Anda di halaman 1dari 10

Secara umum, pandemi Covid-19 telah berdampak buruk pada ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 lalu

kendati mulai triwulan tiga 2020 mulai membaik. Kondisi ekonomi  nasional itu tampak dari sejumlah indikator
perekonomian, seperti pertumbuhan ekonomi, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Indeks Manufaktur
(PMI), Retail Sales Index, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan jasa keuangan.
Laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020 diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif. Pada kuartal I
2020, pertumbuhan ekonomi masih tumbuh 2,97 persen (yoy), tetapi memasuki kuartal II terkontraksi hingga 5,32
persen (yoy).
Kuartal II merupakan puncak dari semua kelesuan ekonomi karena hampir seluruh sektor usaha ditutup untuk
mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. PSBB sebagai langkah penanganan pandemi
Covid-19 yang diterapkan pada sejumlah daerah di Indonesia merupakan faktor yang menyebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada pada triwulan II 2020.
Memasuki kuartal III, saat PSBB mulai dilonggarkan, kegiatan ekonomi mulai menggeliat. Kontraksi ekonomi
mulai berkurang menjadi 3,49 persen. Dengan catatan dua kuartal berturut-turut kontraksi, maka ekonomi
Indonesia secara teknis masuk dalam resesi. Pada kuartal IV, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan,
ekonomi masih akan minus di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Itu artinya, Indonesia
diperkirakan menutup tahun 2020 pada angka pertumbuhan ekonomi minus.
Selama tahun 2020, pemerintah tercatat tiga kali mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi. Pada Maret-April,
pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran minus 0,4 persen hingga minus 2,3 persen. Pada
Mei-Juni, perkiraan lebih pesimistis di angka minus 0,4 persen hingga minus 1 persen. Setelah melihat berbagai
perkembangan, pada September-Oktober, proyeksi pertumbuhan kembali direvisi menjadi kontraksi 1,7 persen
hingga 0,6 persen.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mencatat, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan III
dan IV 2020 adalah sebesar minus 5,97 dan 2,21 persen, meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan II yang
mencapai minus 35,7 persen. Berdasarkan hasil data survei, perbaikan kegiatan dunia usaha terjadi pada seluruh
sektor ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan,
serta komunikasi.
Dari sisi aktivitas manufaktur, terjadi perbaikan hingga Desember 2020. Indeks Manufaktur (PMI) pada bulan
Desember 2020 mencapai 51,3, atau berada di level ekspansi. Angka PMI itu naik dari 50,6 pada bulan November
2020.  Indeks manufaktur yang telah kembali ke titik 50 poin pada November dan Desember 2020 merupakan satu
indikator bahwa perusahaan manufaktur kembali berekspansi karena mengalami peningkatan penjualan yang
berakibat pada peningkatan produksi. Selama pandemi, PMI pernah mencapai level terburuk dengan skor hanya
27,5 pada April 2020. Perbaikan sektor manufaktur akan menentukan pemulihan ekonomi.
Di sisi permintaan konsumen terhadap barang jadi, pola pengeluaran konsumsi masyarakat menunjukkan
penurunan. Pada bulan November 2020, retail sales index menunjukkan penurunan dengan nilai indeks sebesar
181,3, turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 194,11. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih
cenderung menahan untuk melakukan konsumsi.
Kondisi Perekonomian masyarakat indonesia saat ini sedang tidak stabil dikala pemerintah sedang berupaya untuk
mengoptimalkan kondisi Perekonomian di Indonesia, pandemi datang dengan segala dampak negatifnya. Seperti
yang kita ketahui sekarang bahwa dampak dari pandemi ini sangat berpengaruh terhadap segala aspek terutama
pada kondisi kesehatan dan Perekonomian masyarakat. Dengan adanya pandemi Covid-19 tidak dapat dipungkiri
bahwa perekonomian masyarakat  Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi yang bisa dibilang (tidak stabil).
