Anda di halaman 1dari 6

ESSAY LATIHAN KEPIMPINAN BEM ISTA

EFEKTIVITAS PEMERINTAH DALAM PENANGANAN COVID-19

Nama Kelompok : Batik Mega Mendung


Anggota Kelompok :

1. Abdi Firmansyah 202091002 DKV


2. Ade Nurfadillah 202026002 SIF
3. Akbar Akhairi Ansyah 201851019 Farmasi
4. Annisa Maisaroh 202025001 Teknik Kimia
5. Damar Dwi Saputra 202022008 Teknik Informatika
6. Fahmi F. Syam 201851087 Farmasi
7. Fildzah Chairani 202031011 Teknik Sipil
8. Hanna Febriyanti 201851108 Farmasi
9. Muhammad Fadila M. 202091078 DKV
10. Rania Safina 202091057 DKV
11. Sherli Yansya H. 201751229 Farmasi
EFEKTIVITAS PEMERINTAH DALAM PENANGANAN COVID-19

Pengantar

Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
corona yang baru-baru ini ditemukan. Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan
mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa penanganan khusus.

Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease-19) telah mempengaruhi sistem pendidikan


di seluruh dunia, yang mengarah ke penutupan sekolah, universitas, dan perguruan tinggi. Pada
tanggal 27 April 2020, sekitar 1,7 miliar siswa terkena dampak sebagai respons terhadap
pandemi. Menurut pemantauan UNICEF, 186 negara saat ini telah menerapkan penutupan
berskala nasional dan 8 negara menerapkan penutupan lokal. Hal ini berdampak pada sekitar
98.5% populasi siswa di dunia (UNESCO, 2020). Penutupan sekolah yang lama dan karantina
di rumah (self quarantine) mungkin memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan mental
(Brazendale et al., 2017). Didukung penelitian YoungMinds (2020) Hampir 83% anak muda
beranggapan bahwa pandemi memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada
sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya penutupan sekolah, hilangnya rutinitas sehari-hari dan
koneksi sosial yang terbatas. Sisanya mengalami gejala kecemasan, yang berkorelasi positif
dengan meningkatnya kekhawatiran akan keterlambatan akademik.

Ada dua pertanyaan yang menarik, yakni pertama, bagaimanakah dampak pandemi
COVID-19 terhadap perekonomian nasional; dan kedua, bagaimanakah efektivitas penanganan
pandemi COVID-19 oleh pemerintah RI dilihat dari perspektif pendekatan berbasis negara
dalam ekonomi politik. Jika keadaan ini tidak dapat ditanggulangi oleh pemerintah RI dengan
cepat, maka tidak tertutup kemungkinan hal ini dapat memicu krisis sosial politik dan bahkan
dapat berkembang menjadi krisis pertahanan dan keamanan nasional yang dapat
membahayakan keutuhan NKRI.
Efektivitas Penanganan COVID-19

Untuk menjelaskan efektivitas penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah RI


dilihat dari perspektif pendekatan berbasis negara dalam ekonomi politik, kerangka teoritis
Caporaso dan Levine berikut dapat dijadikan rujukan.,Caporaso dan Levine dalam buku
Theories of Political Economy (1992: 181) menegaskan pendekatan berbasis negara dalam
ekonomi politik adalah pendekatan yang dipusatkan pada ide negara yang berperan aktif, di
mana negara memiliki agenda-agenda yang tidak dapat direduksi menjadi kebutuhan-kebutuhan
yang ada dalam wilayah perekonomian.

Dalam konteks ini digunakanlah istilah otonomi negara, yaitu merujuk kepada
kemampuan negara untuk mendefinisikan dan menjalankan agenda yang tidak didefinisikan
semata-mata oleh kepentingan pribadi individu-individu dalam masyarakat. Untuk itu,
Caporaso dan Levine (1992: 192) meminjam analisis Theda Skocpol bahwa negara ikut
berperan dalam pembentukan masyarakat sipil, tapi masyarakat sipil juga berperan dalam
pembentukan negara. Selain itu, negara tidak dapat dikatakan memiliki otonomi penuh karena
negara tetap dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor-faktor sosial, tetapi di sisi lain negara juga
tidak dapat dikatakan sebagai arena atau mekanisme dari faktor-faktor sosial itu karena negara
memiliki struktur tersendiri, memiliki kapasitas sendiri yang dapat memengaruhi dan
memberikan kontribusi bagi terbentuknya faktor-faktor sosial yang kemudian memengaruhi
negara itu sendiri.

Kebijakan penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah RI menjadi relevan dan


dapat dijelaskan dengan dua teori Caporaso. Pertama, teori tentang otonomi negara. Menurut
teori otonomi negara, kebijakan pemerintah RI dalam penanganan pandemi COVID-19
merupakan perwujudan independensi negara dalam menetapkan kebijakannya. Karena pada
dasarnya ide tentang otonomi negara merujuk pada kemampuan negara untuk bertindak secara
independen dari faktor-faktor sosial (terutama faktor-faktor ekonomi). Kedua, teori tentang
negara sebagai pelaku transformasi. Dalam konteks ini istilah otonomi negara dipahami dalam
dua arti, yaitu pertama, otonomi negara dipahami sebagai agenda negara yang berbeda dari
agenda kepentingan pribadi dan tidak bisa ditentukan berdasarkan kepentingan-kepentingan
pribadi dari individu-individu dalam masyarakat. Dan kedua, otonomi negara sejauh ini
dianggap sebagai kemampuan negara untuk melaksanakan kemauannya sendiri.

