TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Pentingnya peran pajak dalam perekonomian negara serta manfaat dari adanya
fasilitas pajak menjadi alasan dalam membuat makalah ini. Pembahasan mengenai
penerapan fasilitas pajak dalam makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
serta menjadi sarana informasi bagi masayarakat dalam memanfaatkan hak fasilitas
perpajakannya.
C. Peraturan Pelaksanaan
1. Barang Tidak Kena PPN
Barang berdasarkan UU PPN didefinisikan sebagai barang berwujud, yang
menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak
bergerak, dan barang tidak berwujud. Pada prinsipnya, semua barang dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, UU PPN memberikan kekecualian di
Pasal 4A, di mana ada jenis barang-barang tertentu yang tidak dikenakan PPN.
Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan PPN diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Sementara UU PPN memberi batasan kelompok-kelompok barang
yang tidak dikenakan PPN. Berdasarkan Pasal 4A ayat (2) UU PPN, kelompok
barang yang tidak dikenakan PPN adalah:
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya. Yang dimaksud dengan barang hasil pertambangan dan hasil
pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya seperti minyak mentah
(crude oil), gas bumi, pasir dan kerikil, bijih besi, bijih timah, bijih emas.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam ayat ini adalah beras dan
gabah, jagung, sagu, kedelai, garam baik yang berjodium maupun yang tidak
berjodium.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak dikenakan pajak
berganda karena sudah dikenakan pajak daerah.
2. Jasa Tidak Kena PPN
Berdasarkan Pasal 4A ayat (3) UU PPN dan Peraturan Pemerintah
Nomor 144 Tahun 2000, beberapa jenis-jenis jasa yang tidak dikenkan PPN
adalah sebagai berikut:
a. Jenis jasa di bidang pelayanan kesehatan medik meliputi: jasa dokter umum,
dokter spesialis, dan dokter gigi; jasa dokter hewan; jasa ahli kesehatan seperti
akupunktur; ahli gigi; ahli gizi; dan fisioterapi; jasa kebidanan dan dukun bayi;
jasa paramedis dan perawat; dan jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik
kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.
b. Jenis jasa di bidang pelayanan sosial meliputi: jasa pelayanan panti asuhan dan
panti jompo; jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial; jasa
pemberian pertolongan pada kecelakaan; jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali
yang bersifat komersial; jasa pemakaman termasuk krematorium; dan jasa di
bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.
c. Jenis jasa di bidang keagamaan meliputi: jasa pelayanan rumah ibadah; jasa
pemberian khotbah atau dakwah; dan jasa lainnya di bidang keagamaan.
d. Jenis jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak
Tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial
seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-
Cuma.
e. Jenis jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan yaitu jasa penyiara
radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi Pemerintah atau swasta yang
bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
f. Jenis jasa di bidang angkutan umum yaitu jasa angkutan umum di darat, di
laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.
5. PPN dibebaskan
Berbagai BKP dan JKP yang dibebaskan pengenaan PPn-nya dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Impor dan penyerahan buku pelajaran umum, kitab suci dan buku pelajaran
agama
b. Impor dan penyerahan BKP strategis
c. Jasa kena pajak tertentu
6. PPn yang ditanggung pemerintah
Berbagai kegiatan usaha yang PPn-nya ditanggung pemerintah antara lain:
a. Minyak goreng;
b. Perusahaan taksi;
c. Bantuan luar negeri;
3. Fasilitas Berkaitan Pajak Penghasilan
Fasilitas yang berkaitan dengan Pajak Penghasilan memiliki dasar hukum
sebagai berikut:
- Pasal 31A Undang-undang Pajak Penghasilan
- Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007-07-20
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK/03/2007
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-67/PJ./2007
Fasilitas yang berkaitan dengan pajak penghasilan diberikan kepada Wajib Pajak
Dalam Negeri berbentuk Perseroan Terbatas dan koperasi yang melakukan
penanaman modal pada:
- Bidang-bidang usaha tertentu (ada 15 bidang usaha);atau
- Bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu (ada 9 bidang usaha
tertentu dan daerah tertentu)
Fasilitas Pajak Penghasilan yang diberikan berupa:
1) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing
sebesar 5% (lima persen) per tahun
2) Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut:
- Kelompok I, masa manfaatnya menjadi 2 tahun.
- Kelompok II, masa manfaatnya menjadi 4 tahun.
- Kelompok III, masa manfaatnya menjadi 8 tahun.
- Kelompok IV, masa manfaatnya menjadi 10 tahun.
- Kelompok Bangunan-Permanen, masa manfaatnya menjadi 10 tahun
- Kelompok Bangunan-Tidak permanen, masa manfaatnya menjadi 5
tahun.
3) Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri
sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.
4) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari
10 (sepuluh) tahun.
4. Fasilitas Berkaitan Biaya Perusahaan
Fasilitas perpajakan yang diberikan pada wajib pajak yang menanamkan modal pada
derah terpencil, di bidang tertentu dan daerah tertentu antara lain:
1) Fasilitas Pengurangan Penghasilan Neto
Pengurangan penghasilan neto diberikan kepada pengusaha yang mau di daerah
terpencil sebesar 30% dari jumlah penanaman modal yang dilakukan selama 6 tahun
sejak dimulainya produksi komersial, atau 5% setiap tahun dari realisasi penanaman
modal baik dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat
disusutkan.
2) Fasilitas Percepatan Penyusutan
Fasilitas pecepatan penyusutan ini bersifat pilihan, dimana wajib pajak dapat
mempergunakan fasilitas apabila dipandang menguntungkan, tetapi sebaliknya wajib
pajak dapat memilih untuk tidak mempergunakan fasilitas ini apabila dirasa akan
merugikan. Fasilitas percepatan penyusutan dan amortisasi ini juga perlu
dipertimbangkan wajib pajak dalam memutuskan berani atau tidaknya melakukan
kegiatan usaha di daerah terpencil.