Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI MESIN PERKAKAS

TUGAS III

Dimas Aulia Saputra


NIM. 20067037
DOSEN:
Drs. Nofri Helmi, M.Kes
Dr. Eko Indrawan, S.T., M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KEGIATAN KULIAH IV

PROSES BUBUT (TURNING)

A. Tujuan Kegiatan Perkuliahan


Mengharapkan mahasiswa mampu menguasai Kompetensi yang akan
dicapai oleh Mahasiswa seperti : Operasi Bubut, Parameter Pemesinan Bubut,
Pemilihan Pahat, Teknik Pembubutan Benda Kerja. Serta mahasiswa dapat
menyelasaikan tes formatif dan lembaran kerja untuk melihat seberapa jauh
mahasiswa di dalam memahami dan menguasai materi modul yang telah
diberikan.

B. Uraian Materi
1. Operasi Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja
pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses
penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu.
Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu
bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.
gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).
proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian bagian
mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin
Bubut. Prinsip dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan
permukaan luar benda silindris atau bubut rata :
 Dengan benda kerja yang berputar
 Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting
tool)
 Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak
tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja

Proses bubut permukaan adalah proses bubut yang identik dengan proses
bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu
benda kerja. Proses bubut tirus (taper turning, sebenarnya identik dengan
proses bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu
terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga proses bubut kontur,
dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman potong, sehingga
menghasilkan bentuk yang diinginkan. Walaupun proses bubut secara
khusus menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi proses bubut
bermata potong jamak tetap termasuk proses bubut juga, karena pada
dasarnya setiap pahat bekerja sendiri-sendiri. Selain itu proses pengaturan
(setting) pahatnya tetap dilakukan satu persatu.

2. Parameter Pemesinan Bubut


Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar
spindel (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut).
Faktor yang lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga
memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah
bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada Mesin Bubut.
 Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama
(spindel) dan benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran
per menit (rotations per minute, rpm). Akan tetapi yang diutamakan
dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v)
atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja.
Secara sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai
keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau :

Dimana :
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter benda kerja (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda


kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja
faktor bahan benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga
kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan
potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat.
Harga kecepatan potong sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja
Mild Steel dengan pahat dari HSS, kecepatan potongnya antara 20
sampai 30 m/menit.

 Gerak makan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap
benda kerja berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran.
Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda
kerja, material pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan
yang diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan dalam
hubungannya dengan kedalaman potong a. Gerak makan tersebut
berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 a, atau sesuai dengan kehalusan
permukaan yang dikehendaki.

 Kedalaman potong a (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja


yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang
dipotong terhadap permukaan yang belum terpotong. Ketika pahat
memotong sedalam a, maka diameter benda kerja akan berkurang 2a,
karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi,
akibat dari benda kerja yang berputar. Beberapa proses pemesinan
selain proses bubut, pada Mesin Bubut dapat juga dilakukan proses
pemesinan yang lain, yaitu bubut dalam (internal turning), proses
pembuatan lubang dengan mata bor (drilling), proses memperbesar
lubang (boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan pembuatan alur
(grooving/partingoff). Proses tersebut dilakukan di Mesin Bubut
dengan bantuan/tambahan peralatan lain agar proses pemesinan bisa
dilakukan

3. Pemilihan Pahat
Geometri/bentuk pahat bubut terutama tergantung pada material benda
kerja dan material pahat. Untuk pahat bubut bermata potong tunggal, sudut
pahat yang paling pokok adalah sudut beram (rake angle), sudut bebas
(clearance angle), dan sudut sisi potong (cutting edge angle). Sudut- sudut
pahat HSS dibentuk dengan cara diasah menggunakan mesin gerinda pahat
(Tool Grinder Machine). Sedangkan bila pahat tersebut adalah pahat
sisipan (insert) yang dipasang pada tempat pahatnya. Selain geometri
pahat tersebut pahat bubut bisa juga diidentifikasikan berdasarkan letak
sisi potong (cutting edge) yaitu pahat tangan kanan (Right-hand tools) dan
pahat tangan kiri (Left-hand tools), Pahat bubut apabila digunakan untuk
proses membubut biasanya dipasang pada pemegang pahat (tool holder).
Pemegang pahat tersebut digunakan untuk memegang pahat dari HSS
dengan ujung pahat diusahakan sependek mungkin agar tidak terjadi
getaran pada waktu digunakan untuk membubut.Untuk pahat yang
berbentuk sisipan (inserts), pahat tersebut dipasang pada tempat pahat
yang sesuai, Bentuk dan pengkodean pahat sisipan serta pemegang
pahatnya sudah distandarkan oleh ISO. Standar ISO untuk pahat sisipan
dapat dilihat pada Lampiran, dan pengkodean pemegang pahat dapat
dilihat juga pada Lampiran.
Perencanaan proses bubut tidak hanya menghitung elemen dasar proses
bubut, tetapi juga meliputi penentuan/pemilihan material pahat
berdasarkan material benda kerja, pemilihan mesin, penentuan cara
pencekaman, penentuan langkah kerja/langkah penyayatan dari awal
benda kerja sampai terbentuk benda kerja jadi, penentuan cara pengukuran
dan alat ukur yang digunakan.
Material Pahat
Pahat yang baik harus memiliki sifat-sifat tertentu, sehingga nantinya
dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik (ukuran tepat) dan
ekonomis (waktu yang diperlukan pendek). Kekerasan dan kekuatan pahat
harus tetap bertahan meskipun pada temperatur tinggi, sifat ini dinamakan
Hot Hardness. Ketangguhan (toughness) dari pahat diperlukan, sehingga
pahat tidak akan pecah atau retak terutama pada saat melakukan
pemotongan dengan beban kejut. Ketahanan aus sangat dibutuhkan yaitu
ketahanan pahat melakukan pemotongan tanpa terjadi keausan yang cepat.
Penentuan material pahat didasarkan pada jenis material benda kerja dan
kondisi pemotongan (pengasaran, adanya beban kejut, penghalusan).
Material pahat yang ada ialah baja karbon sampai dengan keramik dan
intan. Material pahat dari baja karbon (baja dengan kandungan karbon
1,05%) pada saat ini sudah jarang digunakan untuk proses pemesinan,
karena bahan ini tidak tahan panas (melunak pada suhu 300-500o F). Baja
karbon ini sekarang hanya digunakan untuk kikir, bilah gergaji, dan pahat
tangan.
Material pahat dari HSS (High Speed Steel) dapat dipilih jenis M atau T.
Jenis M berarti pahat HSS yang mengandung unsur Molibdenum, dan
jenis T berarti pahat HSS yang mengandung unsur Tungsten.
Pahat dari HSS biasanya dipilih jika pada proses pemesinan sering terjadi
beban kejut, atau proses pemesinan yang sering dilakukan interupsi
(terputus-putus). Hal tersebut misalnya membubut benda segi empat
menjadi silinder, membubut bahan benda kerja hasil proses penuangan,
membubut eksentris (proses pengasarannya). Pahat dari karbida dibagi
dalam dua kelompok tergantung penggunaannya. Bila digunakan untuk
benda kerja besi tuang yang tidak liat dinamakan cast iron cutting grade .
Pahat jenis ini diberi kode huruf K (atau C1 sampai C4) dan kode warna
merah. Apabila digunakan untuk menyayat baja yang liat dinamakan steel
cutting grade. Pahat jenis ini diberi kode huruf P (atau C5 sampai C8) dan
kode warna biru. Selain kedua jenis tersebut ada pahat karbida yang diberi
kode huruf M, dan kode warna kuning. Pahat karbida ini digunakan untuk
menyayat berbagai jenis baja, besi tuang dan non ferro yang mempunyai
sifat mampu mesin yang baik.
4. Teknik Pembubutan Benda Kerja
Pembubutan didefinisikan sebagai proses permesinan dengan gerakan
pemotongan kontinu yang melingkar. Pembubutan dilakukan dengan
mesin bubut (lathe). Material yang biasa dibubut antara lain: logam, kayu,
dan plastik. Proses pembubutan juga dikenal dengan sebutan turning. Pada
proses pembubutan ada beberapa macam teknik yang dapat diterapkan.
Masing-masing teknik tersebut memiliki tujuan atau maksud tersendiri.
Selain itu, perbedaan teknik pembubutan juga memengaruhi geometri hasil
pengerjaan. Berikut macam-macam teknologi pembubutan:
a) Pembubutan Silindris
Pembubutan silindris merupakan proses penyayatan di mana gerakan
pahat bubut sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Metode
pembubutan ini digunakan untuk membuat bentuk dengan diameter
seragam (seperti poros lurus).

