Anda di halaman 1dari 12

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 1 2019

Jurnal REP Vol 4/ No.1/2019

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan)


http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/REP
P-ISSN: 2541-433X E-ISSN: 2508-0205

DETERMINAN KEMISKINAN (STUDI KASUS 29 KOTA/KABUPATEN DI


PROVINSI PAPUA)
DETERMINANTS OF POVERTY (CASE STUDY 29 CITIES / DISTRICT IN PAPUA PROVINCE)

Fajrin Hardinandar 
Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro

Abstrak
___________________________________________________________________
Provinsi Papua merupakan Povinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia, dengan rata-rata
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan lebih besar dari rata-rata penduduk miskin secara
Nasional. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan pada 29 Kota/Kabupaten di Provinsi Papua sejak tahun 2010 - 2016. Metode analisis yang
digunakan yaitu metode regresi data panel dengan pendekatan Error Components Model (ECM). Penggunaan
metode Feasible Generalizes Least Square (FGLS) dilakukan untuk mengurangi efek heterokedaktidsitas pada
observasi, dan penggunaan diferensiasi tingkat pertama untuk menghindari dampak autokorelasi pada
residual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan. Hal tersebut disebabkan oleh pergeseran usia kerja dan faktor subsisten, dimana sekitar 63,83
persen penduduk Papua bekerja pada sektor pertanian. Kondisi tersebut tidak pernah bergeser selama
beberapa tahun terakhir dan menyebabkan masyarakat Papua terperangkap dalam kemiskinanan.
Sedangkan tingkat pendidikan dan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Papua, namun pengaruh PDRB memiliki elastisitas yang rendah

Kata kunci: ECM, Kemiskinan, Tenaga kerja, Pendidikan, PDRB

Abstract
________________________________________________________________
Papua Province is a province with the highest poverty rate in Indonesia, with the average population living below the
poverty line greater than the average national poor. The purpose of this study is to analyze the factors that influence
poverty in 29 cities / regencies in Papua Province since 2010 - 2016. The analytical method used is panel data regression
method using the Error Components Model (ECM). The use of the Feasible Generalizes Least Square (FGLS) method
was carried out to reduce the heterokedactivity effect on observation, and the use of first level differences to avoid the
influence of residual autocorrelation. The results of this study indicate the fact that labor does not reflect the level of
poverty. This is related to the movement of times and subsistence factors, where around 63.83 percent of the population of
Papua works in the agricultural sector. This condition has not shifted over the past few years and has caused the Papuan
community to be caught up in poverty. While the level of education and GRDP influence negatively and significantly on
poverty in the Papua Province, the influence of GRDP has a low elasticity

