara, suka menyendiri,
tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan perasaan negatif yang dialaminya. Untuk
anak yang lebih besar, cirinya antara lain: suka mengisi buku harian, menyukai proyek
sederhana yang dirancang sendiri, suka bermeditasi, mampu merancang hal-hal yang ingin
dilakukan di masa depan dan konsisten dengan cita-citanya. Sedang strategi
mengembangkannya: antara lain dengan:

a. Menciptakan citra diri positif, dengan cara kita sebagai orang tua bersikap tegas dan
berwibawa namun tetap hangat dan peduli pada anak sehingga anak hormat pada orang tua
dan menerima keberadaan mereka.
b. Bercakap-cakap tentang cita-cita setelah mengukur tinggi dan berat badan.
c. Bercakap-cakap tentang kekurangan dan kelebihan diri dalam suasana santai. Bantu anak
untuk menemukan dan menyadari kekurangan dirinya yang baru diperbaiki.
d. Bermain peran tentang berbagai profesi.
e. Mengisi buku harian atau jurnal sederhana. Bagi anak yang belum dapat membaca, diadakan
kegiatan mengisi jurnal dengan menggambar kegiatan yang sudah dia lakukan sehari itu.
f. Bermain menghadap cermin dan menceritakan atau menggambar apa yang dilihatnya. Orang
tua perlu mengarahkan bila ada hal-hal yang tidak dapat anak lihat pada dirinya.
g. Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku. Biarkan anak memilih
peran yang ia sukai dan orang tua/guru dapat terlibat dalam permainan tersebut.
h. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari.

11
i. Membayangkjan diri di masa yang akan datang, misalnya dengan pertanyaan, ”Jika aku
sudah lulus SMU, aku akan....” Biarkan ia mengkhayalkan masa depannya, karena dari
kegiatan ini kita dapat mengetahui bagaimana anak memandang dirinya saat ini dan nanti.
j. Membiasakan pujian terhadap anak kita jika berprestasi, untuk membentuk konsep diri yang
positif pada dirinya.

6. Kecerdasan Interpersonal

Ciri-ciri cerdas interpersonal atau cerdas sosial adalah: mudah bergaul dan bekerja sama
dengan orang lain, mampu melihat permasalahan dari sisi orang lain, pandai mempengaruhi
orang lain, suka memimpin, suka berdiskusi atau menimba pengalaman dari orang lain dan
memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada sesama. Strategi mengembangkan jenis
kecerdasan ini antara lain dengan:

a. Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi, sehingga tiap anak merasa
memiliki peraturan tersebut. Peraturan ini dapat ditulis dan dipajang di kamar anak atau di
luar kulkas.
b. Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah, misalnya mencuci peralatan makannya
sendiri, dll.
c. Melatih anak untuk menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan adik, kakak, atau
temannya.
d. Mengajak anak berkunjung ke keluarga saudara atau tetangga
e. Menumbuhkan sikap ramah dan peduli pada sesama, misalnya berkunjung ke panti asuhan
atau rumah sakit, memberikan bingkisan sederhana kepada anak jalanan.
f. Melatih anak mengucapkan terima kasih, minta tolong atau minat maaf.
g. Melatih kesabaran menunggu giliran.
h. Membuat sebuah proyek kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, misalnya, proyek
memelihara kelinci, membuat taman bunga, dll.

7. Kecerdasan Musikal

Ciri-ciri anak yang cerdas musik adalah: mampu bernyanyi dengan nada dan tempo yang
benar, suaranya tidak sumbang, mudah mengikuti melodi, suka memainkan alat musik
tertentu dan mudah terbawa perasaannya jika mendengarkan musik atau nyanyian.
Sedang strategi mengembangkan cerdas musik antara lain:

a. Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan dirinya, misal dengan pertanyaan:
Siapa yang suka musik? Siapa yang suka bernyanyi?
b. Mengunjungi pemusik atau munsyid untuk menceritakan pengalamannya.
c. Karya wisata musik, misalnya ke stasiun radio/televsisi/PH, studio rekaman.
d. Mengajak anak bermain musik, baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri
(misal dari kaleng bekas ditutup kertas semen, konser musik dapur, dsb).
e. Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama, rap atau senandung, dan jika mungkin
ditampilkan dengan alat musik.
f. Diskografi, yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik
tertentu. Misalnya, pembahasan tentang DPR, anak akan teringat lagu ‘Wakil Rakyat’ dari
Iwan Fals.
g. Musik supermemori, yaitu memutarkan musik efektif di saat santai. Misalnya memutarkan
lagu atau musik yang pelan saat anak- anak bekerja membereskan rumah.

