A. Airway
1. head tilt chin lift
B. Breathing
1. cek look listen feel
2. --- beri 2 ventilasi tidak peduli mengembang/ tidak
3. Ventilasi 1ribu 2ribu... 4 ribu (1,5 2 s) ventilasi
4. --- mengembang reposisi & lakukan no 1
5. beri 2 ventilasi +++ mengembang
6. mengembang tapi tidak spontan ventilasi terus sampai spontan dan adekuat
7. Ventilasi 1ribu 2ribu... 4 ribu (1,5 2 s) ventilasi
8. Dewasa 12x/ menit, infant 20x/ menit
C. Circulation
1. cek nadi karotis
2. --- telusuri arcus costae 2 jari di atas arcus costae
3. 15 kompresi 1 and 2 and 3... 5 (3x)
4. beri 2 ventilasi
5. ulangi 9 & 10 sebanyak 3x (4 siklus)
6. cek nadi karotis --- ulangi, +++ cek breathing
u infant CPR 1 jari di bawah garis antara 2 puting susu dengan 2-3 jari
5 kompresi 1 ventilasi
Airway obstruction infant 5 backblow & 5 chest trust
Dewasa Anak
16-25 thn = 40 ml/kg/hr < 1 thn = 120-140 ml/kg/hr
25-55 thn = 35 ml/kg/hr 1-3 thn = 110-120 ml/kg/hr
56-65 thn = 30 ml/kg/hr 4-6 thn = 90-110 ml/kg/hr
> 65 thn = 25 ml/kg/hr 7-10 thn = 75-90 ml/kg/hr
11-18 thn = 60-75 ml/kg/hr
Rehidrasi 1-2 cc / kgBB /jam
IWL NEONATUS
1. Dlm udara tanpa kelembaban 28 cc/kgBB/24 jam.
2. Dlm humidified isolette 14 cc/kgBB/24 jam
3. Perawatan dgn pemanasan 40 - 45 cc/kgBB/24 jam.
Trauma triage
Immediate priority (T1): require immediate life-saving intervention (Red)
Urgent priority (T2): require significant intervention within two to four
hours (Yellow)
Delayed priority (T3): require intervention, but not within four hours
(Green)
Expectant priority (T4): treatment at an early stage would divert resources
from potentially beneficial casualties, with no significant chance of a
successful outcome (Blue)
Triage sieve
The triage sieve can be used at the scene of major trauma and involves a rapid
assessment.
Can the patient walk?
Yes: Priority 3 (Green - see above)
No:
Is the patient breathing?
No, even after opening airway: Dead
Yes, after opening airway: Priority 1 (Red)
Yes, without resuscitation:
What is the respiratory rate?
Above 30/minute or less than 10/minute: Priority 1 (Red)
10-30/minute:
What is the pulse rate (or capillary refill time)?
Less than 40 or more than 120 (or capillary refill time greater than 2 seconds):
Priority 1 (Red)
Between 40 and 120 (or capillary refill time less than 2 seconds): Priority 2
(Yellow)
Kalori :
100 kalori/ kg BB/ hari
Anak :
< 3 bulan D10 0,18 NS
< 3 tahun D5 NS
> 3 tahun D5 NS
< 10 kg 100 cc / 24 jam
10 - 20 kg 50 cc / 24 jam
20 - 30 kg 30 cc / 24 jam
Kalau sesak / malnutrisi .. 20 % v 1/3 nya
Kalau GGA/GGK hanya boleh D5/D10 tanpa saline
Jumlah cairan kebutuhan /24jam + produksi urin
TABLE 10-19 -- COMPOSITION OF FREQUENTLY USED PARENTERAL FLUIDS
CHO Protein
*
(g/100 (g/100 Na+ K+ Cl HCO3 Ca2+
Liquid mL) mL) cal/L (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) mOsm/L
D5 W 5 170 252
Intralipid 2.25 1100 2.5 0.5 4.0 258-284
Extent of
Dehydration Mild Moderate Severe
External Jugular Visible Not visible except Not visible even with
Vein when with supraclavicular supraclavicular
supine pressure
CARBOHYDRATE
Na+ K+ Cl- BASE (% WEIGHT FOR
(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) VOLUME)
DOSIS LARUTAN
1. Albumin = 2% dosis 4 cc/kg/24 jam
2. Plasma = 20cc/kgBB/24 jam (2 x / minggu)
3. Whole blood = 20 cc/kg dpt diselang 2-4 kali sehari
4. PRC = 10 cc/kgBB/24 jam.
Transfusi DARAH
Whole Blood = 6 x ^ Hb x BB
PRC = 3 x ^ Hb x BB
Konsentrat = 0,5 x ^ Hb x BB
FFP = 10 x ^ Hb x BB
Cryopresipitat = 0,5 x ^ Hb x Bb
Tanpa perdarahan PRC :10 cc /kg /hari (sebelumnya tes lasix 1 cc/kg/IV)
Ada perdarahan harus WB -- sesuai jumlah perdarahan
Post tranfusi : Kalsium glukonas (IV) : 1 cc / 100 cc darah yg masuk .
Lavement PZ 10 cc / kg BB / hari / 2 kali
Kebutuhan Elektrolit
Maintenance
Na 3 meq/kgBB/24 jam
Cl 3 meq/kgBB/24 jam
K 2 meq/kgBB/24 jam
Dlm D5% dlm saline 0,225 % + larutan KCl 10 meq/botoo - 500 cc
Koreksi BicNat
1. 0,3 x BB x ^ BE = ....... mEq
2. BB x 0,5 x ^ HCO3 = ...... mEq
Koreksi K
1/3 x BB x ^ K (Normal K = 4,5)
- pemberian diencerkan dgn D5%(jadi 100 cc habis dlm 3 jam)
Koreksi Mg
0,2 cc/kgBB dgn MgSO4 20 %
Mis. BB 50 kg --> 0,2 x 50 = 10 cc MgSO4. Bisa bolus tp perlahan.
Koreksi Na
^ Na x BB x 0,6
Rumus Albumin
(N = 3,2 - 4,5)
^ Alb x BB x 40 x 2 gr = ........ Gram
100
Normal = 3,2 - 4,5 dlm 100 cc drh
100 cc albumin 20% (pmi) mengandung 26,5 gr albumin.
100 cc albumin 25 % mengandung 25 gr albumin.
Protein
HD
Kehilangan as amino = 1-2 gr/jam
Asupan = 1-1,2 gr/kg/hr
CAPD
Kehilangan = 8-12 gr/hr
Asupan = 1,2 - 1,4 gr/kg/hr
KEBUTUHAN KALORI
1. Bayi prematur + BBLR = 120 kal/kg
2. Bayi < 10 kg = 100 kal/kgBB
3. Bayi 10-20 kg = 1000 kal + 50 kal/kg
4. Bayi > 20 kg = 1500 kal + 20 kal/kg
Kalori meningkat 12% tiap peningkatan 1 C suhu tubuh.
TEE - BEE
TEE = BEE x AF x SF
LAKI
BEE = 66,47 + (13,75 x BB (kg)) + (5,0 x tinggi (cm)) - (6,76 x usia (thn))
WANITA
BEE = 655,1 + (9,56 x BB (kg)) + (1,85 x tinggi (cm)) - (4,68 x usia (thn))
AF =
- tirah baring total = 1,2 - ambulasi = 1,3
SF =
- malnutrisi 0,7
- GGK, nondialisis 1
- hemodialisis 1-1,05
- bedah elektif kompl (-) 1,1
- peritonitis 1,15
- tr. Jar. Lunak 1,15
- patah tulang 1,3
- infeksi ringan 1
- infeksi sedang 1,2-1,3
- infeksi berat 1,4-1,5
- LB 0-20% BSA 1-1,5
- LB 20-40% BSA 1,5-1,8
- LB > 40% 1,8-2
- trauma capitis 1,6
Pemberian NPE :
A. Kurang dari 5 hari :
hari I RD5 : D5 = 2 : 3 ( =500 kcal)
hari II & III RD5 : D10 = 2 : 3 (800 kcal)
hari IV & V RD5 : D20 = 2 : 2 (1000 kcal)
b. Jika panj lewat vena perifer :
hari I RD5 : D5 = 2 : 3
hari II & III AA 2,5 % KH : D10 = 2 : 3 (900 kcal + 25 grm AA)
hari IV & V AA 2,5 % KH : D10 = 2 : 2 (1100 kcal + 25 grm AA)
c. Jika panj lewat vena central :
hari I RD5 : D5 = 2 : 3
hari II - III AA 5 % KH10 : D10 = 2 : 3 (1000kcal +50grm AA)
hari IV dst AA5 % KH10 : D20 = 2 : 2 ( 1200kcal+ 50 grm AA)
Indikasi Operasi
BURR HOLE EMERGENCY PADA HERNIASI OTAK TRAUMATIKA
Herniasi Otak.,Keadaan mengancam jiwa.Perlu tindakan segera
Tanda lateralisasi : penurunan kesadaran, pupil anisokor ipsilat. &
hemiparese kontralateral.
Burr hole emergensi.
Indikasi operasi
Lusid interval.
Tanda-ta
tanda lateralisasi.
Trias Cushings : hipertensi sistolik,bradikardi & penurunan kesadaran.
Prinsip dasar
Lokasi burr hole : pupil dilatasi, regio temporalis.
Burr hole (+), perluas.
Evakuasi hematom.
Kontrol perdarahan.
Jahit luka operasi.
Tehnik Operasi
Posisi terlentang.
Insisi kulit linier.
Pasang retraktor otomatis.
Burr hole : mata burr bentuk segi tiga, mata burr bentuk belimbing.
Bila (+) lanjutkan dengan knobel tang untuk diperluas.
Evakuasi hematom.
Kontrol perdarahan dengan memasang vakum drain.
Jahit luka operasi.
CEDERA KEPALA
Cedera Kepala
Masalah besar (Penyebab kematian ke-3)
10-20% meninggal dijalan atau setibanya di RS
Derajat : 15% COB
15% COS
70% COR
Patofisiolgi
TIK normal: 10cm/Hg
TIK > 15-20cm/Hg > -Patologis >-Diterapi
Tanda-tanda peningkatan TIK
Sakit kepala progresif atau menetap
Muntah menetap atau proyektil
Penurunan kesadaran
Cushing response:
-Bradikardi
-Hipertensi
-Gangguan respirasi
Herniasi:
-Uncal pupil dilatasi ipsilateral
Hemiparese kontralateral
-Central Rostrocaudal sign
Klasifikasi
1. Cedera kulit
Kontusio,abrasi,laserasi
2. Cedera tulang
Lokasi: -Fr.kalvaria, Fr.basis kranii
Jenis: Linier, depresi, kominutif
Huhungan dengan luar: tertutup, terbuka
3. Cedera parenkim dan selaput otaknya
Cedera otak bila ada pingsan, amnesia, muntah, pusing, sakit kepala
Berdasarkan derajat ada 3 macam:
-Cedera otak ringan (GCS 14-15)
-Cedera otak sedang (GCS 9-13)
-Cedera otak berat (GCS 3-8)
Berdasarkan patologinya ada 2 macam:
1.Cedera otak primer
-DAI
-Kontusio serebri
-Laserasi serebri
-Laserasi duramater: >> pada fr basis kranii
-Laserasi pia-arachnoid: subdural higroma
. 2.Cedera otak sekunder
Penyebab sistematik Hipoksemia,-Hipotensi,-Hiperkapnea, -
Hipokapnea -Hipertermi Hiperglikemia -Hipoglikemia -Hiponatremia
.Penyebab intrakranial - TIK,- Pergeseran otak, - Vasopasme
- Kejang , - Infeksi
4. Cedera pembuluh darah
-Ekstrakranial
-Hematoma subperiosteal
-Hematoma subgaleal
-Intrakranial
-HED,HSD,HIS,PIV,PSA
-ini sering disertai COP
-ini sering TIK atau pergeseran otak
COS
-Pembuluh darah di basis kranii
-Cedera karotid intrakranial CCF >> bersama fr.basis kranii
5. Cedera saraf kranial
-N.Olfaktorius
-N.Okulomotorius,trokhlearis dan abdusens
-N.Trigeminus
-N.Fasialis dan vestibulo auditarius
-N.Glossofaringeus,vagus,acesories dan hipoglosus
DIAGNOSIS DAN PENANGANAN TUMOR OTAK
EPIDEMIOLOGI
Insiden Tumor Otak 4 13 / 100.000 populasi per tahun
2 % dari kematian disebabkan oleh kanker
20 % tumor anak
KLASIFIKASI
KLINIS
Onset progresif (menit jam)
Tanda-tanda peningkatan ICP
Muntah
Penurunan kesadaran
Tanda-tanda herniasi otak
Tanda-tanda umum stroke
EVALUASI dari klinis dan CT Scan CITO !!!
