Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

DENGAN MASALAH UTAMA ANEMIA PADA Ny. S

DI DK. KARANGREJO DS. SUKOREJO

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah PKK Gerontik

Ditulis Oleh :

Indang Sri Wighati (3A)

P1337420418083

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan

Keperawatan keluarga Tn. S dengan masalah anemia pada Ny. S di Dk. Karangrejo Ds.

Sukorejo, Blora sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Marsum BE, S.Pd., M.HP. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang.

2. Bapak Suharto, S.Pd., MN. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Blora PoliteknikKesehatan Kemenkes Semarang.

4. Bapak Warijan, S.Pd, Akep, M.Kes, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penulisan.

5. Ibu Puji Prasetyaning Amini, S.Kep, Ners, selaku pembimbing klinik (CI) yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penulisan.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Karyawan Program Studi DIII Keperawatan Blora

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

7. Klien yang sukarela berpartisipasi dalam asuhan keperawatan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.


Peneliti berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa penulisan auhan keperawatan ini tidak luput dari kesalahan atau

kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Oleh karena itu penulis berharap kepada

pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi pembuatan laporan di masa mendatang.

Blora, Desember 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan anemia pada Ny.
S di Dk. Karangrejo Ds. Sukorejo

Nama : Indang Sri Wighati

NIM : P1337420418083

Tingkat : 3A

Asuhan keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 24 Februari 2021

Mahasiswa

(Indang Sri Wighati)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing CI

Warijan, S.Pd.,A.Kep.,M.Kes Puji Prasetyaning Amini, S.Kep.,Ners


NIP. 196307151984031004 NIP. 198005362014062003
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisi Penyakit
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu, dalam diagnosis anemia tidak
cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditatapkan pada
penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut (Sudoyo Aru).
Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel
darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah
dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia
defisiensi zat besi (Ani, 2016).
2. Etiologi
Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:
1) Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya
melalui feses (tinja).
4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi + 1,3
mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul
karena dua hal berikut ini:
1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah ke jaringan.
2) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Mudah lelah.
2) Kulit pucat.
3) Sering gemetar.
4) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
5) Sering pusing dan mata berkunang-kunang.
6) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan
tampak pucat.
7) Anemia yang parah (kurang dari 6 gr%) dapat menyebabkan nyeri.
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala
yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2008).
5. Pathway

Defisiensi besi, vit B12, Overaktif RES, produksi


Pendarahan saluran cerna,
As.Folat, depresi sumsum SDM abnormal
uterus, hidung, luka
tulang eritropoetin

Kehilangan SDM Penghancuran SDM


Produksi SDM

Pertahanan sekunder tidak adekuat Resiko infeksi

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar HB Efek GI

Kompensasi jantung Kompensasi paru Gangguan penyerapan


nutrisi & defisiensi folat

Beban kerja & curah Peningkatan frekuensi Glossitis berat, diare,


jantung meningkat napas kehilangan nafsu makan

Takikardia, angina,
Dyspepsia Intake nutrisi turun
iskema miokard, beban
kerja jantung (anoreksia)

Penurunan transport O2
Ketidakefektifan perfusi Ketidakseimbangan nutrisi
jaringan perifer Nyeri akut Hipoksia kurang dari kebutuhan

Peningkatan kontraktilitas
Lemah lesu, parestesia, mati
rasa, ataksia, gangguan
Palpitasi koordinasi, bingung

