Ditulis Oleh :
P1337420418083
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Keperawatan keluarga Tn. S dengan masalah anemia pada Ny. S di Dk. Karangrejo Ds.
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
1. Bapak Marsum BE, S.Pd., M.HP. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
4. Bapak Warijan, S.Pd, Akep, M.Kes, selaku pembimbing akademik yang telah
5. Ibu Puji Prasetyaning Amini, S.Kep, Ners, selaku pembimbing klinik (CI) yang telah
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Karyawan Program Studi DIII Keperawatan Blora
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang
Penulis menyadari bahwa penulisan auhan keperawatan ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Oleh karena itu penulis berharap kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi pembuatan laporan di masa mendatang.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan anemia pada Ny.
S di Dk. Karangrejo Ds. Sukorejo
NIM : P1337420418083
Tingkat : 3A
Hari : Rabu
Mahasiswa
Mengetahui,
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi Penyakit
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu, dalam diagnosis anemia tidak
cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditatapkan pada
penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut (Sudoyo Aru).
Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel
darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah
dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia
defisiensi zat besi (Ani, 2016).
2. Etiologi
Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:
1) Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya
melalui feses (tinja).
4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi + 1,3
mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul
karena dua hal berikut ini:
1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah ke jaringan.
2) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Mudah lelah.
2) Kulit pucat.
3) Sering gemetar.
4) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
5) Sering pusing dan mata berkunang-kunang.
6) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan
tampak pucat.
7) Anemia yang parah (kurang dari 6 gr%) dapat menyebabkan nyeri.
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala
yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2008).
5. Pathway
Takikardia, angina,
Dyspepsia Intake nutrisi turun
iskema miokard, beban
kerja jantung (anoreksia)
Penurunan transport O2
Ketidakefektifan perfusi Ketidakseimbangan nutrisi
jaringan perifer Nyeri akut Hipoksia kurang dari kebutuhan
Peningkatan kontraktilitas
Lemah lesu, parestesia, mati
rasa, ataksia, gangguan
Palpitasi koordinasi, bingung
Kardiomegali
Gambar 2.1 pathway anemia (Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015)
6. Prosedur Diagnostik
Menurut Amin Hudha dan Hardhi Kusuma (2015), prosedur diagnostik dari
anemia yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes penyaring, dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memilki komponen berikut ini :
- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferrin dan
ferritin serum.
- Anemia megaloblastic : asam folfat darah/ eritrosit, vitamin B12.
- Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb.
- Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik.
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Reaction, FISH =
Fluorescence In Situ Hybridization)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia Aplastik
• Transplantasi sumsum tulang.
• Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
• Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
• Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah
merah dan trombosit.
• Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-
orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
• Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
• Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
• Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
• Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
• Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
• Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian
ketat).
• Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
• Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
• Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
• Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
• Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin
prenatal).
4. Anemia sel sabit
• Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
• Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
• Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
• Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih
ringan.
• Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive
terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-
kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.
8. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2011, p.293) defisiensi terutama defisiensi zat besi dapat
mengganggu fungsi vital tubuh, menyebabkan mordibitas dan mortalitas,
termasuk diantaranya :
a. Palpitasi
b. Keletihan
c. Iritabilitas
d. Depresi
e. Sesak napas
f. Ingatan buruk
g. Nyeri otot
h. Nafsu makan buruk
i. Gagal jantung
j. Kerentanan meningkat jika terjadi kehilangan darah dalam jumlah kecil
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Friedman (1998) membagi proses keperawatan keluarga ke dalam
tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.
a. Identifikasi data
Data kepala keluarga yang meliputi nama kepala keluarga, pekerjaan, pendidikan
kepala keluarga dan alamat tinggal keluarga
2) Komposisi Keluarga
Meliputi daftar anggota keluarga, termasuk : nama, umur, pendidikan, dan status
imunisasi anggota keluarga
5) Budaya
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Kondisi rumah keluarga yang kurang sinar matahari, keadaan rumah yang agak
kotor, perabotan rumah yang agak berantakan memperparah kondisi anemia pada
ibu hamil. Sehingga dapat menyebabkan resiko komplikasi dari anemia mungkin
dapat terjadi, contohnya si ibu dapat mudah mengalami infeksi.
Status rumah yang di huni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa,
sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah dari daerah mana.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Fasiltas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala
dalam kelangsungan pengobatan penderita
anemia.
b) Fasilitas Transportasi
1) Pola komunikasi
2) Struktur peran
Menjelaskan mengenai norma dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan. Kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya :
bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir dapat mempengaruhi kondisi
pada ibu hamil.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ≥ 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses pemberian asuhan keperawatan
untuk mendapatkan keberhasilan dari tindakan yang diberikan, dengan melihat
adanya respon klien. Perawat dapat mengetahui apakah tindakan dihentikan, dan
jika tidak maka perawat harus melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed
5.Jakarta :EGC
Handayani, W dan Hariwibowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Dangguan Sistem Hematologi”. Salemba Medka : Jakarta.
Huda, Amin & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: mediactionjogja.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://stikesmuh-pringsewu.ac.id/perpustakaan/index.php?p=fstream-
pdf&fid=1394&bid=7615 diakses pada 17 Februari 2021