Gambar 1. Pembubutan Silindris.


(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

b) Pembubutan Muka (Facing)


Pembubutan muka merupakan proses penyayatan di mana gerakan
pahat bubut tegak lurus dengan sumbu putar benda kerja (radial).
Metode pembubutan muka digunakan untuk menyayat permukaan
ujung benda kerja serta mengurangi panjang benda kerja. Ketika
melakukan pembubutan kasar (roughing) gerakan pahat dari luar ke
dalam lebih disukai. Sebaliknya ketika melakukan finishing, gerakan
pahat dari dalam ke luar lebih cocok diterapkan.
Gambar 2. Facing.
(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

c) Cutting Off
Cutting off merupakan pemotongan benda kerja dengan pahat bubut.
Pada proses cutting off, pahat bubut yang digunakan memiliki ujung
potong yang miring. Oleh karena itu, pahat bubut ini memiliki sudut
kurang dari 90°. Dengan bentuk ujung potong yang miring, akan
diperoleh permukaan pemotongan tanpa sisa (permukaan yang rata)
pada ujung benda kerja.

Gambar 3. Cutting Off.


(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

d) Recessing
Recessing merupakan penyayatan pada benda kerja yang bertujuan
untuk membentuk sebuah alur. Ujung potong pahat yang digunakan
biasanya sejajar dengan sumbu benda kerja (sudut pahat 90°).
Recessing mirip dengan cutting off. Perbedaan keduanya hanya
terletak pada bentuk atau sudut pahat saja. Recessing biasanya
digunakan untuk membuat alur pemisah antara bentuk pembubutan
silindris dan ulir.

Gambar 4. Recessing.
(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)
e) Parting
Parting merupakan pembubutan di mana pahat bubut bergerak sejajar
maupun tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Sesuai dengan
namanya, parting digunakan untuk memotong/memisahkan benda
kerja. Beberapa juga mengenal parting sama dengan cutting off.

f) Biting
Biting merupakan pembubutan ujung atau muka, di mana arah
pemakanan ujung pahat sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode
biting biasanya digunakan untuk membuat alur atau lubang besar pada
permukaan ujung benda kerja.

Gambar 5. Biting.
(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)

g) Pembubutan Bentuk (Form Turning)


Pada pembubutan bentuk, ujung potong pahat bubut berukuran besar
membentuk kontur pada benda kerja. Teknologi pembubutan bentuk
mirip seperti recessing, perbedaannya terdapat pada bentuk pahat yang
unik pada pembubutan bentuk. Bentuk pahat yang unik ini dapat
disebut dengan istilah pahat bubut bentuk.

Gambar 6. Pembubutan Bentuk.


(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)
h) Pembubutan Tirus
Pembubutan tirus merupakan penyayatan silindris yang menghasilkan
perbedaan diameter secara konstan. Metode pembubutan tirus
digunakan untuk membuat poros tirus/konis. Teknik pembubutan tirus
bisa dilakukan dengan memiringkan eretan atas, menggeser tailstock,
menggunakan taper attachment, dan menggunakan alat potong
berbentuk miring.

Gambar 7. Pembubutan Tirus.