Pada Desember 2019 dunia internasional menghadapi suasana mencekam saat


ditemukannya corona virus disease (COVID-19) di kota Wuhan, Cina. Virus mematikan itu
dengan cepat menyebar ke seantero dunia, termasuk Indonesia.Hal ini berdampak serius pada
masalah kesehatan global dan berimplikasi negatif terhadap kehidupan umat manusia.Karena
itu, WHO pun menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi global. Pemerintah RI segera
merespon pandemi COVID-19 yang ditengarai mulai merebak di Indonesia pada Januari 2020.

Pemerintah pusat segera membentuk Satgas Percepatan Penanganan COVID-19.


Sebagai respon lanjutannya pemerintah daerah juga berinisiatif menyiapkan fasilitas dan tenaga
kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien. Personil Polri dan TNI pun mulai dilibatkan
langsung dalam upaya mitigasi. Dilanjutkan pendirian rumah sakit khusus penanganan COVID-
19 di Wisma Atlet DKI Jakarta dan Kepulauan Riau, penyediaan sarana transportasi dan
logistik untuk distribusi alat kesehatan ke berbagai daerah, serta pengamanan fasilitas publik.
Pemerintah pun menyediakan stimulus ekonomi Rp 405,1 triliun yang terbagi dalam
empat pos utama, yaitu: pembiayaan pemulihan ekonomi nasional (Rp. 150 triliun),
perlindungan sosial (Rp. 110 triliun), belanja bidang kesehatan (Rp. 75 triliun), dan insentif
pajak termasuk stimulus kredit usaha rakyat (Rp. 70,1 triliun).

Pada April 2020, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan guna
memperketat mobilitas penduduk dan meningkatkan distribusi persediaan alat pelindung diri
(APD) serta berbagai kebutuhan kesehatan lainnya, baik melalui produksi dalam negeri maupun
bantuan negara lain. Jubir Satgas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Ahmad Yurianto
menyatakan,pemerintah menerapkan empat strategi untuk menangani pandemi COVID-19.

Pertama, gerakan memakai masker di ruang publik atau di luar rumah. Kedua,
penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat menggunakan rapid test, yaitu untuk
orang terdekat, tenaga kesehatan perawat pasien dan masyarakat di daerah yang ditemukan kasus
banyak. Ketiga, edukasi dan penyiapan isolasi mandiri hasil tracing yang menunjukkan tes
positif dari rapid test. Keempat, isolasi rumah sakit jika isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan
karena tanda klinis yang membutuhkan layanan rumah sakit.
Kebijakan pengetatan protokol kesehatan makin digalakkan pemerintah untuk mencegah
penyebaran COVID-19. Biro Pusat Statistik membuat survei untuk mengukur perilaku
masyarakat pada 7-14 September 2020 lalu. Hasilnya, sebagian besar masyarakat menganggap
penerapan protokol kesehatan yang benar efektif mencegah penyebaran COVID-19.

Kesimpulan dan Penutup

Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
corona yang baru-baru ini ditemukan. Virus ini telah menjangkit di Indonesia dari tahun 2019
dan memberikan dampak yang dirasakan oleh setiap penduduk di Indonesia mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa. Seiring bertambahnya jumlah penduduk yang tertular COVID-19
membuat pemerintah mengambil tindakan sebagai bentuk penanganan terhadap kasus ini, salah
satunya adalah dengan melakukan lock down atau yang dikenal dengan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) yang mengakibatkan sekolah-sekolah dan tempat menuntut ilmu
sementara diberhentikan dan dilakukan dirumah, begitu pula dengan pekerjaan lainnya
dikerjakan dari rumah atau dikenal dengan Work From Home (WFH). Pemerintahpun melalukan
sebuah penanganan dan pada kesempatan kali ini kita akan meninjau keefektivitasan pemerintah
dalam penanganan COVID-19 yang didasarkan pada perspektif pendekatan berbasis negara
dalam ekonomi politik yang dikemukakan Caporaso dan Levine dijadikan rujukan menegaskan
pendekatan berbasis negara dalam ekonomi politik adalah pendekatan yang dipusatkan pada ide
negara yang berperan aktif, di mana negara memiliki agenda-agenda yang tidak dapat direduksi
menjadi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam wilayah perekonomian. Hal ini merujuk kepada
pendekatan yang istilahnya disebut otonomi negara, yaitu merujuk kepada kemampuan negara
untuk mendefinisikan dan menjalankan agenda yang tidak didefinisikan semata-mata oleh
kepentingan pribadi individu-individu dalam masyarakat. Seiring bertambahnya angka yang
terjangkit virus ini, pemerintahpun mengambil langkah dengan membentuk Satgas Percepatan
Penanganan COVID-19 yang sebagai respon lanjutannya pemerintah daerah juga berinisiatif
menyiapkan fasilitas dan tenaga kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien. Selain itu,
pemerintah protokol kesehatan makin digalakkan pemerintah untuk mencegah penyebaran
COVID-19.
Sebagai generasi muda, momen wabah COVID-19 ini mengundang kita untuk
menyatakan jati diri kita. Kita tidak lantas berpangku tangan, berpasrah diri, dan hanya mengeluh
menghadapi pandemi ini. Masih banyak jalan menuju sukses jika kita mau berusaha.

Daftar Pustaka

https://www.teropongsenayan.com/117344-efektivitas-pemerintah-ri-menangani-covid-19
yang diakses pada 27 Maret 2021 pukul 20.27

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/03/063000665/kilas-balik-9-bulan-
pandemi-covid-19-dan-dampaknya-bagi-indonesia?page=all#:~:text=Pandemi%20Covid
%2D19%20memberi%20dampak,waktu%20yang%20sama%20kini%20dibatasi yang
diakses pada tanggal 27 Maret 2021 pukul 20.29

Anda mungkin juga menyukai