Oleh :
ANISA NUR WAHYUNI (PO.62.31.3.20.075)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun
laporan praktikum ini dengan baik. Laporan ini saya susun dengan
bantuan dan dukungan berbagai pihak diantaranya; Ibu Harlyanti
Muthma'innah Mashar, M.Sc dan Ibu Rizky Kusuma Wardani, M.Biomed
selaku dosen mata kuliah Kimia Pangan. Oleh karena itu saya sampaikan
terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat untuk saya khususnya, dan masyarakat Indonesia
umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum.......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Larutan...........................................................................3
2.2 Definisi Pengenceran.................................................................8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan...........................................................................9
3.2 Prosedur Kerja..........................................................................10
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................20
4.2 Pembahasan.............................................................................26
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................32
5.2 Saran.........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
membuat teh dan terkadang terlalu manis dan kita biasanya
menambahkan air yang merupakan pelarut, itu merupakan gambaran
secara umum tentang pengenceran. Dalam dunia pendidikan
biasanya bahan yang digunakan yakni bahan kimia seperti ethanol,
maka dalam pengerjaannya harus lebih hati-hati sehingga tidak
membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan
tentang pengenceran larutan ini penting agar praktikan dapat
menyediakan larutan yang pas untuk penelitian.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = Volume larutan atau massa sebelum diencerkaan
M1 = Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V2 = Volume larutan atau massa setelah diencerkan
M2 = Konsentrasi larutan setelah diencerkan
(Hort, 2006).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air,
selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak,
kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau
menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur,
sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis,
pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif
digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat
terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat,
mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut.
Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi
mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan
persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya
menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau
larutan. Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus
menyatakan hal-hal sebagai berikut, satuan yang digunakan untuk
zat terlarut, kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan
keseluruhan, satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua
konsentrasi.
Suatu larutan terdiri atas dari dua komponen yang penting.
Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat yang
lebih banyak disebut pelarut (solvent). Pelarut dipandang sebagai
4
pembawa atau medium zat terlarut yang dapat berperan serta dalam
reaksi kimia. Kemudian, komponen lainnya yang mengandung zat
yang lebih sedikit disebut zat terlarut (solute). Kedua komponen
dalam larutan dapat sebagai pelarut atau terlarut tergantung
komposisinya. Larutan di bagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
2. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan
solute padatnya.
3. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak
solute yang diperlukan dari pada solvent.
Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan ”Like Dissolves Like,”
yaitu jika molekul terlarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah
bercampur. Secara umum, terdapat kecenderungan kuat bagi
senyawa non polar, dan senyawa kovalen polar atau senyawa ion
larut ke dalam pelarut polar. Dengan kata lain ”sejenis melarutkan
sejenis,” dimana sejenis di sini menunjukkan persamaan dalam hal
kekuatan gaya tarik antara molekulnya.
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar
konsentrasi sesungguhnya dari larutran yang dihasilkan. Cara yang
digunakan bermacam-macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan
jika konsentrasinya diketahui. Standarisasi secara titrasi dapat
digunakan dengan bahan baku primer yakni bahan yang
konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni
yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang
dibuat dari bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer
(Harjadi, 1997).
Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka
campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen
adalah campuran yang membentuk satu fasa,yaitu mempunyai sifat
5
dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian yang
lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut larutan,
contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran heterogen
adalah campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya
air susu dan air kopi. Kebanyakan larutan mempunyai salah satu
komponen yang lebih besar jumlahnya. Komponen yang besar itu
disebut pelarut (solvent) dan yang lain adalah zat terlarut (solute)
(Syukri, 1999).
Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut maupun pelarut,
dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dengan beberapa cara seperti persen berat, persen volume,
molaritas, molalitas, fraksi mol, normalitas dan bagian persejuta.
1. Persen Berat (%/W)
Perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikali
100%. Biasanya dipakai pada larutan padat-cair atau padat-
padat.
2. Persen Volume (%/V)
Perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan
dikalikan 100% (untuk campuran dua cairan atau lebih).
3. Molaritas (M)
Banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga
kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut
dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut
dan pelarut setelah bercampur.
4. Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah ml zat terlarut dalam 1000gr pelarut
murni.
5. Fraksi Mol (X)
Perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol
semua komponen.
6
6. Normalitas (N)
Jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat
dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu,
karena ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi.
7. Bagian Persejuta (ppm)
Miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan, satuan ini sering
dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil dalam larutan
gas, cair atau padat (Tim Dosen Teknik Kimia, 2011).