Pada masa pandemi banyak sekali dampak negatif yang kita rasakan, banyak para pekerja yang di PHK oleh
perusahaannya, banyak juga pekerjaan formal dan informal yang merasakan dampak dari pandemi ini seperti:
guru, dokter, karyawan RS, para pedagang, buruh, petani, dan yang lainnya, mereka semua merasakan dampak
negatif dari pandemi ini yang menjadikan banyaknya pengangguran, kurangnya pemasukan, bangkrutnya para
pengusaha, dan yang lebih prihatinnya ada yang sampai menutup perusahaannya.Beda halnya bila aktivitas normal
mulai diadakan, perusahaan perlu waktu mencari lagi pegawai baru untuk memulai usahanya kembali, banyak
perusahaan atau pedagang yang akan tidak kuat bertahan selama pandemi ini masih ada.
Kementrian mengungkapkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi di kisaaran 2,9 persen sampai minus 1 persen
pada kuartal ke III-2020. Angka tersebut masih berada di teritori negatif meskipun ada perbaikan dari kuartal
sebelumnya.Kuartal III memang diyakini masih negatif dan diperkirakan juga kuartal IV membaik tapi negatif.
Hal itu sebenarnya disebabkan oleh wabah pandemi, selama pandemi ini masih ada jika kita berusaha untuk dapat
mengoptimalkan kembali Perekonomian akan terasa sulit.
Lalu dengan adanya peristiwa pandemi ini terjadi beberapa perubahan dalam Perekonomian masyarakat,
diantaranya :
1. Harga barang atau bahan pokok semakin tinggi tetapi tingkat permintaan konsumen semakin rendah.Kenaikan
harga suatu produk atau barang biasanya dikarenakan upah pekerja naik, biaya bahan baku untuk produksi mahal,
kondisi ekonomi negara, dll.
2. Modal yang dikelurarkan untuk memproduksi barang kadang tidak sesuai dengan permintaan para konsumen.
3. Banyaknya toko online yang bergerak aktif saat pandemi ini, sehingga para pedagang di pasar sangat merasakan
kerugian dalam usahanya. Hal tersebut dikarenakan adanya sosial distancing atau penerapan protokol kesehatan
untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19.
4. Saat pandemi ini para konsumen lebih memilih menghemat uangnya daripada membelanjakan uangnya untuk
hal-hal yang tidak penting.
Pengusaha atau pedagang pada masa pandemi harus melakukan loyalty konsumen, yaitu metode berbelanja
dimana para konsumen akan mendapatkan keuntungan tertentu ketika telah membeli jumlah item yang ditentukan
dalam periode tertentu. Loyalty konsumen perlahan-lahan dapat membangkitkan brand awareness kepada para
konsumen.
Pandemi virus corona yang berlangsung sepanjang tahun 2020 ini tak hanya berdampak pada sektor kesehatan.
Dampak pandemi juga terjadi pada sektor ekonomi dunia dan banyak negara, termasuk Indonesia. Indonesia resmi
mengalami resesi setelah pertumbuhan minus pada dua kuartal secara berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia minus 3,49 persen pada kuartal III-2020. Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
pada periode Agustus 2020, jumlah pengangguran di Indonesia menunjukkan peningkatan sebanyak 2,67 juta
orang. Jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang. Baca juga:
Kaleidoskop 2020: Penelitian soal Awal Mula Virus Corona di Berbagai Negara Bagaimana prediksi
perekonomian Indonesia pada 2021? Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Didik J. Rachbini
mengatakan, seluruh kegiatan ekonomi pada tingkat global dan nasional mengalami kontraksi tak terhindarkan
sepanjang 2020. Penyebabnya adalah imbas dari pandemi Covid-19. Didik mengatakan, pada tahun 2021, ia ragu
perekonomian Indonesia akan tumbuh 4-5 persen seperti perkiraan pemerintah. “Kondisi Covid yang masih tinggi
saya ragu bisa tumbuh 4-5 persen. Prediksi saya sekitar 3 persen,” ujar Didik saat dihubungi Kompas.com, Kamis
(17/12/2020).

Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai,
perekonomian Indonesia tahun depan juga ditentukan oleh ditemukan atau tidaknya vaksin Covid-19.   “Mulai dari
ketersedian vaksin, biaya, hingga probabilitas efektivitas vaksin akan sangat memengaruhi perekonomian tahun
depan,” ujar Nailul, saat dihubungi secara terpisah, Kamis (17/12/2020). Ia berharap, tahun depan Indonesia sudah
dapat memulai program vaksinasi gratis, merata, dan sesuai waktu. Selain itu, vaksin yang dipakai juga diharapkan
terbukti efektivitasnya. Jika program vaksinasi gagal, maka juga akan berimbas pada perekonomian. “Saya rasa
tahun depan karena program vaksin belum terlalu berjalan efektif maka pertumbuhan ekonomi akan berada di
level 1.3 persen hingga 2.41 persen,” ujar Nailul.
Sejak Covid-19 masuk ke Indonesia dan memunculkan pandemi, berbagai sektor ekonomi mengalami
kemunduran. Salah satu sektor yang terdampak dengan hadirnya Corona adalah jasa khususnya pariwisata. Hotel,
tempat wisata, dan restoran sepi pengunjung akibat PSBB dan hilangnya turis dari dalam dan luar negeri.
Berlanjutnya pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya ini membuat beberapa kelompok masyarakat
mencanangkan kenormalan baru atau new normal. Kegiatan ekonomi harus digenjot agar Indonesia tidak semakin
ambruk, apalagi kasus lay off atau PHK terjadi di mana-mana.
Mengapa Kegiatan Ekonomi Penting Saat Pandemi?
Pandemi membuat banyak hal berantakan khusus kegiatan ekonomi. Meski masih tersendat dan tetap waspada
dengan penularan, kegiatan ekonomi tetap harus berjalan. Mengapa?
 Mengganti Pemasukan yang Hilang
Tidak bisa dimungkiri lagi kalau dampak Corona besar dan membuat beberapa orang harus kena PHK. Hal ini
semakin buruk karena kegiatan ekonomi tidak berjalan dengan baik, padahal kesempatan pekerjaan baru
dibutuhkan.
Saat roda ekonomi berjalan, penghasilan bisa kembali—entah itu dari mendapatkan pekerjaan baru atau membuat
usaha sendiri. Paling tidak masih bisa berusaha.
 Menghindari Terus Berjalannya Pemecatan
Beberapa perusahaan berusaha untuk tidak melakukan PHK terlalu banyak. Jalan lain yang dilakukan adalah
dengan memangkas gaji untuk sementara waktu. Kalau kegiatan ekonomi mulai berjalan, kemungkinan terjadi
PHK kembali akan rendah. Itulah kenapa kenormalan baru diharapkan oleh pemilik usaha dan pekerjanya.
 Membangkitkan Kembali Sektor yang Terpuruk
Sejak kenormalan baru muncul, sektor yang awalnya hancur akibat pandemi bisa dibangkitkan kembali. Sektor
hotel dan pariwisata sudah mulai dibuka meski jumlah pengunjung sedikit dan dibatasi. Namun, kegiatan ini
menjadi awal dari bangkitnya lagi sektor yang sudah terseok-seok sebelumnya.
Masyarakat juga sudah mulai terbiasa dengan protokol kesehatan. Jadi, usaha jasa bisa menjalankan kegiatannya
tanpa was-was. Mereka bisa dapat untung dengan cepat dan pengguna juga tercukupi kebutuhannya.
 Cepat Menormalkan Kondisi
Terus berkubang dengan keterpurukan akan membuat kondisi ekonomi kian sulit dikendalikan. Lebih baik
menaikkan kondisi ekonomi perlahan-lahan. Meski terbatas dan tidak maksimal, kondisi akan kembali normal
sejalan dengan selesainya pembuatan vaksin dan obat Corona.
 Jenis Usaha atau Bisnis yang Moncer Saat Pandemi
Ibarat yin dan yang, Corona menyebabkan beberapa usaha hancur. Namun, ada juga sektor lain yang justru
moncer. Nah, sektor apa saja yang masih bertahan sampai sekarang?
 Usaha Berkaitan dengan Kesehatan
Usaha yang moncer saat pandemi berhubungan dengan kesehatan. Misal usaha pembuatan masker kain. Saat ini
penjual masker kain ada banyak dan harganya terjangkau. Selain masker, obat herbal seperti jamu untuk
meningkatkan daya tahan juga laku keras.
Bisnis alat pengaman diri dan juga gel pencuci tangan juga laku keras. Apa saja yang berhubungan dengan
pencegahan virus bisa memberikan untung yang besar.
Pandemi virus corona membuat sejumlah pemerintah daerah (Pemda) menerapkan pembatasan kegiatan
masyarakat, yang tujuannya mencegah penyebaran virus. Akibatnya, hampir seluruh sektor perekonomian
terdampak. Meskipun demikian, pemerintah daerah pun menerapkan sejumlah hal agar aktivitas ekonomi tetap
berjalan di tengah pandemi. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, pihaknya menerapkan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Mikro Komunitas untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Langkah ini diikuti
dengan membentuk tiga tim utama yang melibatkan berbagai unsur masyarakat hingga Rukun Tetangga (RT).

Bima mengatakan, kolaborasi antar pengusaha, pemerintah dan masyarakat adalah kunci agar Bogor tidak kembali
ke era PSBB ketat. Ini termasuk menghidupkan potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di
daerah. Ia memberi contoh, ketika ada 40 persen warga di-PHK akibat pandemi, pelaku UMKM di bidang
dekorasi rumah malah meraup untung. "Jadi kami berkolabirasi dengan HIPMI selaku penyedia tenant dan
menjadi standby buyer, pemerintah melakukan pembinaan terhadap UMKM," kata Bima dalam diskusi Forum
Merdeka Barat 9 (FMB9) secara daring di Jakarta, Kamis (24/9/2020). Sementara itu, Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas menyatakan, salah satu upaya yang dilakukan pihaknya guna menghidupkan aktivitas
ekonomi, khususnya pariwisata, adalah mengedepankan sektor perhotelan berkonsep outdoor.

Di era pandemi, okupansi atau tingkat keterisian kamar hotel di Banyuwangi dengan konsep staycation terus naik.
Okupansi hotel naik menjadi 90-100 persen saat akhir pekan. "Hal ini juga tidak luput dari direkomendasikannya
Banyuwangu oleh Kemenko Marves menjadi salah satu destinasi perjalanan dinas dan rapat K/L pada Juli lalu.
ATS, Agrowisata Taman Suru misalnya, menarik wisatawan dengan konsep outdoor dan restoran ala Kyoto di
mana semua makanan yang ditawarkan sangat sehat, direbus dan tidak digoreng atau dikukus, serta dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan misalnya mengharuskan pengunjung membawa surat hasil rapid test non reaktif,"
jelas dia. Kemudian, berdasarkan survei yang dilakukan oleh aplikasi Traveloka, pariwisata Banyuwangi melejit
ke peringkat tiga di bawah destinasi wisata unggulan Bali dan Yogyakarta. Hal tersebut, ungkap Abdullah
merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan pada saat pandemi seperti ini.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah memperhatikan penanganan pandemi covid-
19 untuk pemulihan ekonomi nasional tahun 2021.
“Yang jelas agar pemulihan ekonomi berjalan lancar, pengendalian pandemi harus sukses sehingga normalisasi
kegiatan ekonomi dan transisi keluar dari batasan – batasan protokol kesehatan bisa dilakukan dengan segera,”
kata Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani
kepada Kontan, Minggu (3/1).
Kadin menilai, semua sektor perlu didorong untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi tahun 2021. Mengingat
sepanjang tahun 2020 hampir seluruh sektor terkena dampak negatif covid-19 dan berjuang untuk survive. “Jadi
yang diperlukan adalah iklim usaha dan investasi yang kondusif dan supportif bagi semua sektor,” ujar dia.