Keywords: ECM, Poverty, Labor, Education, GRDP

 Corresponding author: © 2019, Fakultas Ekonomi Universitas Tidar


E-mail: fajrinhardinandar.pascaundip@gmail.com

1
Determiman Kemiskinan Studi… (Fajrin Hardinandar)

Sekitar 31,99 persen penduduk usia kerja


PENDAHULUAN memilih untuk menjadi pekerja rumahan/tidak
Provinsi Papua merupakan Provinsi dibayar, di mana 79,15 persen diantaranya
dengan tingkat kemiskinan tertinggi di adalah pekerja perempuan.
Indonesia. Tercatat pada tahun 2016 tingkat Ada beberapa faktor yang
kemiskinan di Provinsi Papua sebesar 28,40 melatarbelakangai pergeseran tersebut, yang
persen dari total populasi. Angka tersebut jauh pertama keterbelakangan karena tingkat
lebih tinggi dibandingkan Provinsi Papua Barat pendidikan yang rendah. Menurut data BPS
yaitu sebesar 24,88 persen, NTT 22,01 persen, Nasional (2017) Provinsi Papua merupakan
Maluku 19.26 persen dan Gorontalo 17,63 Provinsi dengan Angka Partisipasi Murni
persen. (BPS Nasional, 2017). (APM) pada jenjang SMA terendah di
Selain itu, gambar di bawah ini Indonesia. Pada tahun 2017 APM Provinsi
menunjukkan bahwa persentase penduduk papua hanya sebesar 43,48 persen. Angka
miskin di Papua lebih tinggi dibandingkan tersebut jauh di bawah Provinsi Kalimantan
dengan persentase penduduk miskin secara Barat sebesar 50,96 persen pada tahun yang
Nasional sejak tahun 2014 hingga 2016. sama.
Pendidikan merupakan salah satu solusi
Nasional Prov. Papua untuk mempersiapkan individu memasuki
pasar tenaga kerja, sebab dengan pendidikan,
27.8 28.58 28.4 kemiskinan akan mampu teratasi dalam jangka
panjang. Hal itu dapat terjadi akibat banyaknya
tenaga kerja terampil yang dihasilkan melalui
10.96 11.13 10.7 tahapan pendidikan yang sistemik, (Achmad
Dardiri, 2005).
Selain itu, pertumbuhan ekonomi dapat
dijadikan sebagai indikator untuk melihat
2014 2015 2016 keberhasilan pembangunan dan merupakan
syarat keharusan (necessary condition) bagi
Gambar 1. Perbandingan Tingkat penggurangan tingkat kemiskinan (Yetty
Kemiskinan Di Provinsi Papua dan
Agustini, 2017). Ukuran tersebut
Nasional
menitikberatkan perhatiannya pada jumlah
Masalah kemiskinan di Provinsi Papua Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menjadi semakin kompleks dengan jumlah dalam ukuran regional.
angkatan kerja yang semakin meningkat tiap
LANDASAN TEORI
tahunnya. Terakhir di tahun 2016, BPS
Tenaga Kerja
mencatat jumlah angkatan kerja meningkat
Menurut Irawan & Suparmoko (2002 :
menjadi 1,77 juta jiwa. Namun disisi lain tenaga
114), tenaga kerja merupakan penduduk pada
kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan di
usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun.
tahun 2016 menurun dari tahun sebelumnya.
Penduduk dalam usia kerja ini dapat
Hal tersebut terjadi karena adanya pergeseran
digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja
penduduk usia kerja menjadi pekerja rumahan.
(Labor force) dan bukan angkatan kerja.

2
Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 1 2019

Angkatan kerja tergolong dari tenaga kerja Pendidikan


yang bekerja dan menganggur atau mencari Menurut Romer, menempatkan
pekerjaan (Rahardjo Adisasmita, 2006). pengetahuan SDM menjadi salah satu faktor
Menurut lewis angkatan kerja yang produksi merupakan hal yang penting,
homogen dan terampil dianggap bisa bergerak sehingga tingkat pertumbuhan dapat terus
dan beralih dari sektor tradisional ke sektor ditingkatkan sesuai dengan kemampuan
modern secara lancar dan dalam jumlah yang masing-masing daerah untuk meningkatkan
tidak terbatas. Dalam keadaan demikian, dan menciptakan pengetahuan bagi SDM yang
peranan tenaga kerja mengandung sifat terampil.
elastisitas yang cukup tinggi akibat dari Y = f (AL) (1)
meningkatnya permintaaan atas tenaga kerja Secara teoritik, dengan menggunakan
yang bersumber dari ekspansi kegiatan sektor jumlah tenaga kerja yang sama, namun ada
modern. Pergeseran ini tentunya berdampak peningkatan pada pengetahuan/metode baru
bagi pertumbuhan ekonomi, selanjutnya produksi maka akan terjadi peningkatan pada
diharapakan akan mengurangi angka output di mana marginal productivity of labor
kemiskinan. (MPL) meningkat seiring dengan
meningkatnya pengetahuan. Hal itu dapat
diterangkan melalui gambar di bawah ini:

AL S

MPL2

MPL1

MPL
Y
Y=f(AL)2

Y=f(AL)1

AL

Gambar 2. Marginal Productivity of Labor

Romer dalam bukunya berjudul bahwa teori ini menganggap bahwa


“Advanced Macro Economics” menyebutkan pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh sistem

3
Determiman Kemiskinan Studi… (Fajrin Hardinandar)

produksi, bukan berasal dari luar system. produksi marginal akan mengalami
Kemajuan teknologi atau cara memproduksi penurunan, dan akan membawa pada keadaan
merupakan hal yang endogen, pertumbuhan pendapatan perkapita sama dengan produksi
merupakan bagian dari keputusan pelaku- marginal.
pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam 2. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
pengetahuan. Peran modal (pengetahuan) Teori ini melengkapi teori Keynes, di
lebih besar dari sekedar bagian dari mana Keynes melihatnya dalam jangka pendek
pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan (kondisi statis), sedangkan Harrod-Domar
hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal melihatnya dalam jangka penjang (kondisi
manusia “Human Capital”. (Dewi Kurniawati dinamis). Teori Harrod-Damar didasarkan
Sunisi, et.al, 2014). pada asumsi a) perekonomian bersifat
tertutup. b) hasrat menabung (MPS = s) adalah
Pertumbuhan Ekonomi konstan. c) proses produksi memiliki koefisien
Dalam kegiatan perekonomian yang
yang tetap. d) pertumbuhan pada angkatan
sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti
kerja.
perkembangan fiskal produksi barang dan jasa
Model ini menerangkan dengan asumsi
yang berlaku di suatu Negara, seperti
agar perekonomian dapat mencapai
pertambahan dan jumlah produksi barang
pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam
industri, perkembangan infrastruktur,
jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di sini
pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
adalah kondisi di mana barang modal telah
produksi sektor jasa serta pertambahan
mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki
produksi barang modal (Sukirno, 2013 : 423).
proporsional yang ideal dengan tingkat
Gambaran kasar mengenai
pendapatan nasional, rasio antara modal
pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu
dengan produksi (Capital Output Ratio/COR)
Negara/daerah adalah tingkat pendapatan
tetap, perekonomian terdiri dari dua sektor (y
nasional rill yang dicapai atau Produk
= C + I). Atas dasar asumsi-asumsi khusus
Domestik Bruto (PDB) untuk ukuran nasional
tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka
untuk ukuran daerah.
panjang (seluruh kenaikan produksi dapat
diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila
1. Teori Pertumbuhan Klasik
terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, berikut: G = K = n Di mana: g : Growth (tingkat
David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill. pertumbuhan output) K : Capital (tingkat
Menurut Teori Klasik pada mulanya pertumbuhan modal) n : Tingkat
pertambahan penduduk (diasumsikan pertumbuhan angkatan kerja, (Ayu Nur
pertambahan pada angkatan kerja) akan Irwinesia Putri, 2017).
menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita.
Namun jika jumlah penduduk terus bertambah 3. Teori Pertumbuhan Solow-Swan
maka hukum hasil lebih yang semakin Teori pertumbuhan neo-klasik
berkurang (The law diminishing return to scale) dikembangkan oleh Robert M. Solow (1956)
akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan
menggunakan unsur pertumbuhan penduduk,

4
Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 1 2019

akumulasi kapital, kemajuan teknologi terbaik untuk model pertumbuhan endogen


(eksogen), dan besarnya output yang saling adalah memandang ilmu pengetahuan sebagai
berinteraksi. sejenis modal.
Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga Kemiskinan
sumber yaitu: akumulasi modal, bertambahnya Di indonesia sendiri ada beberapa cara
penawaran tenaga kerja, dan kemajuan untuk menetapkan indikator kemiskinan.
teknologi. Teknologi ini terlihat dari Bappenas mendefinisikan kemiskinan sebagai :
peningkatan skill atau kemajuan teknik a) kondisi dimana seseorang atau sekelompok
sehingga produktivitas meningkat. Dalam orang, laki-laki atau perempuan tidak mampu
model Solow-Swan, masalah teknologi memenuhi hak-hak dasarnya (pangan,
dianggap fungsi dari waktu. pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,
Y (t ) = f K (t ), L(t ), A(t ) (2) trnsportasi dan sanitasi) untuk
Waktu tidak masuk dalam fungsi mempertahankan dan mengembangkan
produksi secara langsung, tetapi hanya melalui kehidupan yang bermatabat, b)
K, L dan A, yaitu output akan berubah ketidaktentraman hidup, c) ketidakberdayaan,
terhadap waktu hanya jika input produksinya dan d) ketidakmampuan menyalurkan
berubah. Teknologi (A) berfungsi aspirasinya. Sedangkan BPS mendefinisikan
meningkatkan produktivitas input-input. kemiskinan dengan melihat besarnya rupiah
Asumsi penting dalam model yang terkait yang dibelanjakan per kapita sebulan yang
dengan fungsi produksi adalah constant return digunakan untuk memenuhi kebutuhan
to scale yang dijelaskan dengan dua input, minimum makanan (dengan standar 2.100
yaitu capital dan effective labor, dengan kalori per hari dan tidak terpaku pada satu
menggandakan jumlah kapital dan tenaga bahan makanan) dan bukan bahan makanan
kerja efektif. (meliputi pengeluaran untuk perumahan,
sandang serta aneka barang dan jasa lainnya).
4. Teori Pertumbuhan Endongen Menurut Nurske, penyebab kemiskinan
Teori Pertumbuhan endogen yaitu ini bermuara pada teori lingkaran setan
teori yang menolak asumsi model solow kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya
tentang perubahan teknologi yang berasal dari keterbelakangan, ketidaksempumaan pasar,
luar (eksogen). Ketiadaan pengembalian modal dan kurangnya modal menyebabkan
yang kian menurun merupakan perbedaan rendahnya produktifitas. Rendahnya
penting antara model pertumbuhan endogen produktivitas mengakibatkan rendahnya
dan pertumbuhan solow, (Mankiw, 2006). pendapatan yang mereka terima. Rendahnya
Sebaliknya dalam pertumbuhan pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya
endogen, tabungan dan investasi bisa tabungan dan investasi. Rendahnya investasi
mendorong pertumbuhan yang berakibat pada keterbelakangan, dan
berkesinambungan. Namun penganut teori seterusnya. (Nurkse dalam Kuncoro, 1997:132).
pertumbuhan endogen berpendapat bahwa
asumsi pengembalian modal konstan (bukan Indikator Kemiskinan
yang kian menurun) lebih bermanfaat jika Kemiskinan tidak hanya berkaitan
kapital (K) diasumsikan lebih luas. Kasus dengan aspek-aspek materil saja, tetapi juga
berhubungan dengan aspek non materil.

5
Determiman Kemiskinan Studi… (Fajrin Hardinandar)

Dengan demikian mengukur kemiskinan Kaitannya dengan hal tersebut maka indikator
sebagai suatu fenomena atau gejala yang pada kemiskinan dibagi menjadi dua kelompok,
dasarnya bersifat integrated poverty. Jadi yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial,
kemiskinan bukan memiliki satu dimensi. baik secara fisik maupun non fisik.

Tabel 1. Indikator-indikator Kemiskinan


Indikator Kemiskinan Fisik Non Fisik
Ekonomi 1. Kepemilikan lahan 1. Pendapatan keluarga
2. Lahan garapan 2. Pengeluaran untuk perumahan
3. Kulaitas rumah perabot 3. Pengeluaran untuk pendidikan
rumah tangga 4. Pengeluaran untuk kesehatan
4. Sarana transport 5. Pengeluaran untuk pangan
Sosial 1. Fasilitas pendidikan 1. Tidak buta huruf
2. Fasilitas kesehatan 2. Kesehatan ibu
3. Fasilitas sampah 3. Kesehatan balita
4. Fasilitas air bersih 4. Penyerapan anak usia SD
5. Fasilitas sanitasi 5. Kegotongroyongan
Sumber : Rahardjo Adisasmita (2005:94).

Penelitian Terdahulu peningkatan jumlah angkatan kerja


Peneitian yang dilakukan oleh Matthew berpengeruh signifikan dalam pengentasan
Collin dan David Weil (2018) menunjukkan kemiskinan pedesaan di Cina. Sementara hasil
bahwa variabel pendidikan sangat penelitian yang diajukan oleh Dewi
berpengaruh dalam upaya pengentasan Kurniawati. et. al. (2014). Menunjukkan bahwa
kemiskinan di banyak Negara. Namun variabel tenaga kerja berpengaruh terhadap
pertimbangan dimensi waktu sangat pengentasan kemiskinan di Sulawesi Utara,
diperhatikan dalam kasus ini, karena manfaat namun tingkat pendidikan tidak memberikan
investasi modal manusia yang lebih tinggi dampak banyak bagi pengentasan kemiskinan
memiliki periode yang panjang. Selanjutnya di Sulawesi Utara.
penelitian dari Baltasar Ama Weran. et.al
(2017) menunjukkan bahwa variabel PDRB METODE PENELITIAN
tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di Jenis Penelitian
Kabupaten Flores, sementara pertumbuhan Jenis penelitian ini tergolong dalam
penduduk yang diikuti oleh peningkatan penelitian kuantitatif asosiatif. Dimana
jumlah angkatan kerja berpengaruh signifikan penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
terhadap pengentasan kemiskinan di bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau
Kabuapten Flores. Hal serupa dikemukakan hubungan antara dua variabel atau lebih
oleh Jiandong Chen. et . al (2016). Hasil (Sugiyono 2003: 11).
penelitiannya menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak lagi menjadi Waktu dan Tempat Penelitian
bagian terpenting dalam upaya pengentasan Objek penelitan ini fokus pada 29
kemiskinan pedesaan di Cina, namun Kota/Kabupaten yang ada di Provinsi Papua.
pertambahan penduduk dengan asumsi

6
Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 1 2019

Periode data yang diambil sejak tahun 2010- data panel memiliki dimensi ruang dan waktu.
2016. (Gujarati & Porter, 2012:235).
Ada tiga metode untuk mengestimasi
Target/Subjek Penelitian data panel yaitu, 1) model Pooled Least Square
Teknik penentuan sample dalam (common effect), 2) model pendekatan efek
penelitian ini menggunakan teknik non tetap (Fixed Effect), pada model ini estimasi
probability sampling dengan pendekatan dapat dilakukan dengan tanpa pembobotan
Purposive sampling. Yaitu teknik penentuan (no weight) atau Least Square Duummy
sample dengan pertimbangan tertentu. Variable (LSDV) dan dengan pembobot (cross
(Sugiyono, 2017 :144). Sample dalam penelitian section weight) atau General Least Square
ini adalah persentase penduduk miskin (Y), (GLS), dan 3) model pendekatan efek acak
Jumlah tenaga kerja (X1), Rata-rata lama (random effect). model regresi yang diajukan
sekolah (X2) dan PDRB atas dasar harga dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
konstan (X3) di 29 Kota/Kabupaten yang ada
di Provinsi Papua. Peneltian ini dibantu Povit =  0 + 1 Laborit +  2 Educit +  3 GRDPit + u it (3)
dengan menggunakan Software Eviews versi 10. Dimana:
Pov = Kemiskinan
Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Labor = Tenaga Kerja
Data Educ = Pendidikan
Sumber data yang digunakan dalam GRDP = PDRB ADHK
penelitian ini yaitu data sekunder, yang  = Intercept dan Slope
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi
u = Residual
Papua. Sementara itu untuk teknik
i = objek ke i (cross section)
pengumpulan data dilakukan dengan teknik
t = tahun (time series)
dokumentasi.
1. Uji Hipotesis
Teknik Analisis Data
Pengujian Asumsi Klasik Pengujian hipotesis dilakukan untuk
Penggunaan metode Ordinary Least menguji hipotesis yang diajukan, dimana
Square mensyaratkan pemenuhan beberapa apabila H0 diterima artinya tidak terdapat
asumsi, biasa disebut asumsi klasik : Gauss- pengaruh variabel independen terhadap
Markov. (Doddy Ariefianto, 2012:26). variabel dependen secara spasial. Namun
Pengujian asumsi klasik terdiri dari beberapa apabila H0 ditolak maka terdapat pengaruh
point. a) Uji normalitas. b) Uji variabel independen terhadap variabel
Multikolinearitas c) Uji Heterokedaktisitas dan dependen. Untuk menguji hipotesis koefisien
d) Uji Autokorelasi. regresi parsial dapat digunakan uji t statistik.

Regresi data Panel HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data penel merupakan kombinasi Gambaran Umum Objek Penelitian
antara data time series dan data cross section. Provinsi Papua merupakan sebuah
Dalam data panel, unit individu yang sama Provinsi yang terletak di ujung timur
disurvei dari waktu ke waktu. Secara singkat, Indonesia, dengan ibukota Jayapura. Luas

7
Determiman Kemiskinan Studi… (Fajrin Hardinandar)

wilayah Papua mencapai 316 ribu 𝑘𝑚2 dan


tercatat sebagai Provinsi terluas di Indonesia.
Hingga saat ini Provinsi Papua terbagi menjadi 31.25 31.52
30.66
28 Kabupaten dan 1 kotamadya. (Statistik
Daerah Provinsi Papua, 2017).
28.54
28.17
27.8
Kemiskinan Di Provinsi Papua
Kemiskinan di Provinsi Papua bisa
dikatakan cukup tinggi dibanding dengan rata-
rata penduduk miskin secara nasional. 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Ditengah keberhasilan pengentasan
kemiskinan secara nasional, tingkat Gambar 3. Tingkat Kemiskinan Di Provinsi
kemiskinan di Provinsi Papua justru terlihat Papua Tahun 2011 – 2016
fluktuatif.
Gambar di bawah ini memperlihatkan Secara spasial sumbangan terbesar
trend kemiskinan di Provinsi Papua sejak terhadap angka kemiskinan di Provinsi papua
tahun 2011 hingga 2016. Pada tahun 2014 sejak tahun 2014 – 2016 yaitu ada pada
persentase kemiskinan mengalami penurunan Kabupaten deiyai dengan rata-rata 45,12
yang cukup signifikan, dari 31,52 persen persen, dan daerah dengan tingkat kemiskinan
menjadi 27,8 persen , namun pada tahun- terendah ada pada Kota Jayapura, dengan rata-
tahun berikutnya mengalami sedikit kenaikan, rata persentase 10.80 persen.
hingga pada tahun 2016 mencapai 28,54
persen.

