“TANAMAN TRANSGENIK”
NAMA KELOMPOK:
UNIVERSITAS KADIRI
DAFTAR ISI
Contents
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Sejarah Tanaman Transgenik...................................................................................5
2.2 Definisi Rekayasa Genetika Dan Tanaman Transgenik............................................5
2.3 Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global..............................................12
2.4 Proses Pembuatan Tanaman Transgenik................................................................14
2.5 Manfaat Tanaman Transgenik................................................................................15
2.5 Dampak Positif dan Negatif Tanaman Transgenik.................................................16
2.6 Contoh Tanaman Transgenik.................................................................................17
BAB III PENUTUP.........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kendala dalam produksi suatu komoditas tanaman di negara yang beriklim
tropis dan lembab adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti
serangga hama dan pathogen tumbuhan. Bahkan pada tanaman tertentu seperti padi,
serangga hama masih merupakan kendala utama dan menjadi masalah serius, misalnya
wereng coklat dan peng-gerek batang. Di negara tertentu seperti Amerika Serikat (AS),
kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan serangga hama penggerek jgung dan
penggerek jagung dan penggerek buah kapas bisa mencapai jutaan dolar AS. Usaha
pengendalian pengendalian yang biasa dilakukan petani adalah menggunakan cara
bercocok tanam yang tepat meliputi penanaman varietas tahan dan perggiliran tanaman,
serta penyemprotan insektisida.
Di negara maju, seperti AS, untuk menanggulangi OPT dari jenis serangga hama,
petani sudah menggunakan insektisida hayati yang berasal dari bakteri Bacillus thuri-
ngiensis (Bt) selama lebih dari 30 tahun. Namun secara komersial produksi insektisida
hayati terbatas dan pengaruh perlindungannya hanya berumur pendek. Selain
pengendalian dengan insektisida, petani juga menggunakan varietas tahan. Penggunaan
varietas tahan merupakan cara pengendalian serangga hama yang murah dan ramah
lingkungan.
Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetic baik dengan
pemulian tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya
teknologi rekayasa genetic. Kadang-kadang dalam perakitan varietas tanaman tahan
serangan hama, pemulian konvesional menghadapi suatu kendala yang sulit dipecahkan,
yaitu langkanya atau tidak tidak adanya sumber gen ketahanan di dalam koleksi plasma
nuffah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah gen ketahanan terhadap
serangga hama, misalnya penggerek batang padi, penggerek polong kedelai, hama boleng
ubi jalar, penggerek buah kapas (cotton bollworm), dan penggerek jagung (Herman,
1996). Akhir-akhir ini kesulitan pemulian konvensional tersebut dapat diatasi dengan
teknologi rekayasa genetic melalui tanaman konvensional melakukan persilangan dan
atau seleksi, sedangkan prekayasa genetic mengembangkan secara terus menerus dan
memanfaatkan teknik isolasi dan transfer gen dari sifat yang diinginkan (Herman, 2002).
Melalui rekayasa genetic sudah dihasilkan tanaman transgenic yang memiliki sifat baru
seperti ketahanan terhadap serangga hama atau herbisida atau peningkatan kualitas hasil.
Tanaman trasgenik tahan serangga hama tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan
diberbagai negara. Sedangkan di Indonesia, tanaman transgenic tahan serangga hama
baru pada taraf penelitian perakitannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
tanaman trasgenik tahan serangga hama, perkembangan tanaman transgenic secara
global, dan status tanaman transgenik di Indonesia (Bahagiawati, 2000).
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tanaman Transgenik
Modifikasi atau rekayasa genetika dalam sejarahnya merupakan penyaluran bahan
genetic dari spesies lain atau berbeda bisa dari tumbuhan, bakteri, fungi ataupun hewan
maupun bahan genetic yang disintesis secara laboratorium atau kimiawi ke dalam objek
tanaman yang ingin dipelajari.
Rekayasa genetic tanaman pertama kali telah diumumkan pada tahun 1983. Tanaman
dengan daun lebar sebagai contoh tembakau ataupun tomat yang dapat direkayasa namun
tidak ada riwayat kesuksesan transformasi genetic pada tanaman biji-bijian atau serelia
seperti jagung ataupun padi hingga akhir tahun 1980-an.
Teknik lain sebagai contoh pemanfaatan teknologi kultur jaringan tanaman, haploid
ganda, bahkan mutasi induksi yang terdapat campur tangan pemuliaan secara alamiah
namun tidak terdapat masalah atau kontroversi. Hal yang dapat membedakan tanaman
hasil rekayasa genetika adalah gen sasaran yang akan depergunakan dan gen sasaran
tersebut bukan dibatasi pada keberadaan spesies yang sama.
Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari
bahasa inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno, yang berarti
“melahirkan”. Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat
pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Maka, dapat juga
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya.
Rekayasa atau bisa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan teknologi
untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Rekayasa genetika adalah suatu proses
manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang unggul. Manipulasi
gen dapat dilakukan dengan teknik invitri dan invivo. Di Inggris manipulasi gen diartikan
sebagai pembentukan kombinas baru materi yang dapat diturunkan dengan penyisipan
(insertion) molekul-molekul asam nukleat yang dihasilkan dengan cara apapun diluar sel
ke dalam suatu virus plasmid bakteri atau sistem pembawa lainnya yang memungkinkan
terjadinya penggabungan ke dalam organisme inang selanjutnya mampu melakukan
pengadaan lagi. Teknik-teknik manipulasi gen secara invitro adalah transformasi
Eschercia coli pemotongan dan penggabungan molekul-molekul DNA serta pemotongan
raksi-reaksi pemotongan dan penggabungan (Amirhusin, 2004).
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat dapat melalui tiga cara
yaitu konjugasi, transformasi dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri
selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk
kromosom rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke
dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor
memasukkan sebagian DNA nya ke dalam sel resepien. Transfer DNA ini melalui pili seks yang
dimiliki oleh sel donor. Sel resepien tidak memiliki pili seks. DNA dari sel resepien berpindah
ke sel resipien secara replikatif sehingga setelah proses ini selesai sel jantan tidak kehilangan
DNA. Ke dua sel tidak mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh
karena itu proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak
reproduktif.
b. Muladno (2002)
d. Skerrit (2000)
Organisme transgenic bisa dikatakan sebagai organisme yang telah dimodifikasi secara
genetic atau yang diperoleh dengan menggunakan rekayasa genetika.
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau
pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diinginkan dapat diambil dari tanaman lain hewan, cendawan atau bakteri. Setelah gen
yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah
kloning gen. Pada tahapan kloning gen DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor
kloning (agen pembawa DNA) contohnya (plasmid DNA yang digunakan untuk transfer
gen) .Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer
gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu salah satunya
adalah bagian daun (Amirhusin, 2004).
Teknologi transfer gen dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung
(Herman, 2002). Contoh transfer gen secara langsung adalah penembakan eksplan gen
dengan gene gun atau divortex dengan silicon carbide (karbid silikon) dan perlakuan
pada protoplas tanaman dengan elektroporasi atau dengan polyethylene glycol (PEG).
Sedangkan transfer gen secara tidak langsung adalah melalui vektor Agrobacterium.
1. Transfer gen secara langsung
Penembakan partikel (particle bombardment)
Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan
metode penembak-an partikel atau gene gun. Metode transfer gen ini diopera-sikan
secara fisik dengan me-nembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau
jaringan tanaman . Dengan cara demikian, partikel dan DNA yang ditambahkan
me-nembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar dalam
sel secara independen. Telah didemonstra-sikan bahwa teknik ini efektif untuk
mentransfer gen pada bermacam-macam eksplan. Penggunaan penembakan
partikel membuka peluang dan kemungkinan lebih mudah dalam memproduksi
tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi
dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan
turfgrass (Herman, 2002).
Karbid silicon
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi
tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung dan turfgraas
adalah penggunaan karbit silikon. Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi
dicampur dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan
dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf kemudian dilakukan pencampuran dan
pemutaran dengan vortex. Serat silicon carbide berfungsi sebagai jarum injeksi
mikro (microinjection) untuk memudahkan transfer DNA kepada tanaman.
2. Transfer gen secara tidak langsung
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektor Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk
mentransformasi tanaman dikotil. A. Tumefaciens mampu mentransfer gen ke
dalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf
discs) atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi
beregenerasi tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen
spesifik DNA plasmid Ti disebut DNA T (transfer DNA) yang berpindah dari
bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi ke dalam genom tanaman. Karena A.
Tumefaciens merupakan patogen tanaman maka Agrobacterium sebagai vektor
yang digunakan untuk transformasi tanaman adalah bakteri dari jenis plasmid Ti
yang dilucuti virulen-sinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi
oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu
tanaman sehat hasil rekayasa genetik. Tanaman tersebut akan menurunkan DNA T
yang disarmed dan gen asing (dari sifat yang diinginkan) ke keturunannya. Teknik
transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah
berhasil tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil.
Meskipun demikian, beberapa peneliti melaporkan bahwa beberapa strain
Agrobacterium berhasil mentransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan
padi (Herman, 2002).
Bahagiawati, A. 2000. Peranan dan potensi dietary insecticidal protein dalam rekayasa
genetika tanaman tahan hama. Buletin AgroBi. 3(2): 74−79.
Cheng, J., M.G. Bolyard, R.C. Saxena, and M.B. Sticklen. 1992. Production of insect
resistant potato by genetic transformation with a 3- endotoxingene from Bacillus
thuringiensisvar. kurstaki. Plant Sci. 1(1) : 83-91.
Herma, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama Melalui Teknik
Rekayasa Genetika. Jurnal Buletin Agribio. 5(1):1-13.
James, C. 2000. Global review of commercialized transgenic crops: 2000. ISAAA Brief
No. 16. ISAAA, New york: Ithaca New York