Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA NY.

S DENGAN HIPERTENSI
DI DESA SONOREJO , KEC. BLORA, KAB. BLORA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah PKK Gerontik

Disusun Oleh :
Indang Sri Wighati
NIM. P1337420418083

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan

Keperawatan Lansia Ny. S dengan hipertensi di Desa Sonorejo Kecamtan Blora, Kabupaten

Blora sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Marsum BE, S.Pd., M.HP. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang.

2. Bapak Suharto, S.Pd., MN. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Blora PoliteknikKesehatan Kemenkes Semarang.

4. Bapak Warijan, S.Pd, Akep, M.Kes, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penulisan.

5. Ibu Puji Prasetyaning Amini, S.Kep, Ners, selaku pembimbing klinik (CI) yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penulisan.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Karyawan Program Studi DIII Keperawatan Blora

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

7. Klien yang sukarela berpartisipasi dalam asuhan keperawatan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

iii
Peneliti berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa penulisan auhan keperawatan ini tidak luput dari kesalahan atau

kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Oleh karena itu penulis berharap kepada

pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi pembuatan laporan di masa mendatang.

Blora, Desember 2021

Penulis

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan lansia Ny. S dengan hipertensi di Desa
Sonorejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora.

Nama : Indang Sri Wighati

NIM : P1337420418083

Tingkat : 3A

Asuhan keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 15 Februari 2021

Mahasiswa

(Indang Sri Wighati)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing CI

Warijan, S.Pd.,A.Kep.,M.Kes Puji Prasetyaning Amini, S.Kep.,Ners


NIP. 196307151984031004 NIP. 198005362014062003

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang .............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
C.Manfaat ..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.Konsep Dasar Lansia ....................................................................................4
B.Konsep Hipertensi ........................................................................................6
C.Konsep Asuhan Keperawatan .....................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian ..................................................................................................20
B.Diagnosa Keperawatan ...............................................................................33
C.Perencanaan Keperawatan ..........................................................................34
D.Implementasi ..............................................................................................35
E.Evaluasi .......................................................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN
A.Hasil dan Alasan .........................................................................................41
B.Hambatan ....................................................................................................41
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan .................................................................................................42
B.Saran ...........................................................................................................42

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Standar Operasional Prosedur

2. Satuan Acara Penyuluhan

3. Leaflet

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah maka makin besar
resikonya (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Menurut data World


Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menunjukkan sekitar satu dari tiga
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Secara nasional hasil Riskesdas 2018
menujukkan bahwa pravalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%
dari jumlah total penduduk di Indonesia. Sedangkan menurut profil kesehatan
provinsi Jawa Tengah di tahun 2019 penyakit hipertensi masih menempati proporsi
terbesar dari seluruh penyakit tidak menular (PTM) yang dilaporkan yaitu sebesar
68,6 persen.

Hipertensi merupakan penyakit yang serius. Di samping angka kejadiannya yang


tinggi dan cenderung bertambah setiap tahunnya juga karena hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah maka
makin besar resikonya.

Beberapa gejala yang berguna untuk mentukan diagnosis bahwa seseorang


menderita hipertensi salah satunya adalah nyeri pada kepala (Arifin & Ratnawati,
2016). Untuk mengatasi nyeri diperlukan penatalaksanaan manajemen nyeri melalui
cara farmakologis dan non-farmakologi. Terapi non-farmakologi diperlukan sebagai
relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri, diantaranya yaitu dengan latihan relaksasi
nafas dalam.

1
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan
Lansia Ny. S dengan diagnose keperawatan Hipertensi di Desa Sonorejo, Kecamatan
Blora, Kabupaten Blora.

b. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat menggambarkan Asuhan Keperawatan pada klien Hipertensi

dengan Fokus Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada klien Hipertensi dengan Fokus

Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri.

b. Penulis dapat menentukan rumusan diagnosa keperawatan yang ditemukan

pada klien Hipertensi dengan Fokus Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman

Nyeri.

c. Penulis dapat menentukan rencana tindakan pada klien Hipertensi dengan

Fokus Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri. .

d. Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien Hipertensi dengan

Fokus Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri.

e. .Penulis dapat melakukan evaluasi sesuai tindakan keperawatan pada klien

Hipertensi dengan Fokus Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri.

f. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan

dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi Hipertensi

dengan fokus studi gangguan rasa nyaman nyeri.

c. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam

2
pemberian Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Lansia dengan fokus Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan Asuhan Keperawatan ini diharapkan memberikan kontribusi
dalam peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya bagi
klien lansia dengan gangguan rasa nyaman nyeri akibat hipertensi.
b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penulisan Asuhan Keperawatan ini diharapkan memberikan kontribusi
dalam peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif,preventif, kuratif
maupun rehabilitatif khususnya bagi klien lansia dengan gangguan rasa
nyaman nyeri akibat hipertensi.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit
degenerative misalnya hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker
(Nurrahmani, 2012).

2. Batasan Lansia
Batasan lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun.
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun.

3. Klasifikasi Lansia
Depkes RI mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia 45-59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih.
c. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain.

4
4. Kebutuhan Dasar Lansia
Kebutuhan lajut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan
kebutuhan sosial dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, hubungan antar
pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-
organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Kebutuhan utama, yaitu
1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,
pakaian, perumahan/tempat berteduh.
2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai.
3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan.
4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status
yang jelas.
5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi
sosial.
b. Kebutuhan sekunder, yaitu :
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi.
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan.
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan
Negara atau pemerintah.
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal
yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.

5. Hipertensi pada lansia


Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan mnurut WHO memakai tekanan diastolik
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi.
Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan
oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi
5
lebih sempit dan dinding pembuluh darah kaku, sebagai peningkatan pembuluh
darah sistolik.

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan distolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah maka makin
besar resikonya (Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik
sama atau lebih besar dari 140 mmHg atau tekanan tekanan diastolik sama
atau lebih besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik terisolasi dimana
tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah
dari 90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
6
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun.

4. Klasifikasi
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), secara klinis klasifikasi
hipertensi dikelompokkan menjadi :

No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal hipertensi 130-139 85-89
4. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7. Grade 4 (sangat berat) >210 >120

7
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer terjadi (Wijaya dan Putri, 2013).

8
6. Pathway
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok,
stress, kurang olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi
garam, obesitas

Hipertensi

Tekanan
Beban sistemik
kerja darah
meningkat Kerusakanstruktur
Perubahan vaskuler Perubahan Ansietas
meningkat pembuluh darah situasi
9
Penyumbatan pembuluh darah
Informasi yang
minim
Aliran darah semakin cepat
keseluruh tubuh sedangkan
Kurangnutrisi
vasokontriksi
dalam sel sudah
Pengetahuan
mencukupi kebutuhan

Gangguan
Ginjal sirkulasi Otak Pembuluh darah Retin
a
Resistensi Suplai oksigen Sistemik
Spasme
pembuluh darah ke otak menurun
otak meningkat vasokontriksi

Resiko
Afterload Resiko
Nyeri kepala ketidakefektifan
meningka cedera
jaringan otak
t

Fatique
Penurunan curah
jantung
Intoleransi
aktivitas

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi (Wijaya dan Putri, 2013)

7. Pemeriksaan Penunjang
Amin Huda & Hardhi Kusuma (2015) menyatakan bahwa pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada klien dengan Hipertensi, yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kreatin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

10
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

8. Komplikasi
Menurut Priscilla Lemone (2015), komplikasi yang terjadi pada Hipertensi
yaitu :
a. Gagal Jantung
Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan ginjal.
Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko penyakit jantung coroner
dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri meningkat, menyebabkan hipertropi
ventrikel yang kemudian meningkatkan resiko penyakit jantung coroner,
disritmia, dan gagal jantung.
b. Stroke
Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan resiko
infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral dapat
menyebabkan perkembangan mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi
cerebral.
c. Ensefalopati hipertensi
Suatu sindrom yang ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi
perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intracranial, papilledema,
dan kejang dapat berkembang.
d. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal
Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta gagal ginjal kronik.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan (Farmakologi) maupun dengan cara modifikasi gaya hidup.
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Menurut kemenkes RI (2017), modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
cara :
1) Membatasi asupan garam kurang dari 6 gram (1 sendok the perhari) dalam
seminggu.
11
2) Menurunkan berat badan dengan mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan aktivitas fisik.
3) Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). DASH mencakup
konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, serta produk susu lemak jenuh/
lemak total.
4) Menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol.
5) Olahraga dianjurkan bagi penderita hipertensi.
6) Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress.

b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan , antara lain :
1) Golongan Diuretik
Diuretic thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergic, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang
dengan segera akan memberikan respon terhadap stress dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-blocker
Angiotensin-II-blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suau mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa
12
obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar
diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin,
labetalol.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir.
b. Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak).
c. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan sumber-
sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
d. Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di
rumah, derajat privasi, alamat dan nomor telpon.
e. Riwayat rekreasi
Meliputi : hobi, keanggotaan organisasi dan liburan.
f. Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat atau klinik.
g. Deskripsi Harian Khusu Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia
dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun
aktivitas sebelum tidur.
h. Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status kesehatan
umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, serta
pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
i. Obat-Obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya, atas
nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep.
13
j. Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola
konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien
dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat,
protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi
untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
k. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung
kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari
suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
1) Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan
bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi,
menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah,
palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis
serta denyut nadi karotis.
2) Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae
menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada
pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan).
3) Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas),
palpasi penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah
terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara
nafas tambahan).
4) Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada
tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas
jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar
bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak bising/murmur)
14
5) Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah,
warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi (bising usus atau
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat
nyeri tekan benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien)
dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra,
anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
6) Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan
integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur
kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.
7) Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran
(GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik,
serta pemeriksaan reflex.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah “clinical judgment” yang berfokus pada respon
manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA,
2015-2017). Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis
keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia
terhadap kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu,
lansia di keluarga maupun lansia dikelompoknya.
Ada beberapa tipe diagnosa keperawatan, diantaranya:
a. Diagnosa aktual
Diagnosa aktual adalah clinical judgment yang menggambarkan respon yang
tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik
pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Hal ini didukung oleh
batasan karakteristik kelompok data yang saling berhubungan.
b. Diagnosa risiko atau risiko tinggi
Diagnosa risiko atau risiko tinggi adalah clinical judgment yang
menggambarkan kerentanan lansia sebagai individu, keluarga, kelompok dan

15
komunitasyang memungkinkan berkembangnya suatu respon yang tidak
diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupannya.
c. Diagnosa promosi kesehatan
Diagnosa promosi kesehatan adalah clinical judgment yang menggambarkan
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk
mengaktualisasikan potensi kesehatan pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas. Respon dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku
kesehatan yang spesifik dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan.
d. Diagnosa sindrom
Diagnosa sindrom adalah clinical judgment yang menggambarkan suatu
kelompok diagnosis keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah
secara bersama dan melalui intervensi yang sama.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada hipertensi meliputi :
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
mengenai penyakit nya.
3) Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan gaya hidup
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang berguna untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah lansia.
Menurut NIC-NOC 2015, tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman
tentang penyakit dan terapinya, partisipasi dalam program perawatan diri, dan
tidak mengalami komplikasi.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


. hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.1 kaji nyeri secara
berhubungan tindakan keperawata komprehensif meliputi
dengan 3x24 jam klien dapat lokasi, karakteristik,
peningkatan mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
tekanan dengan kriteria hasil : kualitas, dan intensitas.
vascular 1. Mengenal 1.2 Observasi reaksi
serebral. faktor nyeri nonverbal dan

16
2. Tindakan ketidaknyamanan
pertolongan 1.3 Gunakan komunikasi
nonfarmakologi terapeutik agar klien
3. Mengenal tanda dapat mengekspresikan
pencetus nyeri nyeri.
untuk mencari 1.4 Ajarkan penggunaan
pertolongan. teknik nonfarmakologi :
4. Melaporkan teknik relaksasi
nyeri berkurang progresif.
dengan 1.5 Berikan analgetic sesuai
menggunakan anjuran.
manajemen 1.6 Tentukan lokasi,
nyeri. karakteristik, kualitas
5. Menyatakan dan derajat nyeri
rasa nyaman sebelum pemberian obat.
setelah nyeri 1.7 Cek instruksi dokter
berkurang. tentang jenis, obat, dosis
dan frekuensi.
2. Kurang Setelah dilakukan 2.1 Kaji pengetahuan klien
pengetahuan tindakan keperawatan tentang hipertensi
berhubungan selama 2x24 jam klien 2.2 Berikan penyuluhan
dengan kurang dapat memahami dengan klien dan
terpaparnya penyakitnya dengan keluarga tentang
informasi kriteria hasil : penyakitnya
mengenai 1. Klien mampu
penyakit nya mengungkap
kan
pengetahuan
tentang
penyakit
hipertensinya
3. Resiko Setelah dilakukan 3.1 kaji pola makan klien.
kelebihan tindakan keperawatan 3.2 Dorong klien untuk

