Gejala Flu
Gejala flu antara lain demam, pilek, hidung tersumbat, dan
sakit kepala. Meskipun sama dengan gejala batuk pilek biasa,
gejala flu terasa lebih parah dan sering kali menyerang tiba-
tiba.
Segeralah berobat ke dokter jika gejala di atas tidak kunjung
membaik setelah dua minggu, atau membaik namun kemudian
memburuk. Tindakan darurat perlu dilakukan bila gejala flu
disertai sesak napas atau penurunan kesadaran.
Komplikasi Flu
Flu yang sembuh kemudian kambuh dan memburuk bisa
menjadi tanda komplikasi serius, seperti paru-paru basah,
gangguan jantung, meningitis, atau infeksi virus pada otak.
Faringitis
Faringitis adalah inflamasi atau peradangan pada faring, yakni
salah satu organ di dalam tenggorokan yang menghubungkan
rongga belakang hidung dengan bagian belakang mulut. Dalam
kondisi ini, tenggorokan akan terasa gatal dan sulit menelan.
Sebagian besar kasus faringitis disebabkan oleh virus, dan
beberapa kasus lainnya disebabkan oleh bakteri, seperti
bakteri grup A streptococcus. Faringitis karena virus atau
bakteri ini dapat menular pada orang lain. Penyebaran tersebut
bisa terjadi melalui udara (misalnya menghirup butiran air ludah
atau sekresi hidung yang dikeluarkan oleh penderita) atau
melalui benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh virus dan
bakteri.
Faringitis karena virus lebih rentan menular jika seseorang
bersama penderita faringitis dalam satu ruangan dengan
ventilasi yang buruk. Sedangkan faringitis karena bakteri dapat
menyebar dengan cepat di lingkungan tempat tinggal atau
tempat kerja pada musim pancaroba.
Penyakit faringistis umumnya dapat pulih dalam waktu 3 hingga
7 hari. Penanganan dapat dilakukan melalui pengobatan
mandiri di rumah atau pemberian obat dari dokter.
Gejala Faringitis
Beberapa gejala yang dapat muncul saat seseorang menderita
faringitis adalah:
Nyeri otot.
Tenggorokan bengkak.
Batuk.
Badan terasa lelah.
Demam.
Pusing.
Mual.
Susah menelan.
Selera makan berkurang.
Bersin.
Pilek.
Penyebab Faringitis
Faringitis atau radang tenggorokan dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Dua di antaranya adalah virus dan bakteri.
Beberapa jenis virus yang memicu faringtis adalah virus
gondongan (mumps), virus Epstein-Barr (monocleosis), virus
parainfluenza, serta virus herpangina. Sedangkan jenis bakteri
yang dapat menyebabkan faringitis adalah bakteri grup A beta-
hemolytic streptococcus. Bakteri ini biasanya memicu sakit
tenggorokan (strep throat). Bakteri lainnya adalah bakteri
penyebab infeksi menular seksual, seperti gonore dan klamidia.
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk menderita faringitis, di antaranya adalah:
Diagnosis Faringitis
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita faringitis
berdasarkan gejala-gejala yang dirasakannya dengan didukung
oleh hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter
akan melihat apakah terjadi pembengkakan atau kemerahan
pada tenggorokan pasien. Selain itu, dokter juga akan
memeriksa kondisi telinga dan hidung, serta sisi samping leher
untuk melihat adanya pembesaran kelenjar.
Untuk mengetahui penyebab faringitis, dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan. Salah satunya adalah kultur bakteri dari
sampel sekresi tenggorokan pasien untuk menguji keberadaan
bakteri Streptococcus. Pengambilan sampel ini dilakukan
dengan teknis swab atau usap.
Selain tes tersebut, pemeriksaan darah (termasuk
penghitungan darah lengkap) juga bisa dilakukan untuk
menentukan penyebab faringitis. Jika penyebab belum
diketahui, dokter dapat melakukan pemindaian dengan CT
scan untuk melihat gambaran kondisi tenggorokan dan leher
secara lebih detail.
Pengobatan Faringitis
Pengobatan faringitis dilakukan berdasarkan penyebabnya.
Jika kondisi ini disebabkan oleh virus, maka penanganan
mandiri dapat dilakukan di rumah guna memulihkan kondisi
hingga sistem imunitas tubuh menaklukan infeksi tersebut.
Misalnya dengan:
Komplikasi Faringitis
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit faringitis
adalah:
Pencegahan Faringitis
Beberapa upaya yang dapat kita dilakukan untuk mencegah
faringitis adalah:
Laringitis
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring (kotak
pita suara di dalam tenggorokan). Gejala yang umum pada
laringitis yaitu nyeri tenggorokan, batuk, demam, suara yang
dikeluarkan serakGejala laringitis bisa muncul secara tiba-tiba,
lalu terus memburuk selama dua sampai tiga hari, dan pulih
dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan. Biasanya suara
serak dan kesulitan mengeluarkan suara adalah gejala yang
terakhir pulih dibandingkan gejala laringitis lainnya.
Jika penderita masih terus merasakan gejala hingga lebih dari
dua minggu, disarankan untuk menemui dokter. Apalagi jika
gejala makin parah, terutama menjadi sulit bernapas, maka
bantuan medis harus secepatnya dilakukan.
Penyebab Laringitis
Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Diagnosis Laringitis
Dalam mendiagnosis laringitis, dokter akan terlebih dahulu
melihat gejala yang dirasakan oleh pasien. Gejala laringitis
yang paling mudah dideteksi adalah suara yang berubah
menjadi serak atau bahkan hilang sama sekali.
