ARSITEKTUR (LP3A)
“GEDUNG PERTEMUAN”
Disusun oleh:
Desy Liliyani Arum R 21020117130062
Salsabila Ryanandita 21020117130070
Arum Mutmainah 21020117130092
Lani Brigitta M 21020117140076
Putra Husna 21020117140081
Raissa Nurul Hasya 21020117140083
Naafian Maulana R 21020117140084
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB III
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehinnga penyusun
dapat menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dengan
judul Gedung pertemuan sebagai salah satu persyaratan dari mata kuliah Perancangan
Arsitektur 5 tahun 2020 di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini, terutama kepada:
1. Bhatoto, S.T., M.T. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Perancangan Arsitektur
5 2020.
2. Dr.Ir. Agung Budi Sardjono, MT. Selaku Ketua Departemen Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
3. Dr.Ir. Erni Seyowati, MT. Selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur.
Penyusun menyampaikan permohonan maaf apabila dalam naskah LP3A ini terkandung
materi yang kurang berkenan atau mengandung kesalahan yang tidak disengaja. Penyusun
berharap semoga LP3A ini dapat bermanfaat bagi pacapembaca, khususnya bagi mahasiswa
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, serta bermanfaat kepada
masyarkat.
Tim Penyusun
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan produk perancangan yang
baik, benar dan terarah sehingga dapat menyelesaikan masalah kebutuhan
ruang yang dapat mengakomodasi kegiatan di dalam Gedung Pertemuan serta
dapat menghadirkan pengkinian Arsitektur Nusantara di dalam perancangan.
1.2.2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya langkah-langkah kegiatan
penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5
dengan judul Gedung Pertemuan berdasarkan aspek-aspek panduan
perancangan.
1.3 Manfaat
1.3.1. Secara Subjektif
a. Sebagai Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
(LP3A) yang akan dilanjutkan dengan eksplorasi desain dalam bentuk
grafis.
b. Sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses mendesain
dan syarat dalam mengikuti mata kuliah Perancangan Arsitektur 5, Semester
7, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
1.3.2. Secara Objektif
Manfaat dari LP3A ini secara obyektif adalah untuk memberi tambahan
pengetahuan, wawasan dan perkembangan ilmu bagi mahasiswa bersangkutan
maupun mahasiswa lain maupun masyarakat umum di bidang arsitektur
mengenai Gedung Pertemuan dan Arsitektur Nusantara.
6
Ruang lingkup spasial pada pembahasan ini adalah gedung pertemuan di
Semarang.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian hall adalah ruangan, ruang depan, aula, atau balai ruang (John
M Echols and Hasan shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia).
Dari uraian di atas, maka dapat diambil satu pengertian mengenai
"Convention Hall" adalah suatu ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk
pertemuan (yang mencakup sidang utama dan komisi, jamuan dan pameran) bagi
sekelompok orang untuk saling tukar-menukar informasi, pendapat dan hai-hal
baru yang menarik dibahas untuk kepentingan bersama. Lengkap dengan segala
sarana dan prasarana penunjangnya, baik konvensi berskala nasional maupun
internasional, serta masih dimungkinkan dilaksanakan kegiatan lainnya seperti
jamuan makan dan eksibisi.
9
2.3. Persyaratan Operasional
Menurut Lawson (1901; hal 106-146), kinerja persyaratan ruang untuk elemen-elemen ruang
pada konvensi dan eksibisi hall adalah sebagai berikut:
2.3.1. Perancangan Auditorium
Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk pertunjukan,
seminar dan acara lain di dalamnya yang biasanya menampung peserta yang
banyak. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mendesain auditorium
adalah:
1. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.
2. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal dapat
digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain waktu dapat
digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.
3. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti; perjamuan, cofee
bar, dan servis.
4. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.
5. Aksen dan persyaratan sirkulasi.
6. Bentuk auditorium yang direncanakan. Menurut Roderick Ham, bentuk
auditorium dan hubungannya dengan panggung adalah sebagai berikut:
• 360° Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi di semua
sudutnya. Pintu masuknya berada di bawah atau sejajar panggung. Bentuk
ini di Indonesia diaplikasikan pada panggung-panggung tradisional seperti
pendopo yang berada di tengah.
10
• 210°-210° Encirclement
Posisi tempat duduk mengelilingi 2/3 dari panggung.
• 180° Encirclement
Bentuk ini digunakan pada jaman romawi kuno, posisi audience berada
tepat di depan panggung. Bentuk ini dikenal dengan sebutan “thrust
stages”.
• 90° Encirclement
Bentuk ini mirip dengan kipas, pandangan seluruh audience terfokus pada
panggung. Bentuk ini fleksibel dengan background screen.
• Zero Encirclement
Bentuk ini biasa disebut “End Stages” yang memiliki stages dikelilingi
posisi audience. Bentuk ini muncul karena pilihan struktur shell.
11
7. Penataan tempat duduk auditorium
Menurut Lawson (1981; hal. 142) hal yang perlu diperhatikan adalah estetika
pengaturan tempat duduk, perawatan, pembersihan, jarak pandang, dan
orientasi pada audio visual, kapasitas, dan lamanya evakuasi ketika terjadi
bencana. Ada 2 sistem penataan tempat duduk yaitu:
• Sistem Tradisional
Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat jalur
sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya.
• Sistem Kontinental
Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga dapat di
masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.
12
2.3.2. Perancangan Banquet Hall dan Ballroom
Pada gedung Convention dan Exhibition harus ada suatu ruangan ini.
Banquet hall adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan lain dalam suatu
acara. Misal untuk rapat, untuk ruang VIP atau untuk menjamu tamu – tamu
penting dalam event. Dalam mendesain Banquet hall dan Ballroom perlu
memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Lokasi
Perletakan banquett hall harus dekat dengan dapur untuk pelayanan
banquet serta dapat dilalui untuk pelayanan lobbi. Hal ini dimaksudkan
agar mengurangi keramaian dalam ruangan hall serta dapat mendukung
pelayanan untuk kebutuhan makanan dan minuman. Bentuk dari koridor
servis harus memanjang sehingga mudah dalam mengakses makanan atau
minuman.
2. Desain
Desain bangquet hall dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan. Desain
banquet hall harus menciptakan suasana menyenangkan. Untuk itu
disarankan untuk meninggikan langit – langit 4 – 6 meter agar hawa di
dalam ruangan sejuk, dan untuk dinding dan lantai diberi hiasan – hiasan
sesuai dengan tema atau kebudayaan setempat.
13
2.3.3. Perancangan Sistem AC
Menurut Lawson (1981; hal. 204), sistem AC pada gedung konvensi dan
eksibisi tergantung dari beberapa faktor antara lain:
1. Skala dan luasan
Untuk pusat kongres atau pameran yang sangat besar yang
memungkinkan adanya bukaan dalam ruangan tersebut. Luasan
ruangan akan menjadi pertimbangan dalam memilih AC dan kekuatan
AC itu. Bisa menggunakan AC split maupun Non-split.
2. Ketentuan yang digunakan
Ketentuan yang ada biasanya digunakan untuk menentukan jumlah
minimal udara bersih yang harus dikeluarkan. Pada ruangan
mechanikal, dapur dan ruangan lain diperlukan ventilasi yang sesuai
agar menjaga ruangan tersebut tetap segar.
3. Biaya operasional
Biaya dalam hal ini adalah biasa pengoprasian AC. Sebisa mungkin
menggunakan AC dengan efektif. Disarankan untuk menggunakan AC
dengan sistem ducting karena penggunaannya lebih efisien dan hemat
energi serta biaya daripada AC split biasa.
14
Bentuk pencahayaan ini biasanya melingkar juga digunakan untuk memecah
pencahayaan di daerah khusus. Pencahayaan yang melingkar dapat
mengurangi tingkat kekontrasan.
15
2.4. Arsitektur Nusantara
2.4.1 Pengertian Arsitektur Nusantara
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam
artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,
perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
bangunan, desain perabot dan desain produk.
Sedangkan Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk
menggambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai
Papua, yang sekarang sebagian besar merupakan wilayah negara Indonesia.
Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad
ke-12 hingga ke-16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut
Majapahit. Setelah sempat terlupakan, pada awal abad ke-20 istilah ini
dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu nama
alternatif untuk negara merdeka pelanjut Hindia Belanda yang belum terwujud.
Ketika penggunaan nama "Indonesia" (berarti Kepulauan Hindia) disetujui
untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara tetap dipakai sebagai sinonim untuk
kepulauan Indonesia. Pengertian ini sampai sekarang dipakai di Indonesia.
Akibat perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian dipakai pula
untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak
di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun
biasanya tidak mencakup Filipina. Dalam pengertian terakhir ini, Nusantara
merupakan padanan bagi Kepulauan Melayu (Malay Archipelago), suatu
istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama
dalam literatur berbahasa Inggris.
Jadi, Arsitektur Nusantara adalah sebuah ilmu seni arsitektural yang
berfokus pada potensi-potensi dari kebudayaan , tradisi , serta kondisi iklim di
daerah negara kepulauan Indonesia.
16
dan Irian Jaya. Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk
terpadat, dimana sekitar 65% populasi Indonesia hidup di pulau ini.
Banyaknya jumlah pulau Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki
keberagaman etnis, dimana masing-masing etnis memiliki keunikan adat
istiadat dan kebudayaan yang direfleksikan dalam keunikan arsitektur lokal.
Keberagaman arsitektur lokal merupakan kekayaan yang tiada tara bagi
Indonesia.
Setiap provinsi memiliki ciri khas tersendiri dari rumah adatnya. Ciri
tersebut tercermin dalam pola perkampungan, rumah dan tatanan ruang,
serta teknologi bangunan (sistem sturktur dan bahan bangunan).
1. Pola Perkampungan
Tipikal perkampungan di Indonesia pada dasarnya menggambarkan
respon terhadap kondisi alam, tatanan sosial, system bercocok tanam,
dan kosmologi masyarakat yang mendiaminya. Di Indonesia terdapat
dua tipe tatanan permukiman dan rumah dari perkampungan
tradisional Indonesia, yaitu linear dan konsentris. Kampung-kampung
dengan tatanan linear umumnya terdapat di pesisir pantai Indonesia
dan juga di pedalaman Sumatera, Nias, Kalimantan, Sulawesi, Bali
dan beberapa wilayah di Jawa. Di Sumatera contohnya adalah
pola perkampungan masyarakat Batak yang berjejer lurus
menghadap jalan desa, di Jawa contohnya adalah pola perkampungan
masyarakat Betawi yang rumah-rumahnya berjejer menghadap
sungai. Di Nias, bangunan-bangunan pada kampungnya berjejer lurus
saling berhadapan, dimana diantara barisan bangunan tersebut
terdapat ruang bersama untuk berkumpul, kegiatan ritual keagamaan
atau acara kesenian. Kampung dengan pola linear menggambarkan
demokrasi dari distribusi kekuasaan dengan strata sosial lebih
sederhana.
17
Perkampungan dengan pola kosentris terdapat di Flores, Sumba dan
Jawa Tengah. Tatanan perkampungan seperti ini memiliki bagian
tengah yang dianggap sacral dan penting, misalnya ruang terbuka
tempat berkumpul, batu megalith, tugu atau kuburan para nenek
moyang. Orientasi dari barisan rumah menghadap ke titik tersebut
yang terdiri dari beberapa layer berdasarkan hirarki atau status sosial
masyarakat. Kampung dengan pola kosentris menyimbolkan
penerapan sistem pemerintahan pada kekuatan tunggal yang memusat.
Terdapat strata sosial agak kompleks dengan kekuatan terpusat pada
satu orang, grup atau kelompok.
3. Teknologi Bangunan
Salah satu ciri arsitektur tradisional Indonesia adalah menggunakan
bahan yang alami dan teknik konstruksi yang sederhana dengan
penyusunan tiang dan balok atau biasa disebut dengan struktur rangka.
Rumah tradisionalnya umumnya berbentuk panggung, dengan jarak
dari tanah ke lantai bangunan bervariasi, sesuai dengan kebudayaan
masing-masing daerah. Rumah-rumah tradisional Indonesia dibangun
oleh masyarakat setempat dengan kemampuan akan konstruksi dan
bahan yang dipelajari secara turun temurun dan didapat dari lokasi
setempat. Hasil karya ‘rakyat’ ini merefleksikan sebuah masyarakat
yang akrab dengan alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya
dengan bijaksana.
Bentuk, proporsi, dan dekorasinya merupakan simbol-simbol yang
berarti. Mereka tidak meletakkan tujuan untuk suatu keindahan tetapi
menciptakan ruang dengan prinsip-prinsip kehidupan menghadirkan
bentuk struktur yang telah teruji oleh alam.
Bahan bangunan yang digunakan pada rumah tradisional Indonesia
umumnya menggunakan bahan lokal seperti bambu, kayu, alang-
alang untuk atap, nipa, anyaman rotan, dll.
19
BAB III
3.1. Visi
Menjadi gedung pertemuan yang dilengkapi dengan fasilitas yang representatif,
ditekankan untuk kepentingan bisnis maupun kegiatan pertemuan dengan konsep ruang
yang fleksibel dan menghadirkan keberagaman bentuk arsitektur nusantara sebagai
upaya pelestarian arsitektur lokal Indonesia
3.2. Misi
a. Memberikan layanan sewa secara maksimal.
c. Menyediakan gedung pertemuan dengan penghawaan dan akustik ruang yang baik.
d. Menghadirkan konsep, bentuk, maupun ekspresi arsitektur lokal yang ada di Indonesia
sebagai bentuk pengkinian arsitektur nusantara.
20
Gambar 3.1 Mandala Bhakti Wanitatama
sumber : https://www.facebook.com/pg/wanitatamajogja/posts/
21
Gambar 3.3 Balai Shinta Mandala Bhakti Wanitatama
sumber : https://www.mandalabhaktiwanitatama.com/Balai-Shinta
sumber : https://www.mandalabhaktiwanitatama.com/Balai-Utari
22
Gambar 3.5 Balai Kunthi Mandala Bhakti Wanitatama
sumber : https://www.mandalabhaktiwanitatama.com/Balai-Kunthi
23
Gambar 3.6 Gedung Djoglo Ageng
sumber : https://djogloageng.blogspot.com/2019/04/gedung-djoglo-ageng-
gedung-multiguna-di.html
Gambar 3.7 Lokasi Gedung Djoglo Ageng Jl. Merpati Nomor 40, Sawah Baru, Kecamatan
Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten.
sumber : google earth
24
3.3.3. Gedung Serbaguna (GSG) PTSP
Gedung yang beralamat di Indarung, Lubuk Kilangan, Kota Padang,
Sumatera Barat ini digunakan untuk berbagai acara seperti rapat, seminar,
kegiatan kesenian, resepsi pernikahan, dan kegiatan pertemuan lainnya.
Gambar 3.9 Lokasi Gedung Serbaguna (GSG) PTSP di Indarung, Lubuk Kilangan, Kota
Padang, Sumatera Barat.
sumber : google earth
25
BAB 4
URAIAN PELAKU KEGIATAN
26
Datang, kerja administrasi,
Kepala Seseorang yang berkoordinasi
menerima tamu, meeting,
7. pelayanan dan dengan staf pelayanan dan
makan minum, ibadah,
operasional operasional
metabolisme
Seseorang yang melakukan
Datang, kerja administrasi,
Staf pelayanan kegiatan pelayanan dan
menerima tamu, meeting,
8. dan operasional pada penyewaan
makan minum, ibadah,
operasional Gedung Pertemuan, seperti
metabolisme
resepsionis
Seseorang yang berkoordinasi
dengan staf mekanikal dan
elektrikal terhadap Datang, kerja administrasi,
Divisi
pemeliharaan ME, workshop, menerima tamu, meeting,
9. mekanikal dan
penyimpanan dan makan minum, ibadah,
elektrikal
pemeliharaan, pengelolaan metabolisme
utilitas bangunan,
penyimpanan arsip
Pelaksana pemeliharaan ME,
Datang, kerja administrasi,
workshop, penyimpanan dan
Staf mekanikal menerima tamu, meeting,
10. pemeliharaan, pengelolaan
dan elektrikal makan minum, ibadah,
utilitas bangunan,
metabolisme
penyimpanan arsip-arsip
Datang, kerja administrasi,
Divisi Seseorang yang berkoordinasi
menerima tamu, meeting,
11. pengelolaan dengan staf pengelolaan
makan minum, ibadah,
bangunan bangunan
metabolisme
Datang, kerja administrasi,
Staf Pelaksana pengelolaan
menerima tamu, meeting,
12. pengelolaan bangunan dan maintenance
makan minum, ibadah,
bangunan bangunan
metabolisme
Tamu yang berkegiatan Datang, mencari informasi,
13. Pengunjung
didalam Gedung Pertemuan ibadah, metabolisme,
27
dengan tujuan mengikuti mendaftar acara, mengikuti
acara acara, ber-administrasi
Para pengunjung yang Datang, mencari informasi,
diundang secara khusus untuk ibadah, metabolisme,
berkegiatan di dalam gedung mendaftar acara, mengikuti
Tamu
14. dengan tujuan mengikuti acara, ber-administrasi,
undangan
acara, ada pula yang mendapatkan pelayanan
sekaligus menjadi pengisi khusus berpidato, menunggu
acara pelaksanaan
Datang, mencari informasi,
Orang-orang yang diundang ibadah, metabolisme,
Pembicara/
15. oleh penyewa gedung dengan wawancara istirahat,
Pengisi acara
tujuan mengisi acara tersebut menunggu pelaksanaan
(persiapan)
28
BAB 5
KEBUTUHAN DAN PENGELOMPOKAN RUANG
29
c. Pengelola Gedung
Pengelola gedung adalah orang yang bertugas untuk mengelola
gedung pertemuan untuk menjaga, memasarkan, dan melayani
masyarakat yang ingin menyewa jasanya. Susunan organisasi dari
pengelola gedung pertemuan sebagai berikut :
30
Gambar 5.2 Diagram Hubungan Ruang
31
• Pelayanan • Ruang VIP /
Peserta VVIP / Lounge
3 Pengelola • Mengontrol • Ruang Teknisi
system suara • Dapur atau
• Mengontrol Ruang Jamuan
pencahayaan • Gudang
• Menyiapkan • Loading dock
jamuan
• Menyiapkan
bahan dekorasi
ruangan
pertemuan
• Menyediakan
pelayanan
bongkar muat
pelaksanaan
acara
b. Kegiatan Penunjang
Jenis Kegiatan
No. Aktivitas Kebutuhan Ruang
Inti
1 Penunjang • Pelayanan • Ruang informasi
kegiatan informasi • Ruang registrasi
pertemuan • Registrasi • Ruang
peserta konferensi
• Peliputan media • Medical room
• Pelayanan • ATM centre
kesehatan • Resto / kantin
• Pelayanan ATM • Travel agent
• Pelayanan • Smoking area
makan dan • Ruang ibu dan
minum anak
32
• Pelayanan biro • Ruang fotokopi
perjalanan dan fax
• Merokok • Ruang ibadah
• Menyusui anak • Lavatory
• Menggandakan • Lobby utama
dokumen
• Kegiatan
beribadah
• Lavatory
• Kegiatan
istirahat
2 Penunjang • Pembelian tiket • Tiket box
kegiatan masuk
pertunjukan
3 Pemilik dan • Menerima stok • Loading dock
pekerja barang • Dapur
restoran • Menyiapkan • Gudang bahan
bahan masakan • Ruang Makan
• Menyediakan • Kasir
menu • Ruang Cuci
• Menerima • Ruang
pembayaran Karyawan
• Membersihkan
alat makan
• Istirahat
c. Kegiatan Service
33
• Memeriksa dan
mencatat keluar
masuk barang
• Lavatory
2 Karyawan • Kegiatan • Gudang Perabot
bongkar muat • Ruang
• Penyimpanan Karyawan
barang • Pantry
sementara
• Istirahat
• Menyiapkan
makan dan
minum
pengelola
• Lavatory
3 Teknisi • Pemeliharaan • Ruang Teknisi
• ME • Kantor Teknisi
• Workshop • Lavatory
• Penyimpanan
dan
pemeliharaan
• Pengelolaan
utilitas bangunan
4 Parkir • Parkir penunjang • Parkir Umum
• Parkir pengelola • Parkir VIP
• Parkir service • Parkir Pengelola
• Parkir Service
d. Kegiatan Pengelola
34
• Pengelolaan • Ruang Rapat
ruangan • Lavatory
• Publikasi
• Kordinasi
pengelola
• Menerima tamu
• Istirahat
• Lavatory
2 Kepala Divisi • Koordinasi • Ruang Rapat
dengan staff • Ruang Kerja
• Pengelolaan • Lavatory
bangunan
• Istirahat
3 Staff Divisi • Mengelola • Ruang Arsip
• Menyimpan • Ruang Kerja
arsip
5.1.3 Sirkulasi
a. Sirkulasi Peserta
b. Sirkulasi Penyelenggara
35
c. Sirkulasi Pengelola
36
5.2 Studi Besaran Ruang
• Studi Besaran Ruang Pertemuan
Jenis Nama Luas
Jumlah Standar Sumber Kapasitas
Ruang Ruang (m2)
Ruang Ruang 1 0.5 Neufert 3000 1500
Utama Pertemuan
Panggung 1 20 x 20 Survei 400
Acting
Lidah 1 30 x 10 Survei 300
Panggung
Latar 1 8 x 25 Survei 200
Panggung
Jumlah Luas 2400
Sirkulasi 20% 480
Jumlah Luas 2880
Koridor Luar 20% 576
Total Luas Ruang 3456
Utama m2
Ruang Ruang 1 3.2 Survei 100 320
Penunjang Rias
Lockers 1 1.2 Neufert 200 240
pemain
Ruang 1 200
Alat
Ruang 1 10
Monitor
Tangga 5 48 240
darurat
Jumlah Luas 1010
Sirkulasi 20% 202
Total Luas Ruang 1212
Penunjang m2
37
Total Luas Ruang Utama + Ruang Penunjang 4668
m2
38
0.9 m2 / 3
Lavatory
orang wastafel
1.2 m2 /
Pria 1 5 urinoir
orang
2.5 m2 /
5 wc
orang
0.9 m2 / 3
Wanita 1
orang wastafel
2.5 m2 /
10 WC
orang
710.45
dibulatkan
Jumlah
menjadi
710 m2
Fasilitas Bersama
1 Parkir (bisa 1 area Neufert 4139.5
basement) dibulatkan
4200 m2
Bus 45.5 2 91
Mobil 12.5 150 1875
Motor 2 750 1500
Sirkulasi 100% 3466
Jumlah 6932 m2
2 Mushola atau 1 unit 73
Masjid dibulatkan
100 m2
Ruang sholat 1 m2 / 50 orang 50
orang
Ruang wudhu 1 m2 / 5 orang 5
orang
WC pria 3 m2 / 2 6
orang
39
WC wanita 3 m2 / 4 12
orang
Pengelola
1 Loker 6 unit 0.7 m2 / Time 30 4.2
5 rak Saver
2 Pantry 1 1.5 m2 / Neufert 20 30
orang
3 Gudang 1 Survei 20
4 Pos 2 4 m2 / Neufert 4 8
Keamanan unit
5 Ruang genset 1 Survei 50
6 Ruang pompa 1 Survei 30
air
7 Ruang panel 1 Survei 30
8 Ruang AHU 1 Survei 30
9 Water Tank 1 30 m2 / Time 30
unit Saver
10 IPAL 1 20 m2 / Time 20
unit Saver
Jumlah 252.2
dibulatkan
260 m2
40
7.5 m2 /
4 Ruang Divisi 3 4 orang 30
orang
2 m2 /
5 Ruang Rapat 1 Neufert 10 20
orang
1.5 m2 /
6 Ruang Arsip 2 Survei 3
orang
7 Ruang Tamu 1 Survei 5 20
Ruang
8 1 Survei 5 25
Karyawan
Ruang
9 1 Survei 10 40
Wartawan
Jumlah 205.5
Sirkulasi 20% 41.1
246.6
Total
m2
20536.1 m2
41
= ±56845.4 m2
20536.1 m2
3.6
= ±5704.5 m2
= 60% x 6845.4 m
= ±4107.2 m2
= 60% x 5704.5 m2
= ±3422.7 m2
42
BAB VI
Bentuk dan ekspresi bangunan adalah transformasi yang berkaitan dengan tipologi
bangunan dan konsep spesifik yang digunakan. Konsep bentuk dan ekspresi akan
berpengaruh kepada pengolahan tata ruang luar dan dalam, hingga ke hal yang lebih spesifik
lagi.
Karaker Gedung Pertemuan yang bersifat publik dapat diekspresikan melalui bentuk
yang lebih fleksibel dan bukaan sebagai ekspresi dari fungsi publik.
Konsep rancangan pada Gedung Pertemuan dapat dibagi menjadi 2 yaitu, konsep makro
dan konsep mikro. Konsep makro merupakan garis besar dari konsep yang diterapkan pada
semua ruangan sehingga mendapat suatu kesimpulan yang meliputi semua ruangan yang
ada. Konsep mikro sendiri adalah konsep yang lebih detail yang akan diterapkan di setiap
ruangan. Konsep mikro sendiri meliputi konsep ruang, dinding, lantai, plafon, pencahayaan,
penghawaan, akustik dan warna.
43
Semarang Selatan dengan luas ±2223 Ha. Rencana pengembangan fungsi utama BWK I
yaitu perkantoran, perdagangan, dan jasa
BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Gajahmungkur dengan luas ±1320 Ha.
Rencana pengembangan fungsi utama BWK II yaitu perkantoran, perdagangan dan jasa,
pendidikan kepolisian, dan olahraga.
Luas : ± 7.100 m2
Batas Lahan / Eksisting Sekeliling Lahan :
• Utara : Perumahan Warga, dan Lahan Kosong
• Selatan : Jl.Letnan Jenderal S. Parman, Berseberangan dengan Lahan Proses
Dibangun, dan Hotel Grasia
• Barat : PKL, Jl. Rinjani, persimpangan jalan, dan berseberangan dengan
SPBU
• Timur : Mess Yos Sudarso
44
Tinjauan RDTRK :
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004 Tentang RDTRK,
Kecamatan Gajahmungkur termasuk kedalam BWK II. Blok 2.3 Kelurahan
Gajahmungkur dengan jumlah penduduk ±15.846 jiwa dan kepadatan ±63 jiwa/hektar
serta Jl. Letnan Jenderal S. Parman termasuk dalam Jalan Arteri Sekunder dengan
peraturan sebagai berikut :
Kondisi Eksisting :
45
Analisis Tapak :
1. Kondisi Lingkuungan Sekitar
Tapak berada di daerah perdagangan dan jasa yang berisi supermarket, perumahan,
hotel, SPBU.
2. Topografi
Tapak berada di ketinggian 1m dari jalan.
3. View
a. To Site
Dari tapak kearah barat terdapat SPBU. Pada tapak bagian ini masih dapat terlihat
dari Jl. Letjen S. Parman di sebelah utara .
b. From Site
Sebelah selatan tapak terdapat akses berupa ramp untuk kendaraan (eksisting),
vegetasi dengan ukuran tajuk pohon berdiameter 2.5m, dan tiang listrik.
Dari tapak kearah selatan terdapat rumah 2 lantai dan hotel dengan 3-4 lantai.
Dari tapak kearah barat daya akan terlihat persimpangan jalan sehingga menjadi 1
potensi pada fasad untuk dibuat mengarah ke jalan tersebut.
Sebelah barat tapak terdapat pohon eksisting dengan ukuran yang besar dan terdapat
area untuk PKL dengan sifat bangunan yang temporer.
4. Drainase
Drainase terletak di sebelah selatan dan barat tapak dengan lebar ±60cm.
5. Aksesibilitas
Jalan menuju tapak dapat ditempuh dari Jl. Letnan Jenderal S. Parman maupun Jl.
Rinjani dengan kendaraan 2 arah.
46
6.4.2 Tapak 2
Analisis Tapak :
a. Kondisi Lingkuungan Sekitar
Tapak berada di daerah perdagangan dan jasa yang berisi ruko (pertokoan), SPBU,
dan hotel.
b. Topografi
47
Ketinggian tapak setara dengan jalan dan dibatasi oleh island jalan.
c. View
1. To Site
Sebelah barat laut tapak terdapat beberapa papan iklan. Dari Jl. M.T. Haryono di
sebelah utara dapat melihat tapak dengan jelas sehingga dapat menjadi potensi fasad.
2. From Site
Dari tapak kearah utara terdapat Bank BRI (lama) dengan ketinggian 3 lantai beserta
beberapa pohon dengan lebar tahuk 2-3m. Dari tapak kearah barat terdapat ruko
(pertokoan) yang padat di sepanjang Jl. M.T. Haryono.
d. Drainase
Drainase terletak di sebelah utara dan barat tapak berupa lubang kecil didekat island.
e. Aksesibilitas
Dari arah selatan tapak dapat diakses dari Jl. M.T. Haryono ke Jl. Pattimura. Dari
arah utara dapat melewati Bundaran Bubakan ke Jl. Pattimura. Jl. M.T. Haryono
merupakan jalan searah yang mengarah ke utara, dan Jl. Pattimura merupakan jalan
searah yang mengarah ke timur.
48
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Dalam merancang sebuah gedung pertemuan hal yang perlu diperhatikan yaitu
• Lokasi tapak yang sesuai dengan kawasan yang menunjang gedung pertemuan
• Jumlah maksimal pengguna bangunan
• Jenis kegiatan yang dilakukan pada bangunan tersebut
• Perancangan harus mempertimbangkan pola perilaku dan karakteristik pengguna
ruang
• Konfigurasi dan hubungan ruang yang kaitanya dengan sirkulasi dan pencapaian
• Bentuk dasar gedung pertemuan supaya dapat terciptanya ruang yang efisien dan
maksimal
• Penataan tempat duduk yang keterkaitan dengan jarak pandang serta akustik
ruang
• Perancangan harus memperhatikan pola pencahayaan serta penghawaan
• perancangan harus menggunakan kaidah kaidah arsitektur nusantara sesuai
lokalitas masing masing daerah
• perancangan harus mengikuti peraturan daerah atau peraturan data setempat
• di era sekarang ini kita sebagai arsitek muda harus berfikir kedepan untuk
mengkinikan arsitektur nusantara
49
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Waani, J. O., & Rengkung, J. (2014). Tipe Teori pada Arsitektur Nusantara
Menurut Josef Prijotomo. Media Matrasain, Volume 11 No. 2.
Google Inc. 2020. Google Maps: Peta Lokasi Jalan Letnan Jenderal S. Parman Kota
Semarang dalam http://maps.google.com/
Google Inc. 2020. Google Maps: Peta Lokasi Jalan MT. Haryono Kota Semarang dalam
http://maps.google.com/
50