Larutan-larutan yang tersedia dalam laboratorium umumnya
dalam bentuk pekat. Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya
lebih rendah biasanya dilakukan pengenceran. Pengenceran
dilakukan dengan menambahkan aquadest ke dalam larutan yang
pekat. Penambahan aquadest ini mengakibatkan konsentrasi
berubah dan volume diperbesar, tetapi jumlah mol zat terlarut adalah
tetap. Selain itu, pengenceran juga dapat dilakukan dengan cara
terlebih dahulu menentukan konsentrasi dan volume larutan yang
akan dibuat.
Untuk menentukannya, tetap menggunakan rumus pengenceran,
yaitu:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
M₁ = Konsentrasi molar awal
M₂ = Konsentrasi molar akhir
V₁ = Volume larutan awal
V₂ = Volume larutan akhir
(Wanibesak, 2010).
7
2.2 Definisi Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Teknik pengenceran
melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pelarutan. Tentang
kedua teknik ini beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan
berikut ini.
Hitung volume cairan pekat dan volume aquades yang akan
diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran dari
larutan kurang pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah
dilakukan dan tidak diperlukan diruang asam (Mulyono, 2005).
Satuan konsentrasi dilakukan berdasarkan tujuan pengukuran.
Keuntungan penggunaan molaritas adalah karena biasanya lebih
mudah untuk mengukur volume. Molaritas tidak tergantung pada
suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut
dan massa pelarut, sedangkan pada volume larutan umumnya
meningkatkan suhu. Larutan yang memiliki molaritas 0,1M pada
25⁰C mungkin menjadi 0,97 M pada 45⁰C karena volumenya
meningkat (Chang, 2004).
Rumus pengenceran menurut Gunawan (2004) yaitu:
M1 x V1 = M2 x V2
Ket:
M1 = molaritas awal larutan V1 = volume awal larutan
M2 = molaritas akhir larutan V2 = volume akhir larutan
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Bahan
1) NaCl
2) Etanol 100%
3) C6H12O6
4) HNO3
5) Indikator pp 0,01%
6) Aquadest
9
3.2 Prosedur Kerja
1) Pembuatan dan pengenceran 100 ml larutan NaCl 0,1 M
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Sebelum itu hitung konsentrasi larutan dengan menggunakan
rumus moralitas.
Dik : M = 0,1 mol/L
V = 100 ml = 0,1 L
Mr NaCl = 58,5
Jawab :
n=MxV
= 0,1 mol/L x 0,1 L
n = 0,01 L
massa = n x Mr
= 0,01 x 58,5
= 0,585 gr
3. NaCl ditimbang dengan menggunakan timbangan analitis, ambil
NaCl dengan menggunakan spatula kemudian simpan di atas
kaca arloji sedikit demi sedikit sampai menunjukan angka 0,585
gr.
4. NaCl dimasukkan ke gelas ukur bermuatan 100 ml.
5. NaCl dilarutkan dengan menggunakan aquadest secukupnya.
6. NaCl yang telah bercampur dengan aquadest diaduk terus
menerus dengan menggunakan pengaduk kaca hingga NaCl
terlarut dan larutan kembali bening.
7. Larutan NaCl tadi dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dengan
bantuan corong supaya larutan NaCl tidak tumpah.
8. Masukkan lagi larutan aquadest sedikit demi sedikit
menggunakan pipet tetes kedalam labu ukur hingga mencapai
angka 100 ml.
9. Menutup labu ukur dengan penutup.
10
10. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 0,1 M di dalam labu ukur
sebanyak 12 kali.
11. Hasil larutan 100 ml larutan NaCl 0,1 M.
12. Untuk pengenceran pertama hitung terlebih dulu volme larutan
pekat yang akan digunakan dengan menggunakan rumus
pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 100 ml
M2 = 0,2 %
M1 = 0,1 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 100 x 0,1
0,2
V1 = 10
0,2
V1 = 50 ml
11
16. Kemudian homogenkan larutan NaCl 50 ml dengan aquadest
50 ml didalam labu ukur.
12
7. Hasil 230 ml larutan etanol 70% dari etanol 100%
8. Untuk pengenceran pertama hitung terlebih dulu volme larutan
yang akan digunakan dengan menggunakan rumus pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 250 ml
M2 = 70 %
M1 = 100 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 250 x 70 %
V1 = 17.500
100
V1 = 175 ml (etanol 100%)
13
3) Pembuatan larutan dan pengenceran 50 ml larutan C6H12O6 15%
1. Menghitung terlebih dahulu massa C6H12O6 yang akan
dipergunakan dalam percobaan pembuatan 50 ml larutan
C6H12O6 15% dengan menggunakan rumus %berat.
%berat = berat zat terlarut (gram) x 100%
Volume terlarut(ml)
15% = berat zat terlarut (gram) x 100%
50 ml
Berat zat terlarut = 7,5 gram
2. Mengambil C6H12O6 sedikit demi sedikit dan menaruhnya di
atas gelas arloji yang telah di nol kan di dalam timbangan
analitik sambil menimbangnya hingga mencapai massa 7,5
gram.
3. Menuangkan ke dalam gelas ukur.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas ukur.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan C6H12O6 dengan
menggunakan pengaduk kaca hingga C6H12O6 larut, tidak
terlihat oleh mata dan warna larutan berubah menjadi kuning
kecoklatan.
6. Menuangkan larutan C6H12O6 15% ke dalam labu ukur
dengan bantuan corong supaya larutan C6H12O6 tidak
tumpah.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit
menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai
tanda batas.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 50 ml larutan gula 15% sebanyak 12 kali.
10. Hasil 50 ml larutan C6H12O6 15%.
11.Untuk pengenceran pertama hitung terlebih dulu volme larutan
yang akan digunakan dengan menggunakan rumus pengenceran.
14
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 50 ml
M2 = 15 %
M1 = 100 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 50 x 15 %
V1 = 750
100
V1 = 7,5 ml
15
4) Pembuatan dan pengenceran 100 ml HNO3 0,25 M
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Hitung volme larutan pekat yang akan digunakan dengan
menggunakan rumus pengenceran. Sebelum itu cari nilai Molaritas
HN03 65%.
M1 = (massa jenis x 10 x 65%)
Mr
M1 = 1,40 x 10 x 65%
63
M1 = 14,4 M
3. Kemudian hitung volume larutan pekat yang akan digunakan
menggunakan rumus pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 100 ml
M2 = 0,25 M
M1 = 14,4 M
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 14,4 = 100 x 0,25
V1 = 100 x 0,25
14,4
V1 = 1,736 ml = 1,7 ml
4. Ambil HNO3 sedikit demi sedikit dengan pipet ukur dan
memasukkannya ke dalam labu ukur.
16
5. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit dengan
menggunakan pipet tetes ke dalam labu ukur hingga mencapai
100 ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.
6. Menutup labu ukur dengan penutup.
7. Menghomogenkan 100 ml larutan HN03 0,25 M di dalam labu
ukur sebanyak 12 kali.
8. Hasil 100 ml larutan HNO3 0,25 M.
9. Untuk pengenceran pertama hitung terlebih dulu volme larutan
yang akan digunakan dengan menggunakan rumus pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 100 ml
M2 = 0,25 M
M1 = 14,4 M
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 14,4 = 100 x 0,25
V1 = 25
14,4
V1 = 1,736 ml = 1,7 ml
17
12. Kemudian masukan aquadest sebanyak 98,5 ml ke dalam
larutan HNO3 0,25 M.
13. Kemudian homogenkan larutan HNO3 0,25 M 1,7 ml dengan
aquadest 98,5 ml didalam labu ukur.
18
0,01% = massa zat terlarut (gr) x 100 %
10 ml + 5 ml
massa zat terlarut = 0,01% x 15 x 100%
= 0,0015 gr
4. Ambil etanol dengan pipet ukur 5 ml kemudian tuangkan ke
dalam gelas ukur.
5. Mengambil indikator pp sedikit demi sedikit dan menaruhnya di
atas gelas arloji yang telah di nol kan di dalam timbangan analitik
sambil menimbangnya hingga mencapai massa 0,0015 gr,
kemudian tuang ke dalam gelas ukur.
6. Mengaduk larutan campuran etanol 50% dengan indikator
pp 0,01% menggunakan pengaduk kaca hingga larut.
7. Menuangkan larutan ke dalam labu ukur 10 ml dengan
bantuan corong supaya larutan tidak tumpah.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 10 ml indikator pp 0,01% etanol 50%
sebanyak 12 kali.
10. Hasil 10 ml indikator pp 0,01% etanol 50%.
11.Untuk pengenceran pertama hitung terlebih dulu volme larutan
yang akan digunakan dengan menggunakan rumus pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 10 ml
M2 = 0,01 %
M1 = 50 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 50% = 10 x 0,01 %
19
V1 = 0,1
50
V1 = 0,002 ml
20
Menghitung pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 100 ml
M2 = 0,1 M
M1 = 0,2 M
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 = 100 x 0,1
0,2
V1 = 10
0,2
V1 = 50 ml
21
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 250 x 70 %
V1 = 17.500
100
V1 = 175 ml (etanol 100%)
Menghitung pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 250 ml
M2 = 70 %
M1 = 100 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 250 x 70 %
V1 = 17.500
100
V1 = 175 ml (etanol 100%)
22
3) Menghitung massa zat terlarut
%(b/v) = massa zat terlarut (gr) x 100%
Volume larutan (ml)
15 % = massa zat terlarut (gr) x 100%
50
massa = 7,5 gr
Menghitung pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 50 ml
M2 = 15 %
M1 = 100 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100% = 50 x 15 %
V1 = 750
100
V1 = 7,5 ml
23
4) Menghitung nilai Molaritas
M1 = ( massa jenis x 10%)
Mr
M1 = 1,40 x 10 x 65
63
= 14,4
Menghitung pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 14,4 = 100 x 0,25
V1 = 100 x 0,25
14,4
V1= 1,736 ml = 1,7 ml
24
V1 = 10 x 50
100
V1 = 5 ml
Menghitung pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan : V1 = Volume larutan awal yang diperlukan
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal / yang tersedia
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Diketahui : V2 = 10 ml
M2 = 0,01 %
M1 = 50 %
Ditanya : V1 ?
Jawab : V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 50% = 10 x 0,01 %
V1 = 0,1
50
V1 = 0,002 ml
Aquadest yang di perlukan = V2-V1
= 10 ml – 0,002 ml
= 9,9 ml
25
4.2 Pembahasan
1) Pembuatan dan pengenceran 100 ml larutan NaCl 0,1 M
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan 100 ml
larutan NaCl 0,1 M adalah NaCl, aquades, neraca analitik, gelas
arloji, spatula, pengaduk kaca, gelas ukur, labu ukur 100 ml, corong
kaca. Langkah pertama yaitu menghitung terlebih dahulu jumlah
massa NaCl yang akan dipergunakan dalam percobaan pembuatan
100 ml larutan NaCl 0,1 M dengan menggunakan rumus molaritas,
sehingga di temukan massa yang dibutuhkan adalah 0,585 gr.
Kemudian mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di
atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan analitik hingga
mencapai massa 0,585 gr. Setelah itu ambil NaCl di atas gelas
arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya ke dalam
gelas ukur. Aduk dengan menggunakan pengaduk kaca dengan di
campur sedikit aquades hingga benar-benar terlaru. Kemudian
tuangkan kedalam labu ukur dengan bantuan corong kaca, tetapi
dengan ujung corong tidak menyentuh mulut labu, sehingga ada
udara yang masuk kedalam labu ukur. Kemudian tambahkan
kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga
meniskus bawah mencapai tanda batas. Tutup labu dengan
penutup, dan homogenkan larutan di dalam labu ukur dengan
proses homogenisasi sebanyak 10-12 kali, sehingga menghasilkan
100 ml larutan NaCl 0,1 M.
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan yang
pekat dengan cara menambahkan pelarut ( aquadest ) agar
diperoleh volume air yang lebih besar. Pengenceran larutan
ditujukan untuk menentukan volume larutan standard yang telah
direncanakn. Pada percobaan pengenceran, sebelum pengenceran
menghitung dahulu berapa banyak solvent yang diperlukan untuk
membuat konsentrasi yang diinginkan. Di dalam percobaan ini
pengenceran yang di buat adalah larutan NaCl 0,1 M sebanyak 100
26
ml. untuk mencari banyaknya solvent yang di butuhkan digunakan
rumus V1xM1=V2xM2. Dalam perhitungan di peroleh aquades
sebanyak 50 ml.
27
3) Pembuatan dan pengenceran 50 ml larutan C6H12O6 15 %
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan 50 ml
larutan C6H12O6 15 % adalah C6H12O6 100%, aquades, neraca
analitik, gelas arloji, spatula, pengaduk kaca, gelas ukur, labu ukur
50 ml, pipet tetes, corong kaca. Langkah pertama yaitu menghitung
terlebih dahulu jumlah massa C6H12O6 100% yang akan
dipergunakan dalam percobaan pembuatan 50 ml larutan
C6H12O6 15 % dengan menggunakan rumus %berat, sehingga di
temukan berat zat yang dibutuhkan adalah 7,5 gr. Kemudian
mengambil C6H12O6 100% sedikit demi sedikit dan menaruhnya di
atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan analitik hingga
mencapai massa 7,5 gr. Setelah itu ambil C6H12O6 100% di atas
gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya ke
dalam gelas ukur. Aduk dengan menggunakan pengaduk kaca
dengan di campur sedikit aquades hingga benar-benar terlaru.
Kemudian tuangkan kedalam labu ukur dengan bantuan corong
kaca, tetapi dengan ujung corong tidak menyentuh mulut labu,
sehingga ada udara yang masuk kedalam labu ukur. Kemudian
tambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu
ukur hingga meniskus bawah mencapai tanda batas. Tutup labu
dengan penutup, dan homogenkan larutan di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 10-12 kali, sehingga
menghasilkan50 ml larutan C6H12O6 15 %.
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan yang
pekat dengan cara menambahkan pelarut ( aquadest ) agar
diperoleh volume air yang lebih besar. Pengenceran larutan
ditujukan untuk menentukan volume larutan standard yang telah
direncanakn. Pada percobaan pengenceran, sebelum pengenceran
menghitung dahulu berapa banyak solvent yang diperlukan untuk
membuat konsentrasi yang diinginkan. Di dalam percobaan ini
28
pengenceran yang di buat adalah larutan C6H12O6 15 % sebanyak
50 ml. untuk mencari banyaknya solvent yang di butuhkan
digunakan rumus V1xM1=V2xM2. Dalam perhitungan di peroleh
aquades sebanyak 42,5 ml.
29
5) Pembuatan dan pengenceran 10 ml indikator pp 0,01%
(pelarut 50% etanol)
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan 100 ml
larutan NaCl 0,1 M adalah NaCl, aquades, neraca analitik, gelas
arloji, spatula, pengaduk kaca, gelas ukur, labu ukur 10 ml, corong
kaca, piprt ukur, pengaduk kaca. Langkah pertama yaitu
menghitung terlebih dahulu jumlah volume larutan pekat yang akan
dipergunakan dalam percobaan pembuatan 10 ml indikator pp
0,01% (pelarut 50% etanol) dengan menggunakan rumus
pengenceran, sehingga di temukan volume yang dibutuhkan
adalah 5 ml. Langkah kedua yaitu menghitung jumlah massa
indikator pp 0,01% yang akan dipergunakan dalam percobaan
pembuatan 10 ml indikator pp 0,01% dengan menggunakan rumus
persen massa %(b/v), sehingga di temukan massa yang
dibutuhkan adalah 0,0015 gr. Kemudian mengambil etanol sedikit
demi dengan pipet ukur dan tuangkan ke dalam gelas ukur.
Kemudian ambil indikator pp 0,01% sedikit demi sedikit dan
menaruhnya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan
analitik hingga mencapai massa 0,0015 gr. Setelah itu ambil NaCl
di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas ukur. Aduk larutan campuran
etanol 50% dengan indikator pp 0,01% dengan menggunakan
pengaduk kaca hingga benar-benar terlaru. Kemudian tuangkan
kedalam labu ukur 10 ml dengan bantuan corong kaca, tetapi
dengan ujung corong tidak menyentuh mulut labu, sehingga ada
udara yang masuk kedalam labu ukur. Tutup labu dengan penutup,
dan homogenkan larutan di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 10-12 kali, sehingga menghasilkan larutan
10 ml indikator pp 0,01% etanol 50%.
30
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan yang
pekat dengan cara menambahkan pelarut ( aquadest ) agar
diperoleh volume air yang lebih besar. Pengenceran larutan
ditujukan untuk menentukan volume larutan standard yang telah
direncanakn. Pada percobaan pengenceran, sebelum pengenceran
menghitung dahulu berapa banyak solvent yang diperlukan untuk
membuat konsentrasi yang diinginkan. Di dalam percobaan ini
pengenceran yang di buat adalah larutan indikator pp 0,01% etanol
50% sebanyak 10 ml. untuk mencari banyaknya solvent yang di
butuhkan digunakan rumus V1xM1=V2xM2. Dalam perhitungan di
peroleh aquades sebanyak 9,9 ml.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah saya lakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan larutan adalah suatu kegiatan pencampuran zat terlarut
dengan zat pelarutnya.
2. Pengenceran dilakukan untuk membuat larutan standar.
3. Molaritas adalah kepekaan suatu larutan.
4. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat.
5. Pengenceran larutan menggunakan aquadest.Pembuatan larutan
harus dilakukan pencampuran bahan-bahan dan menggunakan
aquadest.
5.2 Saran
Dalam pembuatan larutan dan pengenceran sebaiknya tingkat
ketelitian harus dijaga agar hasilnya bisa dipertanggung jawabkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Hort, J. 2006. Komposisi Larutan Minyak Atsiri Jeruk. Volume 2. Hal 40-
49.
33