Anda di halaman 1dari 12

Abstrak

Latar Belakang: Merawat pasien yang sakit kritis


merupakan tantangan tersendiri bagi perawat. Perawat
dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif termasuk mental, psikologis dan fisik.
Perilaku caring perawat dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik internal maupun eksternal. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara supervisi keperawatan, spiritualitas, efikasi
caring, kutipan emosional, stres kerja dan masa kerja
dengan perilaku caring saat memberikan perawatan
pada pasien kritis. Metode: Rancangan potong lintang
dengan jumlah partisipan 66 perawat. Pengumpulan
data dilakukan pada Juli 2018 di tiga bangsal: IGD,
HCU, dan ICU RSUD dr. RS DradjatPrawiranegara,
Banten. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
Spiritual Orientation Inventory, Skala Supervisi Klinis
Manchester, Penilaian Perilaku Caring, dan Skala
Caring Efficacy yang dimodifikasi dan diuji validitas
dan reliabilitasnya. Data dianalisis dengan
menggunakan regresi linier multivariat. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara supervisi keperawatan (r = 0.511;
Koresponden Penulis:
Ani Haryani
p <0.01), spiritualitas (r = 0.448; p <0.01), caring efficacy
aniharyani3376@gmail.com (r = 0.433; p <0.01) dan kecerdasan emosional (r =
0,419; p <0,01) dengan perilaku keperawatan dalam
Diterima: 22 September 2019 Diterima: 4 Oktober 2019 Diterbitkan: 10 Oktober 2019
perawatan pasien kritis (p <0,001). Tidak ada
hubungan yang signifikan antara Masa Kerja dan stres
Layanan penerbitan diberikan oleh Pengetahuan E
kerja dengan perilaku caring (p> 0,05). Analisis
Ani Haryani dan statistik akhir dengan menggunakan regresi berganda
Lukmanulhakim. Artikel ini didistribusikan di bawah persyaratan LisensiCreative menunjukkan bahwa supervisi keperawatan (Beta =
Commons
0,434; p <0,01), spiritualitas (Beta = 0,312; p <0,01) dan
Atribusi, yang mengizinkan penggunaan dan pendistribusian ulang yang tidak dibatasi
efikasi caring (Beta = 0,297; p <0,01) diakui sebagai
asalkan penulis asli dan sumber dikreditkan.
prediktor kepedulian perawat. perilaku dalam
Seleksi dan Tinjauan Sejawat di bawah tanggung jawab Komite Konferensi ICHT 2019. perawatan bangsal kritis pasien. Kesimpulan:
ICHT 2019 Peningkatan supervisi keperawatan sebagai upaya
Seleksidan Peer-review di bawah tanggung jawab ICHT Conference eksternal dan pengembangan kegiatan diharapkan
Committee
Volume 2019 dapat meningkatkan spiritualitas dan efikasi caring
diperlukan untuk meningkatkan perilaku caring
perawat dalam merawat pasien kritis.
Conference Paper
Kata Kunci: Caring Behavior, Caring Efficacy, Pasien
Kritis, Spiritualitas, Supervisi Keperawatan.
Predictors of Nurse's Caring
Behavior terhadap Pasien
denganKritis PenyakitAni Haryani1 dan 1. Pendahuluan
2
Lukmanulhakim
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Pasien sakit kritis adalah pasien yang mempunyai
2
Kesehatan Faletehan Program Studi Profesi Ners, Sekolah kebutuhan berbeda-beda. Kondisi sakit kritis tidak
Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan
stabil dan menggunakan alat khusus. Kondisi ini dapat bahwa pasien dalam perawatan kritis berbeda dengan
menimbulkan stres bagi pasien dan membutuhkan perawatan lainnya, hal ini tergambar dari karakteristik
perhatian lebih untuk perawatan. Yang menyatakan pasien yang berbeda.

Cara mengutip artikel ini: Ani Haryani dan Lukmanulhakim, (2019), “Predictors of Nurse's Caring Behavior to Patients with CriticalIllness” di Seleksi dan Tinjauan

Sejawat di bawah tanggung jawab ICHT Conference Committee, KnE Life Sciences, halaman 12-22. DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 12
ICHT 2019

dalam situasi kritis, lingkungan, peralatan medis khusus dan tuntutan pengobatan
biologis, secara psikologis, dan sosial dalam perawatan kritis. Dengan kata lain,
perawat dituntut untuk lebih merawat pasien.