Dokter mungkin akan menyarankan pasien melakukan
pemeriksaan darah dan dahak. Kedua jenis pengujian ini
dilakukan untuk memeriksa keberadaan infeksi virus, bakteri
atau jamur.
Untuk memastikan bahwa telah terjadi iritasi atau kerusakan
pada pita suara, dapat dilakukan laringoskopi. Pemeriksaan ini
menggunakan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut
atau hidung pasien. Endoskopi merupakan sebuah alat khusus
berbentuk selang yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di
ujungnya. Jika pada waktu pemeriksaan laringoskopi
ditemukan adanya peradangan pada pita suara, dapat
dilakukan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan untuk
diperiksa di laboratorium guna mengetahui penyebab dasar
terjadinya laringitis.
Pengobatan Laringitis
Sebenarnya kebanyakan kasus laringitis bisa pulih tanpa
menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu hingga satu
minggu. Tujuan pengobatan adalah untuk mempercepat
kesembuhan dan meminimalisasi gejala yang mengganggu,
misalnya nyeri.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mempercepat penyembuhan dan meringankan gejala laringitis:
Pencegahan Laringitis
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar
dari penyakit laringitis, di antaranya:
Pengertian Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis
pada saluran pernapasan yang ditandai dengan
peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit
bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain
seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa
diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara
jelas, namun ada beberapa hal yang kerap memicunya,
seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik,
udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran
pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain
yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru
teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot saluran
pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan
membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan
terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan
bernapas makin sulit dilakukan.
Diagnosis asma
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit
asma, maka dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun
sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan mengajukan
pertanyaan pada pasien mengenai gejala apa saja yang
dirasakan, waktu kemunculan gejala tersebut, dan riwayat
kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah
pada penyakit asma, maka selanjutnya dokter bisa melakukan
tes untuk memperkuat diagnosis, misalnya:
Spirometri
Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Uji Provokasi Bronkus
Pengukuran Status Alergi
CT Scan
Rontgen
Komplikasi asma
Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang bisa saja
terjadi:
Pengobatan Bronkitis
Bronkitis ringan dapat hilang dengan sendirinya. Namun jika
kondisinya cukup berat, bronkitis harus diatasi dengan obat-
obatan. Untuk membantu pengobatan, disarankan untuk
banyak minum air putih dan istirahat yang cukup.
Bronkitis dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:
Menghindari rokok.
Menerima vaksin flu dan pneumonia.
Menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan setiap
usai beraktivitas.
Mengenakan masker untuk menghindari paparan
senyawa berbahaya.
Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan
kantong udara atau alveolus pada paru-paru. Seiring
waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga
membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong
kecil yang pecah. Akibatnya, luas area permukaan paru-
paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar
oksigen yang mencapai aliran darah menurun. Kondisi ini
juga membuat paru-paru membesar secara perlahan
akibat udara yang terperangkap di dalam kantong dan
sulit dikeluarkan.
Emfisema merupakan salah satu dari penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK ). Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, 4 dari 100
orang di Indonesia menderita PPOK. Penanganan
emfisema ditujukan untuk menghambat perkembangan
penyakit tersebut, namun kerusakan pada paru-paru tidak
dapat dipulihkan kembali.
Gejala Emfisema
Penyakit emfisema bisa tidak menimbulkan gejala. Bila timbul
gejala, keluhan yang dirasakan dapat muncul secara bertahap,
antara lain:
Penyebab Emfisema
Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan zat di
udara yang mengiritasi paru-paru dalam jangka waktu panjang.
Zat yang mengakibatkan iritasi tersebut dapat berupa:
Diagnosis Emfisema
Pemeriksaan akan dimulai dokter dengan menanyakan riwayat
dan kebiasaan pasien, terutama kebiasaan merokok dan
kondisi lingkungan rumah atau pekerjan pasien. Selanjutnya,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya
kondisi paru-paru pasien. Guna memastikan diagnosis, dokter
dapat melakukan pemeriksaan penunjang yang mencakup:
Pengobatan Emfisema
Sebelum menjalani pengobatan, dokter akan menyarankan
semua penderita emfisema yang merokok untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut.
Penyakit emfisema tidak dapat disembuhkan. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk meringankan gejala yang
dirasakan penderita, serta memperlambat perkembangan
penyakit. Pilihan penanganan emfisema dapat berupa:
Komplikasi Emfisema
Penderita emfisema berisiko mengalami beberapa komplikasi.
Di antaranya adalahpneumothorax, hipertensi pulmonal,
bahkan gagal jantung.
Pengertian Pneumonia
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah
adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-
kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada
penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil
di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan
meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya,
penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam,
atau menggigil.
Bakteri, virus, dan jamur merupakan organisme yang dapat
menyebabkan pneumonia. Namun pada penderita dewasa,
kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada
anak tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa penyakit ini menjadi pemicu 16%
kematian anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Pada tahun
2015, terdapat lebih dari 900.000 anak-anak yang meninggal
akibat pneumonia. Di Indonesia sendiri, lebih dari 500.000
balita menderita pneumonia dan telah merenggut hampir 2.000
jiwa balita pada tahun 2017.
Batuk kronis
Batuk darah
Penurunan berat badan drastis
Nyeri dada dan tulang
Sesak napas