(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

i) Pembubutan Copy
Pembubutan copy merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk
benda kerja sesuai dengan geometri benda replika yang telah ada.
Replika tersebut ditransmisikan dengan eretan melintang dan eretan
memanjang.

j) Pembubutan Ulir
Pembubutan ulir merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk
ulir. Pembubutan ulir terdiri dari pembubutan ulir luar dan ulir dalam.
Pembubutan ulir tergolong dalam pembubutan silindris di mana
pemakanannya sama dengan pola kisar ulir dari ulir yang akan dibuat.

Gambar 8. Pembubutan Ulir.


(Sumber: H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.)
k) Chamfering
Chamfering merupakan pembubutan pada sudut benda kerja
menggunakan ujung pahat. Hasil dari chamfering dikenal dengan
istilah chamfer.

Gambar 9. Chamfering.
(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

l) Boring
Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar
dengan sumbu benda kerja. Menurut arah pemakanannya boring mirip
dengan pembubutan silindris. Namun, perbedaaanya adalah boring
dilakukan pada bagian dalam benda kerja. Boring bertujuan untuk
memperbesar diameter lubang pada benda kerja.

Gambar 10. Boring.


(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

m) Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan dengan
pengeboran pada mesin bor, pengeboran dengan mesin bubut
menggunakan mata bor yang tidak berputar (yang berputar benda
kerjanya).
Gambar 11. Pengeboran.
(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

n) Reaming
Reaming mirip dengan drilling. Reaming bertujuan untuk
memperbesar diameter lubang hasil pengeboran (drilling). Selain itu,
reaming juga digunakan untuk memperhalus permukaan lubang.
Proses reaming merupakan proses lanjutan dari drilling (meskipun
tidak wajib dilakukan proses reaming).

o) Knurling
Knurling sebenarnya bukan termasuk proses penyayatan. Knurling
merupakan proses pembentukan logam yang digunakan untuk
membuat pola arsiran yang bersilangan pada permukaan benda kerja.
Biasanya pola hasil knurling digunakan pada pegangan supaya tidak
licin.

Gambar 12. Knurling.


(Sumber: M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing:
Materials, Processes, and Systems, edisi 4.)

C. Rangkuman
Prinsip kerja pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut
adalah proses penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk
tertentu. Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu
bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.
gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel
(speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang
lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki
pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang
bisa diatur oleh operator langsung pada Mesin Bubut.
Pahat yang baik harus memiliki sifat-sifat tertentu, sehingga nantinya dapat
menghasilkan produk yang berkualitas baik (ukuran tepat) dan ekonomis
(waktu yang diperlukan pendek). Kekerasan dan kekuatan pahat harus tetap
bertahan meskipun pada temperatur tinggi, sifat ini dinamakan Hot Hardness.
Ketangguhan (toughness) dari pahat diperlukan, sehingga pahat tidak akan
pecah atau retak terutama pada saat melakukan pemotongan dengan beban
kejut.
Macam-macam teknik pembubutan ialah : Pembubutan Silindris, Pembubutan
Muka (Facing), Cutting Off, Recessing, Parting, biting, Pembubutan Bentuk
(Form Turning), pembubutan tirus, Pembubutan Copy, Pembubutan Ulir,
Chamfering, Boring, Pengeboran (Drilling), Reaming, Knurling.

D. Referensi
Grote dan Antonsson, 2008, Springer Handbook of Mechanical Engineering.

H. Tschätsch, 2009, Applied Machining Technology, edisi 8.

M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials,


Processes, and Systems, edisi 4.

staffnew.uny, “pendidikan/teori-pemesinan-dasar-proses-bubut-turning”proses
pembubutan, (diakses 11 oktober 2020) Tersedia dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569341/pendidikan/teori-pemesinan-
dasar-proses-bubut-turning.pdf

pusat-lingkaran, “material-pahat-bubut”material pahat bubut, 4 september


2017 (diakses 11 oktober 2020) Tersedia dari http://pusat-
lingkaran.blogspot.com/2017/09/material-pahat-bubut.htm

Anda mungkin juga menyukai