Uji Normalitas
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Metode Pengujian Nilai Prob Interpretasi
Jarque-Bera 0.23 > 0.05 Terdistribusi Normal

Uji Multikolinearitas
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Metode Pengujian Labor Educ GRDP Interpretasi
Zaro Order Correlation Labor 1 0.05 0.30
Tidak terjadi
Nilai zero order < 0.8 Educ 0.05 1 0.53
multikolinearitas
GDRB 0.30 0.53 1

Hasil Estimasi dan Analisis diperoleh bersifat Best Linier Unbiased


1. Pengujian Asumsi Klasik Estimator (BLUE). Berikut hasil pengujian
asumsi klasik:
Berdasarkan hasil pengujian asumsi
klasik bahwa seluruh hasil pengujian telah Uji Heterokedaktiditas
memenuhi syarat. Artiya parameter yang

8
Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 1 2019

Dengan menggunakan Uji Breusch Square (FGLS). Metode ini dilakukan dengan
Pagan Godfrey ditemukan hasil bahwa pada cara mengestimasi dengan regresi auxiliary
sebaran data terdeteksi adanya untuk membentuk pembobot dan
heterokedaktisitas, sehingga diperlukan ditransformasikan ke dalam model awal.
langkah koreksi. Prosedur koreksi (Doddy Ariefianto, 2012:44). Prosedur FLGS
menggunakan Feasible Generalized Least dilakukan dengan metode sebagai berikut:

Regrasi persamaan awal denganl OLS :


(4)
Povit = 0 + 1Laborit +  2 Educit + 3GRDPit + uit
Regresi log residual dari persamaan 5 :
log(uit ) =  0 + 1 Laborit +  2 Educit +  3GRDPit + eit (5)
eit = g it
Regresi residual dari persamaan 6 :
 (6)
eit = g it =  0 + 1 Laborit +  2 Educ it +  3GRDPit + g it

Auxiliary regression v = g it − g it ,
(7)
v =
Pembobot  ditransformasikan ke persamaan 5 berdasarkan metode FGLS :
(8)
Povit /  it =  0 (1 /  it ) + 1 ( Laborit /  it ) +  2 ( Educit /  it ) + 3 (GRDPit /  it ) + uit /  it

Tabel 4. Hasil Uji Heterokedaktisitas


Metode Pengujian Nilai Prob Interpretasi
FGLS 0.43 > 0.05 Tidak terjadi heterokekdaktisitas

Uji Autokorelasi
Dengan melihat nilai Durbin Watson maka ditemukan hasil bahwa dalam model
terdeteksi adanya autokorelasi, sehingga perlu dilakukan langkah koreksi. Prosedur Koreksi
menggunakan diferensiasi tingkat pertama dimana  diketahui. Berikut adalah model koreksi :
Povt − Povt −1 = 1 ( Labort − Labort −1 ) +  2 ( Educt − Educt −1 ) + 3 (GDRBt − GDRBt −1 ) + (ut − ut −1 ) (9)

Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi


Metode Pengujian Nilai DW Interpretasi
Diferensiasi pertama 2 < 2,18 < 2,201 Tidak terjadi autokorelasi

9
Pengaruh Tingkat Globalisasi… (Fajrin Hardinandar)

2. Hasil Estimasi dan Pengujian data panel dalam model ini memutuskan
Hipotesis bahwa model yang digunakan adalah model
Error Component Model (ECM). Dengan
Setelah model dipastikan terbebas menggunakan bantuan software Eviews versi
dari penyimpangan asumsi klasik, maka
10, diperoleh hasil yang dapat ditulis secara
dilakukan estimasi regresi linier berganda formal sebagai berikut:
dengan pendekatan data panel. Pengujian

Tabel 5. Hasil Estimasi Error Component Model


LogPov = 8.4695 + 0.0002Log_Labor – 1,1316Log_Educ – 0.006Log_GDRB + w
SE (0.42) (0.00) (0.19) (0.00)
t-stat (19.76)* (0.731) (-5.726)* (-4.109)*
F-stat = 82.18
R-square = 0.56
*Signifikan pada alpha 5 persen
Sumber : Eviews version 10, data diolah

Interpretasi dari hasil estimasi di atas pada sektor padat modal tentunya
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja membutuhkan keterampilan dan keahlian
yang terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang diperoleh dari dunia pendidikan.
tidak berpengaruh terhadap tingkat Faktor-faktor produksi yang terampil inilah
kemiskinan di Provinsi papua. Sedangkan yang memberikan sumbangsih besar bagi
tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan pengentasan kemiskinan di Provinsi Papua,
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di meskipun pada kenyataannya rata-rata lama
Provinsi Papua. Artinya apabila terdapat sekolah di Provinsi papua masih sangat
kenaikan 1 persen pada level pendidikan rendah, begitupun dengan Angka Partisipasi
maka akan mengurangi angka kemiskinan Murni (APM). Berbeda dengan PDRB,
sebesar 1,1316. Begitu pun dengan PDRB, meskipun memiliki pengaruh terhadap
dimana terdapat pengaruh PDRB yang pengentasan kemiskinan di Provinsi papua,
negatif dan signifikan terhadap tingkat namun elastisitas PDRB terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Papua, artinya apabila kemiskinan sangat kecil, yaitu hanya sebesar
terjadi kenaikan pada 1 persen pada PDRB 0.06 persen. Hal ini mengindikasikan masih
maka akan mengurangi angka kemiskinan adanya ketidakmerataan distribusi
sebesar 0.006. Namun koefisien PDRB sangat pendapatan.
kecil dibandingkan dengan tingkat Sementara itu variabel tenaga kerja
pendidikan, yaitu hanya sebesar 0.006. sendiri tidak berpengaruh terhadap
Sementara angka koefisien determinasi (R- kemiskinan di Provinsi Papua, hal tersebut
Square) sebesar 0.56, yang menunjukkan disebabkan oleh beberapa faktor. Yang
bahwa kemampuan model dalam pertama, pergeseran penduduk usia kerja.
memprediksi tingkat kemiskinan di Provinsi Pada tahun 2016, jumlah penduduk usia kerja
Papua sebesar 56 persen. di Papua mencapai 2.245.462 orang, yang
Analisis di atas memperlihatkan terdiri dari angkatan kerja sebanyak 1.722.162
bahwa peranan pendidikan sangat tinggi orang dan bukan angkatan kerja sebanyak
dalam upaya mengurangi angka kemiskinan 523.300 orang. Dibandingkan periode agustus
di Provinsi Papua. Penyerapan tenaga kerja tahun lalu, jumlah angkatan kerja mengalami