12
h. Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja
maupun dengan melodinya.
i. Menirukan berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, dan mengajak anak
bernyanyi sendiri atau bersama-sama.

8. Kecerdasan Naturalis

Ciri-cirinya: suka menikmati keindahan alam, mengoleksi benda-benda yang ditemukan di


lingkungannya, mengenali nama berbagai macam tanaman dan binatang yang ada di
lingkungannya, menyayangi binatang dan tanaman, menyukai tantangan alam, mempunyai
rasa igin tahu yang besar terhadap berbagai gejala alam. Untuk anak yang lebih besar
biasanya suka mendaki gunung, camping atau melakukan perjalanan ke daerah pelosok yang
belum ia kenal.
Sedang strategi mengembangkan cerdas naturalis adalah:

a. Beri kesempatan pada anak untuk mengetahui kemampuan pada dirinya.


b. Mengunjungi pecinta alam, ahli zoologi, pengawas hutan dll untuk menceritakan
pengalamannya.
c. Karya wisata alam, misalnya berjalan-jalan di alam terbuka, mengamati berbagai jenis
binatang di pantai, lalu didiskusikan bersama.
d. Menceritakan apa yang dilihat ketika memandang ke luar jendela.
e. Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk
mengamatinya.
f. Ekostudi, misalnya berhitung tentang spesies hewan apa saja yang hampir punah,
meramalkan yang akan terjadi jika di bumi tidak ada pohon, dll.
g. Bermain peran sebagai tanaman atau binatang yang diperlakukan semena-mena.
h. Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya, atau membuat
kebun/taman sebagai proyek bersama.
i. Memahamkan tentang pentingnya menghemat air dan membuang sampah pada tempatnya.
j. Membuat herbarium sederhana.
k. Menonton film dokumenter tentang bencana alam, lalu didiskusikan bersama.
l. Simulasi sederhana tentang erosi akibat hutan yang gundul.

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang
luas, jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian).
Sebagaimana dijelaskan di awal, kecerdasan ini diupayakan selalu dominan pada anak, baru
diupayakan mengembangkan jenis kecerdasan yang lain. Kita bisa berkaca pada generasi
safus saleh seperti Ibnu Sina, Aljabar, dan lain-lain yang sangat ahli di bidangnya, tetapi
mereka juga orang-orang saleh yang terkenal dengan ilmu agamanya yang sangat tinggi. Jadi,
anak boleh menjadi dokter, insinyur, munsyid, atlit atau apa saja profesi yang halal sesuai
minatnya, tapi tetap syarat utamanya adalah dia harus menjadi orang yang saleh dan alim
(berilmu agama).

Adapun strategi mengembangkan kecerdasan ini antara lain:

a. Mengintegrasikan kandungan agama dalam muatan seluruh materi yang sedang


diperbincangkan atau dipelajari bersama anak, sehingga anak dapat merenungkan aspek
keimanan/existensial dari segala sesuatu yang mereka pelajari.

13
b. Mendampingi anak dalam menekuni cara-cara ilmuwan dan berbagai profesi lainnya dalam
mewujudkan matra eksistensial dalam hidup mereka, dengan cara silaturahim pada para
ilmuwan yang soleh dan memberikan kesempatan pada anak untuk melihat kerja keras
mereka serta bercaka-cakap dengan mereka
c. Menyediakan buku-buku biografi atau Sirah tokoh-tokoh muslim dengan gambar yang
menarik, dan secara berkala dibacakan di depan anak-anak dilanjutkan dengan diskusi yang
akrab. Biasanya, anak akan terkesan, dan spontan menyatakan keinginannya, misalnya:
“Ibu, aku ingin seperti Umar nanti. Jadi presiden yang sayang sama rakyatnya,”.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://muktiamini.blogspot.com/2008/04/mengembangkan-
kecerdasan-majemuk.html

https://www.kompasiana.com/alvinzahro/5ae59a4dcbe5230abc21e44
2/mengenal-kecerdasan-majemuk-multiple-intelligence-pada-anak

http://repository.ut.ac.id/4713/1/PAUD4404-M1.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai