Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Mixed Use Building


2.1.1 Definisi Mixed Use Building

Mixed-use building yaitu bangunan multi fungsi yang terletak disuatu kawasan
wilayah kota serta terdapat berbagai macam kegiatan didalamnya, kegiatan tersebut saling
melengkapi dan saling berakitan, serta harus memiliki pernanan yang jelas. (Gause, dkk,
1998).

Mixed Use Building adalah proyek perumahan dalam rasio besar yaitu dengan
area lantai lebih dari 3 lantai yang memiliki berbagai macam fasilitas seperti kantor,
hunian, hotel, dan retail serta rekreasi yang akan saling berhubungan satu sama
lainnya dalam hal bentuk fungsi ataupun bentuk fisik seperti jalur pendestrian yang
saling terhubung. (Jenks, dkk, 1996).

Menurut Marlina, (2008) Mixed Use Building ialah suatu upaya perancangan
pembangunan yang berusaha untuk menyatukan berbagai macam aktivitas dan
fungsi disuatu wilayah, sehingga terjadi satu sistem yang kompleks dimana
semuanya saling berkaitan dan saling terintegrasi. Sedangkan, menurut hasil
keputusan menteri pekerjaan umum nomor 441/KPTS/1998, bangunan hunian
campuran adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang memiliki
berbagai macam fasilitas lainnya seperti kantor, perdagangan, penyimpanan, dan
fasilitas umum.

2.1.2 Sejarah Mixed Use Building


Awal mulanya, mixed use building berkembang di Amerika setelah selesainya
Perang Dunia II dengan proyek-proek yang berskala besar (superblock) yang
terletak ditengah kota, proyek tersebut memiliki pola grid dalam mengatur pola
kota-kota besar di Amerika. Pola grid tersebut kemudian menyatu dan disebut
dengan istilah superblock.

Perancangan bangunan yang terletak di superblock biasanya memiliki skala


besar dan dapat menampung berbagai aktivitas serta fungsi yang saling berkaitan
satu sama lainnya. (Schwanke, 2003).

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
2.1.3 Ciri-Ciri Mixed Use Building
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari mixed use building yang dapat berguna
untuk membedakan mixed use building dengan bangunan lainnya, (Schwanke,
2003). yaitu :

 Dalam satu kawasan terdapat 2 fungsi atau lebih, misalnya terdiri dari kantor,
hotel, mall, rumah sakit, apartemen, dan pusat rekreasi.
 Fungsi-fungsi tersebut saling terintegrasi secara fisik dan fungsional.
 Hubungan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya saling berdekatan
dan terkoneksi antar bangunan didalamnya.
 Adanya jalur pedestrian sebagai penghubung antar bangunan

2.1.4 Manfaat Mixed Use Building


Adanya mixed use building dalam konsep pembangunan ini memiliki dampak
positif bagi berbagai pihak. Menurut Danisworo, (1996) terdapat lima keuntungan
dari konsep mixed use building, yaitu:

 Mempercepat pertumbuhan kegiatan yang beragam secara teratur dalam


suatu wadah.
 Adanya sarana dan prasarana yang lebih efisien
 Terciptanya jalur sirkulasi yang baik dengan pemisahan yang jelas antara
sistem transportasi

2.1.5 Tata Letak Banguan dalam Mixed Use Building


Tata letak dalam bangunan mixed use sangat mempengaruhi bentuk dan
koneksi antar fungsinya. Menurut Sumargo (2003;58) Terdapat empat konfigurasi
tata letak bangunan dalam kawasan mixed use, yaitu:
 Mixed-use Tower, mimiliki fungsi-fungsi yang diletakkan pada lapisan struktur
tunggal dalam segi massa ataupun ketinggan bangunan. Pada umumnya, mixed use
tower merupakan bangunan bertingkat tinggi. Positifnya akses mudah karena
beberapa fungsi sudah tersedia di satu tower, sedangkan dampak negatifnya
harus menyesuaikan kebutuhan dari beberapa fungsi tersebut sesuai dengan
lahan yang ada. (Gambar 1.a)

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
 Multitowered Megastructure, adalah gabungan dari beberapa tower mixed use
dengan atrium yang berada dibawahnya yang berfungsi sebagai pusat
perbelanjaan dan menjadi komponen utama karena merupakan tempt titik
bertemunya antar pengguna. (Gambar 1.b)
 Freesatnding Structure with Pedestrian Connection, adalah konsep penataan
tata letak beberapa mixed use yang disatukan dengan jalur pendestrian.
Dampak positifnya, adanya pemisahan antar fungsi bangunan sehingga tidak
saling bersinggungan secara langsung. (Gambar 1.c)

 Combination, merupakan penggabungan dari ketiga bentuk tersebut. Tipe ini


sangat kompleks sehingga menimbulkan dampak positif dan negatif yang
lebih. (Gambar 1.d)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 1 Konfigurasi Tata Letak Bangunan Kawasan Mixed- Use


Sumber: Sumargo, 2003; 58

2.2 Kajian Apartemen

2.2.1 Definisi
Beberapa definisi dari kata ‘apartemen’ adalah sebagai berikut :

 Apartemen adalah sebuah bangunan vertikal yang terdiri dari kamar tidur,
kamar mandi, dapur dan ruang santai yang terbagi dalam beberapa unit.
(Joseph, dkk, 1986).
 Apartemen adalah suatu tempat tinggal yang terdri dari beberapa rangkaian
ruang dengan fasilitas rumah tangga yang lengkap. (Harris, 1875; 20).
 “ several dwelling units share a common (usually an indoor) access and are
enclosed by a common structural envelope. ”, yang berarti hunian yang
terdiri dari berbabagi unit dengan akses yang sama dan dibungkus oleh
struktur bangunan yang sama. Menurut (Lynch, dkk, 1984; 252).

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Jadi secara umum apartemen dapat didefinisikan sebagai bangunan bertingkat
yang berfungsi sebagai tempat tinggal serta terbagi menjadi beberapa unit hunian
yang dapat menampung berbagai aktifitas, dan tersedianya fasilitas secara
bersamaan.

2.2.2 Fungsi Apartemen


Berikut adalah fungsi-fungsi bangunan apartemen sebagi berikut:
 Fungsi utama, yaitu fungsi pada umumnya yaitu sebagai tempat tinggal yang
dapat menampung berbagai aktifitas antara lain: makan, tidur, menerima
tamu, berkerja, melakukan hobi, dll.
 Fungsi pendukung, merupakan fungsi yang akan menambah nilai kenyamanan bagi
pengguna, fungsi tersebut antara lain :
- Layanan olahraga seperti : fitness center, aerobic, kolam renang, dan lain-
lain.
- Layanan kesehatan seperti : poliklinik dan apotik
- Layanan komersialseperti : minimarket, restoran dan salon
- Layanan anak seperti : tempat penitipan anak dan area bermain.
 Fungsi pelengkap, merupakan fungsi yang berguna untuk melengkapi fungsi lainnya,
seperti terdapat ruang administrasi, ruang cleaning service, dan pos satpam.

2.2.3 Syarat- Syarat Bangunan Apartemen


Syarat – syarat bangunan apartemen menurut (Joseph, dkk, 1986) adalah
sebagai berikut :

 Pintu masuk apartemen : Bagian pintu masuk apartemen harus dibuat


semenarik mungkin sehingga mudah dilihat, bagian pintu masuk juga harus
menyediakan tempat untuk drop off, menaikan dan menurunkan barang
bawaan. Pintu masuk harus mudah diakses oleh siapapun termasuk mobil
pemadam kebakaran, harus terdapat kanopi untuk melindungi pengunjung
dari hujan. Lebar pintu masuk minimal 5,5 meter atau sekitar 2 mobil.
 Pengiriman dan pengantaran barang harus melalui pintu servis
 Terdapat ruang keluarga yang menjadi penghubung antara kamar anak
dengan kamar orang tua, kemudahan akses tersebut berguna untuk
mengawasi anak.
 Akses antara ruang tidur dengan kamar mandi dibuat terpisah.
10

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
 Akses antara dapur dan kamar mandi bisa kemungkinan menjadi satu jalur
dengan ruang keluarga.
 Area servis antara dapur dan ruang makan dapat terhubung dengan ruang
lainnya.