Caring merupakan proses yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya


perawat yang meliputi pengetahuan dan praktek keperawatan [1]. Perilaku caring
diekspresikan sebagai perasaan yang memberikan perubahan perilaku, keamanan
dan bekerja sesuai standar. Ketika perawat memberikan asuhan keperawatan dengan
rasa kebaikan, perhatian, sentuhan kasih sayang, kehadiran dan selalu
mendengarkan, pasien atau keluarga akan merasa sangat bahagia, percaya dan
nyaman dengan perawat. Caring merupakan bagian dan aspek penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan, sehingga setiap perawat memiliki tanggung
jawab untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan keperawatan dalam
perilaku caring. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perilaku caring
perawat dapat meningkatkan kepuasan pasien, semakin baik perilaku caring perawat
dalam memberikan pelayanan maka semakin terjalin hubungan antara perawat dan
pasien [2].

Namun pada kenyataannya masih banyak perawat yang tidak memberikan perilaku
caring yang baik. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
perilaku caring perawat di Indonesia masih dalam kategori rendah [2-4]. Berdasarkan
beberapa penelitian sebelumnya juga diidentifikasi, perilaku caring perawat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal pada individu
perawat. Faktor internal meliputi tingkat pengetahuan [5], masa kerja [6], keberhasilan
perawatan [7], kecerdasan emosional [8], dan spiritualitas [9].

Selain faktor internal, beberapa faktor eksternal juga telah diteliti memiliki
hubungan dengan perilaku caring perawat. Faktor-faktor ini termasuk pengawasan
[10], budaya organisasi [11], dan stres kerja [12]. Hasil penelitian dari [3] dan [13]
menunjukkan bahwa stres kerja dapat mempengaruhi perilaku caring. Tingkat stres
kerja yang semakin tinggi menyebabkan perilaku caring perawat semakin rendah.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka diketahui bahwa sebagian besar penelitian
tentang perilaku caring merupakan penelitian yang menghubungkan satu atau dua
variabel dengan perilaku caring. Belum ada penelitian yang meneliti secara simultan
antara faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan perilaku caring,
sehingga dapat diprediksi faktor mana yang lebih dominan mempengaruhi perilaku
caring perawat. Penelitian tentang perilaku peduli di area perawatan kritis dibatasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku caring perawat dan juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi
prediktor perilaku caring perawat dalam perawatan pasien sakit kritis.

2. Metode

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 13


ICHT 2019

2.1. Desain Penelitian dan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional.


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat RSUD Dradjat Prawiranegara
Serang yang bertugas di ICU, HCU dan IGD. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 66 orang.

2.1.1. Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Spiritual Orientation Inventory,


Manchester Clinical Supervision Scale, Caring Behavior Assessment, dan Caring
Efficacy Scale serta kuesioner stres kerja yang dimodifikasi dan diuji validitas dan
reliabilitasnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
dikembangkan dari studi penelitian sebelumnya dan telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.


Kuesioner Jumlah The r Terendah Nilai Cronbach Alfa
Item Hari The r tertinggi Nilai
CaringBehaviour 25 0434 0728 0899
Keperawatan Pengawasan 13 0472 0738 0893
Emotional Intelligence 69 0446 0893 0979
Spiritualitas 26 0392 0862 0959
Stres Kerja 30 0549 0896
Merawat Khasiat 19 0497 0779 0812

2.2. Prosedur Pengumpulan


Data Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Setelah mendapat ijin dari
rumah sakit dan kepala ruangan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan
perawatan pengisian kuesioner. Karena kuesioner lebih dari 2 kuesioner maka peneliti
dan responden menyepakati waktu yang dibutuhkan responden untuk mengisi
seluruh kuesioner. Peneliti kembali ke rumah sakit untuk mengambil kuesioner sesuai
dengan waktu yang telah disepakati. Rata-rata waktu yang disepakati untuk mengisi
kuesioner adalah satu sampai 2 hari. Pengumpulan data dilakukan selama Juli 2018.

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Page 14


ICHT 2019

2.3. Analisis data

Mean dan standar deviasi dihitung untuk menganalisis perilaku caring dan faktor
perawat lainnya. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan korelasi
Pearson dilanjutkan dengan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui
prediktor perilaku caring perawat. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 21.

3. Hasil

Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa mayoritas responden adalah laki-laki (65%),


tingkat pendidikan diploma (63%), dengan usia di atas 32 tahun (58%).

Tabel 2: Karakteristik responden (n = 66).

Karakteristik frekuensi (n) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Pria 43 65
Wanita 23 35
Tingkat Pendidikan
Diploma 42 63
Sarjana 5 8
Sarjana + Profesi 19 29
Usia
≤ 32 Tahun 38 58
> 32 Tahun 28 42
Rata-rata: 32,26, SD: 5 , 79, CI (95%): 30,83 - 33,68, Min: 24, Max: 47Berdasarkan

tabel 3 dapat diketahui bahwa perilaku caring adalah caring dengan rentang skor
67 s / d 100 dengan skor rata-rata 87.6. Dalam mengamati supervisi keperawatan,
sebagian perawat mempersepsikan rendah dan sebagian lagi mempersepsikan tinggi.
Pada aspek spiritualitas sebagian besar berada pada kategori rendah dengan skor
rata-rata 114,38 dari rentang 78-130. Efikasi caring sebagian besar dalam kategori
tinggi, kecerdasan emosional perawat sebagian besar pada kategori rendah, stres
kerja sebagian besar pada kategori rendah dan masa kerja perawat sebagian besar
kurang dari 7 tahun.

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan


antara supervisi keperawatan (r = 0.511; p <0.01), spiritualitas (r = 0.448; p <0.01), caring
efficacy (r = 0.433; p <0.01) dan kecerdasan emosional (r = 0,419; p <0,01) dengan
perilaku caring perawat. Namun tidak ada hubungan antara stres kerja dan masa kerja
dengan perilaku caring perawat.

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 15


ICHT 2019

Tabel 3: Perilaku caring perawat dan faktor lainnya (n = 66).

Variabel frekuensi (n) Persentase (%)


Perilaku Peduli
Kurang Peduli 27 41
Peduli 39 59
Rata-rata 87,6 SD 10,12 min 67 maks 100
Supervisi keperawatan
Baik 33 50
Kurang 33 50
Rata-rata 45,41 SD 6.766 min 26 max 64
Spiritualitas
Tinggi 31 47
Rendah 35 53
Rata-rata 114,38 SD 11,85 menit 78 maks 130
Khasiat Perawatan
Rendah 32 48,5
Tinggi 34 51,5
Rata-rata 86,3 SD 8,6 menit 70 maks 112
Kecerdasan emosional
Tinggi 31 47
Rendah 35 53
Median 197 IQR 17 min 166 max 270
Stres Kerja
Tinggi 32 48,5
Rendah 34 51,5
Median 48 IQR 14 min 34 max
Masa Kerja
≤ 7 Tahun 34 52
> 7 tahun 32 48
Median 7 SD 6.11 Min 3 Max 28
Tabel 5. Pertunjukan bahwa tiga dari empat variabel yang berhubungan dengan
perilaku caring perawat adalah faktor prediktif. Ketiga faktor tersebut menghasilkan R2
= 0,490, R2 yang disesuaikan = 0,465, F = 19,854 dan p <0,01. Berdasarkan hasil
regresi linier menunjukkan bahwa supervisi keperawatan, spiritualitas dan efikasi
caring dapat memprediksi perilaku caring sebesar 46,5%. Tiga variabel yang menjadi
prediktor adalah efikasi caring (Beta 0,297; p <0,01), spiritualitas (Beta 0,312; p <0,01)
dan supervisi keperawatan (Beta 0,434; p <0,01). Berdasarkan standar beta tersebut,
dapat diidentifikasi bahwa supervisi keperawatan merupakan faktor yang paling kuat
untuk mengembangkan perilaku caring perawat.

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 16


ICHT 2019

Tabel 4: Koefisien korelasi antara Supervisi Keperawatan, Spiritualitas, Khasiat Caring, Kecerdasan
Emosional, Stres Kerja, dan Masa Kerja dengan Caring Behavior.

Variabel 1 2 3 4 5 6 7 Supervisi Keperawatan - 0,131 0,122 0,095 0,031 -0,032 0,511 ** Spiritualitas -
0,268 * 0,388 ** -0,205 0,311 * 0,448 ** Caring Efficacy - 0,570 ** -0,286 * 0,364 * 0,433 **
Kecerdasan Emosional - -0,476 ** 0,365 * 0,419 ** Stres Kerja - -0,082 -0,202 Masa Kerja - 0,206
Caring Behavior - * Korelasi signifikan pada level 0,05 (2-tailed)
** Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed) )

Tabel 5: Prediktor perilaku caring.