MANAJEMEN
A. MANAJEMEN AWAL DAN STABILISASI
Primary survey dan resusitasi ABCD
Pemeriksaan tambahan pada primary survey.
Secondary survey.
B. TERAPI DEFINITIF
Medikamentosa
Bedah.
Airway Manajemen
Beberapa jenis stroke bg. Jalan napas.
Nilai jalan napas.
Bebaskan jalan napas.
Chin lift dan jaw trust.
Orofaringeal tube.
Slight defllekksi.
Intubasi.
Breathing Manajemen
Beberapa jenis stroke ventilasi tak adekwat.
Hipoksemia.
Hiperkarbia.
Hipoksemia ringan : 02 masker 12 l/menit.
Pertahankan :
PaO2 : 100 mmHg.
PaCO2 : 35 mmHg.
Saturasi O2 96%.
Menetap : ventilasi mekanik.
Circulation Manajemen
Infus NaCl 0,9%.
Hindari larutan hipotonik / dekstrose edema otak (cell death).
Hipotensi (sepsis, AMI, dehidrasi):
Cairan k/p pressure agent.
Pertahankan CPP 70 mmHg (riwayat Ht -)
CPP 90 100 mmHg (riwayat Ht +)
CPP = MAP ICP.
Hipertensi
80% pada stroke akut.
Hipertensi stroke hipertensi.
Redesi simpatetik.
Cushings response.
Hipertensi : segera turunkan (rebleeding)
Over treatment area penumbra mati.
Terapi Hipertensi
Turunkan ke level premorbid (tahu).
Turunkan 15 25% (tidak tahu).
CPP > penting dari MAP.
CPP = MAP ICP.
Hindari vasodilator sistemik.
Lazim dipakai : labetalol, nifedipin, captopril.
Disability
GCS
Tanda herniasi (anisokor + hemiparesis).
Penurunan GGCS cepat / herniasi critical.
o Manitol / hiperventilasi ringan.
o CT scan / operasi.
o Efek rebound.
Pemeriksaan Tambahan
Monitor EKG.
Kateter urine dan lambung.
Monitor hasil resusitasi :
RR, BGA.
Pulse oxymeter.
Tekanan darah / MAP.
Monitor ICP dan CPP.
CT scan kepala.
SECONDARY SURVEY
Anamnesis : riwayat AMPLE.
Pemeriksaan sistemik / neurologi lengkap.
Pemeriksaan laboratorium : FH, GDA, LFT, RFT, elektrolit,
osmolaritas.
Angiografi : Pada PIS atipical (labour, muda) K/p ditunda.
Therapi MX
Cairan IV : Isotonik, non dekstrose. cegah dehidrasi / over hidrasi.
Terapi hipertensi intrakranial :
Bila ICP > 20 mmHg.
Curiga ICP / kesadaran.
Fenitoin.
Terapi febris.
Posisi elevasi 30.
Therapi Bedah
INDIKASI OPERASI
Individual, tergantung pada :
Neurologis penderita., Lokasi dan luas PIS, Usia, Status pre morbid,
Harapan keluarga dan penderita
Dipertimbangkan mx. Medik :
Lesi simtomatik minimal (sadar, hemiparese minimal).
Prognosis jelas jelek.
Koagulopati berat.
Kelainan medik berat.
Usia sangat tua (> 75 tahun).
PIS talamus / batang otak.
Dipertimbangkan evakuasi cloth.
Lesi simptomatik (confussion, agitasi, afasia, hemiparese, dll.
CT scan.
Efek massa nyata, (edema, midline shift).
Hipertensi intrakranial menetap (mx. Medik gagal).
Rapid deteroriation / herniasi.
Lokasi menguntungkan, labor, serebelum,
kapsula interna non deminan hemisfer.
Usia muda.
< 24 jam onset PIS.
Ventrikulostomi
Pada IVH, hidrosefalus.
Bila perlu ICP monitor.
HIDROCEPHALUS
Kelainan yang berupa peningkatan volume cairan serebrospinal atau
akumulasi css yang berlebihan pada sistim ventrikel otak.
Etiologi
Tiga kategori penyebab
1. Sekresi berlebihan
Papiloma pleksus koroideus yang memproduksi css secara
aktif
2. Sumbatan aliran css
Tersering: sumbatan aquaductus Sylvii
Atresia foramen Luschka dan Magendi
Massa intra kranial (kista, tumor, AVM)
3. Gangguan absorbsi css
gangguan penyerapan oleh villi arachnoid, misal SAH,
meningitis, kista arachnoid.
KODE TINDAKAN
Pengobatan Gonore
Ciprofloxacin 500 mg SD PO*
Ofloxacin 400 mg SD PO*
Tiamphenicol 3-5 gr SD PO*
Ceftriaxon 250 mg SD IM
Kanamisin 2 gr SD IM
Spektinomisin 2 gr SD IM
Pengobatan Sifilis
Benzatin Penicillin G 2,4 juta unit IM SD
Penicillin Prokain 600000 unit IM 10 hari
Tetrasiklin 4 x 500 mg PO 15 hari
Erithromisin 4 x 500 mg PO 15 hari
Doksisiklin 2 x 100 mg PO 15 hari
Pengobatan LGV
Tetrasiklin 4 x 500 mg PO 14 hari
Eritromisin 4 x 500 mg PO 14 hari
Doksisiklin 2 x 100 mg PO 14 hari
Cotrimoxazol 2 x 2 tab PO 14 hari
Temperatur Inkubator
UMUR
Macam cairan infus
Jenis Kal/ Tek Osmotik Keterangan
D5 200
D10 400 5,5
D20 800 11
Martos 10 400 2
RL
NaCl 0,9
SKOR GAROKA
Untuk menentukan berat ringannya infeksi
pernafasan.
