Cara mengutip artikel ini: Ani Haryani dan Lukmanulhakim, (2019), “Predictors of Nurse's Caring Behavior to Patients with CriticalIllness” di Seleksi dan Tinjauan
Sejawat di bawah tanggung jawab ICHT Conference Committee, KnE Life Sciences, halaman 12-22. DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 12
ICHT 2019
dalam situasi kritis, lingkungan, peralatan medis khusus dan tuntutan pengobatan
biologis, secara psikologis, dan sosial dalam perawatan kritis. Dengan kata lain,
perawat dituntut untuk lebih merawat pasien.
Namun pada kenyataannya masih banyak perawat yang tidak memberikan perilaku
caring yang baik. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
perilaku caring perawat di Indonesia masih dalam kategori rendah [2-4]. Berdasarkan
beberapa penelitian sebelumnya juga diidentifikasi, perilaku caring perawat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal pada individu
perawat. Faktor internal meliputi tingkat pengetahuan [5], masa kerja [6], keberhasilan
perawatan [7], kecerdasan emosional [8], dan spiritualitas [9].
Selain faktor internal, beberapa faktor eksternal juga telah diteliti memiliki
hubungan dengan perilaku caring perawat. Faktor-faktor ini termasuk pengawasan
[10], budaya organisasi [11], dan stres kerja [12]. Hasil penelitian dari [3] dan [13]
menunjukkan bahwa stres kerja dapat mempengaruhi perilaku caring. Tingkat stres
kerja yang semakin tinggi menyebabkan perilaku caring perawat semakin rendah.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka diketahui bahwa sebagian besar penelitian
tentang perilaku caring merupakan penelitian yang menghubungkan satu atau dua
variabel dengan perilaku caring. Belum ada penelitian yang meneliti secara simultan
antara faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan perilaku caring,
sehingga dapat diprediksi faktor mana yang lebih dominan mempengaruhi perilaku
caring perawat. Penelitian tentang perilaku peduli di area perawatan kritis dibatasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku caring perawat dan juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi
prediktor perilaku caring perawat dalam perawatan pasien sakit kritis.
2. Metode
2.1.1. Instrumen
Mean dan standar deviasi dihitung untuk menganalisis perilaku caring dan faktor
perawat lainnya. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan korelasi
Pearson dilanjutkan dengan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui
prediktor perilaku caring perawat. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 21.
3. Hasil
tabel 3 dapat diketahui bahwa perilaku caring adalah caring dengan rentang skor
67 s / d 100 dengan skor rata-rata 87.6. Dalam mengamati supervisi keperawatan,
sebagian perawat mempersepsikan rendah dan sebagian lagi mempersepsikan tinggi.
Pada aspek spiritualitas sebagian besar berada pada kategori rendah dengan skor
rata-rata 114,38 dari rentang 78-130. Efikasi caring sebagian besar dalam kategori
tinggi, kecerdasan emosional perawat sebagian besar pada kategori rendah, stres
kerja sebagian besar pada kategori rendah dan masa kerja perawat sebagian besar
kurang dari 7 tahun.
Tabel 4: Koefisien korelasi antara Supervisi Keperawatan, Spiritualitas, Khasiat Caring, Kecerdasan
Emosional, Stres Kerja, dan Masa Kerja dengan Caring Behavior.
Variabel 1 2 3 4 5 6 7 Supervisi Keperawatan - 0,131 0,122 0,095 0,031 -0,032 0,511 ** Spiritualitas -
0,268 * 0,388 ** -0,205 0,311 * 0,448 ** Caring Efficacy - 0,570 ** -0,286 * 0,364 * 0,433 **
Kecerdasan Emosional - -0,476 ** 0,365 * 0,419 ** Stres Kerja - -0,082 -0,202 Masa Kerja - 0,206
Caring Behavior - * Korelasi signifikan pada level 0,05 (2-tailed)
** Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed) )
4. Pembahasan
Kurangnya komunikasi yang dimaksud adalah kurangnya respon dari perawat saat
pasien bertanya dan membutuhkan jawaban. Dampak komunikasi yang buruk
mengakibatkan pasien dan keluarga menganggap peran perawat kurang baik dan
perilaku caring perawat juga kurang. Padahal salah satu peran perawat dalam ruang
perawatan kritis selain memberikan pelayanan keperawatan juga berperan sebagai
penerjemah informasi dari dokter kepada pasien dan keluarganya [14]. Seorang
perawat memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perilaku caring, dimana jika
perilaku caring tidak dilaksanakan akan mempengaruhi pelayanan kesehatan dan
kurangnya
hubungan antara perawat dan pasien. Upaya peningkatan caring dapat dilakukan
melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan caring [15].