KoefisienB Std. Kesalahan Std. Beta t
PrediktorPerilaku Peduli

Supervisi Keperawatan 0,650 0,137 0,434 4,726


Spiritualitas 0,266 0,081 0,312 3,293
Caring Efficacy 0,345 0,110 0,297 3,137
2 2
R 0,490, Adjusted R 0, 465, F = 19,854,
*P-value <0,01

4. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (59%) dalam kategori peduli.


Berdasarkan jawaban kuesioner diketahui bahwa beberapa item yang termasuk
kategori tinggi adalah perawat mampu memenuhi kebutuhan pasien, menciptakan
lingkungan protektif, serta menerima perasaan positif dan negatif pasien. Namun
masih ada sebagian responden (41%) yang masih kurang peduli. berdasarkan jawaban
kuisioner diperoleh sejumlah item yang masih dinilai rendah. Artinya tidak semua
perawat terbiasa melakukan komunikasi intensif dengan pasien tentang
mengungkapkan perasaan dan memberikan penyuluhan kesehatan.

Kurangnya komunikasi yang dimaksud adalah kurangnya respon dari perawat saat
pasien bertanya dan membutuhkan jawaban. Dampak komunikasi yang buruk
mengakibatkan pasien dan keluarga menganggap peran perawat kurang baik dan
perilaku caring perawat juga kurang. Padahal salah satu peran perawat dalam ruang
perawatan kritis selain memberikan pelayanan keperawatan juga berperan sebagai
penerjemah informasi dari dokter kepada pasien dan keluarganya [14]. Seorang
perawat memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perilaku caring, dimana jika
perilaku caring tidak dilaksanakan akan mempengaruhi pelayanan kesehatan dan
kurangnya

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Page 17


ICHT 2019

hubungan antara perawat dan pasien. Upaya peningkatan caring dapat dilakukan
melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan caring [15].

Hasil analisis menunjukkan bahwa supervisi klinis mempengaruhi perilaku caring


perawat, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [10] yang menunjukkan
jika supervisi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku caring perawat.
Penelitian lain telah dilakukan oleh [16] tentang pengaruh supervisi klinis dalam
meningkatkan kualitas perawatan di unit perawatan intensif dengan hasil bahwa
terdapat korelasi positif antara supervisi klinis dengan peningkatan kualitas layanan
perawatan, yang meliputi kualitas. perawatan termasuk elemen perilaku caring yang
ditampilkan perawat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa item yang dinilai dalam
kategori baik adalah tentang pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengorganisasian, pemantauan kegiatan keperawatan dan non keperawatan,
melakukan koreksi dan evaluasi. Namun, tentang memberikan arahan langsung dan
tidak langsung, serta mengevaluasi kinerja staf masih kurang. Pemberian arahan
merupakan peran seorang supervisor, jika peran tersebut tidak dikejar tentu tujuan
supervisi tidak akan tercapai. [17] mengungkapkan bahwa seorang manajer dalam
memimpin harus mampu memberikan dorongan, arahan, bimbingan, konseling,
kendali, teladan serta bersikap jujur ​dan tegas agar bawahannya mau bekerja sama
dan bekerja secara efektif untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. dapat dilakukan
untuk meningkatkan kegiatan pengawasan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh [18] yang menunjukkan terdapat perbedaan antara kelompok
yang diberikan pelatihan supervisi dan tidak diberikan pelatihan supervisi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Spiritualitas memiliki hubungan yang


signifikan dengan perilaku caring. Dalam penelitian sebelumnya di RSUD
Dr.DradjatPrawiranegara di ruang perawatan orang dewasa juga diidentifikasi bahwa
spiritualitas memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan dengan tingkat
pendidikan perawat [9]. [19] dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa spiritualitas
memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku caring dan memiliki hubungan
yang positif. Spiritualitas berpotensi meningkatkan perilaku caring perawat.

Efikasi caring adalah kepercayaan diri seorang perawat untuk melakukan caring.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi
caring dengan perilaku caring perawat dalam merawat pasien kritis. Hasil penelitian ini
menunjukkan efikasi caring perawat sebagian besar dalam kategori tinggi. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa perawat merasa yakin dengan kemampuannya dalam
memberikan intervensi keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien. Namun, masih
kurangnya rasa percaya diri perawat untuk mengungkapkan empati, kepedulian dan
komunikasi untuk memberi pengertian.

