Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

“TANAMAN TRANSGENIK”

NAMA KELOMPOK:

1. YULIAN TIRTA WATI (18650174)

2. VENDA CAHYA YUSICA (18650179)

3. NINTAN PUTRI AYU NINGRUM (18650182)

4. WAWAN TRIATMOJO UTOMO (18650191)

5. SEPTIZENNI RAHMAWATI (18650197)

PRODI S1 FARMASI NON REGULER

UNIVERSITAS KADIRI

DAFTAR ISI
Contents
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Sejarah Tanaman Transgenik...................................................................................5
2.2 Definisi Rekayasa Genetika Dan Tanaman Transgenik............................................5
2.3 Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global..............................................12
2.4 Proses Pembuatan Tanaman Transgenik................................................................14
2.5 Manfaat Tanaman Transgenik................................................................................15
2.5 Dampak Positif dan Negatif Tanaman Transgenik.................................................16
2.6 Contoh Tanaman Transgenik.................................................................................17
BAB III PENUTUP.........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kendala dalam produksi suatu komoditas tanaman di negara yang beriklim
tropis dan lembab adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti
serangga hama dan pathogen tumbuhan. Bahkan pada tanaman tertentu seperti padi,
serangga hama masih merupakan kendala utama dan menjadi masalah serius, misalnya
wereng coklat dan peng-gerek batang. Di negara tertentu seperti Amerika Serikat (AS),
kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan serangga hama penggerek jgung dan
penggerek jagung dan penggerek buah kapas bisa mencapai jutaan dolar AS. Usaha
pengendalian pengendalian yang biasa dilakukan petani adalah menggunakan cara
bercocok tanam yang tepat meliputi penanaman varietas tahan dan perggiliran tanaman,
serta penyemprotan insektisida.
Di negara maju, seperti AS, untuk menanggulangi OPT dari jenis serangga hama,
petani sudah menggunakan insektisida hayati yang berasal dari bakteri Bacillus thuri-
ngiensis (Bt) selama lebih dari 30 tahun. Namun secara komersial produksi insektisida
hayati terbatas dan pengaruh perlindungannya hanya berumur pendek. Selain
pengendalian dengan insektisida, petani juga menggunakan varietas tahan. Penggunaan
varietas tahan merupakan cara pengendalian serangga hama yang murah dan ramah
lingkungan.

Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetic baik dengan
pemulian tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya
teknologi rekayasa genetic. Kadang-kadang dalam perakitan varietas tanaman tahan
serangan hama, pemulian konvesional menghadapi suatu kendala yang sulit dipecahkan,
yaitu langkanya atau tidak tidak adanya sumber gen ketahanan di dalam koleksi plasma
nuffah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah gen ketahanan terhadap
serangga hama, misalnya penggerek batang padi, penggerek polong kedelai, hama boleng
ubi jalar, penggerek buah kapas (cotton bollworm), dan penggerek jagung (Herman,
1996). Akhir-akhir ini kesulitan pemulian konvensional tersebut dapat diatasi dengan
teknologi rekayasa genetic melalui tanaman konvensional melakukan persilangan dan
atau seleksi, sedangkan prekayasa genetic mengembangkan secara terus menerus dan
memanfaatkan teknik isolasi dan transfer gen dari sifat yang diinginkan (Herman, 2002).

Melalui rekayasa genetic sudah dihasilkan tanaman transgenic yang memiliki sifat baru
seperti ketahanan terhadap serangga hama atau herbisida atau peningkatan kualitas hasil.
Tanaman trasgenik tahan serangga hama tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan
diberbagai negara. Sedangkan di Indonesia, tanaman transgenic tahan serangga hama
baru pada taraf penelitian perakitannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
tanaman trasgenik tahan serangga hama, perkembangan tanaman transgenic secara
global, dan status tanaman transgenik di Indonesia (Bahagiawati, 2000).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah tanaman transgenic ?
2. Bagaimana definisi tanaman transgenic dan rekayasa genetic ?
3. Bagaimana perkembangan tanaman trasgenik secara global ?
4. Bagaimana proses pembuatan tanaman transgenic ?
5. Apa manfaat tanaman transgenic ?
6. Apa dampak negative dan positif dari tanaman transgenic ?
7. Apa saja contoh tanaman transgenic ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah dan definisi tanaman transgenic


