Percobaan VII
Asisten :
Boby Muharmansyah
Dosen Pengampu :
Drs. Irdoni, HS
NAMA
NIM
KELAS
Catatan :
Lembar kendali wajib dibawa setiap melakukan responsi, revisi, dan asistensi.
Lembar kendali dibuat sebanyak jumlah kelompok
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
Reaksi Asetilasi “Pembuatan Aspirin”
Catatan Tambahan:
Dosen Pengampu,
Pekanbaru, November 2020
Ikan patin (Pangasiaus Sp) adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang
telah berhasil di budidayakan. Ikan Patin (Pangasiaus Sp) merupakan salah satu jenis
ikan air tawar yang populer di kalangan penggemar menu masakan ikan air tawar.
Ikan patin ini memiliki cita rasa yang enak. Ikan ini kaya akan kandungan lemak,
sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber minyak ikan. Pada percobaan ini
dilakukan ekstraksi minyak ikan patin dari limbah ikan patin dengan metode dry rendering.
Ekstraksi adalah suatu metode untuk mengambil suatu zat dari campurannya, sedangkan
rendering adalah suatu cara untuk mengekstraksi bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Tujuan dari percobaan ini adalah memahami proses
ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan,memahami cara menghitung rendemen dan
memahami cara menentukan kadar asam lemak bebas, densitas, viskositas, serta laju
pembentukan asam lemak bebas dalam minyak limbah ikan. Limbah ikan patin yang telah
dibersihkan ditimbang dan dioven selama 4 jam. Minyak yang diperoleh kemudian
dipisahkan menggunakan corong pisah. Dari sampel 345 gram, diperoleh minyak ikan
sebesar 295 gram dengan rendemen 67,7% dan densitas 0,893 gram/ml. Persentase asam
lemak bebas yang didapat dari percobaan sebesar 33,4 %.
Abstract
Catfish is a fish that lived in fresh water. This fish is rich in fat content, so it has big potential
to be source of fish oil. The experiment was carried out on fish oil extraction from catfish
waste with methods of dry rendering. Extraction is a method for taking a substance of its
mixture, while the rendering is a way to extract the materials suspected to contain oil or fat
with a high water content.The purpose of this experiment is to understand the process of
extracting fish oil from fish waste understand how to calculate rendemen and understand
how to determine free fatty acid levels, density, viscosity, and rate of formation of free fatty
acids in fish waste oil.. The catfish waste have been cleaned and weighed, was heated in oven
for 4 hours. Theobtained oil separated using a separating funnel. From a sample of 345
grams, obtained 295 grams of fish oil with yield of 67,7% and density of 0,893 grams/ml.
Percentage of free fatty acids obtained from the experiments of 33,4 %,.
Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak ikan
dapat mencegah beberapa penyakit antara lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah,
penyakit kanker, mengobati kerontokan rambut danuntuk kekebalan tubuh. Minyak ikan ini
dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama
dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya adalah minyak tubuh
ikan (body oil) (Ahira, 2009). Budidaya ikan patin saat ini belum diusahakan secara optimal
tetapi permintaan konsumen ikan patin terus meningkat. Pakan merupakan faktor penting
yang dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pertumbuhan ikan
akan optimal dengan jumlah pakan dan mutu yang dibutuhkan ikan tercukupi (Zonneveld,
1991).
Berdasarkan data dinas Perikanan dan Kelautan provinsi Riau tahun 2008, bahwa jumlah
produksi ikan patin tahun 2007 mencapai 1.751,3 ton. Maka dalam satu tahun limbah industri
ikan patin dapat mencapai seribu ton lebih untuk Provinsi Riau (Warta Ekspor, 2013). Hal
inilah yang menjadi salah satu alasan digunakannya limbah ikan patin dalam ekstraksi
minyak ikan. Pada percobaan ini, pengambilan minyak ikan dari limbah ikan patin
menggunakan metode ekstraksi yaitu suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Metode ekstraksi yang digunakan
adalah dengan cara dry rendering (tanpa penambahan air) selama proses berlangsung.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius (Partim)
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair
(misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja karena komponennya saling
bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau
tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Whitaker, 2004).
Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun ekstraksi minyak
atau lemak itu bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction (Isnani, 2013).
2.2.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara
rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik, yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut
sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Menurut
Isnani pada tahun 2013, rendering dibagi dengan dua cara yaitu:
1. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup
dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan
flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel
yang dilengkapi dengan alat pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan
perlahan-lahan sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas
dan kemudian dipisahkan.
Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular,
sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai
dengan tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah
yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60
pound selama 4-6 jam.
2. Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan
steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak
atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil
diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan
yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang
dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel
B. Sokletasi
Sokletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul
air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam selongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon (Kurniawan, 2012).
C. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan
yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut
menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien
(Kurniawan, 2012).
A. Metode Refluks
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak, minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pelarut yang baik untuk ekstraksi
adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi.
Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran
senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam
pelarut polar dan sebaliknya (Kurniawan, 2012).
Meskipun baunya amis, manfaat minyak ikan bagi kesehatan manusia sangat besar.
Selain vitamin A dan D, asam lemak tidak jenuh ganda yang dikandungnya meningkatkan
kecerdasan dan sistem kekebalan tubuh anak balita. Bagi orang dewasa, mengonsumsi lemak
ikan juga dapat menangkal kanker, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung
koroner. Dibandingkan lemak hewani lainnya, lemak ikan (lebih dikenal dengan istilah
minyak ikan) sangat sedikit mengandung kolesterol. Hal ini sangat menguntungkan bagi
kesehatan karena kolesterol yang berlebih dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan perlunya gizi yang baik untuk menunjang
kesehatan telah mendorong meningkatnya konsumsi minyak ikan di dunia (Hastarini, 2012).
Dalam minyak ikan terdapat Omega 3, vitamin A, dan vitamin D. Selain itu, minyak
ikan juga merupakan sumber lemak rendah kolestrol yang aman dikonsumsi oleh segala
tingkat usia. Namun jika berlebihan pun tidak baik, karena dapat menyebabkan keracunan
vitamin A dan D. Selain itu juga mengakibatkan adanya penurunan kadar vitamin E dalam
tubuh. Oleh karena itu, hendaknya dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan atau dosis yang
tepat. Misalnya untuk anak yang memiliki berat badan 10 kg, cukup mengkonsumsi minyak
itu satu sendok teh saja per harinya (Hastarini, 2012).
Minyak ikan merupakan minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh
paling tinggi dibandingkan dengan jenis minyak lainnya. Ditinjau dari segi kesehatan, hal ini
sangat menguntungkan terutama kandungan asam lemak omega 3 nya. Kandungan asam
lemak tak jenuh yang tinggi menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil, mudah
mengalami oksidasi. Proses oksidasi akan semakin meningkat dengan adanya panas, cahaya
dan oksigen (Irianto, 2000).
Minyak ikan diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi minyak adalah suatu cara
untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan, yaitu
metode ekstraksi dengan aseton, metode ekstraksi dengan hidrolisa, metode Dry Rendering,
metode Wet Rendering dan ekstraksi dengan silase. Prosedur yang dilakukan meliputi
preparasi sampel, pemanasan, penyaringan, pengepressan, degumming, dan pemisahan
minyak (Irianto, 2000).
Kotoran pada minyak ikan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pertama adalah
kotoran yang tidak larut dalam minyak (kotoran fisik, air dan protein), kedua adalah kotoran
yang berbentuk susupensi koloid dalam minyak (fosfatida dan karbohidrat) dan ketiga adalah
kotoran yang terlarut dalam (asam lemak bebas, pigmen, mono dan digliserida, senyawa hasil
oksidasi, logam dan bahan-bahan yang tak tersabunkan (Irianto, 2002).
Minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, yang berarti “triester dari
gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai
rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Netti, 2002).
2. Oksidasi
Proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon
asam lemak pada minyak.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida
dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai pendek dalam
asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang
bersifat tidak menguap.
Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk
itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak ALB
ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak (Firman, 2001).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar
dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat
meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari.
Bila lemak tersebut diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul
gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada
pusat saraf dan mempersingkat umur (Hastarini, 2012).
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan
pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada salah pengertian, seolah-
olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol
makanan. Sehingga banyak produk makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai
nonkolesterol. Konsumsi lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini
berpengaruh adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang
terdapat dalam minyak sayuran (Hastarini, 2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Limbah ikan
2. Aquadest
3. NaOH/KOH
4. Phenoptalein/metil orange
5. Alkohol
6. Vaselin
7. Natrium sulfat anhidrat