Mengacu pada teori self-efficacyfrom [20], beberapa intervensi yang dapat


dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri, terutama dalam hal perilaku caring
antara lain Master Experience, Vicarious Experience, dan Social Persuasion.
Pengalaman Master adalah

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Page 18


ICHT 2019

pengalaman menguasai sesuatu. Sukses dalam pengalaman langsung akan


meningkatkan efikasi diri dan sebaliknya dimana kegagalan akan menurunkan efikasi
diri. The Vicarious Experi ence adalah pengalaman melihat pengalaman orang lain
untuk menyelesaikan masalahnya, sehingga pengalaman itu menjadi contoh. Persuasi
Sosial merupakan umpan balik atas kinerja yang telah dilakukan.

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian sebelumnya di rumah sakit yang sama tetapi pada perawat
di rawat inap dewasa. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa perawat yang
memiliki kecerdasan emosional rendah memiliki risiko 9x lebih besar untuk
berperilaku rendah [21]. Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa perawat di ruang
perawatan dewasa dan perawat di ruang perawatan kritis dan ruang gawat darurat
kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku caring
perawat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 variabel dari 4 variabel independen yang


memiliki hubungan signifikan merupakan faktor prediktif yaitu supervisi keperawatan,
spiritualitas dan efikasi caring. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa supervisi
keperawatan merupakan faktor yang memiliki faktor lebih kuat dalam perilaku caring
perawat dibandingkan dengan spiritualitas dan efikasi caring. Hal yang menarik dalam
penelitian ini adalah supervisi keperawatan yang merupakan faktor eksternal perawat
memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada faktor spiritualitas dan caring efficacy
sebagai faktor internal perawat.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa membangun perilaku caring perawat tidak
hanya berdasarkan faktor internal, tetapi juga membutuhkan penguatan faktor
eksternal berupa supervisi dari Nurse Manager. Hasil penelitian ini juga memperkuat
hasil [22] penelitian kualitatif yang menunjukkan bahwa perawat menyebutkan unsur
penting yang diyakini dapat meningkatkan pengalaman pasien dari kualitas asuhan
keperawatan adalah perawat yang kompeten secara klinis, hubungan kerja
kolaboratif, praktik keperawatan otonom, kontrol praktik keperawatan, dukungan
manajerial dan budaya yang berpusat pada pasien.

5. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku asuh perawat dalam merawat pasien
kritis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perilaku caring perawat berkaitan dengan
faktor internal dan eksternal seorang perawat. Perilaku caring dalam merawat pasien
sakit kritis dipengaruhi oleh faktor internal yaitu spiritualitas dan efikasi caring,
sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi caring adalah supervisi keperawatan.
Peningkatan aktivitas atau aktivitas yang dapat meningkatkan spiritualitas perawat dan
juga kepercayaan perawat terhadap perilaku caring yang diikuti dengan peningkatan
program supervisi keperawatan dapat membantu meningkatkan perilaku caring
perawat.

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 19


ICHT 2019

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini didanai oleh SekolahtinggiilmukesehtanFaletehan dan tidak ada


benturan kepentingan.

Konflik Kepentingan

Penulis tidak memiliki konflik kepentingan untuk diumumkan.

Referensi

[1] Watson, J. (2008). Keadilan sosial dan keperawatan. Keperawatan Kreatif, 14(2),
62-65. https: //doi.org/10.1891/1078-4535
[2] 'Tiara, & Lestari, A. (2013). Perilaku Merawat Perawat Dalam Meningkatkan
Kepuasan Pasien rawat Inap. Jurnal Keperawatan, IX(2), 115–120.
[3] Desima, R. (2013). Tingkat stres kerja perawat dengan perilaku caring perawat.
Jurnal Keperawatan, 4(1), 43–55.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20473/jn.v5i2.3939
[4] Rumagit, T., Mulyadi, & Malara, R. (2017). Hubungan Motivasi Kerja Dengan Perilaku
Caring Intensive Care Unit Di Rsu Pancaran Kasih. EJournal Keperawatan,
5(November), 1-7.
[5] Sunardi. (2008). Analisis Perilaku Caring Perawat Pelaksana. Jurnal Keperawatan,
5(2008), 6-24.
[6] Kumanjas FW, Herman, W., & Jeavery, B. (2014). Hubungan hubungan individu
dengan kinerja perawat di ruang rawat diap penyakit dalam RSUD Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Keperawatan, 2(2), 1–8.
[7] Lee ;, T.;, & Ko, WYK (2010). Pengaruh efikasi diri, efektivitas dan efikasi kolektif
pada kinerja keperawatan perawat rumah sakit. Journal of Advanced Nursing,
66(4), 839-848.
[8] Dharmanegara, IBA, & Pradesa, HA (2015). Pengaruh Self-Efficacy dan Emotional
Intelligence terhadap Caring Behavior pada Perawat di RSUD Denpasar Bali.
Jurnal IOSR Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Ver. III, 4(2), 2320– 1940.
https://doi.org/10.9790/1959-04230915
[9] Haryani, A., Rizky, L. (2018). Pengaruh spiritualitas terhadap perilaku caring
perawat. The 6th Padjadjaran International Nursing Conference, 87.
[10] Muttaqin, Z. (2008). Pengaruh pelatihan supervisi pada kepala ruangan terhadap
perilaku.