2.2.4 Karakteristik Apartemen


Berikut adalah ciri-ciri apartemen yang dirangkum dari beberapa sumber :

 Bangunan berbentuk vertikal yang biasanya terdiri dari 2 lantai atau lebih
 Unit-unit hunian tersebar disatu laintai
 Memudahkan akses untuk mencapai fasilitas-fasilitas yang disediakan
 Memiliki fasilitas bersama dan terdapat area komersial pada bangunan
apartemen
 Sirkulasi horisontal berupa koridor dan sirkulasi vertikal berupa tangga atau
lift
 Keutamaan dalam aspek keamanan, ketenangan dan privasi
 Struktur harus dibuat sangat kuat agar betahan dalam jangka waktu yang lama.
Klasifikasi Apartemen

2.2.5 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan


Ada dua jenis apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya yaitu: apartemen
yang dibayai oleh pemerintah dan dibiayai oleh swasta/investor. Perbedaannya yaitu
berhubungan dengan status kepemilikan. Apartemen yang dibiayi oleh pemerintah
biasnya memiliki sistem sewa atau dengan sistem kepemilikan bersama dengan
harga terjangkau. Sedangkan, untuk apartemen yang dibiayi oleh swasta biasanya
dikhususkan untuk kalangan menengah ke atas dengan sistem sewa atau beli dalam
bentuk condominium.

2.2.6 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sistem Kepemilikan


Ada dua jenis apartemen berdasarkan kepemilikan (Paul, 1967; 39-42), yaitu:
 Apartemen dengan tipe sistem sewa
Pada apartemen ini, biaya sewa dibebankan oleh penghuni apartemen, biaya
tersebut dapat dibayarkan per bulan atau per tahum. Sedangkan untuk biaya

11

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
utilitas ditanggung sendiri juga oleh penghuni. Sementara untuk pengelola
apartemen ditanggung oleh pemilik.
 Apartemen dengan tipe sistem beli
Apartemen dengan sistem beli terbagi menjadi dua jenis yaitu:
- Apartemen dengan sistem kepemilikan bersama (cooperative ownership).
Pada apartemen ini, penghuni hanya memiliki satu unit yang dapat dijual
kembali ke orang lain. Bila apartemen tersebut kosong maka semua biaya
maintenance ditanggung bersama
- Condominium. Pada apartemen ini, setiap penghuni memiliki unitnya
sendiri terhadap fasilitas dan ruang publik. Penghuni juga dapat menjual
atau menyewakan kepada orang lain, apabila apartemen tersebut kosong
maka biaya maintenance ditanggung oleh pengelola apartemen tersebut.

2.2.7 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tinggi dan Besar bangunan


Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunannya apartemen terdiri atas
(Akmal,2007):
 Apartemen high-rise, apartemen ini tediri dari <10 lantai serta dilengkapi
dengan basement, sistem struktur yang kompleks, dan sistem keamanan dan
servis.
 Apartemen Mid-Rise, apartemen ini terdiri dari 7-10 lantai
 Apartemen Low-Rise, apartemen ini memiliki ketinggian >7 lantai
 Apartemen Walked-Up, apartemen ini memiliki ketinggian 3-6 lantai.

 Apartemen Garden, apartemen ini memiliki ketinggian paling rendah


yaitu 2-4 lantai.
2.2.8 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi Horizontal

Berikut ini adalah macam-macam sirkulasi horizontal pada apartemen yang


berupa koridor, yaitu (Joseph, dkk, 1986) :
Koridor Berada Di Luar Koridor Berada Di Dalam

12

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Gambar 2. Koridor berada diluar dan didalam
Sumber : joseph, dkk, 1986
Tower Multi Tower

Gambar 3. Koridor type koridor tower dan multi tower


Sumber : joseph, dkk, 1986

Multi Akses Di Luar Multi Akses Di Dalam

Gambar 4. Koridor multi akses diluar dan didalam


Sumber : joseph, dkk, 1986

2.2.9 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi Vertikal

Menurut Joseph, dkk, (1986) apartement memiliki macam-macam jenis koridor


bangunan secara vertikal, diantaranya :

a b c d e f
Gambar 5. Type koridor secara vertikal
Sumber : Joseph, dkk, 1986

Keterengan dari gambar diatas adalah :


 Gambar 2.8.a dijelaskan bahwa koridor yang terletak disetiap lantai bangunan
apartement, koridor juga berada diluar bangunan.
 Gambar 2.8.b dijelaskan koridor terletak disetiap dua lantai serta koridor terletak diluar unit
apartement.
 Gambar 2.8.c dijelaskan bahwa koridor berada disetiap 3 lantai dan terletak di
luar unit apartemen.
13

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
 Gambar 2.8.d dijelaskan bahwa koridor berada disetiap lantai dan koridor
terletak dtengah bangunan

 Gambar 2.8.e dijelaskan bahwa koridor berada disetiap dua lantai dan terletak
ditengah bangunan.
 Gambar 2.8.f dijelaskan bahwa koridor memilki bentuk kombinasi yaitu antara
lurus dan miring yang terletak didalam bangunan setiap lantainya.
Menurut gerakan arah matahari dan angin (Joseph, dkk, 1986) adalah sebagai
berikut:

a b c
Gambar 5. Type koridor menurut gerak arah mataharidan angin
Sumber : Joseph, dkk, 1986

Keterangan dari gambar diatas adalah :


 Gambar 2.9.a dijelaskan bahwa koridor terdapat disatu sisi saja dan membuat
view mengarah keluar sehingga arah angin dapat menembus ke massa yang tipis
 Gambar 2.9.b dijelaskan bahwa koridor berada ditengah dan diapit oleh dua
unit apartemen sehingga view ke luar menjadi dua sisi.
 Gambar 2.8.c dijelaskan bahwa koridor berada ditengah bangunan sehingga
angin dan sinar matahari yang masuk lebih banyak

2.2.10 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jenis Unit


Klasifikasi pada apartemen berdasarkan tipe unitnya ada 4 (Akmal, 2007) yaitu :
 Studio, tipe ini memiliki sifat multifungsi dan
relatif kecil yaitu hanya seluas 20-35 m2 dan
ditunjukan untuk penghuni satu orang atau
pasangan tanpa anak.

Gambar 6. Layout Apartemen Type Studio


Sumber : www.tamananggrekapartemen.com
Diakses 13/15/18
14

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
 Apartemen 1, 2, 3 Kamar / Apartemen Keluarga, tipe ini memiliki luas minimal
25-30m2 tiap kamarnya. Tipe ini memiliki ruang yang terbuka dan tidak
terpisah satu sama lain.

Gambar 7. Layout Apartemen Type 1,2,3 kamar tidur


Sumber : www.tamananggrekapartemen.com
Diakses 13/15/18

 Loft adalah tipe Apartemen tipe loft biasanya berbentuk


mezzanine atau dua lantai dalam satu lantai. Bentuk
bangunannya pun cenderung berpenampilan industrial.

Gambar 8. Layou Apartemen Type Loft


Sumber : www.properti,blogspot.com
 Penthouse, tipe ini terletak paling di atas bangunan, Diakses 13/15/18
bahkan hanya tersedia satu sampai dua unit saja, tipe ini
adalah tipe yang paling mewah.

Gambar 9. Layou Apartemen Type Penthouse


Sumber : www.senayanresidence.com
Diakses 13/15/18
2.2.11 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Bentuk Massa Bangunan
Ada 3 macam tipe apartemen berdasarkan bentuk massa bangunannya yaitu10:
 Apartemen berbentuk Slab

Pada apartemen ini bentuk antara tinggi dan lebar/panjang bangunan hampir
sama dan memiliki koridor panjang
 Apartemen berbentuk Tower

Pada apartemen ini berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih kecil.


dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk bangunan seperti
tiang.Biasanya jumlah lantai >20 lantai. Sistem sirkulasinya menggunakan
sistemcore karena menggunakan lift.

2.2.12 Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Golongan Sosial


15

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Menurut Savitri, dkk (200) berdasarkan golongannya pembagian
apartemen dibagi menjadi :
 Apartemen Sederhana
 Apartemen Menengah
 Apartemen Mewah
 Apartemen Super Mewah
Yang membedakan dari keempat tipe diatas adalah fasilitasnya, semakin
lengkap fasilitas semakin mewah apartemen tersebut.

2.2.13 Kesimpulan Pemodelan

Mengacu pada TOR sayembara Commercial Mixed-Use Development @


pada Intermodal District, di BSD CITY . Apartemen yang diajukkan yaitu
apartemen kelas menengah dimana memiliki 3-4 tower dengan peletakkan diatas
atau disamping Trade Center, maka bentuk yang tepat digunakan yaitu
Multitowered Megastructure atau Combination. Selain itu type ukuran unit yang
digunakan yaitu : type studio, type 1 kamar tidur, dan type 2 kamar tidur. Untuk
sirkulasi secara horizontal digunakan sistem sirkulasi didalam bangunan. sedangkan
untuk sistem sirkulasi vertikal digunakan sistem sirkulasi tiap 1 lantai. Untuk sistem
sirkulasi seusai dengan pergerakan arah matahari dan angina digunakan sistem
sirkulasi dua koridor dimana koridor yang berada di tengah bangunan dan diapit
oleh dua unit apartemen.

2.3 Kajian Trade Center / Mall

2.3.1 Definisi

Mal atau Mall ialah sebuah pusat perbelanjaan yang terdiri dari beberapa
toko dagangan dan dihubungkan oleh jalur sirkulasi yang terbuka dan tertutup agar
memudahkan akses pengunjung ke mall. (Gause, dkk, 1998).

2.3.2 Sejarah

Pada awalnya, mall merupakan transformasi dari pasar tradisional sebagai


tempat untuk berdagang. Lalu seiring berkembangnya zaman permintasaan kualitas

16

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
barang yang jual juga semakin tinggi. Fasilitas yang disediakan pada umunya yaitu
bioskp, area bermain anak, area pertunjuka dan lain sebagainya. Selain permintaan,
fasilitas yang disediakan juga berkembang seiring gaya hidup modern masyarakat.

2.3.3 Fungsi Pusat Perbelanjaan

Fungsinya pada umum yaitu sebagai pendukung perekonmian kota, dan


tempat untuk menampung dan menyalurkan barang yang akan dibutuhkan untuk
masyarakat. (Mailand, 1985).

2.3.4 Fasilitas Pendukung Pusat Perbelanjaan

Fasilitas pendukung pada pusat perbelanjaan yaitu (Chiara, dkk, 1983) :


 Fasilitas Perbelanjaan, pada umumnya yaitu meliputi 50-100 unit
retail,supermarket, dan departement store
 Fasilitas Rekreasi, seperti hiburan,kesenangan, dan ketangkasangan

2.3.5 Karakteristik Pusat Perbelanjaan

Karakteristik pusat perbelanjaan menurut (Maitland, 1986) antara lain:


Memiliki koridor tunggal, lebar koridor minimal 8-16 m, pintu masuk dapat diakses
dari segala arah, atrium terletak ditengah bangunan, luas main anchor minimal 100-
200 m, terdapat parkir basement.

2.3.6 Unsur-Unsur dalam Pusat Perbelanjaan


Pusat perbelanjaan memeliki unsur-unsur diantaranya yaitu (Rubeinstein, 1978) :
 Anchor yang berfugsi sebagai magnet dari bangunan, perwujudannya berupa
plaza, dan departement store.
 Secoundary Anchor yaitu berupa jalur pendestrian yang menghubungkan
retail-retail.
 Street Mall yaitu berupa jalan berbentuk “paths” yang menghubungkan
magnet-magnet

17

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
2.3.7 Tipe-tipe Pusat Perbelanjaan

 Menurut Jenis Fisik :


- Shop Units : retail dengan luasan kurang dari 400 m2

- Departement store : toko dengan kapasitas besar dan memiliki luasan lebih
dari 10.000 m2 - 20.000 m2.

- Supermarket : toko makanan dengan sistem self service dan memiliki area
minimum untuk berjualan 400 m2.
- Cash dan carry dan other retail warehouse : ruang yang digunakan sebagai
tempat berdagang barang diskonan.
- Superstores : Pertokoan dengan area berjualan lebih dari 2.500 m2.

- Hypermarket : pertokoan dengan luas lebih dari 5.000 m2.


- Shopping Arcade : toko-toko yang berada disisi samping kanan kiri
pendestrian yang cukup lebar, jalan tersebut dilengkapi dengan tempat
duduk, tanaman, dll.
- Shopping Mall : memiliki jalan selebar 3-3,5 m yang berada di depan
pertokoan
 Menurut Variasi Barang yang dijual dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Specialty Shop: pertokoan yang menjual barang jenis pakaian, sepatu dll.
- Variety Shop: pertokoan yang menjual bermacam-macam barang
 Menurut Luas Areal Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Regional Shopping Center memiliki luas areal antara 27.000-92.000 m2
- Community Shopping Center memiliki luas areal antara 9.000-23.000 m2
- Neigbourhood Shopping Center memiliki luas areal anrata 2.000-9.000 m2

Pada table dibawah ini dijelaskan klasifikasi luas pusat perbelanjaan berdasarkan
beberaa macam tipe pusat perbelanjaan.

Tabel 1. Kasifikasi Pusat Perbelanjaan

18

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
2.3.8 Tipologi Pusat Perbelanjaan
Macam-macam tipologi pusat perbelanjaan (Rubeinstein, 1978) :
 Pusat Perbelanjaan Terbuka: yaitu tipe pusat perbelanjaan yang terkena
sinar matahari secara langsung, perlindungan terhadap cuaca menggunakan
kanopi. Keutungan dari tipe ini yaitu biaya lebih murah, terkesan luas, dan
perencaan sistem mudah. Kerugiannya yaitu akan ada dampak pengaruh dari
terail-retail yang dibuat terpisah, dan kendala dalam climiting control.

Gambar 10. Pusat Perbelanjaan Terbuka


Sumber: Rubeinstein, 1978

 Pusat Perbelanjaan Tertutup : Terlindung dari cuaca, terdapat pelindung


atap. Keuntungannya nyaman, dan kerugiannya adalah biaya mahal.
19

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Gambar 11. Pusat Perbelanjaan
Tertutup Sumber: Rubeinstein, 1978
 Pusat Perbelanjaan Terpadu : Merupakan penggabungan antara pusat
perbelanjaan terbuka dan pusat perbelanjaan tertutup. Munculnya bentuk ini
karena untuk antisipasi adanya keborosan energi. Selain itu, adanya penutup
yang diletakkan ditengah bangunan memiliki daya tarik tersendiri terhadap
pengunjung.

Gambar 12. Pusat Perbelanjaan Terpadu


Sumber: Rubeinstein, 1978

2.3.9 Sistem Sirkulasi Perbelanjaan

Macam-macam sistem sirkulasi pada pusat perbelanjaan modern (Acvriansyah,


2010) :
 Sistem Banyak Koridor, mimiliki ciri-ciri yaitu bayaknya koridor tanpa adanya
kejelasan orientasi, pemakaian runag sangat minim, ini digunakan pada
pertokoan tahun 1960-an.

Gambar 13. Sistem Sirkulasi Banyak Koridor


Sumber: Avriansyah, R., 2010

 Sistem Plaza memiliki ciri-ciri yaitu, adanya plaza dengan skala besar dan
menjadi titik pusat dari bangunan, adanya koridor untuk meminimalisir ruang,
terdapat hirarki pada masing-masing toko, dan adanya pola mezanin.
20

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
21

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Gambar 14. Sistem Plaza
Sumber: Avriansyah, R., 2010

 Sistem Mall memiliki konsentrasi pada jalur utama yang menghadap ke


toko, jalur berukuran besar dan akan menghubungkan kedua titik utama.

