Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

ASESMEN RESIKO PRA KONSTRUKSI DAN RESIKO INFEKSI KONSTRUKSI


PCRA ( PRA – CONTRUCTION RISK ASSESSMENT)

A. Definisi ICRA dan Pra ICRA


1. Pra ICRA kontruksi baru / renovasi
Pra ICRA adalah proses asesmen resiko kontruksi yang dilakukan
secara komprehensif dan proaktif di gunakan untuk mengevaluasi risiko dan
kemudian mengembangkan rencana agar dapat meminimalkan dampak
kontruksi.
2. ICRA ( Infection control risk assessment )
ICRA adalah proses – proses multi disiplin, terorganisasi,
terdokumentasi yang telah mempertimbangkan program dan populasi di
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan :
a. Fokus pada pengurangan ( reduksi ) resiko infeksi.
b. Bertindak sepanjang tahap perancanaan, desain, konstruksi, renovasi
pemeliharaan fasilitas, pembersihan arena renovasi atau konstruksi,
pegelolaaan sampah hasil renovasi, kontruksi dll.
c. Mengordinasikan dan mempertimbangkan pengetahuan mengenai infeksi
agen infeksi dan pemeliharaan lingkungan, membuat organisasi mampu
mencegah potensi kejadian yang tidak diharapkan.

B. Assesment Pra ICRA


Renovasi atau penghancuran / demolis dalam pelaksanaannya agar
pelayanan pasien tetap terjaga kualitas dan keamanannya. Maka, Asesmen risiko
pra kontruksi (PCRA) harus dilakukan / diterapkan meliputi :
1. Kualitas udara
Dampak udara yang timbul akibat debu yang dihasilkan dengan adanya
renovasi atau konstruksi baru .
2. Pengendalian infeksi (ICRA)
Dampak resiko infeksi yang muncul akibat renovasi dan atau konstruksi
baru terhadap pasien, keluarga, pangunjung dan petugas di rumah sakit.
3. Utilitas
Dampak kebutuhan listrik dan air yang tersedia memenuhi kebutuhan
pelayanan rumah sakit selama 24 jam selama proses renovasi dan atau
konstruksi baru berlangsung.
4. Getaran
Dampak kemungkinan adanya getaran yang dapat menyebabkan retakan
dinding atau merobohkan bangunan yang lain, resiko kejatuhan, dll.
5. Bahan berbahaya
Dampak yang dihasilkan dari bahan berbahaya yang digunakan saat
renovasi atau konstruksi baru seperti cat tembok, debu semen, dll.
6. Layanan darurat, seperti respon terhadap kode
Dampak yang mungkin terjadi seperti resiko kejadian darurat petugas
proyek terjatuh, atau cidera karena proses renovasi dan konstruksi baru.
Sistem kode blue dan pertolongan pertama pada kecelakaan segera
dilakukan oleh petugas ruangan terdekat dari area renovasi dan atau
konstruksi baru.
7. Bahaya lain yang mempengaruhi keperawatan, pengobatan, dan layanan.

C. Dampak resiko renovasi dan kontruksi


1. Kontruksi di kenal secara mendunia sebagai salah satu sumber risiko infeksi,
jamur yang di dapat dari resiko rumah sakit yaitu :
a. Aspergillus
b. Fusarium
c. Scedosporium
d. Zygomecetes
e. Leginollosis
2. Renovasi atau konstruksi baru berdampak gangguan pada\
a. Layanan esensial
b. Suara dan getaran
c. Debu renovasi / konstruksi baru
d. Puing – puing bangunan
3. Pasien yang rawan terinfeksi
a. Pasien dengan defak barier
b. Pasien dengan defak imunitas
c. Pasien dengan ashma dan alergi
d. Pasien dengan trasnpalantasi
e. Pasien dengan sistik fibrosis
f. Pasien bayi prematurpasien penyakit gramulotas kronis
g. Pasien dengan luka bakar

D. Elemen ICRA
Dalam proses ICRA perlu di perhatikan elemen dalam infection control risk
assesment meliputi 3 hal yaitu :
1. Design
2. Kontruksi
3. Mitigasi

E. Matriks ICRA
Matriks ICRA adalah metode penilaian yang di publikasikan dan di terima
secara luas oleh teknisi dan arsitek, dan merupakan salah satu metode dalam
melengkapi ICRA

F. Pihak terkait pelaksanaan ICRA dan Pra-ICRA


1. Dari pihak pengembang atau konstruktor
a. Dekskripsi yang elegen dari langkah – langkah penanganan konstruksi
dan pencegahan infeksi
b. Lonsep kontrol yang detail dan pengukuran yang di gunakan
2. Dari pihak rumah sakit
a. Tim manajemen
b. Matrijs ICRA
c. Komite PPI
d. Bagian teknik
e. Sanitasi lingkungan
f. Tim K-3 RS
g. Bagian keamanan
h. Pimpinan proyek
G. Monitoring proses pelaksanaan ICRA
1. Selama pembangunann proyek
a. Monitoring penggunaan APD petugas proyek.
b. Melaksanankan pekerjaaan dengan metode meminimalisasi timbulnya
debu dari pelaksanann kegiatan konstruksi.
c. Segera meletakan kembali ke semula plafon atap yang diganti.
d. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu udara dari penyebaran
ke atmosfer, Semprot dengan air pada permukaan kerja untuk
mengendalikan debu pada waktu pemotongan.
e. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan
menggunakan HEPA unit yang di lengkapi dengan penyaringan udara.
f. Mengukur dan meminimalisasi kebisingan, udara / debu yang dihasilkan
selama proses konstruksi.
2. Setelah penyelesaian proyek
a. Membersihkan area kerja setelah menyelesaikan tugas
b. Lap permukaan kerja dengan pembersih atau desinfektan
c. Wadah yang berisi limbah kontruksi sebelum di transportasi harus
tertutup rapat
d. Jangan menghilangkan baier dari area kerja sampai proyek selesai di
periksa oleh komite PPI dan di bersihkan oleh bagian kebersihan
e. Vacums area kerja dengan HEPA filterd vacums
f. Wadah untuk limbah konstruksi harus ditutup rapat sebelum konstruksi

H. Pelaporan dan Dokumentasi Kegiatan


Dari hasil monitoring dan pelaksanaan penerapan Pra ICRA dan ICRA di
buat pelaporan oleh manajer operasional dan komite PPI ke direktur disertai
dokumentasi kegiatannya.

Anda mungkin juga menyukai