S DENGAN HIPERTENSI
DI DESA SONOREJO , KEC. BLORA, KAB. BLORA
Disusun Oleh :
Indang Sri Wighati
NIM. P1337420418083
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Keperawatan Lansia Ny. S dengan hipertensi di Desa Sonorejo Kecamtan Blora, Kabupaten
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
1. Bapak Marsum BE, S.Pd., M.HP. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
4. Bapak Warijan, S.Pd, Akep, M.Kes, selaku pembimbing akademik yang telah
5. Ibu Puji Prasetyaning Amini, S.Kep, Ners, selaku pembimbing klinik (CI) yang telah
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Karyawan Program Studi DIII Keperawatan Blora
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang
iii
Peneliti berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa penulisan auhan keperawatan ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Oleh karena itu penulis berharap kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi pembuatan laporan di masa mendatang.
Penulis
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan lansia Ny. S dengan hipertensi di Desa
Sonorejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora.
NIM : P1337420418083
Tingkat : 3A
Hari : Senin
Mahasiswa
Mengetahui,
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR LAMPIRAN
3. Leaflet
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah maka makin besar
resikonya (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015).
1
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan
Lansia Ny. S dengan diagnose keperawatan Hipertensi di Desa Sonorejo, Kecamatan
Blora, Kabupaten Blora.
b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pada klien Hipertensi dengan Fokus Studi Gangguan Rasa Aman Nyaman
Nyeri.
c. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam
2
pemberian Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Lansia dengan fokus Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan Asuhan Keperawatan ini diharapkan memberikan kontribusi
dalam peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya bagi
klien lansia dengan gangguan rasa nyaman nyeri akibat hipertensi.
b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penulisan Asuhan Keperawatan ini diharapkan memberikan kontribusi
dalam peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif,preventif, kuratif
maupun rehabilitatif khususnya bagi klien lansia dengan gangguan rasa
nyaman nyeri akibat hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Batasan Lansia
Batasan lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun.
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun.
3. Klasifikasi Lansia
Depkes RI mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia 45-59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih.
c. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain.
4
4. Kebutuhan Dasar Lansia
Kebutuhan lajut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan
kebutuhan sosial dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, hubungan antar
pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-
organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Kebutuhan utama, yaitu
1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,
pakaian, perumahan/tempat berteduh.
2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai.
3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan.
4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status
yang jelas.
5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi
sosial.
b. Kebutuhan sekunder, yaitu :
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi.
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan.
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan
Negara atau pemerintah.
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal
yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan distolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah maka makin
besar resikonya (Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015).
2. Etiologi
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik
sama atau lebih besar dari 140 mmHg atau tekanan tekanan diastolik sama
atau lebih besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik terisolasi dimana
tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah
dari 90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
6
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun.
4. Klasifikasi
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), secara klinis klasifikasi
hipertensi dikelompokkan menjadi :
7
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer terjadi (Wijaya dan Putri, 2013).
8
6. Pathway
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok,
stress, kurang olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi
garam, obesitas
Hipertensi
Tekanan
Beban sistemik
kerja darah
meningkat Kerusakanstruktur
Perubahan vaskuler Perubahan Ansietas
meningkat pembuluh darah situasi
9
Penyumbatan pembuluh darah
Informasi yang
minim
Aliran darah semakin cepat
keseluruh tubuh sedangkan
Kurangnutrisi
vasokontriksi
dalam sel sudah
Pengetahuan
mencukupi kebutuhan
Gangguan
Ginjal sirkulasi Otak Pembuluh darah Retin
a
Resistensi Suplai oksigen Sistemik
Spasme
pembuluh darah ke otak menurun
otak meningkat vasokontriksi
Resiko
Afterload Resiko
Nyeri kepala ketidakefektifan
meningka cedera
jaringan otak
t
Fatique
Penurunan curah
jantung
Intoleransi
aktivitas
7. Pemeriksaan Penunjang
Amin Huda & Hardhi Kusuma (2015) menyatakan bahwa pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada klien dengan Hipertensi, yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kreatin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
10
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
8. Komplikasi
Menurut Priscilla Lemone (2015), komplikasi yang terjadi pada Hipertensi
yaitu :
a. Gagal Jantung
Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan ginjal.
Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko penyakit jantung coroner
dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri meningkat, menyebabkan hipertropi
ventrikel yang kemudian meningkatkan resiko penyakit jantung coroner,
disritmia, dan gagal jantung.
b. Stroke
Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan resiko
infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral dapat
menyebabkan perkembangan mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi
cerebral.
c. Ensefalopati hipertensi
Suatu sindrom yang ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi
perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intracranial, papilledema,
dan kejang dapat berkembang.
d. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal
Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta gagal ginjal kronik.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan (Farmakologi) maupun dengan cara modifikasi gaya hidup.
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Menurut kemenkes RI (2017), modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
cara :
1) Membatasi asupan garam kurang dari 6 gram (1 sendok the perhari) dalam
seminggu.
11
2) Menurunkan berat badan dengan mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan aktivitas fisik.
3) Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). DASH mencakup
konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, serta produk susu lemak jenuh/
lemak total.
4) Menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol.
5) Olahraga dianjurkan bagi penderita hipertensi.
6) Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan , antara lain :
1) Golongan Diuretik
Diuretic thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergic, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang
dengan segera akan memberikan respon terhadap stress dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-blocker
Angiotensin-II-blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suau mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa
12
obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar
diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin,
labetalol.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah “clinical judgment” yang berfokus pada respon
manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA,
2015-2017). Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis
keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia
terhadap kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu,
lansia di keluarga maupun lansia dikelompoknya.
Ada beberapa tipe diagnosa keperawatan, diantaranya:
a. Diagnosa aktual
Diagnosa aktual adalah clinical judgment yang menggambarkan respon yang
tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik
pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Hal ini didukung oleh
batasan karakteristik kelompok data yang saling berhubungan.
b. Diagnosa risiko atau risiko tinggi
Diagnosa risiko atau risiko tinggi adalah clinical judgment yang
menggambarkan kerentanan lansia sebagai individu, keluarga, kelompok dan
15
komunitasyang memungkinkan berkembangnya suatu respon yang tidak
diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupannya.
c. Diagnosa promosi kesehatan
Diagnosa promosi kesehatan adalah clinical judgment yang menggambarkan
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk
mengaktualisasikan potensi kesehatan pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas. Respon dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku
kesehatan yang spesifik dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan.
d. Diagnosa sindrom
Diagnosa sindrom adalah clinical judgment yang menggambarkan suatu
kelompok diagnosis keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah
secara bersama dan melalui intervensi yang sama.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada hipertensi meliputi :
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
mengenai penyakit nya.
3) Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan gaya hidup
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang berguna untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah lansia.
Menurut NIC-NOC 2015, tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman
tentang penyakit dan terapinya, partisipasi dalam program perawatan diri, dan
tidak mengalami komplikasi.
16
2. Tindakan ketidaknyamanan
pertolongan 1.3 Gunakan komunikasi
nonfarmakologi terapeutik agar klien
3. Mengenal tanda dapat mengekspresikan
pencetus nyeri nyeri.
untuk mencari 1.4 Ajarkan penggunaan
pertolongan. teknik nonfarmakologi :
4. Melaporkan teknik relaksasi
nyeri berkurang progresif.
dengan 1.5 Berikan analgetic sesuai
menggunakan anjuran.
manajemen 1.6 Tentukan lokasi,
nyeri. karakteristik, kualitas
5. Menyatakan dan derajat nyeri
rasa nyaman sebelum pemberian obat.
setelah nyeri 1.7 Cek instruksi dokter
berkurang. tentang jenis, obat, dosis
dan frekuensi.
2. Kurang Setelah dilakukan 2.1 Kaji pengetahuan klien
pengetahuan tindakan keperawatan tentang hipertensi
berhubungan selama 2x24 jam klien 2.2 Berikan penyuluhan
dengan kurang dapat memahami dengan klien dan
terpaparnya penyakitnya dengan keluarga tentang
informasi kriteria hasil : penyakitnya
mengenai 1. Klien mampu
penyakit nya mengungkap
kan
pengetahuan
tentang
penyakit
hipertensinya
3. Resiko Setelah dilakukan 3.1 kaji pola makan klien.
kelebihan tindakan keperawatan 3.2 Dorong klien untuk
17
volume cairan 3x24 jam diharapkan menurunkan masukan
berhubungan tidak terjadi kelebihan garam
dengan gaya volume cairan dengan
hidup kriteria hasil :
1. TTV dalam
batas normal.
2. Konsumsi
garam dibatasi.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian, rencana yang telah ditentukan tercapai (Sri Melfa & Hasian,
2019).