Garoka G/ Klinis TH/
I ISPA Pernafasan RJ + Simtomatis
II Garoka I + Nafas Cuping hidung + RJ + Antibiotika + Simpt
III Garoka II + retraksi otot intercostalis MRS
IV Garoka III + Cyanosis MRS
Skor ASMA
G/ Tanda 0 1 2
PO2 70-100 <70 <70 (40%O2)
Cyanosis Negatif + udara +40% O2
Suara nafas Inspirasi Normal Tak sama Negatif
RetraksiOtot Bantu Pernafasan Negatif Sedang Maksimal
Whezing Expirasi Negatif Sedang Keras
SSP Normal Agitatif Koma
Skor IDAI
Klinis 0 1 2 3 4
Wheezing
Expirasi - Akhir seluruh
Inspirasi - Sebagian Seluruh
Lokasi - < bag. paru > bag. paru
Retraksi Otot
Supraclavikuler - Ringan Sedang Kuat
Intercostalis - Ringan Sedang Kuat
Subcostal - Ringan Sedang Kuat
MOTILITAS USUS HALUS
Terdapat 2 jenis pergerakkan/ kontraksi usus halus yaitu :
- Segmentasi
- Peristaltik
Kontraksi segmentasi adalah kontraksi dan relaxasi yang berubah secara ritmis,
berupa kontraksi lokal yang melingkar/ sirkumferinsial dari otot sekunder selebar
1 cm. Konstraksi segmental memisahkan isi usus dalam area kontraksi :
Gerakan ritmis ini bertujuan untuk mencampur chyme (campuran makanan
dan cairan pencernaan) dan membuatnya kontak dengan mukosa absortif,
maka terjadi proses pencernaan dan absorpsi.
Pergerakan ini diatur oleh otot polos (miogenik) sehingga tidak tergantung
mekanisme saraf.
Aktivitas Ritmik Segmental terjadi dalam usus halus proximal dengan
kecepatan konstraksi II konstraksi/ menit, pada usus halus distal : 9
kontraksi/menit.
Kontraksi Peristatik
Terdiri dari Konstraksi Intestinal yang bergerak dengan kecepatan 1-2 cm/
detik untuk beberapa cm usus.
Peristaltik di bagian distal lebih lambat daripada bagian proximal
Makanan mungkin berperan sebagai stimulus untuk meregang reseptor
dalam otot dan mungkin dalam membran mukossa
Gelombang pergerakkan ini menggerakan makanan sepanjang saluran
menuju ke distal.
Konstraksi di belakang bolus ke dalam saluran didepannya.
Pergerakan ini diatur oleh mekanisme saraf (Neurogenik), melalui reflex
lokal plelesus saraf intrinsik dalam dinding usus. Saraf extrinsik juga turut
berperan, yaitu stimuli simpatis akan menurunkan motilitas.
COLON
Colon yang kurang vaskularisasinya, bagian mana? flexura lienalis
Intususepsi colocolica penyebabnya apa ?
Jarang terjadi, hanya 5 % dari penyakit obstruksi intestinal. Causanya
biasanya jelas, tumor yang bersifat sebagai apex intususepsi (leading
point) pada intususepsi colocolica biasanya malignant.
Contoh: Submokosa lipoma paling sering diantara tumor benigna,
Pedunculated tumor benigna pada Peutz Jocyker Syndrome,
Leiomyoma, Leiomyosarcoma, Adenoma, Adenosarcoma. Contoh non-
tumor: granuloma dan stump appendix, Amuba, Tuberculous Ulcer,
Inverted Meekel Diverticulum
Manifestasi Klinis :
Abdominal mass
BAB berdarah / pasase darah melalui rectum
Pada dewasa biasanya kronik obstruksi berulang
Saat serangan massa abdomen dapat teraba jelas dan bisa menghilang pada
saat pemeriksaan ulang beberapa jam kemudian dimana gejala sudah
menghilang.
Intususepsi carcinoma colon sigmoid meskipun jarang dapat prolaps
melalui rectum. Pigment spot yang khas pada wajah, bibir dan mukosa
dapat ditemukan pada intususepsi peutz jengkur syndrome.
Radiologi : Plain-X-Ray : dilatasi loop intestine dengan fluid level Barium
enema; USG : target in target appearance.
Terapi:
Intususepsi colon dengan risiko malignancy sebagai penyebab/leading point
tindakan reseksi tanpa didahului reduksi.
Intususepsi usus halus coba reduksi dulu bila ada tanda tanda nekrotik
reseksi
Jika penyebabnya idiopati bila masih vital, coba reduksi dulu.
TRAUMA COLON
KLASIFIKASI FLINT ( 1981 )
Grade 1
Cedera kolon saja
Kontaminasi fecal minimal
Tidak ada syokminimal delay < 8 jam
Grade 2
Perforasi kolon through and through
Laserasi
Kontaminasi fecal sedang
Ada cerdera organ lain
Grade 3
Kehilangan jaringan luas
Terjadi devaskularisasi kolon
Kontaminasi hebat
Hipotensi lama
Delay berkepanjangan
Komplikasi Colostomy:
1. Metabolisme gangguan elektrolit, cairan dan defisit vitamin B12
2. Hernia parastual
3. Abses / ulkus dan fistula parastual
4. Striktur
5. Volvulus dan obstruksi
6. Stenosis karena fibrosis
7. Prolaps stoma
Tujuan colostomy:
1. Dekompresi colon obstruksi
2. Menghindari aliran fecal pada reseksi colon pada inflamasi dan trauma
3. Untuk evakuasi kotoran bila kolon distal diangkat
4. Melindungi anastomosi bagian distal colon
TRAUMA ABDOMEN
1. Luka Tusuk
Terutama mengenai organ hollow viscus, small dan large intestine tersering
Stab wounds:
bening injuries, kecuali (+) laserasi pembuluh darah.
mortalitas 3%
kematianan terbanyak ok vascular injury
injury viscera intra peritoneal minimal / (-)
2. Trauma tumpul
Direct impact/ Kompressi : terhimpitnya organ intra abdomen diantara
dinding anterior dengan dinding posterior tubuh/ tonjolan tulang vertebra.
Decelerasi : pengurangan kecepatan mendadak misal : bagian badan yang
terikat sabuk pengaman :
Kekangan mengenai titik kontak tubuh
Viscera melanjutkan gerakan turun ruptur viscera
1 dan 2 : benturan berat isi abdomen ruptur usus
Shearing force : tersayatnya organ / robek oleh suatu daya,
contoh : tubuh terlindas kendaraan besar.
Rotary force : pecahnya organ berongga ok benturan, tekanan intra
luminal yang tiba-tiba meningkat.