Namun, untuk mendriver pertumbuhan di 2021, Kadin menilai peluang terbesarnya ada di sektor kesehatan, IT/e-
commerce dan infrastruktur/belanja pemerintah. Sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, dan industri –
indsutri dasar, bisa menjadi driver tambahan dari sisi ekspor dengan catatan kinerjanya dimaksimalkan sepanjang
tahun 2021.
Selain itu, Shinta menyebut, sektor jasa seperti jasa transportasi, jasa perdagangan dan retail bisa rebound dengan
cepat di tahun 2021. Akan tetapi, mereka hanya akan rebound maksimal bila normalisasi atau relaksasi protokol
kesehatan terjadi secara penuh. Jika tidak, sektor – sektor jasa tersebut akan terus terhimpit dan tidak bisa driver
yang signifikan untuk pemulihan ekonomi.
“Karena itu, pengendalian pandemi dan normalisasi kegiatan ekonomi harus berjalan dengan lancar dan segera,”
tutur Shinta.
Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, melakukan sosialisasi aturan kegiatan ekonomi selama pandemi COVID-19
sehingga masyarakat tetap bisa beraktivitas dengan protokol kesehatan yang ketat. Wali Kota Kediri Abdullah Abu
Bakar mengemukakan pemkot sudah mempunyai Perwali Kediri Nomor 32 tahun 2020 sebagai payung hukum
untuk aktivitas masyarakat.
"Sudah banyak kelonggaran yang kami buat agar warga bisa kembali beraktivitas, baik dalam hal kegiatan
perekonomian, kegiatan sosial-keagamaan, rekreasi-olahraga, dan keperluan personal lainnya," kata Wali Kota di
Kediri, Senin.
Mas Abu, sapaan akrabnya, menambahkan masyarakat tetap bisa beraktivitas sehari-hari dengan menerapkan
protokol kesehatan yang ketat. "Seperti soal kegiatan usaha, baik restoran, swalayan hingga warung, kami
perbolehkan asal memenuhi standar protokol, mengurangi kapasitas maksimal 50 persen dan tutup maksimal jam
22.00 WIB. Biasanya yang terkena razia itu yang tidak bisa memenuhi standar protokol kesehatan, tempatnya
berjubel atau tutupnya lebih dari jam 22.00 WIB," ujar dia.
Ia menjelaskan kegiatan ekonomi kemasyarakatan yang diperbolehkan selama pandemi COVID-19, yakni fasilitas
olah raga diperbolehkan beroperasi dengan catatan dilakukan di ruang terbuka atau gedung olahraga dengan
ventilasi/sirkulasi udara yang baik. Selain itu, juga membatasi jumlah orang yang beraktivitas sehingga dapat
menerapkan physical distancing. Warga juga harus menggunakan peralatan sendiri, tidak diperbolehkan pinjam
pakai peralatan; membatasi waktu berolahraga berkelompok maksimal dua jam; jam operasional sampai jam 22.00
WIB, dan memiliki fasilitas cuci tangan dengan air mengalir yang memadai.
Untuk resepsi pernikahan atau hajatan juga diperbolehkan dengan lokasi di ruang terbuka atau tidak di dalam
rumah/gedung dengan selalu menerapkan protokol kesehatan, membatasi jumlah tamu, tidak berjabat tangan dan
penyajian makanan atau minuman kemasan yang bisa dibawa pulang. Sedangkan untuk kafe atau warung makan
dengan  live musik diperbolehkan dengan membatasi jumlah pengunjung maksimal 50 persen dan membatasi jam
operasional sampai dengan jam 22.00 WIB sesuai Perwali Kediri Nomor 32 tahun 2020.
Mas Abu juga mengatakan penduduk Kota Kediri memang cukup padat, namun dengan protokol kesehatan yang
ketat, diharapkan bisa menekan jumlah COVID-19. "Kota Kediri ini tingkat kepadatan penduduknya sangat tinggi.