Gambar 15. Sistem Mall


Sumber: Avriansyah, R., 2010

2.3.10 Variasi Susunan Lay Out Denah Pusat Perbelanjaan

Gambar 16. Susunan Layout Denah Pusat Perbelanjaan


Sumber: Chiara, dkk 2001

 Departement store yang terdiri dari 1-2 lantai


 Variasi 2 departement store yang terdiri 1-2 lantai
 Variasi 3 departement store dan rencana pengembangan

22

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
 Variasi 4 yaitu adanya departement store yang terdiri dari 1-2 lantai

Gambar 17. Variasi Susunan Multi Level Potongan Pusat Perbelanjaan


Sumber: Chiara, dkk 2001

 Mall/ atrium, retail, dan parkir 1 lantai


 Dua tingkat mall dan retail
 Tiga tingkat mall dan retail menggunakan parkir di basement
 Dua tingkat mall dan retail di sub perkotaan CBD digunakan multi-dek parkir
 Lantai dasar pada mall dan retail digunakan untuk penjualan sedangkan
ruang bawah tanah untuk basement.

2.3.11 Kesimpulan Pemodelan

Sistem Perbelanjaan yaitu campuran antara terbuka dan tertutup dengan


sirkulasi sistem mall. Susunan layout denah yaitu dengan sirkulasi double loaded
dengan atrium dan void, membentuk koridor yang tidak monoton serta
memaksimalkan energi alam masuk bangunan. Susunan multi level yaitu lantai
dasar pada mall digunakan untuk retail, sedangkan parkir diletakkan debasement.

23

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
2.4 Tema Pendekatan

2.4.1 Green Architecture


Menurut GBCI (Green Building Council Indonesia, 2010), bangunan hijau
adalah bangunan yang akan direncanakan atau bangunan yanag ada yang akan
dipelihara dengan memperhatikan elemen-elemen : Tepat guna lahan, Efisiensi dan
Konservasi Energi, Konservasi Air, Sumber dan Siklus Material, Kualitas Udara
dan Kenyamanan Ruang, Manajemen Lingkungan Bangunan.

2.4.2 Kriteria Green Building

Dalam penerapan green building


terdapat enam kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu:
 Tepat Guna Lahan (Approtiate
Site Development)
 Efisiensi dan Konservasi Energi
 (Energy Efficiency & Conservation)
 Konservasi Air (Water Conservation)
 Sumber dan Siklus Material Gambar 18. Kriteria Bangunan Hijau
Sumber : GBCI, 2010
 (Material Resource and Cycle)
 Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Healt and Comfort)

 Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management).

2.4.3 Prinsip-Prinsip Green Architecture

Menurut Brenda dan Robert Vale (1996) dalam bukunya “Green


Architecture : Design for A Sustainable Future” ada 6 prinsip dasar
perencanaan Green Architecture, yaitu :
 Conserving Energy adalah bangunan yang menggunakan bahan bakar energi
sangat minim dan memaksimalkan energi alam
 Working With Climate adalah mendesain bangunan berdasarkan iklim
dilokasi bangunan berada.
 Minimizing New Resources adalah mendesain dengan meminimalkan
24

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
penggunaan sumber daya alam.
 Respect for Site adalah bangunan yang sebisa mungkin agar tidak merusak
kondisi tapak asli.
 Respect for User adalah desain bangunan dengan memperhatikan semua
penghuni bangunan

 Holism bangunan didesain sesaui dengan kebutuhan yang ada.

2.4.4 Sifat-Sifat Bangunan Konsep Green Architecture

 Sustainable (Berkelanjutan)
Adalah bangunan yang didesain dengan tema hijau dan tetap bertahan seiring
berjalannya waktu, konsep ini juga menyatu dengan alam tanpa merusak alam
tersebut.
 Earthfriendly (Ramah lingkungan)
Bangunan yang didesain tidak hanya bersifat ramah lingkungan melainkan
juga harus meminimalisir penggunaan energi.
 High Performance Building
Meminimalisir penggunaan energi pada desainnya dengan memanfaatkan
energi dari alam dan dipadukan dengan teknologi tinggi, contohnya seperti
penggunaan panel surya pada rooftop bangunan yang dapat berguna menjadi
sumber pembangkit listrik.

25

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Table 2. Studi Preseden

Pada table ini dijelaskan hasil dari perbandingan antar ketiga studi preseden yang padukan
dengan elemen peracangan arstitektur, yaitu sebagai berikut :

26

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
27

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
28

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City
dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
28

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
29
Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City
dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.
30

Perancangan commercial mixed-use development pada intermodal district di BSD City


dengan pendekatan green architecture_Nurheriyati Lusiana, 2019.

Anda mungkin juga menyukai