10
Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 1 2019

sedikit penurunan, sebaliknya jumlah bukan Saran


angkatan kerja justru mengalami kenaikan Dengan kesimpulan tersebut, maka
16,9 persen. TPAK Provinsi papua pada tahun dapat dikemukakan saran bahwa hal yang
2016 sebesar 76,6 persen, Jika dibandingkan paling fundamental adalah, investasi
dengan tahun sebelumnya, TPAK papua pemerintah dalam hal pendidikan perlu
menunjukkan penurunan. Hal tersebut ditingkatkan, agar dalam jangka panjang
kemungkinan disebabkan oleh bergesernya tenaga kerja terdidik akan dengan mudah
penduduk usia kerja menjadi mengurus terserap ke dalam lapangan kerja (sektor
rumah tangga. Hal ini dibuktikan pula oleh padat modal), dengan begitu akan
jumlah status pekerja yang bekerja sebagai meningkatkan pendapatan per kapita,
pekerja keluarga/tidak dibayar pada tahun mengurangi ketimpangan distribusi
2016 sebanyak 31.9 persen. Diantaranya 79,15 pendapatan dan selanjutnya mengurangi
persen merupakan pekerja perempuan. angka kemiskinan.
Yang kedua, dilihat menurut
lapangan kerja utama, sebanyak 65,83 persen DAFTAR PUSTAKA
penduduk papua bekerja pada sektor Adisasmita, Rahardjo. (2005). Dasar-dasar
pertanian. Artinya sebagian besar penduduk Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha
Provinsi papua masih mengantungkan Ilmu.
Agustini, Yetty. (2017). Pengaruh Investasi
hidupnya pada sektor subsisten (Pertanian).
PMDN, PMA, dan Penyerapan Tenaga
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Kerja Terhadap Pertumbuhan
dalam Irawan & Suparmoko (2002 :15), bahwa Ekonomi dan Jumlah Penduduk
aspek-aspek kemiskinan yaitu terletak pada Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi
struktur produksinya yang terdiri dari bahan Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi
dasar dan bahan makanan, di mana Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 6 ,
sebagaian besar penduduknya bekerja pada No. 2, 97-119.
Ariefianto, Moch. Doddy. (2012).
sektor pertanian dan sektor produksi primer
Ekonomometrika-esensi dan aplikasi
non pertanian. Juga yang disampaikan dengan menggunakan Eviews. Jakarta
Nurske dalam Kuncoro (1997:131) bahwa : Penerbit Erlangga.
penduduk suatu daerah tersebut miskin Baltasar, et al. (2017). Pengaruh Pertumbuhan
karena menggantungkan diri pada sektor Ekonomi dan Pertumbuhan
pertanian yang subsisten dan metode Penduduk Terhadap Tingkat
produksi yang tradisional. Kemiskinan Kabupaten Flores Timur.
Jurnal Riset Edisi XIV – UNIBOS
Makassar.
SIMPULAN DAN SARAN Chen, Jiandong, et al. (2016). The Influaces of
Kesimpulan Aging Population and Economic
Berdasarkan hasil estimasi dan Growth on Chinese Rural Poverty.
analisis yang dijelaskan di atas, maka Journal of Rurl Studies- Science
kesimpulan yang dapat diambil adalah : Direct.
Collin, Matthew, Weil, David. (2018). The
1. Tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap
Effect Increasing Human Capital
tingkat kemiskinan di Provinsi papua Investment On Economic Growth and
2. Tingkat Pendidikan berpengaruh negatif Poverty.diakses 10 Oktober 2018 dari
terhadap kemiskinan di Provinsi Papua http://documents.worldbank.org
3. PDRB berpengaruh negatif terhadap Dardiri, Ahmad. (2005). Ilmu Pendidikan.
kemiskinan di Provinsi Papua Yoyakarta : Universitas Yogyakarta.

11
Determiman Kemiskinan Studi… (Fajrin Hardinandar)

Gujarati, Damoar N and Porter dawn C. Sugiyono (2017). Metodologi Penelitian Bisnis
(2012). Dasar-Dasar Ekonometrika. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Buku 1. (Terjemahan Raden Carlon Kombinasi dan R&D. Bandung :
Mangunsong). Jakarta : Salemba Penerbit Alfabeta.
Empat. Sukirno, Sadono. (2013). Makro Ekonomi-
Gujarati, Damoar N and Porter dawn C. Teori Pengantar (Ed 3). Jakarta : PT
(2012). Dasar-Dasar Ekonometrika. Rajagrafindo Persada.
Buku 2. (Terjemahan Raden Carlon
Mangunsong). Jakarta : Salemba
Empat.
Irawan & Suparmoko. (2002). Ekonomika
Pembangunan (Ed.6). Yogyakarta :
BPFE –Yogyakarta.
Jumlah penduduk miskin menurut Provinsi
2007-2017. Diakses 8 Oktober 2018
dari
https://www.bps.go.id/statictable/200
9/07/02/1489.html.
Kuncoro, Mudrajad. (1997). Ekonomi
Pembangunan : Teori, Masalah dan
Kebijakan. Diakses tanggal 14 oktober
2018. Dari http://repository.usu.ac.id
Mankiw, N. Gregory. (2016). Macro
Economics. (9th ed). New york : Worth
Publisher
Mihai, Mihaela, et al. (2015). Education and
Poverty. Journal Procedia Economics
and finance. Science Direct.
Romer, David. (1996). Advanced
Macroeconomics. (2th ed) . Ney York :
McGraw-Hill.
Putri, Ayu Nur Irwanesia. (2017). Dampak
Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga, DAU, Investasi Dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Inndonesia
Tahun 2010-2015. Tesis, tidak
dipublikasikan. Universitas
Diponegoro.
Sanusi, Dewi Kurniawati. et. al. (2014)
Anaisis Pengaruh Jumlah Tenaga
Kerja, Tingkat Pendidikan,
Pengeluaran Pemerintah Pada
Pertummbuhan Ekonomi Dan
Dampaknya Terhadap Kemiskinan Di
Sulawesi Utara Tahun 2001 – 2010.
Diakses tangal 5 September 2018 dari
https://ejournal.unstrat.ac.id.
Sugiyono. (2003). Metodologi Penelitian
Bisnis. Diakses 15 april 2017.
http://repository.widiyatama.ac.id

12

Anda mungkin juga menyukai