17
volume cairan 3x24 jam diharapkan menurunkan masukan
berhubungan tidak terjadi kelebihan garam
dengan gaya volume cairan dengan
hidup kriteria hasil :
1. TTV dalam
batas normal.
2. Konsumsi
garam dibatasi.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian, rencana yang telah ditentukan tercapai (Sri Melfa & Hasian,
2019).

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah akhir dari proses keperawatan gerontic yang dilakukan
dengan membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan pada
rencana. Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan dengan melibatkan lansia dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku lansia yang ditampilkan (Sri Melfa & Hasian, 2019).

18
19
BAB IV
PEMBAHASAN

a. Hasil dan Alasan


Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
hipertensi di Desa Sonorejo pada tanggal 10-12 Februari 2021, maka diperoleh :
1) Hasil pengkajian yang didapatkan dari kasus menunjukkan adanya keluhan
yang dirasakan yaitu nyeri pada leher bagian belakang. Kemudian tanda dan
gejala yang muncul terdapat nyeri disekitar leher, kualitas nyeri seperti
tertekan benda berat dengan skala 5 dan durasinya hilang timbul. Klien juga
tidak memahami tentang penyakitnya dan sering makan makanan yang asin.
2) Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien ialah gangguan rasa aman
nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral,
defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, dan
resiko kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan gaya hidup.
3) Rencana keperawatan yang diterapkan untuk Ny. S dibuat berdasarkan
tinjauan teoritis. Namun dari data yang didapatkan yang menjadi prioritas
yaitu gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
4) Pelaksanaan keperawatan Ny. S dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat, ada beberapa rencana tindakan yang tidak
dilakukan karena melihat terbatasnya peralatan dan kondisi asuhan
keperawatan yang dilakukan di rumah klien.
5) Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kasus Ny. S menunjukkan
skala nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan relaksasi napas dalam selama
3 hari perawatan. Skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 2 dan klien
mengatakan sudah tidak merasakan nyeri yang berarti. Klien juga mulai
mengetahui penyakitnya dan apa saja makanan yang harus di hindari. Selain
itu, klien sudah membatasi konsumsi garam.

b. Hambatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan klien Ny. S dirumahnya, tidak ada
hambatan yang berarti. Klien mampu diajak bekerja sama dengan baik.
BAB V
1
PENUTUP

a. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hipertensi dengan masalah
gangguan nyaman nyeri pada Ny. S yang berumur 64 tahun dari tanggal 10-12
Februari 2021 di Desa Sonorejo, Kec. Blora, Kab. Blora, pada tahap
pengkajian awal pengumpulan data serta wawancara penulis menemukan
masalah keperawatan lalu penulis melakukan perencanaan keperawatan yang
mengacu pada teori yang ada serta adanya kesediaan waktu dan partisipasi
klien sehingga tercipta kerja sama dalam Menyusun perencanaan antara
perawat dan klien, pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan
menyimpulkan bahwa klien sudah bisa melakukan relaksasi napas dalam.
Klien juga melakukan relaksasi napas dalam secara mandiri jika merasa nyeri.
Kemudian hasil akhir dalam tahap evaluasi menyimpulkan bahwa pemberian
Tindakan relaksasi napas dalam mampu membuat klien menjadi lebih rileks
sehingga rasa nyeri berkurang.

b. Saran
Hasil penelitian ini disarankan bagi klien yang menderita penyakit
hipertensi dengan gangguan rasa nyaman nyeri, yang tujuannya untuk
membuat klien merasa rileks dan mengilangkan rasa nyeri yang dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA

2
Lemone, Priscilla. (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3 edisi 5. Jakarta : EGC.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Sri Melfa & Hasian (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Universitas Kristen
Indonesia.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Buku Profil Kesehatan Tahun 2019.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (online),
(https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-2019.pdf
diakses pada tanggal 12 Februari 2021).

Kementrian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Hipertensi.


(https://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin-
hipertensi.pdf. diakses pada tanggal 12 Februari 2021)

WHO (2015), World Health Day 2015.: Measure your blood pressure, reduce yourisk.
(https://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_healthy_day_20
dounduh pada 12 Februari 2021)

Lampiran

3
SOP TEHNIK RELAKSASI
NO. REVISI HALAMAN
NO.
DOKUMEN

STANDAR TANGGAL TERBIT DISETUJUI OLEH


OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami nyeri
dengan membimbing pasien untuk relaksasi.
1. Relaksasi
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang
dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan
sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Relaksasi
dapat dilakukan degan cara menganjurkan pasien untuk
melaksanakan teknik nafas dalam (tidak pada pasien post op /
dibagian abdomen).
(Prasetyo,2010)
TUJUAN 1. Untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Untuk menurunkan ketegangan otot.
3. Untuk menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan damai.
INDIKASI 1. Pasien dengan nyeri akut atau nyeri kronis.
2. Pasien ansietas.
PETUGAS Perawat
PERSIAPAN -
PROSEDUR A. Fase pra interaksi
PELAKSANAAN 1) Melihat riwayat data nyeri terlebih dahulu
2) Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan
3) Mengkaji program terapi yang diberikan oleh dokter
4) Mencuci tangan
5) Menyiapkan peralatan
B. Fase Orientasi
1) Member salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2) Menanyakan cara yang bisa dilakukan agar pasien merasa

4
rileks
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C. Fase Kerja
1) Tehnik relaksasi
a) Mengatur posisi duduk atau berbaring yang nyaman
menurut kondisi pasien
b) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam, melalui
hidung, dan merasakan saat udara mengalir dari tangan,
kaki, menuju paru-paru.
c) Pasien menahan nafas dalam 3-5 detik
d) Kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut
dan tidak terdengar suara udara
e) Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan irama nafas
ditambah. Gunakan pernafasan dada atau abdomen bila
frekuensi nyeri bertambah, gunakan pernafasan lebih
dangkal dengan frekuensi lebih cepat.
D. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindakan relaksasi
dan distraksi
2) Menganjurkan pasien untuk mengulangi tindakan apabila
masih merasa nyeri
3) Berpamitan dengan pasien
4) Membereskan peralatan
5) Mendokumentasikan hasil kegiatan
6) Mencuci tangan
UNIR TERKAIT IGD, UGD, RAWAT INAP, RAWAT JALAN.

5
SOP MEMBERI MAKAN PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Disetujui Oleh,


OPERASIONAL
PROSEDUR

…………………………………..
Pengertian Membantu menyuapi pasien

Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien


2. Membatasi gerak pasien

Kebijakan Satu upaya untuk mempercepat proses kesembuhan pasien

Petugas Perawat
Persiapan Alat 1. Baki berisi makanan pasien (sesuai diet)
2. Serbet makanan
3. Tissue
4. Air putih dalam gelas beserta sedotan
5. Alat tulis dan status pasien
Prosedur 1. Memberitahu pasien
Pelaksanaan 2. Perawat mencuci tangan
3. Serbet dibentangkan dibawah dagu pasien
4. Perawat duduk dengan posisi yang memudahkan pekerjaan
dalam tindakan
5. Pasien berdoa menurut agamanya
6. Pasien ditawari minum
7. Perlihatkan pada pasien menu makanan yang ada
8. Suapkan makanan sedikit demi sedikit sambil
berkomunikasi dan memperhatikan keadaan pasien
6
9. Pasien diberi minum
10. Setelah selesai mulut pasien dibersihkan
11. Pasien dirapikan kembali
12. Alat-alat dikembalikan ke tempat semula
13. Mencuci tangan
14. Dokumentasu porsi yang dihabiskan oleh pasien serta respon
pasien
15. Dokumentasikan pada catatan keperawatan

7
8

Anda mungkin juga menyukai