Deficit perawatan diri


Penebalan dinding ventrikel

Kardiomegali

Gambar 2.1 pathway anemia (Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015)
6. Prosedur Diagnostik
Menurut Amin Hudha dan Hardhi Kusuma (2015), prosedur diagnostik dari
anemia yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes penyaring, dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memilki komponen berikut ini :
- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferrin dan
ferritin serum.
- Anemia megaloblastic : asam folfat darah/ eritrosit, vitamin B12.
- Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb.
- Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik.
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Reaction, FISH =
Fluorescence In Situ Hybridization)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia Aplastik
• Transplantasi sumsum tulang.
• Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
• Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
• Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah
merah dan trombosit.
• Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-
orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
• Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
• Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
• Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
• Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
• Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
• Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian
ketat).
• Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
• Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
• Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
• Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
• Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin
prenatal).
4. Anemia sel sabit
• Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
• Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
• Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
• Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih
ringan.
• Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive
terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-
kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.
8. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2011, p.293) defisiensi terutama defisiensi zat besi dapat
mengganggu fungsi vital tubuh, menyebabkan mordibitas dan mortalitas,
termasuk diantaranya :
a. Palpitasi
b. Keletihan
c. Iritabilitas
d. Depresi
e. Sesak napas
f. Ingatan buruk
g. Nyeri otot
h. Nafsu makan buruk
i. Gagal jantung
j. Kerentanan meningkat jika terjadi kehilangan darah dalam jumlah kecil
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Friedman (1998) membagi proses keperawatan keluarga ke dalam
tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.

a. Identifikasi data

1) Data Kepala Keluarga

Data kepala keluarga yang meliputi nama kepala keluarga, pekerjaan, pendidikan
kepala keluarga dan alamat tinggal keluarga

2) Komposisi Keluarga

Meliputi daftar anggota keluarga, termasuk : nama, umur, pendidikan, dan status
imunisasi anggota keluarga

3) Status Sosial Ekonomi

Keadaan status ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam kecukupan


pemenuhan gizi keluarga
4) Pendidikan

Kurangnya pengetahuan tentang masalah anemia membuat keluarga tidak mampu


merawat penderita anemia dengan baik. Keadaan ekonomi yang rendah juga
sangat berkaitan dengan masalah penggunaan fasilitas pendidikan.

5) Budaya

Kebiasaan yang mendukung terjadinya anemia adalah kebiasaan “bapak makan


dahulu, ibu dan anak makan terakhir” sebagai penghormatan terhadap bapak.
Kebiasaan ibu hamil di larang keluarg rumah juga merupakan faktor predisposisi
kejadian anemia, dimana ibu hamil mengalami kekurangan infirmasi/pelayanan
kesehatan tentang perawatan saat kehamilan.

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga, frekuensi aktivitas


anggota keluarga, dan penggunaan waktu senggang secara bersama-sama
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan

1) Tahap perkembangannya adalah tahap perkembangan dengan usia anak remaja.


Adapun tugas perkembangan keluarga dengan usia anak remaja (Murwani, 2007)
: memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya, mempertahankan
hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang tua (hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan),
perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang.
2) Riwayat keluarga inti

Keluarga yang mempunyai riwayatTB paru pada anggota


keluarganya, dapat memungkinkan resiko anemia pada ibu hamil.

c. Data Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Kondisi rumah keluarga yang kurang sinar matahari, keadaan rumah yang agak
kotor, perabotan rumah yang agak berantakan memperparah kondisi anemia pada
ibu hamil. Sehingga dapat menyebabkan resiko komplikasi dari anemia mungkin
dapat terjadi, contohnya si ibu dapat mudah mengalami infeksi.

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Keluarga yang hidup di suatu komunitas yang mempunyai kebudayaan/keyakinan


tertentu, misalnya : berpantang makanmakanan tertentu selama hamil dapat
mempengaruhi kondisi ibu
hamil.

3) Mobilitas geografis keluarga

Status rumah yang di huni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa,
sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah dari daerah mana.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

a) Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasiltas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala
dalam kelangsungan pengobatan penderita
anemia.

b) Fasilitas Transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar


penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat. Ketiadaan sarana
transportasi menjadikan penderita tidak mau datang kepusat pelayanan
kesehatan sehingga memperburuk
keadaan si penderita.

5) Sistem pendukung keluarga

Dalam keberhasilan penanganan anemia pada ibu hamil di suatu keluarga


diperlukan dukungan dari suami dan anggota keluarga yang lain.
d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa yang digunakan


dan efektif tidaknya (keberhasilan) komunikasi dalam
keluarga.

2) Struktur peran

Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam keluarga dengan


baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita anemia akan mengalami
penurunan aktivitas fisik dalam
melaksanakan peran.