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa item yang dinilai dalam
kategori baik adalah tentang pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengorganisasian, pemantauan kegiatan keperawatan dan non keperawatan,
melakukan koreksi dan evaluasi. Namun, tentang memberikan arahan langsung dan
tidak langsung, serta mengevaluasi kinerja staf masih kurang. Pemberian arahan
merupakan peran seorang supervisor, jika peran tersebut tidak dikejar tentu tujuan
supervisi tidak akan tercapai. [17] mengungkapkan bahwa seorang manajer dalam
memimpin harus mampu memberikan dorongan, arahan, bimbingan, konseling,
kendali, teladan serta bersikap jujur dan tegas agar bawahannya mau bekerja sama
dan bekerja secara efektif untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. dapat dilakukan
untuk meningkatkan kegiatan pengawasan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh [18] yang menunjukkan terdapat perbedaan antara kelompok
yang diberikan pelatihan supervisi dan tidak diberikan pelatihan supervisi.
Efikasi caring adalah kepercayaan diri seorang perawat untuk melakukan caring.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi
caring dengan perilaku caring perawat dalam merawat pasien kritis. Hasil penelitian ini
menunjukkan efikasi caring perawat sebagian besar dalam kategori tinggi. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa perawat merasa yakin dengan kemampuannya dalam
memberikan intervensi keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien. Namun, masih
kurangnya rasa percaya diri perawat untuk mengungkapkan empati, kepedulian dan
komunikasi untuk memberi pengertian.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian sebelumnya di rumah sakit yang sama tetapi pada perawat
di rawat inap dewasa. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa perawat yang
memiliki kecerdasan emosional rendah memiliki risiko 9x lebih besar untuk
berperilaku rendah [21]. Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa perawat di ruang
perawatan dewasa dan perawat di ruang perawatan kritis dan ruang gawat darurat
kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku caring
perawat.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa membangun perilaku caring perawat tidak
hanya berdasarkan faktor internal, tetapi juga membutuhkan penguatan faktor
eksternal berupa supervisi dari Nurse Manager. Hasil penelitian ini juga memperkuat
hasil [22] penelitian kualitatif yang menunjukkan bahwa perawat menyebutkan unsur
penting yang diyakini dapat meningkatkan pengalaman pasien dari kualitas asuhan
keperawatan adalah perawat yang kompeten secara klinis, hubungan kerja
kolaboratif, praktik keperawatan otonom, kontrol praktik keperawatan, dukungan
manajerial dan budaya yang berpusat pada pasien.
5. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku asuh perawat dalam merawat pasien
kritis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perilaku caring perawat berkaitan dengan
faktor internal dan eksternal seorang perawat. Perilaku caring dalam merawat pasien
sakit kritis dipengaruhi oleh faktor internal yaitu spiritualitas dan efikasi caring,
sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi caring adalah supervisi keperawatan.
Peningkatan aktivitas atau aktivitas yang dapat meningkatkan spiritualitas perawat dan
juga kepercayaan perawat terhadap perilaku caring yang diikuti dengan peningkatan
program supervisi keperawatan dapat membantu meningkatkan perilaku caring
perawat.
Konflik Kepentingan
Referensi
[1] Watson, J. (2008). Keadilan sosial dan keperawatan. Keperawatan Kreatif, 14(2),
62-65. https: //doi.org/10.1891/1078-4535
[2] 'Tiara, & Lestari, A. (2013). Perilaku Merawat Perawat Dalam Meningkatkan
Kepuasan Pasien rawat Inap. Jurnal Keperawatan, IX(2), 115–120.
[3] Desima, R. (2013). Tingkat stres kerja perawat dengan perilaku caring perawat.
Jurnal Keperawatan, 4(1), 43–55.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20473/jn.v5i2.3939
[4] Rumagit, T., Mulyadi, & Malara, R. (2017). Hubungan Motivasi Kerja Dengan Perilaku
Caring Intensive Care Unit Di Rsu Pancaran Kasih. EJournal Keperawatan,
5(November), 1-7.
[5] Sunardi. (2008). Analisis Perilaku Caring Perawat Pelaksana. Jurnal Keperawatan,
5(2008), 6-24.
[6] Kumanjas FW, Herman, W., & Jeavery, B. (2014). Hubungan hubungan individu
dengan kinerja perawat di ruang rawat diap penyakit dalam RSUD Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Keperawatan, 2(2), 1–8.
[7] Lee ;, T.;, & Ko, WYK (2010). Pengaruh efikasi diri, efektivitas dan efikasi kolektif
pada kinerja keperawatan perawat rumah sakit. Journal of Advanced Nursing,
66(4), 839-848.
[8] Dharmanegara, IBA, & Pradesa, HA (2015). Pengaruh Self-Efficacy dan Emotional
Intelligence terhadap Caring Behavior pada Perawat di RSUD Denpasar Bali.
Jurnal IOSR Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Ver. III, 4(2), 2320– 1940.
https://doi.org/10.9790/1959-04230915
[9] Haryani, A., Rizky, L. (2018). Pengaruh spiritualitas terhadap perilaku caring
perawat. The 6th Padjadjaran International Nursing Conference, 87.
[10] Muttaqin, Z. (2008). Pengaruh pelatihan supervisi pada kepala ruangan terhadap
perilaku.
[11] Zees, RF (2012). Analisis Faktor Budaya Organisasi yang Bberhubungan dengan
Perilaku Caring Perawat Pelaksana D1 Ruang Rawat Inap RSUD. Prof. DR. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Kesehatan dan Olahraga, 5(1).
[12] Lestari, R., Kumboyono, & Dyta, L. (2010). Tingkat Stres Kerja Dan Perilaku Caring
Perawat ,. Jurnal Ners, 5(2), 164–170.
[13] Kurniyanti, MA, Supriati, L., Studi, P., Biomedik, M., Kedokteran, F., Brawijaya, U.,…
Universitas, K. (2015). TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT Di Instalasi Gawat
Darurat RSUD dr. Soedarsono Pasuruan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada,
4(1), 49–58.
[14] Stelson, BEA, Carr, BG, Golden, KE, Martin, N., Richmond, TS, Delgado, MK, &
Holena, DN (2016). C Apakah U Nit R Ounds dan. 25 (5), 440–447.
[15] Krimshtein, NS, Luhrs, CA, Puntillo, KA, Cortez, TB, Livote, EE, Penrod, JD, &
Nelson, JE (2011). Pelatihan perawat untuk komunikasi interdisipliner dengan
keluarga di unit perawatan intensif: Intervensi. Jurnal Kedokteran Paliatif, 14(12),
1325-1332. https://doi.org/10.1089/jpm.2011.0225
[16] ElZeneny, SR (2017). Pengaruh Program Pelatihan Supervisi Klinis untuk Manajer
Perawat terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Intensif. Jurnal
Inovatif Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 6(9).
https://doi.org/10.15520/ijnd.2017.vol7.iss8.244. 08-17
[17] Abdullah, R. (2017). Analisis Pengaruh Supervisi Kepala Ruangaaaan, Beban Kerja,
dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Jurnal Mirai Management,
2(2), 369-385.
[18] Widiyanto, P., Hariyati, RST, & Handiyani, H. (2013). Pengaruh Pelatihan Supervisi
terhadap Penerapan Supervisi Klinik Kepala Ruang dan Peningkatan Kualitas
Tindakan Perawatan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung. Prosiding
Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah, 44–51. Diambil dari http: //jurnal.unimus.
ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/848/902
[19] Bakar, A., Nursalam, N., Adriani, M., Kusnanto, K., Qomariah, SN, Hidayati, L.,…
Ni'mah, L. (2017). Spiritualitas Perawat Meningkatkan Perilaku Peduli. Jurnal
Internasional Evaluasi dan Penelitian Pendidikan (IJERE), 6(1), 23.
https://doi.org/10.11591/ ijere.v6i1.6343
[20] Bandura, A. (1994). Efikasi Diri. Encyclopedia of Human Behavior, 4(4), 71–81. [21]
Nurmalasi, A., & Haryani, A. (2017). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku
Peduli Perawat di Bangsal Rawat Inap Dewasa. Faletehan Health Journal, 4(5),
258–263.
[22] Kieft, RAMM, De Brouwer, BBJM, Francke, AL, & Delnoij, DMJ (2014). Bagaimana
perawat dan lingkungan kerja mereka mempengaruhi pengalaman pasien tentang
kualitas perawatan: Sebuah studi kualitatif. Penelitian Layanan Kesehatan BMC,
14(1). https://doi.org/10. 1186 / 1472-6963-14-249
DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 22