3. Luka Tembak :
Gun shot Wounds, dari kecepatan peluru, dibagi menjadi 3 :
Low Velocity missile (400 500 feet/det)
High Velocity missile (s/d 1000 feet/det)
Very high velocity missile ( > 1000 feet/det)
Trauma Tumpul :
- Sulit untuk mengetahui ok biasanya multiple trauma
- Sering mengenai organ solid, perdarahan bisa lambat / masif tanda-tanda
peritonitis bisa lambat muncul
- Riwayat adanya trauma
- Tanda yang sering terlihat hipotensi dan peritonitis pleural cavity
peritoneal, retroperitoneal
Trauma Penetrans :
- lebih mudah untuk mengetahui karena gejala muncul cepat
- bahaya hanya 1 organ tertentu
- perlu diperhatikan jenis benda, posisi dan arah tusukan
Tanda penting :
- hipotensi
- distensi abdomen
- peritonitis
- eviserasi omentum/ usus
- perdarahan
- luka masuk keluar.
Trauma tembak :
Perlu diperhatikan luka masuk, luka keluar, jumlah tembakan dan jenis senjata,
mengenai organ, visceral atau yang lain
Test diagnosa :
1. Anamnesa : Riwayat dan mekanisme trauma, kecepatan kendaraan, posisi
korban, apakah minum alkohol/ obat.
2. Pemeriksaan fisik seluruhnya mulai dari kepala sampai jari kaki :
PE
Kontra indikasi
Tanda peritonitis (+)
Hemodinamik tidak stabil, persisten dengan resusitasi cairan
KI relatif :
1. post operasi
2. kehamilan
3. pasien sadar uncomfortable
4. obessitas, cirrhosis
Teknik
- Anestesi lokal, kosongkan lebih dulu blast dan gaster
- Incisi pada garis mediana (vertikal) panjang 2 3 cm, 3 4 cm di bawah
umbilicus, umbilicus - symphisis pubis
- Cutis, Subcutis, fascia, linea alba, pre peritoneal fat di incisi, peritoneum
dibuka. masukkan lavage catheter (ideal peritoneal dyalysis kateter dengan
multiple side holes)
- Aspirasi dengan syringe 10 cc, --> DPL tap (+) bila ;
keluar darah 10 20 cc
adanya feces
isi usus halus/ cairan empedu
makanan tidak perlu lavage
- Aspirasi (-). lakukan lavage
NaCl 0,9 % 1000 cc (untuk anak 10 15 cc/kg BB) dimasukkan
secara cepat ( 5 s/d 10 menit)
Penderita di miringkan ke kiri / kanan kecuali ada fraktur pelvis
Keluarkan cairan intra peritoneal 200 300 cc --> pem. lab.
- Amilase > 175 ml/100 ml
- Bilirubin (+)
- Bakteri (+) atau serat makanan
KI relatif :
- Scar pada ddg abdomen
- pregnacy trimester terakhir
- obesitas, coagulopathy
- hematom yang signifikan pada ddg abdomen ok fraktur felvis.
Index Positive Samar-samar
Aspirate : darah >10 cc >5 cc
fluid Enteric content --
Lavage : RBC > 105 / mm3 > 50.000 / mm3 (50-100.000)
WBC > 500 / mm3 > 200 /mm3 (100-500)
Enzym Amylase > 175 Iu/L (75-175)
Alk. Phoep 3 IU/L
Bile Confirned brochemical
Kekurangan DPL :
- tidak bisa mengidentifikasi sumber perdarahan
- tidak bisa membedakan trauma kecil atau besar dari diafragma
- sulit membedakan trauma dari usus atau organ retroperitoneal
DAMAGE CONTROL
Suatu tindakan mempersingkat laparatomy dan temporary intra abdominal
packing sebagai intial control pada injury. Kemudian pasien di bawa ke ICU
untuk diperbaiki keadaan physiologinya dan kemudian dilakukan definitive
repair terhadap seluruh injury diruang operasi.
DAMAGE CONTROL dibagi dalam 3 phase :
I. Immediate exploratory laparatomy to control hemorrahage and
contamination dengan simple technigues. Sedangkan definitive
reconstruction delayed.
tindakan :
- Packing intra abdominal pada permukaan yang disayat
- Rapid skin closure pada organ yang mengalami injury
II. Secondary and continued resusitation di ICU untuk dilakukan :
Maximalizasi hemodinamic, Core rewarming, Correction coasulopatly,
Complex ventilatory support, Continue injury identification
III. Reoperation fusi removal intra abdominal packing, Definitive repair
abdominal injury and closure
PYOGENIK ABSES
E/ Patogenesa :
Ascending biliary infection
Hematogen via V. porta
General Septikemia
Extention direct from intraperitoneal infection
Trauma hepatic
Bacteriologis :
- E coli
- Klebsiela pneumonia
- Gram +
- Anaerob
- Bentuk pus : Piogenik pus berwarna kuning
- Patologic :
- Abses piogenic bentukan : soliter, multiculer atau multiple
- Abser banyak dan infeksi biliary tract berbentuk suppurativ
- Clinical Manifestasi
- Tak khas ; panas meningkat 40 o C, nyeri perut kanan atas,
anorexia, Nausea, Voniting, BB menurun,
Malaise kadang-2 Hepatomegali, kadang-kadang joundice asites
jarang
- Lekositosis 18000 20.000
- 3LFT bukan untuk Diagnostic
- Diagnostic studi :
- X- ray Khas elevasi dan immobility or restriction of motion right
-leaf diagfragma
- USG - space occupaying lession, guiding drainage
- CT SCAN akurat untuk percutaneus drainage
- MRI dan Angiografi
th/ Antibiotika broad spactrum + drainage.
AMOEBA ABSES
E/ patagonesa : Amoeba yang berasal dari intestine dissease melalui V. porta
( dari ulserasi di bowel wall ).
Amoeba di bowel V. porta menyerang porta triad liguefaction &
necrosis makin bertambah single abses yg besar.
Bacteriolosis : Amoeba E Histolitica
Btk pus achovy paste merupakan penghancuran red blood & white
blood.
Btk absesnya spheric lesion yang terdiri dari 3 zone :
1. zone Necrotic Centre
2. zone middle destruction parenchimal tetapi masih ada bbr. persisten
stroma
3. Relatif normal tisue
Amobic abses bila diculture steril
Achovy paste more purulent & dirty yellow biasanya single & right lobe
Liver
Clinical manifestasi
- onset symptom sudden atau gradual. Kel. utama : pain & fever chill
& sweating, BB menurun, weakness, 1/3 kasus riwayat diarrhea,
lain-lain sama dengan progemic.
