2.2 Patofisiologi
2.2.1 Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam
kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan
dalam faktor risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur
4. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
5. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas
5. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah
terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak
perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya
8% anak menantu mengalami preeklampsia.
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ
yang dipengaruhi.
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk
dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran
prematur.
2. Mengalami hipertensi diberbagai level.
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper
refleksia mungkin akan terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7. Meningkatnya enzim hati.
8. Jumlah trombosit menurun.
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
1. Volume plasma
Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan
bermakna guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin.
Sebaliknya pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma
antara 30-40% dibanding hamil normal disebut hipovolemia.
Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi.
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan
diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik
menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik
menggambarkan besaran curah jantung.Peningkatan reaktivitas
vaskuler pada preeclampsia terjadi pada umur kehamilan 20
minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II.
15
3. Fungsi ginjal
a. Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
1) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia,
sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria
2) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran
dan mengakibatkan terjadinya proteinuria.
3) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila
sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis,
maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat
irreversibel.
4) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat
vasopasme pembuluh darah.
b. Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia,
tetapi proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan,
sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria,
karena janin sudah lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat
dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1,
sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak selang 6 jam
dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria dalam 24 jam.
Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.
c. Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh
hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah
filtrasi aliran darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat.
Peningkatan asam urat terjadi karena iskemia jaringan.
d. Kreatinin
16
2.2.4 Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam
kehamilan pada ibu dan janin. Pada ibu :
1. Eklampsia
2. Pre eklampsia berat
3. Solusio plasenta
4. Kelainan ginjal
5. Perdarahan subkapsula hepar
6. Kelainan pembekuan darah
18
2.3 Penatalaksanaan
2.3.1 Terapi
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat
untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan
posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi
peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju
jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta,
menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal
dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat
19
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
tekanan darah darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
22
3. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang hipertensi
dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b. Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut
mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin.
c. Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
25
2.6 Perencanaan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas
Intervensi :
1. Awasi Frekuensi pernafasan
2. Catat kemudahan bernafas
3. Pantau kegelisan, dispnea dan terjadinya sianosis
4. Tinggikan kepala 300 - 450
5. Ajarkan batuk efektif dan nafas dalam
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang atau Hilang
Intervensi :
1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
2. Monitor tekanan darah dan nadi
3. Anjurkan penggunaan teknik nafas dalam, relaksasi dan distraksi
4. Kolaborasi pemberian analgesic sesuai insikasi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri sekunder pembedahan.
Tujuan : Tidak terjadinya infeksi
27
Intervensi :
1. Monitor tanda tanda vital
2. Kaji luka pada abdomen dan balutan
3. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat
luka dengan antisep dan antiseptic
4. Catat / pantau kadar Hb dan Ht
5. Kolaborasi pemberian antibiotic
4. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam
pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi deficit volume cairan, meminimalkan deficit
volume cairan.
Intervensi :
1. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
2. Berikan bantuan berkemih sesuai kebutuhan, missal privasi, posisi
duduk, air mengalir dalam bak, mengalirkan air hangat di atas
perineum
3. Catat munculnya mual dan muntah
4. Periksa pembalut, banyaknya perdarahan
5. Kolaborasi pemberian cairan infus yang hilang
2.7 Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalaha inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Terhadap pelaksanaan dimulai setelah tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilakukan untuk
memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
keperawatan (Runiari. N, 2010).
Hal – hal yang perlu di evaluasi pada asuhan keperawatan klien dengan
Preeklampsia.
Monitor tanda – tanda vital
1. Tanda – tanda vital
2. Turgor kulit.
3. Berat badan sesuai dengan umur kehamilan.
4. Pemeriksaan laboratorium : elektrolit serum, Hb dan Ht, serta berat jenis
urine
5. Kemampuan beraktifitas