Selain melonggarkan kegiatan ekonomi, kami tetap harus disiplin dari sisi protokol kesehatan. Alhamdulillah
sejauh ini, dengan penanganan tim Satgas COVID-19 Kota Kediri, grafik kasus positif COVID-19 di Kota Kediri
cenderung landai," kata dia.
Ia juga berharap masyarakat ikut mendukung program pemerintah dengan mematuhi protokol kesehatan dengan
mengenakan masker, jaga jarak, serta selalu cuci tangan. "Kita harus mempertahankan ini, jangan meremehkan
COVID-19. Mari kita jaga orang-orang yang kita cintai, jangan sampai nanti yang meremehkan justru menyesal di
kemudian hari," kata dia.
Saat berkunjung pekan lalu ke Kota Kediri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi
pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri yang cukup bagus. Gubernur Jawa Timur mengungkapkan semua lini, baik
pemerintah, instansi vertikal, dan kalangan perbankan bisa beriringan antara pergerakan ekonomi dan
pengendalian COVID-19 di Jawa Timur.
Dampak Corona Terhadap Ekonomi Indonesia
Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan Tiongkok yang saat ini jumlahnya terbesar kedua diperkirakan
menurun. Begitu pula pada sektor investasi dan perdagangan. Dalam beberapa tahun terakhir, nilai investasi
Tiongkok terus meningkat. Bahkan menjadi terbesar kedua pada 2019. Di sektor perdagangan, Tiongkok
merupakan mitra terbesar Indonesia.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat nilai ekspor dan impor Indonesia-Tiongkok menurun pada Januari 2020.
Hal tersebut dipengaruhi mewabahnya virus corona. BPS menyatakan ekspor ke  Tiongkok turun sebesar 12,07%
menjadi US$ 2,24 miliar pada Januari 2020. Sedangkan nilai impornya terkontraksi sebesar 2,71% menjadi US$ 4
miliar.
Defisit neraca dagang RI dengan Tiongkok turun menjadi US$ 1,84 miliar pada Januari 2020. Angka
tersebut anjlok dari posisi defisit Januari 2019 sebesar US$ 2,4 miliar. Kemudian, ada peningkatan kapasitas
investasi langsung (foreign direct investment/FDI) China ke Indonesia, yang berpotensi menurun karena corona. 
Pada 2019, realisasi investasi langsung dari China menempati urutan ke dua setelah Singapura, mencapai Rp 4,74
miliar. Dari segi kontribusi investasi China ke Indonesia meningkat dari 2,15 persen pada 2015 menjadi 16,82
persen pada 2019.
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) memperkirakan dampak
kerugian ekonomi Indonesia mencapai Rp316 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Kerugian berasal dari
potensi ekonomi yang menguap akibat pandemi virus corona atau covid-19 di Tanah Air. Kepala Pusat Kebijakan
Ekonomi Makro BKF Kemenkeu Hidayat Amir mengatakan angka dampak kerugian ekonomi ini berasal dari
potensi pertumbuhan ekonomi yang hilang selama periode Januari-Maret 2020. Pada tiga bulan pertama tahun ini,
ekonomi hanya tumbuh sekitar 2,97 persen. Padahal biasanya, ekonomi Indonesia bisa tumbuh sekitar 5 persen.
Laju pertumbuhan itu setara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp15.800 triliun.
"Berarti ada loss potential economy growth sekitar 2 persen, turun dari sebelumnya. Itu tinggal dikalikan saja
dengan Rp15.800 triliun, maka 2 persen itu (Rp316 triliun) setara dengan dampak lost economy," ungkap Hidayat
dalam diskusi virtual di BNPB, Selasa (2/6).
Karenanya, lanjut Hidayat, pemerintah berupaya membuat dampak kerugian ekonomi tidak semakin melebar.