Diagnostic : SEROLOGIS untuk Amoba
- Pemeriksaan feces mencari trophozoite, Amoba E Histolica (tidak
semua kena hanya 15%)
- LFT bukan untuk di usus
- X Ray sama seperti pyogenic
- Needle Aspiration Chocolate sauce dan achovy paste khas
Th/ : - Metronidazole 3 x 750 mg 10 14 hari
- Chloroguine phosphate
Drainage dengan USG TRANSABDOMINAL APPROACH
Diagnosis Banding
a. Kolesistitis akut
b. Hevatitis virus akut
c. Karsinoma hati primer tipe febril
Penenanggulangan
a. Metronidazole atau Tinidazol ( 50 mg/kg
bb/ hari ) selama 10 hari
b. Aspirasi dan penyaliran
Komplikasi
Perforasi ke rongga tubuh dan Kulit ( kecranial : pleura dan pericard, paru,
bronchus ; ke caudal peritoneum )
AKUT ABDOMEN
Definisi
1. Current: Setiap keadaan non trauma dimana manifestasi klinis utama
adalah di daerah abdomen sehingga mungkin memerlukan tindakan bedah
2. Schwartz: Nyeri abdomen yang terus menerus selama 6 jam biasanya dik
3. arenakan kondisi kondisi yang memerlukan tindakan bedah
4. Sabiston: nyeri abdomen yang hebat yang terjadi pada penderita yang
sebelumnya tampak sehat sehat saja dan serangan nyeri ini berlangsung
paling sedikit selama 6 jam. Maka hampir dapat dipastikan oleh keadaan
yang memerlukan tindakan bedah
5. Dokter Warko: Kegawatan perut yang akut atau adanya nyeri akut daerah
perut yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, sebagian besar
penyebabnya adalah penyakit bedah.
Stage Characteristics
Acute nonperforated Acute inflammation
Appendicitis
Acute focal appendicitis Focal inflammation with localized abscess of
mixed flora within the appendix
Gangrenous appendicitis Worsening edema with arterial occlusion with
persistent infection causing necrosis of the
appendiceal wall
Acute perforated Elevated intraluminal pressure leading to
Appendicitis perforation through the gangrenous portion of the
appendix
Location and orientation of the appendix in pregnancy
Dari X-ray: Pada subphrenic abses efusi pleura, hemidiafragma terangkat atau
infiltrat dengan atelektase; gambaran lainnya berupa ileus, massa jaringan lunak,
air fluid level, gas yang terperangkap, hilang preperitonial fat dan garis psoas.
USG: 80% sensitive gambaran semilusent dng. dinding / batas yang jelas,
berisi fluid atau debris
CT-Scan: Sangat sensitif ; Radionuklida dan MRI
Pengelolaan:
Prinsip drainase abses, kontrol penyebab primernya dan pemberian antibiotika
1. Percutaneus drainage
Digunakan untuk abses yang soliter, terlokalisir dengan guiding USG atau
CT-Scan. Tidak sesuai untuk abses yang multipel atau deep terutama untuk
pankreas atau infeksi oleh jamur atau purulent tebal atau jaringan nekrotik.
Komplikasi : septikemia, fistula, perdarahan, dan kontaminasi peritoneal
2. Open drainage
Untuk percutaneus drainage yang kurang berhasil atau gagal. Explorasi
transperitonial jika abses tidak terlokalisir pada pre operasi, multipel dan
deep lession, enterocutaneus fistula atau obstruksi bowel atau dranage
saluran tidak berhasil.
Drainage berhasil bila dalam 3 hari terjadi perbaikan keadaan umum penderita
Persyarafan :
- Simpatik : sistem thoracolumbal, plexus Mesenterica
inferior, N. Hypogastricus
- arasimpatis : S2- S3-S4 dan hipogastric nerve anterolateral, plexus
hypogastric inferior
IMAGING
Plain chest X-ray
Computed Tomography (CT)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Ultrasonography (chest & abdomen)
Trans Esophgeal Echocardiography (TEE)
Positron Emission Tomography (PET)
Endo Bronchial Ultra Sonography (EBUS)
ENDOSCOPY
Rigid / Flexible bronchoscopy
Gastroscopy
DIAGNOSTIC PROCEDURES
bronchoscopy
needle biopsy (CT)
scalen node biopsy
mediastinoscopy
mediastinotomy
toracoscopy / videotoracoscopy
open lung biopsy
diagnostic thoracotomy
pericardioscopy
MEDIASTINOSCOPY
\
PRE Operasi
Fasting Recommendations
Ingested Material Minimum Fasting Period
Clear liquids 2hrs
Breast Milk 4hrs
Infant Formula 6hrs
Non-human milk 6hrs
Light meal 6hrs
Fried or fatty meal 8hrs
Topik Halaman
1. EMERGENCY 1
2. TETANUS 7
3. COMBUSTIO 11
4. ELECTROLIT 13
5. BGA 14
6. KELAINAN ELEKTROLIT15
7. OBSTRUKSI JALAN NAPAS 18
8. BEDAH SARAF 21
9. BEDAH DIGESTIF 27
10.PEDIATRIC TRAUMA 32
11.ORTHOPEDI 35
12.UROLOGY 44
a. uropati obstruktif 44
b. varicocele 45
c. retensio urin 46
d. ruptur uretra 50
e. anuria 52
f. akut scrotum 53
g. urosepsis 53
h. gross hematuria 55
i. trauma ginjal 55
j. trama ureter 58
k. reflex study 60
l. buli neuropati 61
m.trauma buli
63
EMERGENCY
Protokol syok anafilaktik :
1. Tinggikan kaki, bebaskan air way
2. Adrenalin 0,2-0,5 cc/ sub kutan
Untuk dosis mak : 0,01cc/ kg BB
3. 0,2 masker 1-6 L/mnl
Infus RL/PZ
4. Tensi tidak terukur 20 cc/ kg BB
Sistole < 100 mmHg 500 cc/ jam
Sistole > 100 mmHg 500 cc/ 1 jam
5. Tensi titik atas < 100 mmHg adrenalin 1 : 1000/ cc
diencerkan dengan PB jadi 10 cc digunakan 2-3 cc/
IV pelan (anak : 0,1 cc/kg BB)
Dosis dapat diulang setelah10 menit
6. Bila gagal memasang infuse adrenalin 1: 100
0,2-0,5 cc/l.m.
7. Setelah infus terpasang berikan difenhidramin 60-80
mg.iv (anak : 8 mg/ kg BB/ i.v.)