2. Untuk mengetahui perkembangan tanaman transgenic dan cara pembuatannya
3. Untuk mengetahui manfaat tanaman transgenik
4. Untuk mengetahui dampak negative dan positif dari tanaman transgenic

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tanaman Transgenik
Modifikasi atau rekayasa genetika dalam sejarahnya merupakan penyaluran bahan
genetic dari spesies lain atau berbeda bisa dari tumbuhan, bakteri, fungi ataupun hewan
maupun bahan genetic yang disintesis secara laboratorium atau kimiawi ke dalam objek
tanaman yang ingin dipelajari.
Rekayasa genetic tanaman pertama kali telah diumumkan pada tahun 1983. Tanaman
dengan daun lebar sebagai contoh tembakau ataupun tomat yang dapat direkayasa namun
tidak ada riwayat kesuksesan transformasi genetic pada tanaman biji-bijian atau serelia
seperti jagung ataupun padi hingga akhir tahun 1980-an.

Teknik lain sebagai contoh pemanfaatan teknologi kultur jaringan tanaman, haploid
ganda, bahkan mutasi induksi yang terdapat campur tangan pemuliaan secara alamiah
namun tidak terdapat masalah atau kontroversi. Hal yang dapat membedakan tanaman
hasil rekayasa genetika adalah gen sasaran yang akan depergunakan dan gen sasaran
tersebut bukan dibatasi pada keberadaan spesies yang sama.

2.2 Definisi Rekayasa Genetika Dan Tanaman Transgenik


1. Definisi Rekayasa Genetika

Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari
bahasa inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno, yang berarti
“melahirkan”. Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat
pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Maka, dapat juga
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya.

Rekayasa atau bisa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan teknologi
untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Rekayasa genetika adalah suatu proses
manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang unggul. Manipulasi
gen dapat dilakukan dengan teknik invitri dan invivo. Di Inggris manipulasi gen diartikan
sebagai pembentukan kombinas baru materi yang dapat diturunkan dengan penyisipan
(insertion) molekul-molekul asam nukleat yang dihasilkan dengan cara apapun diluar sel
ke dalam suatu virus plasmid bakteri atau sistem pembawa lainnya yang memungkinkan
terjadinya penggabungan ke dalam organisme inang selanjutnya mampu melakukan
pengadaan lagi. Teknik-teknik manipulasi gen secara invitro adalah transformasi
Eschercia coli pemotongan dan penggabungan molekul-molekul DNA serta pemotongan
raksi-reaksi pemotongan dan penggabungan (Amirhusin, 2004).

Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat dapat melalui tiga cara
yaitu konjugasi, transformasi dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri
selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk
kromosom rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke
dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor
memasukkan sebagian DNA nya ke dalam sel resepien. Transfer DNA ini melalui pili seks yang
dimiliki oleh sel donor. Sel resepien tidak memiliki pili seks. DNA dari sel resepien berpindah
ke sel resipien secara replikatif sehingga setelah proses ini selesai sel jantan tidak kehilangan
DNA. Ke dua sel tidak mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel anak. Oleh
karena itu proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang tidak
reproduktif.

Gambar 1. Proses Konjugasi yang Menyebabkan Resisten pada Plasmid


Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di
sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA Asisng) dapat berupa potongan
DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau organisme yang
lain. Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara alami.
Pada tahun 1928 ditemukan strain bakteri yang tidak virulen dapat berubah sifatnya
menjadi virulen disebabkan adanya strain yang tidak virulen dicampur dengan sel-sel
bakteri strain virulen yang telah dimatikan. Tahun 1944 ditemukan bahwa perubahan
sifat atau transformasi dari bakteri yang tidak virulen menjadi virulen disebabkan oleh
adanya DNA dari sel bakteri strain virulen yang masuk ke dalam bakteri strain yang tidak
virulen.

Gambar 2. Proses Transpormasi pada Bakteri


Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya
melalui perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel
bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut bakteriofag atau fage.
Ketika virus menginfeksi bakteri/ fage memasukkan DNA nya ke dalam sel bakteri. DNA
tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan
kromosom baketri. DNA fage yang dikemas ketika membentuk partikel fage baru akan
membawa sebagian DNA bakteri yang menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut
menginfeksi bakteri yang lain maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian
mengandung DNA sel inang sebelumnya.
1. Definisi Tanaman Transgenik

Tanaman transgenik merupakan aplikasi bioteknologi pada tanaman yang telah


direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang,
bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah
organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer
dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan atau tanaman lain.
Pengertian tanaman transgenic menurut para ahli sebagai berikut :
a. Ontologi
Tanaman transgenic merupakan produk rekayasa genetika atau modifikasi dengan
adanya perpindahan gen yang berasal dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman dengan
tujuan untuk memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul lebih baik dibandingkan
tanaman sebelumnya.

b. Muladno (2002)

Pembentukan tanaman transgenic adalah pemberian gen yang sudah diidentifikasi,


diisolasi selanjutnya dimasukkan atau dipindahkan ke dalam tanaman tersebut. Dengan
adanya sistem tersebut, sel tanaman dengan gen di dalamnya akan dapat dipisahkan oleh
sel tanaman yang tidak terdapat gen. Tanaman dengan membawa gen selanjutnya akan
dikembangbiakan secara normal atau alamiah.

c. Carpenter and Gianesi (2000)

Pemanfaatan tanaman transgenic mendapat peluang keuntungan baik pada negara


berkembang ataupun negara maju. Pemanfaatan tanaman transgenic tahan terhadap hama
dan herbisisda dan resisten pada kondisi lingkungan.

d. Skerrit (2000)

Organisme transgenic bisa dikatakan sebagai organisme yang telah dimodifikasi secara
genetic atau yang diperoleh dengan menggunakan rekayasa genetika.
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau
pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diinginkan dapat diambil dari tanaman lain hewan, cendawan atau bakteri. Setelah gen
yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah
kloning gen. Pada tahapan kloning gen DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor
kloning (agen pembawa DNA) contohnya (plasmid DNA yang digunakan untuk transfer
gen) .Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer
gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu salah satunya
adalah bagian daun (Amirhusin, 2004).
Teknologi transfer gen dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung
(Herman, 2002). Contoh transfer gen secara langsung adalah penembakan eksplan gen
dengan gene gun atau divortex dengan silicon carbide (karbid silikon) dan perlakuan
pada protoplas tanaman dengan elektroporasi atau dengan polyethylene glycol (PEG).
Sedangkan transfer gen secara tidak langsung adalah melalui vektor Agrobacterium.
1. Transfer gen secara langsung
 Penembakan partikel (particle bombardment)
Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan
metode penembak-an partikel atau gene gun. Metode transfer gen ini diopera-sikan
secara fisik dengan me-nembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau
jaringan tanaman . Dengan cara demikian, partikel dan DNA yang ditambahkan
me-nembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar dalam
sel secara independen. Telah didemonstra-sikan bahwa teknik ini efektif untuk
mentransfer gen pada bermacam-macam eksplan. Penggunaan penembakan
partikel membuka peluang dan kemungkinan lebih mudah dalam memproduksi
tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi
dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan
turfgrass (Herman, 2002).
 Karbid silicon
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi
tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung dan turfgraas
adalah penggunaan karbit silikon. Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi
dicampur dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan
dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf kemudian dilakukan pencampuran dan
pemutaran dengan vortex. Serat silicon carbide berfungsi sebagai jarum injeksi
mikro (microinjection) untuk memudahkan transfer DNA kepada tanaman.
2. Transfer gen secara tidak langsung
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektor Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk
mentransformasi tanaman dikotil. A. Tumefaciens mampu mentransfer gen ke
dalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf
discs) atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi
beregenerasi tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen
spesifik DNA plasmid Ti disebut DNA T (transfer DNA) yang berpindah dari
bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi ke dalam genom tanaman. Karena A.
Tumefaciens merupakan patogen tanaman maka Agrobacterium sebagai vektor
yang digunakan untuk transformasi tanaman adalah bakteri dari jenis plasmid Ti
yang dilucuti virulen-sinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi
oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu
tanaman sehat hasil rekayasa genetik. Tanaman tersebut akan menurunkan DNA T
yang disarmed dan gen asing (dari sifat yang diinginkan) ke keturunannya. Teknik
transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah
berhasil tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil.
Meskipun demikian, beberapa peneliti melaporkan bahwa beberapa strain
Agrobacterium berhasil mentransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan
padi (Herman, 2002).

Metode Transfor Gen Melalui Bakteri


1. Ekstraksi DNA dari Plasmid Agrobacterium Menggunakan Teknik PCR.
Pemotongan dan penggabungan atau penyisipan DNA
yang dipilih melibatkan enzim restriksi dan ligase.
2. Pengklonan gen oleh bacteria vektor sehingga dihasilkan DNA yang
diharapkan kemudian klon gen Agrobacterium diintroduksi ditransformasi ke
dalam kultur sel tumbuhan.
3. Multifikasi dan regenerasi bagian-bagian tumbuhan sehingga terbentuk
tumbuhan dengan sifat yang baru berikut gambar lain yang bisa mendukung
pemahaman tahapan pembentukan tanaman transgenik.

2.3 Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global


Tahun 2001 merupakan yang pertama di mana luas area pertanaman transgenik di
dunia melebihi 50 juta ha, yaitu 52,6 juta ha (James, 2001b). Luasan ini adalah kenaikan
8,4 juta atau 19% dari luasan tahun 2000 dan merupakan kenaikan hampir dua kali lipat.
Pada tahun 2001, distribusi luas pertanaman tanaman transgenik 26% atau 13,5 juta ha
berada di negara berkembang (Herman, 2002).
Dari 16 negara yang menanam tanaman transgenik, sejak tahun 1997 hanya 3
negara yang mendominasi luasan area penanaman, yaitu AS, Argentina, dan Kanada,
selanjtnya cina bergabung sejak tahun 1999.

Di antara tanaman transgenik dengan gen-gen ketahanan terhadap serangga hama


seperti yang telah diuraikan, hanya tanaman trans-genik dengan gen Bt yang laku di-
komersialkan secara global. Tanaman transgenik tahan serangga hama tersebut adalah
jagung Bt, jagung Bt/toleran herbisida (TH), kapas Bt, dan kapas Bt/TH. Penggabungan
sifat tahan serangga hama dengan sifat toleran herbisida dalam satu tanaman transgenik
diilhami oleh sukses dan lakunya tanaman transgenik toleran herbisida di pasaran. Selain
jagung Bt yang luas area penanamannya menurun dari tahun 2000 ke 2001, luas area
ketiga komoditas yang lain meningkat, masing-masing 1,7 juta ha menjadi 2,4 juta ha
untuk kapas Bt/TH; 1,5 juta ha menjadi 1,9 juta ha untuk kapas Bt; dan 1,4 menjadi 1,8
untuk jagung Bt/TH (James, 2002).
2.4 Proses Pembuatan Tanaman Transgenik
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi
atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen
yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah
gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan
istilah kloning gen. Pada tahapan cloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam
vektor kloning (agen pembaw aDNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk
transfer gen).
Kemudian vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer
gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya
adalah bagian daun. Transfergen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens ,dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil
Metode ini sering digunakan pada spesies  jagung dan padi. Untuk melakukannya,
digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke
dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke
dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman,
meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami
karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.
Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan
penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat
disisipkan di dalamplasmid Ti.Selanjutnya. A. Tumefaciens secara langsung dapat
memindahkan gen pada plasmid tersebut kedalam genom (DNA) tanaman.Setelah DNA
asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat
diekspresikan tumbuhan.
3. Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini,sel tanaman yang akan menerima gen asing harus
mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding
sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori
membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses
pengembalian dinding sel tanaman. Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan
seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi
ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya
terbentuk akar dan tunas.Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat
dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

2.5 Manfaat Tanaman Transgenik


Pemanfaatan tanaman transgenic terkhusus pada bidang pertanian dan kesehatan. Antara
lain sebagai berikut :

1. Resisten terhadap serangan hama dan penyakit


2. Resisten terhadap herbisida
3. Dapat melakukan peyerbukan silang secara konvensional antara tanaman
transgenic dengan tanaman organic
4. Resisten terhadap makhluk hidup lain
2.5 Dampak Positif dan Negatif Tanaman Transgenik
A. Dampak Positif Tanaman Transgenik
1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber yang
lebih sedikit.
2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem sehingga akan
memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.
B. Dampak Negatif Tanaman Transgenik
Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Aspek sosial meliputi:
1. Aspek ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan
ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan
secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan
gula dengan derajat kemanisan jauh lebih tinggi dari pada gula dari
tebu atau bibit biasa.
b. Aspek kesehatan
1. Potensi toksisitas bahan pangan dengan terjadinya transfer genetik di
dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang
berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan.
2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan WHO pada tahun
1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru,
baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya,
berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu
bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen ada yang terdapat di dalam
kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah
(GO), Neisseria gonorrhoeae.
c. Aspek lingkungan
1. Potensi erosi plasma nutfah Penggunaan tembakau transgenik telah
memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam
sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah
hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh,
dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan
efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian
larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan
akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya
plasma nutfah kupu-kupu tersebut.
2. Potensi pergeseran gen daun tanaman tomat transgenik yang resisten
terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai
akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya
cacing tanah.
3. Potensi pergeseran ekologi organisme transgenik dapat pula mengalami
pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap
suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau
lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor
lingkungan tersebut.

2.6 Contoh Tanaman Transgenik


Berikut ini disajikan berbagai hasil tanaman transgenik dan keunggulannya
dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis:
a) Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar yaitu sekitar
33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa
genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama,tahan terhadap
herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah
dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan kedelai
dengan kandungan asam lemak tinggi.
b) Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, jagung telah mengalami rekayasa genetika melalui teknologi
rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillusthuringiensis (Bt) untuk
menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga dapat
meningkatkan hasil panen Gen  Bacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu
memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tanaman transgenik merupakan aplikasi bioteknologi pada tanaman yang telah
direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA
binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu.
2. Manfaat tanaman transgenik tahan serangga hama berupa terjadinya pengurangan
aplikasi insektisida dan kasus keracunan insektisida, serta keuntungan ekonomi
bagi petani
DAFTAR PUSTAKA
Amirhusin. 2004. Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang Pertanian 23(1): 1-
7.

Bahagiawati, A. 2000. Peranan dan potensi dietary insecticidal protein dalam rekayasa
genetika tanaman tahan hama. Buletin AgroBi. 3(2): 74−79.

Cheng, J., M.G. Bolyard, R.C. Saxena, and M.B. Sticklen. 1992. Production of insect
resistant potato by genetic transformation with a 3- endotoxingene from Bacillus
thuringiensisvar. kurstaki. Plant Sci. 1(1) : 83-91.

Herma, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama Melalui Teknik
Rekayasa Genetika. Jurnal Buletin Agribio. 5(1):1-13.

Herman, Muhammad. 1996. Rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman. Buletin


AgroBio 1(1):24-34.

James, C. 2000. Global review of commercialized transgenic crops: 2000. ISAAA Brief
No. 16. ISAAA, New york: Ithaca New York

Anda mungkin juga menyukai