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah akhir dari proses keperawatan gerontic yang dilakukan
dengan membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan pada
rencana. Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan dengan melibatkan lansia dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku lansia yang ditampilkan (Sri Melfa & Hasian, 2019).
18
19
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Hambatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan klien Ny. S dirumahnya, tidak ada
hambatan yang berarti. Klien mampu diajak bekerja sama dengan baik.
BAB V
1
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hipertensi dengan masalah
gangguan nyaman nyeri pada Ny. S yang berumur 64 tahun dari tanggal 10-12
Februari 2021 di Desa Sonorejo, Kec. Blora, Kab. Blora, pada tahap
pengkajian awal pengumpulan data serta wawancara penulis menemukan
masalah keperawatan lalu penulis melakukan perencanaan keperawatan yang
mengacu pada teori yang ada serta adanya kesediaan waktu dan partisipasi
klien sehingga tercipta kerja sama dalam Menyusun perencanaan antara
perawat dan klien, pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan
menyimpulkan bahwa klien sudah bisa melakukan relaksasi napas dalam.
Klien juga melakukan relaksasi napas dalam secara mandiri jika merasa nyeri.
Kemudian hasil akhir dalam tahap evaluasi menyimpulkan bahwa pemberian
Tindakan relaksasi napas dalam mampu membuat klien menjadi lebih rileks
sehingga rasa nyeri berkurang.
b. Saran
Hasil penelitian ini disarankan bagi klien yang menderita penyakit
hipertensi dengan gangguan rasa nyaman nyeri, yang tujuannya untuk
membuat klien merasa rileks dan mengilangkan rasa nyeri yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
2
Lemone, Priscilla. (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3 edisi 5. Jakarta : EGC.
Sri Melfa & Hasian (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Universitas Kristen
Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Buku Profil Kesehatan Tahun 2019.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (online),
(https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-2019.pdf
diakses pada tanggal 12 Februari 2021).
WHO (2015), World Health Day 2015.: Measure your blood pressure, reduce yourisk.
(https://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_healthy_day_20
dounduh pada 12 Februari 2021)
Lampiran
3
SOP TEHNIK RELAKSASI
NO. REVISI HALAMAN
NO.
DOKUMEN
4
rileks
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C. Fase Kerja
1) Tehnik relaksasi
a) Mengatur posisi duduk atau berbaring yang nyaman
menurut kondisi pasien
b) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam, melalui
hidung, dan merasakan saat udara mengalir dari tangan,
kaki, menuju paru-paru.
c) Pasien menahan nafas dalam 3-5 detik
d) Kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut
dan tidak terdengar suara udara
e) Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan irama nafas
ditambah. Gunakan pernafasan dada atau abdomen bila
frekuensi nyeri bertambah, gunakan pernafasan lebih
dangkal dengan frekuensi lebih cepat.
D. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindakan relaksasi
dan distraksi
2) Menganjurkan pasien untuk mengulangi tindakan apabila
masih merasa nyeri
3) Berpamitan dengan pasien
4) Membereskan peralatan
5) Mendokumentasikan hasil kegiatan
6) Mencuci tangan
UNIR TERKAIT IGD, UGD, RAWAT INAP, RAWAT JALAN.
5
SOP MEMBERI MAKAN PASIEN
…………………………………..
Pengertian Membantu menyuapi pasien
Petugas Perawat
Persiapan Alat 1. Baki berisi makanan pasien (sesuai diet)
2. Serbet makanan
3. Tissue
4. Air putih dalam gelas beserta sedotan
5. Alat tulis dan status pasien
Prosedur 1. Memberitahu pasien
Pelaksanaan 2. Perawat mencuci tangan
3. Serbet dibentangkan dibawah dagu pasien
4. Perawat duduk dengan posisi yang memudahkan pekerjaan
dalam tindakan
5. Pasien berdoa menurut agamanya
6. Pasien ditawari minum
7. Perlihatkan pada pasien menu makanan yang ada
8. Suapkan makanan sedikit demi sedikit sambil
berkomunikasi dan memperhatikan keadaan pasien
6
9. Pasien diberi minum
10. Setelah selesai mulut pasien dibersihkan
11. Pasien dirapikan kembali
12. Alat-alat dikembalikan ke tempat semula
13. Mencuci tangan
14. Dokumentasu porsi yang dihabiskan oleh pasien serta respon
pasien
15. Dokumentasikan pada catatan keperawatan
7
8