8. Bila terdapat wheeling berikan aminofilin 1 am
240 mg) i.v. pelan dalam 20 menit (anak 4-6 mg/kgBB)
9. Bila terdapat infus belum dapat terpasang, tensi tetap kurang
Atau tak terukur segera ke ICU
10. Observasi vital sign ketat 6 jam berturut-turut kemudian setiap 2
jam
11. Sisa obat jangan dibuang
Monitoring :
Kadar gula dalam darah dan elektrolit tiap hari
Albumin & leukosit tiap 2-3 hari
SEF/99/1
Transfusi :
PRC : 4 x x BB = cc max / hari = 10 cc/kg BB
WB : B x c BB = cc
Kebutuhan Albumin / hari
Dalam gram : x 60 / 100 x 1 gra
Dalam % : 20 % = x (BB x 00/20) x cc
25 % = x (BB x 00/25) x cc
Hb toleransi :
Hb : 8 grm/ dl
Ht : 25 %
Alb : 2,5 grm/ dl
Dopamin :
1. Dosis rendah (CVP dan TD 1) : 2 micro-grm/kg BB/max
u/ meningkatkan flow rata pra renal
Mengaktifkan reseptor dopaminergic
Vasodilatsi renal vascular diuresis
Adrenergic efek minimal
2. Dosis sedang (CVP, TD, urine) 2-8 micro
Grm/kg BB/mnt
u/ meningkatkan tensi
Stimulasi pola 1 BB CD
3. Dosis tinggi : 8-20 micro grm/ kg BB/ mnl
stimulasi alfa 1
Retensi perifer
GPR
Bila BB = 50 kg
Dosis kecil = 2 microgrm x 50 / mnt
100 micro/ mnt 100/20
= 5 tts/mnt
Dobutamin ;
- Selektif be 2.1 agonis
- CO , afek Inotropik lebih baik
- Ratensi derifer sedikit
- T RBF aliran darah masenterik
Dossage :
Ampul = 250 mgr = 20 cc
Dosis awal : 0,5 micro grm/ kg BB/ mnt
Cardiogenik syok 2-10 micro gr/ kg/ mnt
Range dose : 2-20 micro gr/kg/ mnt
Cara membuat sediaan :
250 mgr dalam 250 cc D5 atau P2
ARDS :
1. Fase I :
Patologi :
18 jam : congesit, atelextasis, intestinal udema,
tromboamboh
43 jam : Intra alveolar hemorrhage
28 jam : konsistensi paru seperti hepar, alveolar turun
Faktor penentu
1. dinding pembuluh darah
2. aliran darah
3. komponen darah
Thoracotomi :
Infuse = 2
Surflo = 2
Vicril 1-0 = 1
Th. Dosis = 1 Dewasa No. 32. anak : 22-24, bayi : 20
Luka tusuk di throat sebelum di foto harus dijahit dulu (air tight) jahit primer,
supaya open menjadi close
Pneumohorax. Pada pneumotorax yang ditakuti adalah innsion/ open
pneumothorax.
Tingkat dehidrasi :
Cairan hilang % BB Gejala klinis
A. Ringan (Irritable, bibir kering, kulit hangat & kemerahan, turgor
sedikit, rasa haus
B. Sedang (10 % BB) Gelisah, mata cekung, tek intraocular, demam,
pucat, turgor, demam, takikardia, ubun cekung, otigun
C. Berat (> 15 % BB) Apatis/ somnotent, hipotermia, mata cekung,
tek intraocular jelas turun, pucat/ cianosis, turgor, hiperpireksia, kejang, nadi
lemah ubun sangat cekung.
Pemberian NPE :
a. Kurang dari 5 hari :
hari I RD 5, D5 = 2. (500 kcnl)
hari II & III Rd5.D10 = 2 : 3
hari IV & V RD5:D20 = 2 : 2 (1000 )
b. Jika panj. Lewat vena perifer :
hari I RD5 : D5 = 2 : 3
hari II & III AA 2,5 % KH : D:0 = 2 3 (900 c
25 grm AA
c. Jika panj. Lewat vena central :
hari I RD5 :D5 = 2 : 3
hari II & III AA5 % KH 10 : D10 = 2 : 3
1000kcal grm AA)
Hari IV dst AA5 % KH10 : D20 = 2 2 (1200 kcal
50grm AA)
D20 diberi bersama insulin 20 /500 cc
AA2,5 % + KH : Plasmatein (200 cal + 25 grm AA)
AA5 % + KH10 : Aminofel BCO (150 cal/ L + 50 grm
AA + 25 men K)
D20
Triparen : Elektrolit + glukosa + tilikol + fruktosa
Triperan N.1 233 kcal
Triperan No. 2 1200 kcal
EAS 7 % osmol rendah
1 L = 50 grm AA
Intralipid 10 % dan 20 %
Tubuh mencerna lemak tidak bisa langsung
Antiperan 100grm AA/L
Aminolusin 50 grm AA/L AA essential AA rantai panjang
Panamin G : AA 27 grm/L
Pengaruh /prognosis
1. Derajat spasme :
Dpistotanus 5
Rell. Spasma umum 4
Spasma terbatas 3
Trismus umum 2
Trismus 1
2. Frekuensi spasma :
Spontan > 3 x/15 5
Spontan < 3x/ 15 4
Kadang2 spontan3
< 6 X / 12 jam1
3. Suhu Badan :
38 0 C 10
28,3 . 38,8 0C 8
27,8 . 38,20C 4
37,2 . 37,7 2
38,7 . 37,1 0
4. Pernafasan :
Tracheostoml 10
Aphoe konvulsi 8
Aphoe kd-2 sertai gravid 4
Aphoe selama gravida 2
Normal 0
Tetanus :
Cause : karena eksotoksin (bukan kuman)
- Luka infeksi tidak terawatt
- Luka tanah atau kotor
Luka tali pusat
Patofisiologi :
1. Eksotoksin diabsorbsi ujung saraf motorik Cor
Ant. Med. Spinalis CNS
2. Melalui aliran darah CNS
CNS menyebabkan :
- Pengaruh acetil kolin/ kolinestor pada ujung saraf
Motorik Asetil kolin meningkat kejang otot tonik
- Perangsangan kuat pada neuron motorik di kornuant
Kejang reflektoris
Klinis :
- Trismus, kaku kuduk, thissus sardonicus
- Disfaguis -> n, X, XII
- Opistotonus, defence abd, rupture m. roctus abd
- Ggn pernafasan cianosis mati