Caranya, dengan memberikan stimulus ekonomi fiskal kepada masyarakat untuk turut menopang daya beli dan
tingkat konsumsi masyarakat, khususnya penduduk miskin. Misalnya, dengan berbagai bentuk program bantuan
sosial (bansos), mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH), Paket Sembako, Kartu Prakerja, Bansos Tunai,
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Dana Desa, dan lainnya.
"Tidak hanya untuk penanganan dampak, kami juga menyiapkan program pemulihan ekonomi nasional," tutur dia.
Tujuannya, agar industri, perusahaan, dan masyarakat dapat menggenjot roda ekonomi lagi usai krisis akibat
tekanan pandemi corona. Hal ini pun dilakukan tak hanya dari pemerintah, namun turut melibatkan Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Jadi sisi revenue-nya mereka terganggu. Jangan sampai PHK secara besar-besaran," imbuh Hidayat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh di
kisaran 2,3 persen pada tahun ini. Sementara skenario terburuk, laju pertumbuhan akan minus 0,4 persen.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi Covid-19 masih sulit
dicapai. Hal tersebut disampaikan Ma'ruf saat memberi pembekalan kepada alumni PPRA 60 dan 61 Lembaga
Ketahanan Nasional (Lemhanas) Indonesia secara daring, Selasa (13/10/2020). "Pertumbuhan ekonomi di tengah
pandemi Covid-19 saat ini tampaknya masih sulit untuk dicapai," kata Ma'ruf.
Ma'ruf mengatakan, kapasitas produksi, tingkat konsumsi dan investasi terus menurun serta melemah. Kondisi
tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia. "Beban perekonomian yang
ditimbulkan oleh pandemi ini dirasakan sangat berat, baik oleh pemerintah maupun masyarakat," kata dia. Ma'ruf
menuturkan, hingga kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat negatif 5,32 persen. Pemerintah pun
telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 pada kisaran -2,9 persen hingga -1,1 persen.
Angka tersebut, kata Ma'ruf, lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awal sebesar minus 2,1 persen hingga
0 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 diperkirakan minus 1,7 persen hingga minus 0,6
persen, yang merupakan revisi dari proyeksi sebelumnya 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.  "Namun pemerintah
terus mengupayakan agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020 tidak kembali negatif, sehingga
keseluruhan pertumbuhan tahun 2020 tidak mengalami kontraksi yang terlalu dalam," ucap Ma'ruf.
Ma'ruf mengatakan, hal terpenting dalam penanggulangan dampak pandemi saat ini adalah bagaimana menangani
aspek kesehatan, menjaga tingkat konsumsi masyarakat, memulihkan sektor ekonomi serta menggerakkan kembali
dunia usaha. Sejauh ini, pemerintah secara konsisten melakukan serangkaian kebijakan dalam rangka penanganan
dampak pandemi. "Refocusing dan realokasi anggaran negara dilakukan untuk penanganan kesehatan dan
keselamatan masyarakat termasuk tenaga medis, memastikan perlindungan dan jaring pengaman sosial untuk
masyarakat miskin dan rentan, memberikan berbagai dukungan, serta insentif bagi UMKM dan dunia usaha," tutur
dia. Selain itu, dalam penanganan kesehatan, pada masa tanggap darurat pandemi pemerintah memfokuskan
anggaran untuk melakukan pemeriksaan bagi suspek Covid-19, peningkatan kapasitas rumah sakit, dan
memastikan ketersediaan obat serta alat-alat kesehatan. Bahkan, kata Ma'ruf, secara simultan pemerintah bersama
otoritas moneter dan jasa keuangan menerbitkan sejumlah kebijakan fiskal, moneter dan pengaturan jasa
keuangan. Hal tersebut dilakukan untuk menangani dampak pandemi, melindungi ekonomi masyarakat, serta
mendukung dunia usaha. "Diharapkan melalui berbagai kebijakan ini, perekonomian masyarakat dan dunia usaha
dapat kembali bergulir normal sehingga roda perekonomian kembali bergerak, atau setidaknya agar tidak jatuh
semakin dalam," ujar Ma'ruf.

Anda mungkin juga menyukai