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 20


ICHT 2019

[11] Zees, RF (2012). Analisis Faktor Budaya Organisasi yang Bberhubungan dengan
Perilaku Caring Perawat Pelaksana D1 Ruang Rawat Inap RSUD. Prof. DR. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Kesehatan dan Olahraga, 5(1).
[12] Lestari, R., Kumboyono, & Dyta, L. (2010). Tingkat Stres Kerja Dan Perilaku Caring
Perawat ,. Jurnal Ners, 5(2), 164–170.
[13] Kurniyanti, MA, Supriati, L., Studi, P., Biomedik, M., Kedokteran, F., Brawijaya, U.,…
Universitas, K. (2015). TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT Di Instalasi Gawat
Darurat RSUD dr. Soedarsono Pasuruan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada,
4(1), 49–58.
[14] Stelson, BEA, Carr, BG, Golden, KE, Martin, N., Richmond, TS, Delgado, MK, &
Holena, DN (2016). C Apakah U Nit R Ounds dan. 25 (5), 440–447.
[15] Krimshtein, NS, Luhrs, CA, Puntillo, KA, Cortez, TB, Livote, EE, Penrod, JD, &
Nelson, JE (2011). Pelatihan perawat untuk komunikasi interdisipliner dengan
keluarga di unit perawatan intensif: Intervensi. Jurnal Kedokteran Paliatif, 14(12),
1325-1332. https://doi.org/10.1089/jpm.2011.0225
[16] ElZeneny, SR (2017). Pengaruh Program Pelatihan Supervisi Klinis untuk Manajer
Perawat terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Intensif. Jurnal
Inovatif Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 6(9).
https://doi.org/10.15520/ijnd.2017.vol7.iss8.244. 08-17
[17] Abdullah, R. (2017). Analisis Pengaruh Supervisi Kepala Ruangaaaan, Beban Kerja,
dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Jurnal Mirai Management,
2(2), 369-385.
[18] Widiyanto, P., Hariyati, RST, & Handiyani, H. (2013). Pengaruh Pelatihan Supervisi
terhadap Penerapan Supervisi Klinik Kepala Ruang dan Peningkatan Kualitas
Tindakan Perawatan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung. Prosiding
Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah, 44–51. Diambil dari http: //jurnal.unimus.
ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/848/902
[19] Bakar, A., Nursalam, N., Adriani, M., Kusnanto, K., Qomariah, SN, Hidayati, L.,…
Ni'mah, L. (2017). Spiritualitas Perawat Meningkatkan Perilaku Peduli. Jurnal
Internasional Evaluasi dan Penelitian Pendidikan (IJERE), 6(1), 23.
https://doi.org/10.11591/ ijere.v6i1.6343
[20] Bandura, A. (1994). Efikasi Diri. Encyclopedia of Human Behavior, 4(4), 71–81. [21]
Nurmalasi, A., & Haryani, A. (2017). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku
Peduli Perawat di Bangsal Rawat Inap Dewasa. Faletehan Health Journal, 4(5),
258–263.

DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 21


ICHT 2019

[22] Kieft, RAMM, De Brouwer, BBJM, Francke, AL, & Delnoij, DMJ (2014). Bagaimana
perawat dan lingkungan kerja mereka mempengaruhi pengalaman pasien tentang
kualitas perawatan: Sebuah studi kualitatif. Penelitian Layanan Kesehatan BMC,
14(1). https://doi.org/10. 1186 / 1472-6963-14-249
DOI 10.18502 / kls.v4i13.5221 Halaman 22

Anda mungkin juga menyukai