- Suhu meningkat ,Nadi cepat
- Pasien meninggal dlm keadaan tetap sadar
Terapi:
1. Infus RL : D5/D10 = 2 : 2
Bila makan (.) RD5 : D10 = 2 : 2
Aminoval 000 = 1
2. ATS (20.000 10/nal) Hipostat 3000 IU/amp/un
(single dose = 12 amp)
Hari 1 : 100.000 UI/lm
Hari 2 : 130.000 UI
Hari 3 : 40.000 UI k/ tambah 40.000 UI
Atau dapat juga tetapglobulin 3000 UI (12 amp)
3. Valium : (10 mg/amp)
Kejang ringan : 8 amp/hari
Kejang berat : 20 amp
Bila kejang terus teruskan
4. PPC 3 x 1,5 jt U (3 juta/vial)
5. Diet : cair
R/ Tetanus :
Infus = 2 Blod sel =2
Surflo no 18 = 1 Threaway = 1
Vallum 10 mg = 24 ATS 20.000 = 5 vial
PPC 3 jt IU = 2 RL=12 C5 = 2
Spuit 5 cc = 4 Spuit 2,5 cc =2
Novalgin
Snake bite :
Identifikasi jenis ular dx. Berbisa /tidak, lama krjadian
Gradasi :
O : Nyeri (.) edema < 3 cm, dang x/ tidak ada
I : Nyeri + edema 12 cm, dang x/ tidak ada
II : Nyeri +++, edema >25 cm, gx/ Neurotoksis
Mual pusing
III : Nyeri +++, edema mengenai ekstremitas, gx/RF
ekimosis
IV : Nyeri +++, edema mengenai ekstremitas, gx/RF,
Perdarahan cornea
Infuse RL : X : 3 : 2 30 tk/menit
Cross incisi
Inj. ATS 2000 IU (DNS) /Arcik 4500 IU
Inj. SABU drip dlm D5 & disuntik di luka
Amp
MRS back slap
R/
Infus =1 Amp = 3
Surflo = 1 Subbenicil =1
SABU = 1 ATS = 1
RL = 3 Spuit 5 cc = 3
Gypsonaa 4o/6o = 2.3 Velband 40/ 6o = 1
Elastic bandage 4o/6o = 1
Gunanya :
Menentukan luas dan beratnya trauma
Menentukan klasifikasi dan prognosis
Monitoring dan follow up
Combustio :
a. Grada I : Epidermis hiperemia, hipestesi
IIA . Superficial (dermis) bula, hipestesi
IIB . Deep (dermis)
III : s/d tulang 00> kering, putih, hitam, anestesi
b. Luas : rule of nine
Umur Kepala Kaki
15 th 10 18/18
5 th 14 18/18
1 th 18 14/14
c. Combustio - ringan tk II 15 %
- sedang tk II 15-30 %, tk III5-10 %
- berat -> k II > 30 %, tk III > 10 %, tk III pada tangan, kaki, muka
Indikasi MRS :
Luka baker di muka dan leher
Mengenai sendi jari-jari
Mengenai genetalis
Dengan fraktur
Anak-anak > 15 %, Dewasa > 20 %
Smoke inhalasi
Perubahan yg terjadi
1. Cairan tubuh, karena panas kapiler darah lebih
permiable air, elektrolit, protein, keluar dari intra
vascular. Ini terjadi 6-8 jam pasca trauma. Bulla
mengandung protein 4-6 %. Albumin > globulin
Elektrolit : Na.
Insensible waterless masih normal
Nafas : 6grm/m2/jam
Kulit 1F/grm/m2260 cc/24 jam (2 grm/kg
BB/jam)
Luka bakar 4.5 L/m2/24 jam diberi salep dapat
Mengurangi 2,5.4 L/hari pada luka bakar 25%
2. Ery pecah dan menjadi fragil
3. Ginjal GGA, karena shok, ery pecah, neoglobin
meningkatkan timbunan Hb.
4. Kortison meningkat karena stress
5. Glandula tiroid : metabolisme bertambah
6. Lambung (paralitik ileus) dilatasi
- Ulkus rangsangan control di hipotalamus
cortisone meningkat
- Nyeri, melena, muntah darah
- terapi, tranfusi, NGT, valium, actasid
Hemokonsentrasi bisa 3 x normal plasma
Keluar cek PVC
Perawatan RS : (observasi)
- Bebaskan jalan nafas
Beri nafas yang adakuat
- keadaan umum/vital sign/ produksi urin/ CVP bila ada
Jantung elektrolit
- Perawatan luka
Terapi :
1. Th Cairan : Baxter
Dewasa :
Hari I : RL 4 cc luas bakar x BB/24 jam
diberikan 8 jam pertama
diberikan 16 jam kedua
Hari II : Kristaloid (RL)Koloid dextran) jml = 1 ns
dalam 1-2 jam setelah 18 jam
Hari III dst Maintenance (oleksi/ gula/ kalori)
Anak : maintenance 2 cc / kg BB / LLs
- Kristaloid : koloid = 17 : 3
- 8 jam I bag.. 16 jam II bag.
Kebutuhan Faal :
- 0-3 bln = 125 cc/kg BB
- 3-6 bln = 115 cc/kg BB
- 6-9 bln = 110 cc/kg BB
- 2-12 bln = 100 cc/kg BB
- 1-5 thn = 100 cc/kg BB
- > 5 thn = 50 cc / kg BB
2. Observasi :
- T/N
- Produksi Urine
- Hematokrit /CVP
- Alb / elektrolit
3. Bila ada bula lakukan bulektomi
4. antibiotika (gol. penicilin) dan analgetik
5. ATS profilaksis
6. Diit TKTP
7. Topikal berikan silver sulfadiazine (SSD)
8. Luka bakar kaki/tangan melingkar lakukan fasiotomi
9. Skin graft bila luka tidak sembuh dalam 2 minggu
Dgn > 3 cm
10. Rehab medik
NB : MRS rawat luka terbuka
Poliklinik rawat luka tertutup
Koreksi elektrolit :
Kalium normal : 3,5-5 meq/L
Kebutuhan : 1-2 mg/kg/hari
Hati-hati pada orang tua
Cara masuk :
- bolus meylon
- lagi drip
1 grm NaCl = 17.1 meq kebutuhan harian 2.4
meq/kg/hr)
1 grm KCl = 13.4 meq (kebutuhan 1-2 meq/kg/hr)
1grm Na. Brc = 5.0 meq
1 cc Meylon = 1 meq
Kcl 7.5% 1 cc = 1 meq/L
KCL 15% 1 cc = 2 meq/L
NaCl 15% 1 cc = 2.5 meq/L