3) Struktur kekuatan keluarga

Sejauhmana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam


mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga.
4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai norma dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan. Kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya :
bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir dapat mempengaruhi kondisi
pada ibu hamil.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga dapat mempengaruhi


ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu keluarga. Sikap saling menghargai
dan saling pengertian antar anggota keluarga diperlukan di dalam anggota
keluarga yang mengalami anemia.
2) Fungsi sosial

Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana


anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi reproduksi

Seorang ibu yang melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia pada


kehamilannya. Apabila ibu tidak memperhatikan kebutuhan nutrisinya selama
hamil, karena zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan bayi yang ada di
kandungannya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat juga dapat menyebabkan ibu
menjadi anemia.
4) Fungsi ekonomi

Pendapatan keluarga yang rendah dapat mempengaruhi keterbatasan pemenuhan


kebutuhan gizi dan penggunaan fasilitas keluarga yang lainnya.
5) Fungsi perawatan keluarga

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat


dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan
yang tepat untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi dan memelihara lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat di lingkungan wilayah tempat tinggalnya.
f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ≥ 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi disfungsional bila menghadapi permasalahan


2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya atau ketidakseimbangan suplay
oksigen pada jaringan cerebral.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan ketidakseimbangan suplay oksigen pada jaringan
cerebral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang atau teratasi.
kriteria hasil :
• Klien mampu melaporkan nyeri berkurang
• Klien tampak rileks
• Skala nyeri berkurang
Intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Monitor TTV
3. Berikan posisi nyaman
4. Berikan tindakan nonfarmakologi kompres hangat
Rasional
1. Untuk mengetahui skala dan penyebab serta karakteristik nyeri
2. Untuk memantau perubahan TTV klien
3. Agar pasien dan merasa nyaman dan mengalihkan perhatian terhadap nyeri
4. Untuk mengurangi dan mengalihkan nyeri
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, mual dan muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan BB
- Dapat melakukan aktifitas tanpa bantuan orang lain
- Mukosa bibir lembab
- Kekuatan otot penuh
- Tidak ada mual dan muntah
- Porsi makan dihabiskan
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi dan makanan yang disukai
2. Berikan konseling diet pada keluarga khususnya mengenai sumber besi dari
makanan misal : daging, kacang, gandum, sereal bayi yang diperkaya zat besi
3. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering
4. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan lembut
5. Berikan obat sesuai indikasi; vitamin dan suplemen mineral misal, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, besi dextran (IM/IV) .
Rasional
1. mengawasi adanya kemungkinan penyebab defisiensi dan
mengidentifikasi intervensi
2. menambah pengetahuan keluarga
3. untuk mencegah mual dan muntah
4. agar merasa nyaman, bersih sehingga dapat menambah nafsu makan
5. suplemen tambahan penting untuk menggantikan masukan oral yang hilang
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
klien paham dan mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
• Pasien mengetahui tentang anemia
• Pasien mampu menjelaskan apa itu anemia
• Pasien mampu mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas.
Intervensi :
1. Jelaskan tentang penyakit anemia
2. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pencegahan
3. Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi
4. Tanyakan Kembali pengetahuan pasien tentang pengetahuan pasien tentang
penyakit, prosedur perawatan, dan pengobatan
Rasional :
1. Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi cemas
2. Mempermudah intervensi
3. Mencegah keparahan penyakit
4. Mereview kembali pengetahuan klien

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses pemberian asuhan keperawatan
untuk mendapatkan keberhasilan dari tindakan yang diberikan, dengan melihat
adanya respon klien. Perawat dapat mengetahui apakah tindakan dihentikan, dan
jika tidak maka perawat harus melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed
5.Jakarta :EGC
Handayani, W dan Hariwibowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Dangguan Sistem Hematologi”. Salemba Medka : Jakarta.
Huda, Amin & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: mediactionjogja.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://stikesmuh-pringsewu.ac.id/perpustakaan/index.php?p=fstream-
pdf&fid=1394&bid=7615 diakses pada 17 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai