Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Flu

Flu atau influenza adalah infeksi virus yang


menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Penderita
flu akan mengalami demam, sakit kepala, pilek, hidung
tersumbat, serta batuk.
Banyak orang mengira flu sama dengan batuk pilek biasa
(common cold). Walaupun gejalanya mirip, kedua kondisi ini
disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Gejala flu lebih
parah dan menyerang secara mendadak, sedangkan gejala
batuk pilek biasa cenderung ringan dan muncul secara
bertahap.
Flu merupakan penyakit yang mudah menular ke orang lain,
terutama pada 3-4 hari pertama setelah penderita terinfeksi.
Bahkan pada beberapa kasus, penderita flu dapat menularkan
penyakitnya sebelum gejala muncul.
Penyebab Flu
Seseorang dapat tertular flu jika tidak sengaja menghirup
percikan air liur di udara, yang dikeluarkan penderita ketika
bersin atau batuk. Selain itu, menyentuh mulut atau hidung
setelah memegang benda yang terkena percikan air liur
penderita, juga bisa menjadi sarana penularan virus flu.

Gejala Flu
Gejala flu antara lain demam, pilek, hidung tersumbat, dan
sakit kepala. Meskipun sama dengan gejala batuk pilek biasa,
gejala flu terasa lebih parah dan sering kali menyerang tiba-
tiba.
Segeralah berobat ke dokter jika gejala di atas tidak kunjung
membaik setelah dua minggu, atau membaik namun kemudian
memburuk. Tindakan darurat perlu dilakukan bila gejala flu
disertai sesak napas atau penurunan kesadaran.

Pengobatan dan Pencegahan Flu


Flu ringan dapat diatasi dengan banyak beristirahat dan minum
banyak cairan. Namun bila gejalanya berat, sebaiknya Anda
segera memeriksakan diri ke dokter agar dapat diberikan obat
untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Cara mencegah flu yang paling efektif adalah
menjalani vaksinasi influenza. Selain itu, Anda juga diajurkan
untuk rajin cuci tangan serta menghindari berdekatan dengan
penderita flu.

Komplikasi Flu
Flu yang sembuh kemudian kambuh dan memburuk bisa
menjadi tanda komplikasi serius, seperti paru-paru basah,
gangguan jantung, meningitis, atau infeksi virus pada otak.

Faringitis
Faringitis adalah inflamasi atau peradangan pada faring, yakni
salah satu organ di dalam tenggorokan yang menghubungkan
rongga belakang hidung dengan bagian belakang mulut. Dalam
kondisi ini, tenggorokan akan terasa gatal dan sulit menelan.
Sebagian besar kasus faringitis disebabkan oleh virus, dan
beberapa kasus lainnya disebabkan oleh bakteri, seperti
bakteri grup A streptococcus. Faringitis karena virus atau
bakteri ini dapat menular pada orang lain. Penyebaran tersebut
bisa terjadi melalui udara (misalnya menghirup butiran air ludah
atau sekresi hidung yang dikeluarkan oleh penderita) atau
melalui benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh virus dan
bakteri.
Faringitis karena virus lebih rentan menular jika seseorang
bersama penderita faringitis dalam satu ruangan dengan
ventilasi yang buruk. Sedangkan faringitis karena bakteri dapat
menyebar dengan cepat di lingkungan tempat tinggal atau
tempat kerja pada musim pancaroba.
Penyakit faringistis umumnya dapat pulih dalam waktu 3 hingga
7 hari. Penanganan dapat dilakukan melalui pengobatan
mandiri di rumah atau pemberian obat dari dokter.

Gejala Faringitis
Beberapa gejala yang dapat muncul saat seseorang menderita
faringitis adalah:

 Nyeri otot.
 Tenggorokan bengkak.
 Batuk.
 Badan terasa lelah.
 Demam.
 Pusing.
 Mual.
 Susah menelan.
 Selera makan berkurang.
 Bersin.
 Pilek.

Penyebab Faringitis
Faringitis atau radang tenggorokan dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Dua di antaranya adalah virus dan bakteri.
Beberapa jenis virus yang memicu faringtis adalah virus
gondongan (mumps), virus Epstein-Barr (monocleosis), virus
parainfluenza, serta virus herpangina. Sedangkan jenis bakteri
yang dapat menyebabkan faringitis adalah bakteri grup A beta-
hemolytic streptococcus. Bakteri ini biasanya memicu sakit
tenggorokan (strep throat). Bakteri lainnya adalah bakteri
penyebab infeksi menular seksual, seperti gonore dan klamidia.
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk menderita faringitis, di antaranya adalah:

 Sering menderita flu atau pilek.


 Sering mengalami infeksi sinus.
 Menderita alergi.
 Sering terpapar asap rokok dalam tempat tertutup
(perokok pasif).

Diagnosis Faringitis
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita faringitis
berdasarkan gejala-gejala yang dirasakannya dengan didukung
oleh hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter
akan melihat apakah terjadi pembengkakan atau kemerahan
pada tenggorokan pasien. Selain itu, dokter juga akan
memeriksa kondisi telinga dan hidung, serta sisi samping leher
untuk melihat adanya pembesaran kelenjar.
Untuk mengetahui penyebab faringitis, dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan. Salah satunya adalah kultur bakteri dari
sampel sekresi tenggorokan pasien untuk menguji keberadaan
bakteri Streptococcus. Pengambilan sampel ini dilakukan
dengan teknis swab atau usap.
Selain tes tersebut, pemeriksaan darah (termasuk
penghitungan darah lengkap) juga bisa dilakukan untuk
menentukan penyebab faringitis. Jika penyebab belum
diketahui, dokter dapat melakukan pemindaian dengan CT
scan untuk melihat gambaran kondisi tenggorokan dan leher
secara lebih detail.
Pengobatan Faringitis
Pengobatan faringitis dilakukan berdasarkan penyebabnya.
Jika kondisi ini disebabkan oleh virus, maka penanganan
mandiri dapat dilakukan di rumah guna memulihkan kondisi
hingga sistem imunitas tubuh menaklukan infeksi tersebut.
Misalnya dengan:

 Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual secara bebas,


misalnya paracetamol dan ibuprofen, untuk meredakan
sakit tenggorokan.
 Banyak beristirahat.
 Minum banyak cairan agar tidak mengalami dehidrasi.
 Menggunakan pelembab udara di dalam ruangan.
 Mengonsumsi kaldu hangat atau minuman dingin.
 Berkumur dengan air garam yang hangat.
 Mengonsumsi permen pelega tenggorokan (throat
lozenges) untuk meredakan nyeri tenggorokan.

Jika penyebab faringitis adalah infeksi bakteri, dokter akan


meresepkan obat antibiotik 
sepertipenicillin, amoxicillin, erythromycin, atau azithromycin,
yang bisa memusnahkan bakteri. Durasi penggunaan antibiotik
yang disarankan dalam kasus ini biasanya adalah 10 hari.
Pasien perlu menghabiskan obat antibiotik agar infeksi tidak
berulang dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
parah.
Faringitis umumnya dapat pulih dalam waktu 3 hingga 7 hari.
Meskipun begitu waspadalah apabila gejala tidak menunjukkan
tanda-tanda pulih dalam waktu seminggu, terjadi demam yang
mencapai suhu lebih dari 38 derajat Celsius selama beberapa
hari dan tidak mereda meskipun sudah mengonsumsi obat,
sakit tenggorokan tidak kunjung sembuh meski sudah
mengonsumsi obat pereda nyeri, penderita memiliki sistem
kekebalan tubuh lemah akibat penyakit atau penggunaan obat,
sulit menelan hingga tidak bisa makan atau minum, sulit
bernapas melalui mulut, mengeluarkan suara yang
mengganggu ketika bernapas, atau mengeluarkan air liur
secara terus menerus. Konsultasi kepada dokter sangat
dibutuhkan karena dikhawatirkan itu merupakan gejala-gejala
dari kondisi lainnya yang lebih parah.

Komplikasi Faringitis
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit faringitis
adalah:

 Demam reumatik yang dapat mengganggu katup jantung.


 Gangguan ginjal atau glomerulonephritis.
 Abses pada tonsil atau jaringan lain pada tenggorokan.

Pencegahan Faringitis
Beberapa upaya yang dapat kita dilakukan untuk mencegah
faringitis adalah:

 Sering mencuci tangan, terutama sebelum makan atau


setelah batuk dan bersin.
 Menggunakan pembersih berbahan alkohol jika air dan
sabun tidak ada.
 Tidak berbagi pakai peralatan makan, minum atau mandi
dengan penderita faringitis.
 Mengindari kontak dengan penderita faringitis.
 Menghindari paparan asap rokok dengan tidak merokok
dan menghindari orang yang sedang

 Laringitis
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring (kotak
pita suara di dalam tenggorokan). Gejala yang umum pada
laringitis yaitu nyeri tenggorokan, batuk, demam, suara yang
dikeluarkan serakGejala laringitis bisa muncul secara tiba-tiba,
lalu terus memburuk selama dua sampai tiga hari, dan pulih
dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan. Biasanya suara
serak dan kesulitan mengeluarkan suara adalah gejala yang
terakhir pulih dibandingkan gejala laringitis lainnya.
Jika penderita masih terus merasakan gejala hingga lebih dari
dua minggu, disarankan untuk menemui dokter. Apalagi jika
gejala makin parah, terutama menjadi sulit bernapas, maka
bantuan medis harus secepatnya dilakukan.

Penyebab Laringitis
Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

 Kerusakan pada pita suara, karena adanya getaran


pada organ tersebut yang melebihi batas ketahanan,
misalnya akibat penderita berteriak terlalu keras atau
bernyanyi dengan suara yang tinggi. Selain itu, kerusakan
pita suara juga dapat terjadi akibat batuk berkepanjangan
dan cedera saat penderita melakukan aktivitas fisik atau
akibat kecelakaan.
 Infeksi virus, bakteri, dan jamur. Virus yang umum
menyebabkan laringitis adalah virus influenza. Dari
golongan bakteri salah satunya adalah bakteri
penyakit difteri. Sedangkan dari jenis jamur adalah
jamur Candida yang juga dapat menyebabkan sariawan.
Infeksi jamur dan bakteri pada kasus laringitis lebih jarang
terjadi dibandingkan infeksi virus. Infeksi jamur rentan
dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang lemah, misalnya akibat efek samping obat
kortikosteroid, kemoterapi, atau akibat penyakit HIV/AIDS.
 Reaksi alergi terhadap suatu zat kimia atau paparan
debu.
 Naiknya asam lambung ke tenggorokan lewat
kerongkongan pada kasus penyakit refluks
gastroesofageal (GERD). Jika asam lambung mencapai
tenggorokan maka risiko untuk terjadinya iritasi laring
cukup tinggi.
 Mengering dan teriritasinya laring akibat merokok dan
konsumsi minuman beralkohol. Sama seperti kasus
GERD, peluang terjadinya infeksi pada laring yang
teriritasi juga cukup tinggi.
 Penggunaan obat kortikosteroid hirup, biasanya obat
untuk asma.

Berdasarkan rentang waktu timbulnya gejala, laringitis dibagi


dua, yaitu:

 Laringitis jangka pendek (akut). Biasanya disebabkan


oleh infeksi virus atau bakteri, serta pita suara yang
menegang.
 Laringitis jangka panjang (kronis). Umumnya muncul
akibat sinusitis kronis, reaksi alergi, iritasi dari asam
lambung, asap rokok, atau minuman keras.

Diagnosis Laringitis
Dalam mendiagnosis laringitis, dokter akan terlebih dahulu
melihat gejala yang dirasakan oleh pasien. Gejala laringitis
yang paling mudah dideteksi adalah suara yang berubah
menjadi serak atau bahkan hilang sama sekali.
Dokter mungkin akan menyarankan pasien melakukan
pemeriksaan darah dan dahak. Kedua jenis pengujian ini
dilakukan untuk memeriksa keberadaan infeksi virus, bakteri
atau jamur.
Untuk memastikan bahwa telah terjadi iritasi atau kerusakan
pada pita suara, dapat dilakukan laringoskopi. Pemeriksaan ini
menggunakan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut
atau hidung pasien. Endoskopi merupakan sebuah alat khusus
berbentuk selang yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di
ujungnya. Jika pada waktu pemeriksaan laringoskopi
ditemukan adanya peradangan pada pita suara, dapat
dilakukan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan untuk
diperiksa di laboratorium guna mengetahui penyebab dasar
terjadinya laringitis.

Pengobatan Laringitis
Sebenarnya kebanyakan kasus laringitis bisa pulih tanpa
menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu hingga satu
minggu. Tujuan pengobatan adalah untuk mempercepat
kesembuhan dan meminimalisasi gejala yang mengganggu,
misalnya nyeri.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mempercepat penyembuhan dan meringankan gejala laringitis:

 Jika Anda merasakan gejala sakit kepala yang


mengganggu atau bahkan demam, konsumsilah obat-
obatan pereda rasa sakit
seperti ibuprofen atau paracetamol.
 Aturlah tingkat kelembapan udara di rumah dengan
alat humidifier atau vaporizer, sehingga udara yang
dihirup masuk ke rongga hidung dan saluran pernapasan
bagian atas bukan udara yang kering. Humidifier berfungsi
untuk menghembuskan kabut dingin ke dalam udara,
sedangkan vaporizer berfungsi untuk menghisap hawa
panas.
 Minumlah banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
Hindari mengonsumsi minuman yang mengandung kafein
dan alkohol.
 Jika saluran pernapasan terasa tidak nyaman, Anda dapat
melegakannya dengan menghirup inhaler yang
mengandung mentol. Selain itu, mengonsumsi
permen mint dan berkumur-kumur dengan air garam
hangat atau obat kumur khusus yang bisa dibeli di apotik,
juga dapat membantu melegakan tenggorokan.
 Untuk mengurangi ketegangan pada pita suara yang
sedang mengalami radang dan mempercepat proses
penyembuhan, bicaralah dengan suara perlahan atau bila
perlu jangan berbicara terlebih dahulu.
 Hindari paparan debu.
 Jangan merokok.

Jika hasil diagnosis ditemukan bahwa laringitis disebabkan


atau dipicu oleh kondisi tertentu yang membutuhkan
penanganan khusus, maka dapat diberikan obat-obatan untuk
untuk mengatasi faktor penyebab tersebut.
Misalnya jika laringitis terjadi akibat infeksi bakteri, maka
dilakukan pengobatan dengan antibiotik. Pada alergi, dapat
diberikan obat antihistamin dan disarankan untuk menghindari
sumber alergi, seperti debu, makanan, atau zat kimia tertentu.
Jika laringitis disebabkan oleh penyakit GERD, maka obat yang
dapat diberikan adalah obat-obatan untuk menurunkan kadar
asam lambung.

Pencegahan Laringitis
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar
dari penyakit laringitis, di antaranya:

 Melakukan vaksinasi flu sesuai dengan yang dijadwalkan


oleh dokter tiap tahun.
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan jangan
merokok.
 Memperbanyak minum air putih agar dahak di dalam
tenggorokan menjadi encer dan mudah dikeluarkan.
 Untuk orang yang rentan terkena laringitis, hindari
penularan infeksi dari orang lain yang sedang menderita
laringitis atau flu.
 Membiasakan diri mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, atau setelah menggunakan kamar kecil.
 Melindungi hidung dan mulut dari paparan debu (memakai
masker) agar terhindar dari virus atau bakteri penyebab
laringitis.
 Jika Anda alergi terhadap sesuatu, misalnya debu, suatu
jenis makanan, atau zat kimia tertentu, maka hindarilah
hal-hal tersebut.
 Agar asam lambung tidak naik ke tenggorokan, tinggikan
sedikit alas kepala atau bantal ketika tidur. Jangan
langsung berbaring setelah makan.
 Mengonsumsi makanan-makanan yang sehat untuk
tenggorokan yang banyak mengandung vitamin A,C, dan
E (misalnya buah, sayur, atau biji-bijian).
 Tidak mengeluarkan volume suara yang melewati batas
ketahanan pita suara, misalnya berteriak sangat keras
atau bernyanyi dengan suara tinggi.

 , atau bahkan kehilangan suara sama sekali.


 Pada penderita anak-anak dengan struktur saluran
pernapasan yang kecil, bisa saja terjadi kesulitan
bernapas. Meski begitu, hal tersebut hanya terjadi pada
beberapa kasus saja.

 Pengertian Asma
 Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis
pada saluran pernapasan yang ditandai dengan
peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit
bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain
seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa
diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
 Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara
jelas, namun ada beberapa hal yang kerap memicunya,
seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik,
udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
 Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran
pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain
yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru
teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot saluran
pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan
membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan
terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan
bernapas makin sulit dilakukan.

Penderita asma di Indonesia


Laporan riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI
tahun 2013 memperkirakan jumlah pasien asma di Indonesia
mencapai 4.5 persen dari total jumlah penduduk. Provinsi
Sulawesi Tengah menduduki peringkat penderita asma
terbanyak sebanyak 7.8 persen dari total penduduk di daerah
tersebut.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun
2014, angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia
mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77 persen dari total
jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian
umur dari berbagai penduduk, data ini sekaligus menempatkan
Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal kematian akibat
asma.

Diagnosis asma
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit
asma, maka dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun
sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan mengajukan
pertanyaan pada pasien mengenai gejala apa saja yang
dirasakan, waktu kemunculan gejala tersebut, dan riwayat
kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah
pada penyakit asma, maka selanjutnya dokter bisa melakukan
tes untuk memperkuat diagnosis, misalnya:

 Spirometri
 Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
 Uji Provokasi Bronkus
 Pengukuran Status Alergi
 CT Scan
 Rontgen

Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak,


gejalanya mungkin bisa menghilang ketika dia remaja dan
muncul kembali saat usianya lebih dewasa. Namun gejala
asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-
kanak, akan cenderung tetap ada walau bisa juga muncul
kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun
dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.
Pengobatan asma
Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yaitu
meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk
mendukung tujuan tersebut, diperlukan rencana pengobatan
dari dokter yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Rencana
pengobatan meliputi cara mengenali dan menangani gejala
yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus digunakan.
Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat
memicu asma mereka agar dapat menghindarinya. Jika gejala
asma muncul, obat yang umum direkomendasikan adalah
inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus
memburuk (secara perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah
ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka
penderita harus segera mendapatkan penanganan di rumah
sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa saja
membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis,
peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama
dan berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan
permanen.

Komplikasi asma
Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang bisa saja
terjadi:

 Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).


 Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
 Tubuh sering terasa lelah.
 Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak.
 Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon
dengan terapi normal).
 Pneumonia.
 Gagal pernapasan.
 Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru.
 Kematian.

Mengendalikan penyakit asma


Jika Anda kebetulan mengidap asma atau hidup dengan asma
sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma
merupakan penyakit yang masih dapat dikendalikan asalkan
Anda:

 Mengenali dan menghindari pemicu asma.


 Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat
bersama dokter.
 Mengenali serangan asma dan melakukan langkah
pengobatan yang tepat.
 Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh
dokter secara teratur.
 Memonitor kondisi saluran napas Anda.

Jika penggunaan inhaler pereda asma reaksi cepat makin


meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar rencana
penanganan asma Anda disesuaikan kembali. Selain itu,
disarankan untuk melakukan vaksinasi
influenza dan pneumonia secara teratur untuk mencegah
memburuknya penyakit asma yang disebabkan kedua penyakit
tersebut.
Pengertian Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran
utama pernapasan atau bronkus. Bronkus berfungsi sebagai
saluran yang membawa udara dari dan menuju paru-paru.
Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai
dengan munculnya gejala batuk yang berlangsung selama
satu minggu atau lebih.
Secara umum, bronkitis terbagi menjadi dua tipe, yakni:

 Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak


berusia di bawah 5 tahun. Bronkitis tipe akut biasanya
pulih dengan sendirinya dalam waktu satu minggu hingga
10 hari. Namun, batuk yang dialami dapat berlangsung
lebih lama.
 Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami oleh
orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Bronkitis kronis
dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan merupakan salah
satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan penanganan


yang tepat, berpotensi menimbulkan komplikasi berupa
pneumonia. Pneumonia adalah peradangan pada satu atau
kedua kantung paru-paru. Seseorang yang sudah mencapai
tahap ini akan merasakan gejala berupa:

 Nyeri dada ketika batuk bahkan bernapas.


 Badan terasa lelah.
 Linglung, atau terjadi penurunan kesadaran.
 Mual dan muntah.
 Diare.

Gejala dan Penyebab Bronkitis


Gejala bronkitis adalah batuk, yang dapat disertai sesak napas
dan sakit tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk dapat
menyebabkan nyeri dada bahkan penurunan kesadaran.
Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih rentan
menyerang perokok dan orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena bronkitis, antara lain:
 Tidak menerima vaksin influenza atau pneumonia.
 Sering terpapar zat-zat berbahaya, seperti debu atau
amonia.
 Berusia di bawah 5 tahun atau lebih dari 40 tahun.

Pengobatan Bronkitis
Bronkitis ringan dapat hilang dengan sendirinya. Namun jika
kondisinya cukup berat, bronkitis harus diatasi dengan obat-
obatan. Untuk membantu pengobatan, disarankan untuk
banyak minum air putih dan istirahat yang cukup.
Bronkitis dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:

 Menghindari rokok.
 Menerima vaksin flu dan pneumonia.
 Menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan setiap
usai beraktivitas.
 Mengenakan masker untuk menghindari paparan
senyawa berbahaya.

 Emfisema
 Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan
kantong udara atau alveolus pada paru-paru. Seiring
waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga
membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong
kecil yang pecah. Akibatnya, luas area permukaan paru-
paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar
oksigen yang mencapai aliran darah menurun. Kondisi ini
juga membuat paru-paru membesar secara perlahan
akibat udara yang terperangkap di dalam kantong dan
sulit dikeluarkan.
 Emfisema merupakan salah satu dari penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK ). Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, 4 dari 100
orang di Indonesia menderita PPOK. Penanganan
emfisema ditujukan untuk menghambat perkembangan
penyakit tersebut, namun kerusakan pada paru-paru tidak
dapat dipulihkan kembali.
Gejala Emfisema
Penyakit emfisema bisa tidak menimbulkan gejala. Bila timbul
gejala, keluhan yang dirasakan dapat muncul secara bertahap,
antara lain:

 Napas menjadi pendek


 Batuk.
 Cepat lelah
 Penurunan berat badan
 Jantung berdebar
 Bibir dan kuku menjadi biru
 Depresi

Perkembangan emfisema dapat berlangsung selama bertahun-


tahun. Oleh karena itu, gejala yang signifikan biasanya baru
dirasakan pada usia sekitar 40-60 tahun.

Penyebab Emfisema
Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan zat di
udara yang mengiritasi paru-paru dalam jangka waktu panjang.
Zat yang mengakibatkan iritasi tersebut dapat berupa:

 Asap rokok. Emfisema banyak dialami perokok, baik aktif


maupun pasif, yang terpapar asap rokok dalam waktu
lama.
 Polusi udara.
 Asap atau debu bahan kimia.
Selain paparan zat yang mengakibatkan iritasi, emfisema juga
dapat terjadi karena kelainan genetik. Contohnya adalah
defisiensi alpha-1-antitrypsin, di mana terjadi
kekurangan suatu protein yang berfungsi melindungi struktur
elastis pada paru-paru dalam tubuh. Namun demikian, kondisi
ini jarang terjadi.

Diagnosis Emfisema
Pemeriksaan akan dimulai dokter dengan menanyakan riwayat
dan kebiasaan pasien, terutama kebiasaan merokok dan
kondisi lingkungan rumah atau pekerjan pasien. Selanjutnya,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya
kondisi paru-paru pasien. Guna memastikan diagnosis, dokter
dapat melakukan pemeriksaan penunjang yang mencakup:

 Tes pencitraan. Contohnya adalah foto Rontgen


dada untuk mengidentifikasi adanya perubahan pada
paru-paru yang menandakan emfisema. Foto Rontgen
biasanya akan dipadukan dengan CT scan guna
menghasilkan gambar yang lebih detail untuk memastikan
emfisema.
 Tes darah. Tes ini berfungsi untuk melihat memeriksa
jumlah oksigen dan karbondioksida dalam aliran darah
atau dinamakan analisia gas darah.
 Tes fungsi paru. Dalam tes fungsi paru atau yang disebut
juga spirometri, pasien akan diminta mengembuskan
udara ke alat khusus untuk mengukur jumlah udara yang
keluar.
 Elektrokardiografi, untuk melihat fungsi jantung dalam
rangka meneliti penyebab dari gejala yang ditimbulkan.

Pengobatan  Emfisema
Sebelum menjalani pengobatan, dokter akan menyarankan
semua penderita emfisema yang merokok untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut.
Penyakit emfisema tidak dapat disembuhkan. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk meringankan gejala yang
dirasakan penderita, serta memperlambat perkembangan
penyakit. Pilihan penanganan emfisema dapat berupa:

 Obat-obatan. Dokter paru dapat memberikan obat pelega


napas, seperti terbutaline, untuk meredakan gejala. Di
samping itu, obat kortikosteroid dalam bentuk obat hirup
juga bisa digunakan untuk mengurangi peradangan
dan meredakan gejala. Untuk penderita emfisema yang
mengalami infeksi bakteri, dokter akan menyertakan
antibiotik.
 Terapi pendukung. Contohnya adalah fisioterapi dada
atau yang juga dinamakan programrehabilitasi paru,
pemberian oksigen tambahan, dan konsultasi gizi.
 Operasi. Prosedur ini dilakukan untuk penderita emfisema
berat, antara lain berupaoperasi pengangkatan paru yang
rusak, agar jaringan paru yang tersisa dapat
mengembang dan bekerja lebih efektif. Sedangkan jika
kerusakan paru sudah sangat berat, bisa dilakukan
transplantasi paru.

Di samping ketiga bentuk penanganan tersebut, pasien juga


harus melakukan upaya untuk menghambat pekembangan
emfisema dan mencegah komplikasi. Misalnya dengan
menghentikan kebiasaan merokok, menghindari asap atau
polusi udara, berolahraga secara teratur, serta melakukan
vaksinasi yang dianjurkan dokter untuk mencegah infeksi paru.

Komplikasi Emfisema
Penderita emfisema berisiko mengalami beberapa komplikasi.
Di antaranya adalahpneumothorax, hipertensi pulmonal,
bahkan gagal jantung.
Pengertian Pneumonia
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah
adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-
kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada
penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil
di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan
meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya,
penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam,
atau menggigil.
Bakteri, virus, dan jamur merupakan organisme yang dapat
menyebabkan pneumonia. Namun pada penderita dewasa,
kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada
anak tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa penyakit ini menjadi pemicu 16%
kematian anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Pada tahun
2015, terdapat lebih dari 900.000 anak-anak yang meninggal
akibat pneumonia. Di Indonesia sendiri, lebih dari 500.000
balita menderita pneumonia dan telah merenggut hampir 2.000
jiwa balita pada tahun 2017.

Pengertian Kanker Paru-paru


Kanker paru-paru adalah kondisi ketika sel ganas
(kanker) terbentuk di paru-paru. Kanker ini lebih banyak
dialami oleh orang yang memiliki kebiasaan merokok dan
merupakan satu dari tiga jenis kanker yang paling banyak
terjadi di Indonesia.
Walaupun sering terjadi pada perokok, kanker paru-paru juga
bisa terjadi pada orang yang bukan perokok, terutama pada
orang yang sering terpapar zat kimia di lingkungan kerjanya
atau terpapar asap rokok dari orang lain.

Gejala Kanker Paru-Paru


Semakin awal diketahui, keberhasilan pengobatan juga
semakin tinggi. Namun sayangnya, kanker paru-paru sering
tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul
ketika tumor sudah cukup besar atau kanker telah menyebar ke
jaringan dan organ sekitar. Sejumlah gejala yang dapat
dirasakan penderita kanker paru-paru adalah:

 Batuk kronis
 Batuk darah
 Penurunan berat badan drastis
 Nyeri dada dan tulang
 Sesak napas

Faktor Risiko Kanker Paru-paru


Kebiasaan merokok merupakan penyebab utama kanker paru-
paru, sehingga sebagian besar penderitanya adalah perokok
aktif. Meskipun demikian, orang yang tidak merokok juga dapat
terkena kanker paru-paru.
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-
paru adalah:

 Memiliki anggota keluarga yang juga menderita kanker


paru-paru
 Tinggal atau bekerja di lingkungan yang tercemar zat
kimia berbahaya
 Sering terpapar polusi udara
 Pernah menjalani radioterapi

Diagnosis Kanker Paru-paru


Diagnosis kanker paru-paru dapat dilakukan melalui foto
Rontgen, CT scan, dan biopsi jaringan paru. Dari ketiga
pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan jenis dan
stadium kanker. Bila diperlukan, dokter paru dapat melakukan
PET scan untuk melihat penyebaran kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan Kanker Paru-paru


Penanganan utama terhadap kanker paru-paru stadium awal
adalah melalui operasi. Jika kanker telah mencapai stadium
lanjut, maka penanganan dapat dilakukan dengan radioterapi
dan kemoterapi.
Selain itu, ada beberapa jenis pengobatan lain untuk
menangani kanker paru-paru, yaitu terapi target, terapi ablasi,
terapi fotodinamik, dan krioterapi.

Anda mungkin juga menyukai